Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN NY.

N USIA 39 TAHUN
DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II
dosen pengampu Siti Ulfah Rifa’atul Fitri, S.Kep., Ners., MNS

Disusun oleh:
Shafitri
Virna
Zelfira Latifah Dewi 302017087

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Defisit Perawatan Diri”
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar makalah ini dapat di
perbaiki sebagaimana mestinya.
Akhir kata saya berharap semoga makalah mengenai Defisit Perawatan Diri
ini berguna dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iii
BAB I. PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
A. Definisi Schizophrenia ...................................................................................... 2
B. Faktor Predisposisi dan Presipitasi Pada Pasien Schizophrenia ....................... 2
C. Jenis-Jenis Skizofrenia ...................................................................................... 4
D. Manifestasi Klinis Pada Pasien Schizophrenia ................................................. 6
E. Pathomekanisme Pada Pasien Schizophrenia .................................................... 8
F. Metode Terapi Pharmacotheraphy dan Non Pharmacotheraphy Pada Pasien
Schizophrenia .......................................................................................................... 11
G. Definisi Defisit Perawatan Diri ........................................................................ 15
H. Rentang Respon Dan Perilaku Terkait Defisit Perawatan Diri ........................ 15
I. Faktor Predisposisi Dan Presipitasi Defisit Perawatan Diri ............................. 16
J. Manifestasi Klinis Defisit Perawatan Diri........................................................ 17
K. Jenis Dan Karakteristik Kurang Perawatan Diri .............................................. 18
L. Pathomekanisme Defisit Perawatan Diri .......................................................... 19
M. Terapi Pharmacotherapy dan Non Pharmacotherapy Defisit Perawatan Diri.. 19
BAB II. PEMBAHASAN KASUS ............................................................................ 20
A. Kasus ............................................................................................................ 20
B. Pengkajian Kasus ......................................................................................... 21
C. Analisa data .................................................. Error! Bookmark not defined.
D. Intervensi sesuai SAK beserta rasional ........ Error! Bookmark not defined.
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 39

ii
DAFTAR TABEL

iii
2

BAB I

PEMBAHASAN
A. Definisi Schizophrenia
Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya terbagi,
terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau terpecah (Rudyanto,
2007).
Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak
(Yosep, 2010). Menurut nancy andreasen (2008), dalam Broken Brain, The BiologicaI
Revolution psychiatry bahwa bukti-bukti terkini tentang serangan skizofrenia
merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Faktor-faktor itu meliputi
perubahan struktur fiskk otak.perubahan struktur kimia otak, dan faktor genetik.
Melinda Hermann (2008), mendefmisikan skizofrenia sebagai penyakit
neorogis yang memengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku
sosialnya.
Kelompok menyimpulakan skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pada
fungsi otak yang ditandai dengan pola pikir yang tebagi sehingga mempengaruhi
persepsi, cara piker, Bahasa, emosi, dan perilaku sosial.

B. Faktor Predisposisi dan Presipitasi Pada Pasien Schizophrenia


Menurut Maramis (2010) Penyebab gangguan skizofrenia menimbulkan reaksi
secara meneyeluruh dari fisik, mental dan sosial. Gejala gangguan skizofrenia yang
terlihat adalah dari mentalnya, tetapi yang sakit tetap menjadi manusia seutuhnya,
faktor yang meliputi:
1. Faktor predisposisi
a. Genetik
Faktor genetik terhitung menjadi liabilitas mayor untuk penyakit skizofrenia.
Penurunan pada generasi selanjutnya skizofrenia secara genetik berkisar 60-80%.
Penelitian genetika molekuler telah mengidentifikasi gen yang terbukti paling berperan
yaitu Neuregulin (NRG1) pada kromosom 8p21-22, Dysbindin (DTNBP1) pada

2
3

kromosom 6p22, DISC1 (Disrupted In Schizophrenia) yaitu sebuah kromosom


translokasi seimbang (1,11) (q42;q14.3). Lebih dari 40% kembar monozigot dari orang
tua dengan masalah gangguan jiwa juga terpengaruh. Anak-anak yang memiliki orang
tua biologis dengan masalah gangguan jiwa lalu diadopsi oleh sebuah keluarga yang
tidak memiliki 11 gangguan jiwa memiliki resiko yang sama seperti jika orang tua
biologis telah mengangkat mereka (Maramis, 2010; Stuart, 2016; Semple & Smyth,
2013).
b. Neurobiologi
Studi menunjukan orang dengan skizofrenia mengalami kelainan anatomi,
fungsional, dan neurokimia dalam kehidupan dan otak postmortem. Dua hasil
penelitian neurobiologis yang menetap dalam skizofrenia adalah penurunan volume
otak dan perubahan sistem neurotransmitter pada dopamin, serotonin, asetilcolin, dan
GABA serta dineuroregulasi seperti prostaglandin dan endorfin (Maramis, 2010).
c. Neurodevelopment
Neurodevelopment juga diyakini bahwa beberapa struktural, fungsional, dan
kimia yang tersimpan pada otak, pada skizofrenia biasanya terlihat dari sebelum gejala
muncul. Aktivitas dopaminergik yang berlebihan juga bisa menjari faktor yang telah
dihubungkan dengan beratnya gejala positif pada pasien. Beberapa anak dengan
skizofrenia menunjukan kelainan ringan tentang perhatian, koordinasi, kemampuan
sosial, fungsi neuromotor, dan respon emosional jauh sebelum gejala skizofrenia yang
jelas (Stuart, 2016).
d. Teori virus dan infeksi
Paparan virus influenza pada saat prenatal, terutama selama trisemester pertama
mungkin menjadi salah satu faktor penyebab skizofrenia pada beberapa orang. Teori
ini didukung oleh fakta bahwa kebanyakan orang dengan skizofrenia lahir pada musim
dingin atau diawal musim semi dan diperkotaan (Stuart, 2016).

