Makrosomia
Makrosomia
Makrosomia
MAKALAH MAKSOROMIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses kehamilan sampai melahirkan merupakan rantai satu kesatuan dari hasil konsepsi. Pemeriksaan
kehamilan dilakukan pada setiap kehamilan terutama kehamilan pertama. Perlunya pengawasan awal
agar dapat secepatnya diketahui apakah ada komplikasi pada kehamilan tersebut. Kehamilan merupakan
yang besar maknanya, kehamilan memerlukan pengawasan minimal 4 kali dalam kunjungan.
(Prawiroharjo, 2002).
Gangguan dan penyulit pada kehamilan umumnya ditemukan pada kehamilan resiko tinggi. Yang
dimaksud dengan kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya
dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun terhadap janin yang dikandungnya selama
masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas
normal. Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan
kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin. (R. Haryono Roeshadi, 2009).
Makrosomia adalah salah satu komplikasi pada kehamilan yang akan berdampak buruk pada persalinan
dan pada saat bayi lahir apabila komplikasi tersebut tidak dideteksi secara dini dan segera ditangani. Bayi
besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Padahal pada
normalnya, berat bayi baru lahir adalah sekitar 2.500-4000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang
dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah
5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%. (www.wikimu.com).
Persalinan ialah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang cukup bulan atau dapat
hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi
yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Salah satu upaya yaitu dengan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan dalam menolong persalinan dengan berdasarkan pada konsep asuhan
persalinan normal. Asuhan persalinan normal merupakan asuhan yang bersih, aman selama persalinan
dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan,
hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir. (Manuaba Ida Bagus, 1998)
Persalinan dengan penyulit makrosomia umumnya faktor keturunan memegang peranan penting. Selain
itu janin besar dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus, pada postmaturitas dan pada
grande multipara. Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada
umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar
atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena
bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. (http://www.drdidispog.com/2008
Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet janin dapat meninggal akibat
asfiksia. Pada disproporsi sefalopelvik (tidak seimbang kepala panggul) karena janin besar, seksio sesarea
perlu dipertimbangkan. (http://www.drdidispog.com/2008)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendeteksi secara dini adanya penyulit pada persalinan sehingga dapat melakukan asuhan
kebidanan yang tepat dan dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi.
2. Tujuan khusus
d) Untuk mengetahui tanda dan gejala pada kehamilan dan persalinan dengan makrosomia.
e) Untuk mengetahui asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin dengan makrosomia.
C. Manfaat
Agar dapat mendeteksi secara dini adanya komplikasi persalinan dengan makrosomia sehingga dapat
memberikan asuhan kebidanan yang tepat sehingga tidak membahayakan jiwa ibu dan janin.
2. Bagi mahasiswa
Agar dapat membantu bidan mendeteksi secara dini adanya komplikasi persalinan dengan makrosomia
sehingga dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan wewenang bidan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Kehamilan dengan janin besar merupakan salah satu penyulit pada kehamilan yang bisa disebabkan
beberapa faktor antara lain adalah karena penyakit Diabetes Mellitus yang diderita ibu, faktor genetik
dan faktor kecukupan gizi selama hamil. Pada ibu hamil pemeriksaan antenatal memegang peranan
penting dalam perjalanan kehamilan dan persalinannya.
Usaha untuk pencegahan penyulit kehamilan dan persalinan tergantung pada berbagai faktor dan tidak
semata-mata tergantung dari sudut medis atau kesehatan saja. Faktor sosial ekonomi diduga sangat
berpengaruh. Karena pada umumnya seseorang dengan keadaan sosial ekonomi baik memiliki
kemampuan untuk memenuhi gizi seimbang pada saat hamil. Hal ini juga memungkinkan ibu kelebihan
nutrisi pada saat hamil sehingga menyebabkan bayi besar. oleh karena itu pemeriksaan antenatal yang
sesuai standar dapat membantu mendeteksi penyulit pada masa kehamilan.
Dalam kehamilan, pertumbuhan dan perkembangan janin sebaiknya harus dapat diikuti dengan baik.