3
4

2. Faktor presipitasi
a. Biologis
Salah satu dari stresor adalah gangguan dalam umpan balik otak yang mengatur
jumlah informasi yang diproses dalam waktu tertentu. Terganggunya kemampuan
dalam umpan balik otak dikarenakan penurunan fungsi lobus frontal yang
berdampak pada pengolahan informasi berlebih. Stresor biologis lainnya yaitu
proses listrik yang melibatkan elektrolit tidak normal. Sebagai contoh, biasanya
ketika orang mendengar suara keras, mereka akan terkejut; namun ketika suara
keras terulang yang kedua kali respon kaget menurun. Orang dengan skizofrenia
berbeda, ia akan lebih terkejut lagi ketika mendengar suara keras yang kedua
kalinya. Sehingga, orang dengan skizofrenia umumnya takut di tempat keramaian
(Maramis, 2010; Stuart, 2016).
b. Gejala Pemicu
Pemicu umum klien skizofrenia terhadap respons neurobiologis berhubungan
dengan kondisi kesehatan, lingkungan, dan perilaku. Kelas sosial ke bawah juga dapat
berpengaruh timbulnya skizofrenia. Hal ini terkait dengan interaksi ibu dan anak, peran
ayah, persaingan antar saudara kandung, hubungan keluarga, dan pekerjaan. Selain itu,
faktor konsep diri dan pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk
menghadapi masalah (Maramis, 2010; Stuart, 2016;).
C. Jenis-Jenis Skizofrenia
Menurut Maramis (2010) Skizofrenia dinamai dengan istilah yang tercantum
dalam PPDGJ-IV atau DSM-IV-TR. Untuk mengetahui jenis-jenis skizofrenia dibagi
dalam beberapa istilah, yaitu:
a. Skizofrenia Paranoid
Jenis ini sering mulai sesudah 30 tahun. Awalnya bisa jadi subakut, tetapi
mungkin juga akut. Kepribadian penderita sebelum sakit sering terlihat mudah
tersinggung, suka menyendiri, agak congkak, dan kurang percaya pada orang lain.
Gejala yang muncul pada jenis ini biasanya ditandai dengan adanya waham kejar, yaitu

4
5

14 rasa menjadi korban atau seolah-olah dimata-matai, halusinasi, perilaku agresif, dan
bermusuhan.
b. Skizofrenia Hebefrenik
Pemulanya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja 15-25 tahun.
Gejala yang mencolok adalah gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan
adanya depersonalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti
mannerism, neologisme atau perilaku seperti keanak-anakan sering terdapat pada
skizofrenia heberfenik, waham dan halusinasi.
c. Skizofrenia Katatonik
Timbulnya perama kali usia 15 sampai 30 tahun, biasanya akut dan sering
didahului dengan stress emosional. Biasanya ditandai dengan gangguan psikomotor
seperti, mutisme (mata tertutup, muka tampa mimik, seperti topeng, stupor tidak
bergerak dalam waktu yang lama), bila diganti posisinya penderita menentang,
makanan ditolak, air ludah tidak ditelan sehingga terkumpul dimulut dan meleleh
keluar, terdapat grimas dan katalepsi.
d. Skizofrenia Simplex
Sering timbul pertama kali pada masa punertas. Gejala utama pada jenis ini
adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir
biasanya sulit ditemukan, waham dan halusinasi jarang sekali ditemukan.
e. Skizofrenia Residual
Jenis ini adalah keadaan yang kronis dari skizofrenia dengan riwayat sedikitnya
satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala berkembang kearah gejala negatif
yang lebih menonjol. Gejala negatif terdiri dari kelambatan psikomotor, penurunan
aktivitas, penumpukan afek, pasif dan tidak ada inisiatif, kemiskinan pembicaraan,
ekspresi nonvebal yang menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.

5
6

D. Manifestasi Klinis Pada Pasien Schizophrenia


Menurut Lumbantobing (2007) Secara general gejala serangan skizofrenia
dibagi menjadi 3 yaitu gejala positif, gejala negatif dan gejala kognitif ,yaitu :
1. Gejala Negatif
Pada gejala negatif terjadi penurunan, pengurangan proses mental atau proses
perilaku (Behavior ).Hal ini dapat menganggu bagi pasien dan orang disekitarnya.
a. Gangguan afek dan emosi
Gangguan dan emosi pada skizofrenia berupa adanya kedangkalan afek dan
emosi (emotional blunting), misalnya : pasien menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal
yang penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarga dan masa depannya serta
perasaan halus sudah hilang, hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan
emosi yang baik (emotional rapport), terpecah belahnya kepribadian maka hal-hal yang
berlawanan mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci
satu orang yang sama atau menangis, dan tertawa tentang suatu hal yang sama
(ambivalensi).
b. Alogia
Penderita sedikit saja berbicara dan jarang memulai percakapan dan
pembicaraan. Kadang isi pembicaraan sedikit saja maknanya. Ada pula pasien yang
mulai berbicara yang bermakna, namun tiba-tiba ia berhenti bicara, dan baru bicara lagi
setelah tertunda beberapa.
c. Avolisi
Ini merupakan keadaan dimaa pasien hampir tidak bergerak, gerakannya
miskin. Kalau dibiarkan akan duduk seorang diri, tidak bicara, tidak ikut beraktivitas
jasmani.
d. Anhedonia
Tidak mampu menikmati kesenangan, dan menghindari pertemanan dengan
orang lain (Asociality) pasien tidak mempunyai perhatian, minat pada rekreasi. Pasien
yang sosial tidak mempunyai teman sama sekali, namun ia tidak memperdulikannya.

6
7

e. Gejala Psikomotor
Adanya gejala katatonik atau gangguan perbuatan dan sering mencerminkan
gangguan kemauan. Bila gangguan hanya kemauan saja maka dapat dilihat adanya
gerakan yang kurang luwes atau agak kaku, stupor dimana pasien tidak menunjukkan
pergerakan sam sekali dan dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang
bertahun-tahun lamanya pada pasien yang sudah menahun; hiperkinese dimana pasien
terus bergerak saja dan sangat gelisah.