Adanya kelainan pertumbuhan janin seperti KMK (kecil untuk masa kehamilan), BMK (besar untuk masa
kehamilan), kelainan bawaan seperti hidrosefalus, hidramnion, kehamilan ganda ataupun adanya
kelainan letak janin sedini mungkin harus segera dapat di deteksi. Bila keadaan ini baru di diagnosa pada
kehamilan lanjut, maka penyulit pada kehamilan dan persalinan akan sering dijumpai.
Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah
yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan akan berjalan baik. Demikian
juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa kelainan bawaan ataupun kelainan karena
pengaruh lingkungan, maka pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan dapat mengalami
gangguan. (R. Haryono Roeshadi, 2009)
2. Persalinan dengan janin besar
Persalinan dengan penyulit makrosomia adalah penyulit dalam persalinan akibat janin besar yang
merupakan kelanjutan dari penyulit kehamilan dengan janin besar. Apabila tidak ditangani secara tepat
akan berakibat fatal bagi ibu dan bayi. Kehamilan Implikasi makrosomia bagi ibu melibatkan distensi
uterus, menyebabkan peregangan yang berlebihan pada serat-serat uterus. Hal ini menyebabkan
disfungsional persalinan, kemungkinan ruptur uterus, dan peningkatan insiden perdarahan postpartum.
Persalinan dapat menjadi lebih lama dan tindakan operasi pada saat melahirkan menjadi lebih
dimungkinkan. (Persis Mary, 1995)
Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000 - 5000 gram pada umumnya tidak mengalami
kesulitan dalam melahirkannya. Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit. Kadang-kadang
baru diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan
his yang kuat. Pemeriksaan yang teliti tentang adanya disproporsi sefalopelvik dalam hal ini perlu
dilakukan. Besarnya kepala dan tubuh janin dapat diukur pula secara teliti dengan menggunakan alat
ultrasonik.
Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak
menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang
lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar
sulit melalui rongga panggul. Pada disproporsi sefalopelvik (tidak seimbang kepala panggul) karena janin
besar, seksio sesarea perlu dipertimbangkan. (http://www.drdidispog.com/2008)
3. Bayi makrosomia
- Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram. (Keperawatan
Maternitas Edisi 4. Bobak Lowdermilk, Jensen).
- Menurut Cunningham (1995 : 421) semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa
memandang umur kehamilan dianggap sebagai makrosomia.
Kondisi bayi dengan berat lahir makrosomia membutuhkan perawatan yang lebih/intensif dan harus
selalu dipantau untuk menghindari resiko dikemudian hari. Berat neonatus pada umumnya kurang dari
4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3%
dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%. (www.drdidispog.com/2008).
B. Etiologi
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi besar / Baby giant. Faktor-
faktor tersebut diantaranya :
1. Ibu yang menderita Diabetes Mellitus (DM) sebelum dan selama kehamilan.
Kadar gula darah ibu hamil penderita Diabetes Melitus tergolong tinggi. Kondisi inilah yang memberi
peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusaT baik, maka si
calon bayi dapat tumbuh makin subur.
Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan Baby giant berpeluang besar melahirkan anak kedua
dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.
3. Faktor genetik
Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat menurun pada bayi.
Porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh terhadapa bobot janin. Asupan gizi yang
berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas rata-rata. Pola makan ibu yang tidak
seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran bayi besar.
Ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama.
(www.wikimu.com).
C. Manifestasi Klinis
a) Uterus lebih besar dari biasanya atau tidak sesuai dengan usia gestasi
C. Patofisiologis
Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada janin (akibat hiperglikemia ibu) dan
hiperinsulinisme janin yang menyebabkan :
- Pertambahan ukuran dan berat dari hampir seluruh organ, yang memperlihatkan hipertropf dan
hyperplasia seluler
- Hematopiesis ektramedularis khususnya dari hepar yang menyebabkan pertambahan berat badan.