2. Gejala Positif
Menurut Kaplan, H.I., Sadock, B.J (2010) Gejala positif dialami sensasi oleh
pasien, padahal tidak ada yang merangsang atau mengkreasi sensasi tersebut. Dapat
timbul pikiran yang tidak dapat dikontrol pasien.
a. Delusi (Waham)
Gejala skizofrenia dimana adanya suatu keyakinan yang salah pada pasien.
Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali tetapi pasien tidak menginsyafi
hal ini dan dianggap merupakan fakta yang tidak dapat dirubah oleh siapapun.Waham
yang sering muncul pada pasien skizofrenia adalah waham kebesaran,waham
kejaran,waham sindiran, waham dosa dan sebagainya.
b. Halusinasi
Memdengar suara, percakapan, bunyi asing dan aneh atau malah mendengar
musik, merupakan gejala positif yang paling sering dialami penderita skizofrenia.

3. Gejala kognitif
Permasalahan yang berhubungan dengan perhatian, tipe-tipe ingatan tertentu dan
fungsi yang memungkinkan kita untuk merencanakan mengorganisasikan sesuatu.

7
8

E. Pathomekanisme Pada Pasien Schizophrenia


Secara terminologi, schizophrenia berarti skizo adalah pecah dan frenia adalah
kepribadian. Scizophrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan
dasar pada kepribadian, distorsi perasaan pikir, waham yang aneh, gangguan persepsi,
afek yang abnormal. Meskipun demikian kesadaran yang jernih, kapasitas intelektual
biasanya tidak terganggu, mengalami hendaya berat dalam menilai realitas (pekerjaan,
sosial dan waktu senggang).
Menurut Ikawati (2011) Patofisiologi schizophrenia dihubungkan dengan
genetic dan lingkungan. Faktor genetic dan lingkungan saling berhubungan dalam
patofisiologi terjadinya schizophrenia. Neurotransmitter yang berperan dalam
patofisiologinya adalah DA, 5HT, Glutamat, peptide, norepinefrin. Pada pasien
skizoprenia terjadi hiperreaktivitas system dopaminergik (hiperdopaminergia pada
sistem mesolimbik → berkaitan dengan gejala positif, dan hipodopaminergia pada
sistem mesocortis dan nigrostriatal → bertanggungjawab terhadap gejala negatif dan
gejala ekstrapiramidal) Reseptor dopamine yang terlibat adalah reseptor dopamine-2
(D2) yang akan dijumpai peningkatan densitas reseptor D2 pada jaringan otak pasien
skizoprenia. Peningkatan aktivitas sistem dopaminergik pada sistem mesolimbik yang
bertanggungjawab terhadap gejala positif. Sedangkan peningkatan aktivitas
serotonergik akan menurunkan aktivitas dopaminergik pada sistem mesocortis yang
bertanggung-jawab terhadap gejala negatif.

8
9

Bagan 1. 1 Jalur Dopaminergik Saraf


Adapun jalur dopaminergik saraf yang terdiri dari beberapa jalur, yaitu :
1. Jalur nigrostriatal: dari substantia nigra ke basal ganglia → fungsi gerakan, EPS
2. jalur mesolimbik : dari tegmental area menuju ke sistem limbik → memori, sikap,
kesadaran, proses stimulus
3. jalur mesocortical : dari tegmental area menuju ke frontal cortex → kognisi, fungsi
sosial, komunikasi, respons terhadap stress
4. jalur tuberoinfendibular: dari hipotalamus ke kelenjar pituitary → pelepasan
prolaktin (Ikawati, 2009).

9
10

Dalam anatomi manusia, sistem ekstrapiramidal adalah jaringan saraf yang


terletak di otak yang merupakan bagian dari sistem motor yang terlibat dalam
koordinasi gerakan. Sistem ini disebut "ekstrapiramidal" untuk membedakannya dari
saluran dari korteks motor yang mencapai target mereka dengan melakukan perjalanan
melalui "piramida" dari medula. Para piramidal jalur (kortikospinalis dan beberapa
saluran corticobulbar) langsung dapat innervate motor neuron dari sumsum tulang
belakang atau batang otak (sel tanduk anterior atau inti saraf kranial tertentu),
sedangkan ekstrapiramidal sistem pusat sekitar modulasi dan peraturan (tidak langsung
kontrol) sel tanduk anterior.
Saluran ekstrapiramidal yang terutama ditemukan dalam formasi reticular pons
dan medula, dan neuron sasaran di sumsum tulang belakang yang terlibat dalam refleks,
penggerak, gerakan kompleks, dan kontrol postural. Ini adalah saluran pada gilirannya
dimodulasi oleh berbagai bagian dari sistem saraf pusat, termasuk nigrostriatal jalur,
ganglia basal, otak kecil, inti vestibular, dan daerah sensorik yang berbeda dari korteks
serebral. Semua peraturan komponen dapat dianggap sebagai bagian dari sistem
ekstrapiramidal, karena mereka memodulasi aktivitas motorik tanpa langsung
innervating motor neuron.
Pemeriksaan CT scan dan MRI pada penderita schizophrenia menunjukkan
atropi lobus frontalis yang menimbulkan gejala negatif dan kelainan pada hippocampus
yang menyebabkan gangguan memori.
Skizofrenia merupakan penyakit yang mempengaruhi otak. Pada otak terjadi
proses penyampaian pesan secara kimiawi (neurotransmitter) yang akan meneruskan
pesan sekitar otak. Pada penderita skizofrenia, produksi neurotransmitter-dopamin-
berlebihan, sedangkan kadar dopamin tersebut berperan penting pada perasaan senang
dan pengalaman mood yang berbeda. Bila kadar dopamin tidak
seimbang–berlebihan atau kurang– penderita dapat mengalami gejala
positif dan negatif seperti yang disebutkan di atas. Penyebab ketidakseimbangan
dopamin ini masih belum diketahui atau dimengerti sepenuhnya. Pada kenyataannya,
awal terjadinya skizofrenia kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor

10
11

tersebut. Faktor-faktor yang mungkin dapat mempengaruhi terjadinya skizofrenia,


antara lain: sejarah keluarga, tumbuh kembang ditengah-tengah kota, penyalahgunaan
obat seperti amphetamine, stres yang berlebihan, dan komplikasi kehamilan.
Seringkali pasien yang jelas skizophrenia tidak dapat dimasukkan dengan
mudah ke dalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut ke dalam
tipe tak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu :
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau
katatonik.
3. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia

F. Metode Terapi Pharmacotheraphy Dan Non-Pharmacotheraphy Pada


Pasien Schizophrenia
1. Terapi Pharmacotheraphy
Pengobatan untuk penderita skizofrenia menggunakan obat anti psikotik. Obat
antipsikotik dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok atipikal dan kelompok tipikal
(Maslim, 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi efek terapeutik obat ini meliputi : usia,
perilaku penyalahgunaan zat, kondisi medis, obat penginduksi enzim, obat yang mengubah
clearence dan perubahan ikatan dalam protein.
1) Obat golongan FGA atau tipikal
Obat ini bekerja menghambat jalur dopamin. Neuroleptik yang termasuk golongan
ini adalah chlorpomazin, haloperidol, loxapine, dan prolixin. Efek samping golongan ini
adalah mulut kering, konstipasi, hipotensi ortostatik, impotensi, kegagalan ejakulasi,
Parkinson sindrom, dystonia, amenorrhea, infertilitas dan kegemukan. Clorpomazin
memiliki efek antipsikotik yang lemah dan efek sedatif yang kuat. Haloperidol digunakan
untuk skizofrenia yang kronis dan memiliki efek antipsikotik yang kuat dan efek sedatif
yang lemah. Golongan obat ini lebih efektif mengatasi gejala positif dari skizofrenia namun
kurang efektif untuk gejala negatif.

11
12

2) Obat golongan SGA atau atipikal


Obat ini adalah antipsikotik generasi kedua yang digunakan untuk mengobati
kondisi jiwa. Pada gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan inkoherensi, dan negatif
seperti hilangnya kemauan dan afek serta bicara yang sangat sedikit dapat diatasi
dengan lebih baik pada pemberian SGA. Untuk gejala lain seperti penurunan interaksi
sosial, ide bunuh diri dan defisit kognitif dapat diatasi lebih baik pula dengan golongan
SGA (Pantelis & Lambert, 2003). Hanya saja harga obat-obat yang termasuk dalam
SGA jauh lebih mahal dibanding FGA sehingga terkesan keuntungannya hanya sedikit
jika dibandingkan dengan harga yang harus dibayar (Leucht S, 2009).
Obat ini cenderung untuk memblokir reseptor dalam jalur dopamin otak dan
menghambat reseptor serotonin. Antipsikotik atipikal berbeda dari antipsikotik tipikal
yang efeknya lebih minimal kecenderungan untuk menyebabkan gangguan
ekstrapiramidal pada pasien yang meliputi penyakit gerakan parkinsonisme, kekakuan
tubuh dan tremor tak terkontrol. Gerakan-gerakan tubuh yang abnormal bisa menjadi
permanen obat bahkan setelah antipsikotik dihentikan. Beberapa contoh obat golongan
ini adalah Clozapine, Risperidon, Amisulpride. Clozapine umumnya dipertimbangkan
untuk pasien yang telah gagal terapi antipsikotik dari setidaknya dua kelas antipsikotik
yang berbeda (Timothy J R Lambert and David J Castle, 2003). Selain itu ada juga
Risperidon yaitu obat yang paling banyak diresepkan di banyak negara, dan dosis yang
dianjurkan adalah <6 mg / hari. Obat ini memiliki efek samping ekstrapiramidal
syndrom yang rendah. (Timothy J R Lambert and David J Castle, 2003). Obat ini
merupakan selektif dopamin antagonis yang mengakibatkan peningkatan dopamin
transmisi dan memperbaiki gejala negatif skizofrenia. (eMC, 2011).

Terapi skizofrenia secara farmakologi berdasarkan onset dibagi menjadi 2 fase, yaitu
(Sadock & Sadock, 2010):
a) Fase Psikosis Akut
Pada fase ini pengobatan dengan menggunakan anti psikotik dan benzodiazepine
akan cepat menenangkan pasien yang kebanyakan mengalami agitasi akibat halusinasi dan

12
13

delusi. Anti psikotik akan bekerja lebih cepat melalui injeksi intramuskuler (Sadock &
Sadock, 2007). Obat antipsikotik yang dapat menyebabkan akinesia dan gangguan traktus
ekstrapiramidalis antara lain haloperidol dan flupenazine. Sedangkan golongan
antipsikotik atipikal seperti olanzapine dan risperidone tidak menyebabkan gangguan
ekstrapiramidal (Sadock & Sadock, 2007).

2. Terapi Non Farmakoterapi


Beberapa jenis pengobatan yang tidak menggunakan obat-obatan yaitu:
a. ECT (Electro Convulsive Therapy) Dikatakan penggunaan ECT dengan
pengobatan entipsikotik akan lebih efektif (Sadock & Sadock, 2007).
b. Terapi Berorientasi Keluarga
c. Karena pasien dikembalikan dalam keadaan remiten, maka penting untuk
mengedukasi keluarga bagaimana cara mengatasi masalah-masalah yang dapat
timbul dari pasien. (Sadock & Sadock, 2007)
d. Pengembalian Keberfungsian Sosial Skizofrenia
Tahapan-tahapan dalam metode pengembalian keberfungsian sosial ini di
lakukan sebagai berikut.
1) Memahamkan Keluarga tentang Disabilitas Kognitif
Melaui tahapan kegiatan terapi ini penderita skizofrenia dan keluarganya
dipahamkan bahwa disabilitas kognitif yang menjadi salah satu ciri
skizofrenia dapat membatasi sejauh mana penderita penyakit ini dapat
memperoleh manfaat dari berbagai penanganan psikologis. Penanganan
psikososial sama menjanjikannya seperti banyak obat antipsikotik terbaru,
suatu pengabaian terhadap aspek psikologis dan sosial dalam skizofrenia
mengurangi arti berbagai upaya yang dilakukan untuk menangani penderita
skizofrenia dan keluarganya. Dalam tahap ini mantri berupaya mencegah
perlakuan disabilitas kognitif keluarga terhadap pasien yang selama ini
diberikan kepada penderita skizofrenia. Sebab perlakuan semacam ini yang
diberikan keluarga juga akan berdampak pada kesembuhan penderita

13
14

skizofrenia. Melakukan terapi keluarga sama pentingnya dengan melakukan


terapi terhadap individu maupun masyarakat secara luas. Melakukan terapi
terhadap keluarga secara tidak langsung juga dapat menyembuhkan
individu.

2) Pengenalan Skizofrenia pada Lingkungan


Berdasarkan hasil penelitian mantri berupaya melakukan pendekatan
kepada beberapa tetangga sekitar penderita yang bertujuan untuk
mengurangi stigma negatif, perlakuan yang selama ini diberikan oleh
lingkungan sekitar. Lingkungan keluarga dalam menjalani proses
penyembuhan penderita sangat berpengaruh seberapa cepat penderita dapat
kambuh kembali. Sering terjadi bahwa simtom-simtom negatif skizofrenia
paling mungkin menimbulkan kritik, dan para kerabat dari penderita
membuat keluarga harus membatasi ruang geraknya dan berbagai upaya
lain dapat meningkatkan kadar ekspresi emosi.
3) Menggali Potensi yang Dimiliki Penderita Skizofrenia
Mantri juga berupaya melakukan terapi individu yang bertujuan untuk
mengembalikan penderita skizofrenia supaya mampu menjalankan
perannya, kembali beraktifitas atau bekerja sesuai dengan potensi yang
dimiliki oleh kedua penderita tersebut. Disebut sebagai client-centered
terapy (terapi berpusat pada klien). Setiap orang pada dasarnya mempunyai
motif aktualisasi diri (self-actualization motive). Motif aktualisasi diri ini
melekat pada setiap diri seseorang sehingga tenaga ahli dapat menjaga
maupun meningkatkan motif tersebut. Pada dasarnya manusia mempunyai
potensi untuk dapat berbuat baik dan menjadi lebih bermoral dalam
kehidupan masyarakat.

14
15

G. Definisi Defisit Perawatan Diri


Menurut Nanda (2006) Defisit Perawatan Diri adalah gangguan kemampuan
melakukan aktivitas yang terdiri dari mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting atau
kebersihan diri secara mandiri.
Menurut Carpenito (2007) Keadaan individu mengalami kerusakan fungsi
motorik atau fungsi kognitif, yang menyebabkan penurunan kemampuan untuk
melakukan masing-masing dari kelima aktivitas perawatan diri (makan, mandi atau
higiene, berpakaian atau berhias, toileting, instrumental).
Kelompok menyimpulkan defisit perawatan diri adalah gangguan dalam
melakukan aktivitas perawatan diri akibat adanya gangguan fungsi motoriK atau
kognitif.
H. Rentang Respon Dan Perilaku Terkait Defisit Perawatan Diri

Rentang Respon Defisit perawatan Diri (Ade,2011)


Keterangan :
a. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu ntuk
berperilaku adatif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri
b. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressorkadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan tidak
bisamelakukan perawatan saat stressor.

15
16

I. Faktor Predisposisi Dan Presipitasi Defisit Perawatan Diri


Menurut Depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi
Faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri.
Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap
kebersihannya.
b. Praktik social
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status sosioekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

16
17

d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus dia
harus menjaga kebersihan kakinya. Yang merupakan faktor presipitasi defisit
perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau
perseptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Nanda,
2006).

J. Manifestasi Klinis Defisit Perawatan Diri


Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai mulut bau.
e. Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi
e. tidak mampu mandiri.

17
18

K. Jenis Dan Karakteristik Defisit Perawatan DIri


Menurut Nanda (2006) jenis dan karakteristik deficit perawatan diri, meliputi :
1. Kurang perawatan diri mandi atau hygiene
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas mandi atau kebersihan diri
secara mandiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar
mandi.
2. Kurang perawatan diri berpakaian atau berhias
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri
sendiri, dengan batasan karakteristik ketidakmampuan klien dalam mengenakan pakaian
dalam, memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,
melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat yang
memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Kurang perawatan diri makan
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas makan, dengan batasan
karakteristik ketidakmampuan klien dalam mempersiapkan makanan, menangani
perkakas, mengunyah makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,
membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari
wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makan, mencerna makanan
menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna
cukup makanan dengan aman.
4. Kurang perawatan diri toileting
Kerusakan kemampuan dalam memenuhi aktivitas toileting, dengan batasan
karakteristik ketidakmampuan klien dalam pergi ke toilet atau menggunakan pispot,
duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan
diri setelah BAB atau BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil.

18
19

L. Pathomekanisme Defisit Perawatan Diri

M. Terapi Pharmacotherapy Dan Non Pharmacotherapy Defisit Perawatan


Diri

19
BAB II

PEMBAHASAN KASUS

A. Kasus
Ny. N, usia 39 tahun, pendidikan terakhir SLTA, tidak bekerja, agama Islam,
status marital Janda dengan 1 anak usia lai-laki usia 5 tahun, 4 hari sebelum masuk
rumah sakit, klien menjadi keluarga juga mengatakan klien tampak gelisah, serta tidak
tidur dimalam hari. Karena keluhan tersebut, klien akhirnya dibawa keluarga berobat
ke RSJ dan diharuskan untuk rawat inap. Namun sebelum di bawa ke RSJ, keluarga
sempat membawa Ny. N ke pengobatan alternative, karena semenjak 1 bulan yang lalu
Ny. N tampak berdiam diri di kamar, tidak mau makan, mandi, melamun seharian.
Keluarga mengira kalau Ny. N mengalami guna-guna. Karena tidak kunjung
mengalami perbaikan, akhirnya baru Ny. N di bawa ke medis.
Pada saat dilakukan pengkajian oleh perawat, Ny. N tampak sedang menyendiri
di kamar, melamun sembari tiduran menatap ke atap langit-langit kamar, terkadang
meihat keluar jendela kamar sembari menggaruk-garuk rambut dan tanganya. Klien
tidak mau mengobrol dengan teman-temanya dan lebih banyak diam, ketika berbicara
intonasi bicara pelan, kontak mata kurang. Penampilan klien tidak rapi, tubuh bau,
kuku tangan dan kaki terlihat panjang dan hitam, rambut klien tampak acak-acakan, di
kasur juga tercium bau pesing dan tampak seperti ada bekas basah air kencing. Saat di
tanya sudah berapa hari tidak mandi, Ny. N mengatakan “untuk apa mandi?” lebih baik
di sini saja, diam diri di kamar!”.
Ny. N menurut adiknya, sekitar 3 bulan yang lalu sempat mengalami cek-cok
dengan kakak tertuanya. Kakaknya cenderung keras terhadap Ny. N, karena ada
permasalahan hutang piutang dan Ny. N belum mampu membayarnya ke teman
kakaknya, dan kakaknya berbicara kasar bahwa dia hanyalah janda yang membuat
malu keluarga saja. semenjak itu, Ny. N cenderung diam diri di kamar, sedangkan
anaknya di urus oleh adiknya.

20
B. Pengkajian Kasus

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


STIKES AISYIYAH BANDUNG

RUANG RAWAT TANGGAL DIRAWAT : Tidak Terkaji


1. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny. N ( L/P ) Tanggal Pengkajian : Tidak Terkaji
Umur : 39 Tahun RM No. : Tidak Terkaji
Pendidikan terakhir :
Agama : Islam
Status Marital : Single Parent
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : Ny.X
Umur : 40 tahun
Hubungan dengan klien : Adik

2. ALASAN MASUK
Keluhan Utama :
Klien tampak sedang menyendiri, melmun sembari tiduran meratap keatap langit-
langit kamar, terkadang melihat keluar jendel kamar sembari menggaruk-garuk
rambut dan tangannya. Saat diajak berbicara intonasi bicara pelan, kontak mata
kurang. Penampilan klien tidak rapi, tubuh bau, kuku tangan dan kaki terlihat
panjang dan hitam, rambut klien tampak acak-acakan, dikasur tercium bau pesing
dan tampak seperti ada bekas basah air kencing. Saat ditanya berapa hari tidak
mandi, klien menjawab “Untuk apa mandi ? lebih baik disini saja, diam diri dikamar

21
SMRS :
4 hari sebelum masuk rumah sakit, klien menjadi keluarga juga mengatakan klien
tampak gelisah, serta tidak tidur dimalam hari. Karena keluhan tersebut, klien
akhirnya dibawa keluarga berobat ke RSJ dan diharuskan untuk rawat inap.

a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : Tidak Ya


(tahun: - ) ( Tidak Terkaji )

b. Pengobatan sebelumnya Berhasil kurang berhasil


tidak berhasil ( Tidak Terkaji )

Alasannya : Tidak Terkaji


3. Faktor predisposis dan presipitasi
a. Predisposisi
Neurobiologis Psikologis Sosial Budaya
Adanya riwayat Adanya kehilangan dan Mengalami kekerasan,
gangguan jiwa turunan kegagalan Pola asuh (otoriter,dll)

b. Presipitasi
Biologis (traumatic) Psikologis Social Budaya, Agama
Sebelum di bawa ke RSJ, Yang baru dialami oleh
keluarga sempat klien
membawa Ny. N ke
pengobatan alternative,
karena semenjak 1 bulan
yang lalu Ny. N tampak
berdiam diri di kamar,
tidak mau makan, mandi,
melamun seharian.
Keluarga mengira kalau
Ny. N mengalami guna-
guna. Karena tidak
kunjung mengalami

22
perbaikan, akhirnya baru
Ny. N di bawa ke medis.
Ny. N menurut adiknya,
sekitar 3 bulan yang lalu
sempat mengalami cek-
cok dengan kakak
tertuanya. Kakaknya
cenderung keras terhadap
Ny. N, karena ada
permasalahan hutang
piutang dan Ny. N belum
mampu membayarnya ke
teman kakaknya dan
kakaknya berbicara
kasar bahwa dia hanyalah
janda yang membuat malu
keluarga saja

Masalah Keperawatan :

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa


 Ada Tidak ada
Jika ada (siapa)/ Hub. dengan keluarga : Tidak Terkaji
Gejala : Tidak Terkaji
Riwayat Pengobatan : Tidak Terkaji
Masalah keperawatan : Tidak Terkaji

Genogram (minimal tiga generasi) Klien, orang tua, nenek / kakek : Tidak Terkaji

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:


a. Kehilangan : Tidak Terkaji
b. Kegagalan : sekitar 3 bulan yang lalu sempat mengalami cek-cok dengan
kakak tertuanya. Kakaknya cenderung keras terhadap Ny. N, karena ada
permasalahan hutang piutang dan Ny. N belum mampu membayarnya ke teman
kakaknya, dan kakaknya berbicara kasar bahwa dia hanyalah janda yang

23
membuat malu keluarga saja. semenjak itu, Ny. N cenderung diam diri di
kamar, sedangkan anaknya di urus oleh adiknya.

Masalah Keperawatan:

6. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Tanda Vital: TD: ..........mmHg, N:.............. x/mnt, S: ........, P: .........
x/mnt
b. Atopometrik : BB .......... Kg, TB: ....... cm
c. Keluhan Fisik ada / tidak : Tidak Terkaji
Masalah Keperawatan: Tidak Terkaji

7. Psikososial
a. Konsep diri
1) Gambaran diri
2) Identitas diri
3) Peran
4) Ideal diri
5) Harga diri

Masalah Keperawatan:

b. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti : Tidak Terkaji
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: Tidak Terkaji
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak Terkaji

Masalah Keperawatan:

c. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan : Pasien beragama islam
2) Kegiatan ibadah : Tidak Terkaji

Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji.

24
8. Pengkajian Status Mental (Berilah tanda √ pada kolom yang sesuai)
a. Penampilan
√ Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak
sesuai

Berpakaian tidak seperti Sesuai


biasanya

Jelaskan: Penampilan klien tidak rapi, tubuh bau, kuku tangan dan kaki terlihat
panjang dan hitam, rambut klien tampak acak-acakan, di kasur juga tercium bau pesing
dan tampak seperti ada bekas basah air kencing.

Masalah Keperawatan: Defisit Perawatan DIri : Mandi

b. Pembicaraan
Cepat Gelisah Apatis
Keras Inkoheren tidak mampu memulai pembicaraan
Lambat Membisu Sesuai

Jelaskan :
.......................................................................................................................

Masalah Keperawatan: ........................................................................................

c. Aktivitas motorik
Lesu Tegang Gelisah

Agitasi Apatis Grimasen

Tremor Kompulsif Sesuai

25
Jelaskan:
........................................................................................................................

Masalah Keperawatan:
.............................................................................................

d. Suasana hati:
Sedih Ketakutan Putus asa

Khawatir Gembira berlebihan Sesuai

Jelaskan: ..................................................................................................................

Masalah Keperawatan: ..........................................................................................

e. Afek
Datar Tumpul Labil Sesuai Tidak Sesuai

Jelaskan: .............................................................................................................

Masalah Keperawatan: ........................................................................................

f. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Tidak kooperatif mudah tersinggung

√ Kontak mata kurang Defensive Curiga

Seduktif Berhati-hati Kooperatif

Jelaskan : Klien tidak mau mengobrol dengan teman-temanya dan lebih


banyak diam, kontak mata kurang.

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial

g. Persepsi

26
√ Auditori (suara) Taktil (sentuhan) Ilusi

Visual (penglihatan) Gustatori Sesuai


(pengecapan)
Olfakori (penciuman)

Jelaskan:
..........................................................................................................................

Masalah Keperawatan: ......................................................................................

h. Proses berfikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi Inkoheresn

Flight of idea Blocking Perseverasi Neologisme

Irelevansi Verbigerasi Word salad Sesuai

Jelaskan: ....................................................................................................................

Masalah keperawatan:

i. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria

Defersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis

Waham: Sesuai

Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilistik Siar pikir Sisip pikir Kontrol pikir

Jelaskan : Tidak Terkaji

Masalah keperawatan : Tidak Terkaji

j. Tingkat kesadaran

27
Mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi

tidak mampu berhitung sederhana √ mampu berkonsentrasi

Jelaskan : Tidak ada masalah

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

k. Memori
Gangguan daya ingat

jangka panjang jangka pendek

saat ini Konfabulasi Sesuai

Jelaskan : Tidak Terkaji

Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung


 Mudah beralih  Tidak mampu  Tidak mampu √ Mampu
konsentrasi berhitung berkonsentrasi
sederhana
Jelaskan : Tidak ada masalah

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

m. Kemampuan penilaian
 Gangguan ringan  Gangguan bermakna
 Tidak ada gangguan 
Jelaskan : Tidak Terkaji

Masalah Keperawatan :

n. Daya tilik diri


 Mengingkari penyakit yang  Menyalahkan hal hal diluar
diderita dirinya

28
 Memahami sakit yang di
deritanya
Jelaskan: ................................................................................................................

Masalah keperawatan: ........................................................................................

9. Kebutuhan Persiapan Pulang

a. Makan
 Bantuan minimal  Bantuan Total
Jelaskan : Tidak Terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

b. BAB/BAK
 Bantuan minimal  Bantuan Total
Jelaskan : Tidak Terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

c. Mandi
 Bantuan minimal  Bantuan Total
Jelaskan : Tidak Terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

d. Berpakaian/Berhias
 Bantuan minimal  Bantuan Total
Jelaskan : Tidak Terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

e. Istirahat tidur
 Tidur siang lama: Tidak Terkaji s/d Tidak Terkaji
 Tidur malam lama: Tidak Terkaji s/d Tidak Terkaji
 Kegiatan sebelum dan sesudah tidur
Jelaskan : Tidak Terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

29
f. Penggunaan obat
 Bantuan minimal  Bantuan Total
Jelaskan : Tidak Terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

g. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjut  Ya  Tidak
Perawatan pendukung  Ya  Tidak
Jelaskan : Tidak Terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

h. Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan Makan  Ya  Tidak
Menjaga kerapihan  Ya  Tidak
rumah
Mencuci pakaian  Ya  Tidak
Pengaturan keuangan  Ya  Tidak
Jelaskan : Tidak Terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

i. Kegiatan di luar rumah


Belanja  Ya  Tidak
Transportasi  Ya  Tidak
Lain lain  Ya  Tidak
Jelaskan : Tidak Terkaji

Masalah keperawatan : Tidak Terkaji

10. Mekanisme koping

30
Adaptif Maladaptif
 Berbicara dengan orang lain  Minum alqohol
 Mampu menyelesaikan  Reaksi lambat/berlebihan
masalah
 Tekhnik relaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktifitas Konstruktif  Menghindar
 Olah raga  Mencederai diri
 Lainnya  Lainnya
.............................................. ...........................................
Jelaskan : Tidak Terkaji

Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

11. Masalah psikososial dan lingkungan

 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Tidak Terkaji


 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Tidak Terkaji
 Masalah dengan pendidikan, spesifik : Tidak Terkaji
 Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Tidak Terkaji
 Masalah dengan perumahan, spesifik : Tidak Terkaji
 Masalah dengan ekonomi, spesifik : Tidak Terkaji
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

12. Pengetahuan kurang tentang


Penyakit jiwa  Sistem pendukung

Faktor presipitasi  Penyakit fisik

Koping  Obat obatan

Lainnya:
...............................................
Masalah Keperawatan : Tidak Terkaji

13. Aspek medik

Diagnosis Medik : Tidak Terkaji

Terapi Modalitas (farmako dan Non-farmako) : Tidak Terkaji

14. Daftar masalah keperawatan

31
a. Defisit Perawatan diri : Mandi
b. Isolasi sosial

C. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

DO: Bagan patofisiologi

DS: .......................................
....................................

DO:

DS:

Dst

1. Daftar diagnosa keperawatan


a. .................................................................................................................
...............................
b. ................................................................................................................

D. Rencana Asuhan Keperawatan

32
Nama klien: Ny. N Dx Medis: Tidak Terkaji No. Medrec: Tidak terkaji
Ruang: Tidak Terkaji
Perencanaan
Diagnosa Kriteria
Tujuan Intervensi Rasional
Evaluasi
Defisit Setelah 3 (tiga) SP 1 : SP 1
Perawatan pertemuan 1. Identifikasi: 1. Meninjau
Diri pasien mampu Kebersihan diri, tingkat
menjelaskan berdandan, pengetahuan
pentingnya:
makan dan klien mengenai
1. Kebersihan
diri BAB/BAK Kebersihan diri
2. Berdandan 2. Jelaskan 2. Memberikan
dan berhias pentingnya informasi
3. Makan kebersihan diri kepada klien
Pasien
mampu: 4. BAB/BAK 3. Jelaskan alat dan sehingga klien
1. Melakukan 5. Mampu cara kebersihan mampu
kebersihan melakukan diri memahami
diri secara cara 4. Masukkan dalam pentingnya
mandiri merawat diri
jadwal dan kebersihan diri
2. Melakukan kegiatan klien 3. Memberikan
berhias/ informasi
berdandan kepada klien
secara baik
sehingga klien
3. Melakukan
makan mampu
dengan menggunkan
baik alat mandi
4. Melakukan (gayung, sikat
BAB/ gigi dll) dan
BAK cara kebersihan
secara diri seperti
mandiri mandi,
berdandan,
berpakian, dll
4. Agar klien
dapat
melakukannya
secara
terjadwalkan
untuk
meningkatkan

33
kemamuannya
dalam
perawatan diri
SP 2 : 1. Memastikan
1. Evaluasi klien sudah
kegiatan yang mempraktekkan
lalu (SP1) kegiatan yang
2. Jelaskan telah dilakukan
pentingnya sebelumnya
berdandan 2. Memberikan
3. Latihan cara informasi
berdandan kepada klien
seperti sehingga klien
berpakaian, mampu
menyisir rambut, memahami
berhias pentingnya
4. Masukkan dalam berdandan
jadwal kegiatan 3. Agar klien
klien dapat
melakukan cara
berdandan
dengan baik
dan benar
seperti
menggunakan
sisir saat
menyisir ramut.
4. Agar klien
dapat
melakukannya
secara
terjadwalkan
untuk
meningkatkan
kemamuannya
dalam
berdandan
SP 3 : 1. Memastikan
klien sudah
mempraktekkan

34
1. Evaluasi kegiatan yang
kegiatan lalu telah dilakukan
(SP1 & 2) sebelumnya
2. Latih cara BAB/ 2. Agar klien
BAK yang baik, memahami
seperti : jelaskan tempat
tempat BAB/ BAB/BAK
BAK yang yang baik yaitu
sesuai, cara di kamar
membersihkan mandi/
diri setelah toilet/WC dank
BAB/BAK lien dapat
memahami cara
membersihkan
diri setelah
BAB/BAK
pada
perempuan
yaitu dengan
teknik cebok
dari depan ke
beakang
Setelah 3 (tiga) SP 1 1. Meninjau
pertemuan , 1. Identifikasi tingkat
keluarga masalah yang pengetahuan
Keluarga mampu : dirasakan keluarga
mampu : 1. Meneruskan keluarga dalam mengenai
1. Merawat latihan merawat klien Kebersihan diri
anggota klien dengan masalah : 2. Agar keluarga
keluarga 2. Mendukung kebersihan diri, dapat
yang dalam 2. Jelaskan deficit melakukan
megalami peningkatan perawatan diri perawatan diri
masalah kemampuan 3. Jelaskan pada klien
kurang klien dalam mengenai cara secara mandiri
perawatan melakukan merawata 3. Agar keluarga
diri perawatan kebersihan diri, dapat
dirinya berdandan, memberikan
BAB/BAK bantuan jika
kelian
mengalami

35
4. Jadwalkan hambatan
keluarga dalam dalam
merawat klien perawatan diri
4. Agar keluarga
dapat
melakukannya
secara
terjadwalkan
untuk
meningkatkan
kemampuan
klien dalam
perawatan diri
SP 2 1. Memastikan
1. Evaluasi klien sudah
kegiatan yang mempraktekkan
lalu (SP1) kegiatan yang
2. Latihan keluarga telah dilakukan
langsung pada sebelumnya
klien mengenai 2. Agar keluarga
berdandan dan dapat
kebersihan diri melakukan cara
3. Jadwalkan berdandan
keluarga untuk dengan baik
merawat klien dan benar
seperti
membantu
menyisir
rambut klien
3. Agar keluarga
dapat
melakukannya
secara
terjadwalkan
untuk
meningkatkan
kemampuan
klien dalam
berdandan

36
SP 3 1. Memastikan
1. Evaluasi klien sudah
kemampuan mempraktekkan
keluarga(SP1&2) kegiatan yang
2. Evaluasi telah dilakukan
kemampuan sebelumnya
klien 2. Memastikan
3. Follow up dan kembali apakah
rujukkan klien dapat
keluarga melakukannya
mengenai secra mandiri
perawatan klien 3. Memastikan
keluarga
membantu
klien dalam
meningkatkan
perawatan diri
klien.

37
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

38
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. (2006). 2006. Buku Sakuy Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.


Direja, A. H. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Herman, M. (2008). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.
Ikawati, S. (2011). Farmakoterapi Penyakit Sistem Saraf Pusat. Yogyakarta: Bursa
Ilmu Karangkajen.
Iyus, Y. (2010). Keperawatan Jiwa . Bandung: Refia Aditama.
Kaplan, H., & Sadock, B. (2010). Retardasi Mental dalam Sinopsis Psikiatri.
Tangerang: Binarupa Angkasara.
Kesehatan, D. (2000). Standar Pedoman Perawatan Jiwa .
Lumbantobing. (2007). Skizofrenia. Jakarta : FKUI. Jakarta: FKUI.
Maramis, W. (2010). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Ed. 2. Surabaya: Airlangga
University Press.
Nanda, B. (2006). Panduan Diagnosa NANDA 2005-2006. Jakarta : EGC.
S, R. (2007). Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Jakarta : FKUI.
Sinaga, B. (2007). Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta : Balai Penerbit .
Stuart, G. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Indonesia: Elsever.

39

Anda mungkin juga menyukai