(Markum, A.H. 1996)
Umumnya bayi dengan makrosomia ini dilahirkan oleh ibu diabetik kelas A, B dan C. Insulin dikatakan
merupakan hormon pertumbuhan primer untuk perkembangan intra uterin. Diabetes Maternal
mengakibatkan peningkatan kadar asam-asam amino bus plasenta, pancreas janin berespon dengan
memproduksi insulin untuk disesuaikan dengan sediaan bahan baker akselerasi sintesis protein yang
diakibatkan bersama dengan penyimpanan glikogen dan lemak berlebih bertanggung jawab terhadap
terjadinya makrosomia yang khas pada kehamilan diabetik. (Markum, A.H. 1996)
Bayi dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom kegawatan pernafasan yang
lebih besar dari pada bayi ibu yang normal pada umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar
mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola sintesis surfakton. (Arvin
Behrman Kliegmen, 1996)
D. Komplikasi
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu. Yang walaupun dikontrol
dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm.
Situasi ini biasanya dinilai pada sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang seksama terhadap pelvis
ibu. Tingkat penurunan kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap riwayat
kebidanan sebelumnya. Seringkali akan menunjukkan apakah induksi persalinan kemungkinan dan
menimbulkan persalinan pervaginam. (Bobak, dkk. 2005)
Jika terjadi penyulit-penyulit ini dapat dinyatakan sebagai penatalaksanaan yang salah. Karena hal ini
sebenarnya dapat dihindarkan dengan seksio sesarea yang terencana. Walaupun demikian, yang perlu
dingat bahwa persalinan dari bayi besar (baby giant) dengan jalan abdominal bukannya tanpa resiko dan
hanya dapat dilakukan oleh dokter bedah kebidanan yang terampil. (Arvin Behrman Kliegmen, 1996).
Bayi besar juga kerap menjadi penyulit pada saat persalinan normal, karena dapat menyebabkan cedera
baik pada ibu maupun bayinya.
b) Perdarahan
d) Ibu sering mengalami gangguan berjalan pasca melahirkan akibat peregangan maksimal struktur
tulang panggul. Keluhan keluhan tersebut bisa sembuh dengan perawatan yang baik.
2. Pada bayi :
a) Terjadinya distosia bahu yaitu kepala bayi telah lahir tetapi bahu tersangkut di jalan lahir.
b) Asfiksia pada bayi sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan untuk melahirkan bahu.
c) Brachial Palsy (kelumpuhan syaraf di leher) yang ditandai dengan adanya gangguan motorik pada
lengan.
d) Patah tulang selangka (clavicula) yang sengaja dilakukan untuk dapat melahirkan bahu.
1. Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada bayi dari ibu yang menderita penyakit DM karena cadangan glukosa
rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga
meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti
sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinisme) sehingga terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang
berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada
susunan saraf pusat bahkan sampai kematian.
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan
hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena
meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan
pernapasan. (Khosim MS, dkk. 2004)
Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata.
Dikatakan hipoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa
menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada
neonatus umur 1 – 2 jam.
2. Hipokalsemia
Bayi menderita hipokalsemia bika kadar kalsium dalam serum kurang dari 7 mg/dl (dengan/tanpa
gejala), atau kadar kalsium 10 n kurang dari 3 mg/dl. Kejadiannya adalah kira-kira 50% pada bayi dari ibu
penderita DM. Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan berkurangnya
fungsi kelenar paranoid kadar kalsium terendah terjadi pada umur 24-72 jam.
Penyebab polestemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan oleh meningkatnya produksi sel
darah merah yang sekunder disebabkan oleh hipoksia intra uterin kronik pada ibu dengan penyakit
vaskuler dan oleh transfusi plasenta intra uterin akibat hipoksia akut pada persalinan atau kelahiran.
Dengan adanya polisetemia akan menyebabkan hiperviskositas darah dan akan merusak sirkulasi darah.
Selain itu peningkatan sel darah yang akan dihemolisis ini meningkatkan beban hederobin potensial
heperbilirubinemia. Bayi makrosomia dapat menderita fraktur klavikula, laserasi limpa atau hati cedera
flesus brakial, palsi fasial, cedera saraf frenik atau hemoragi subdural.
Hiperviskositas mengakibatkan menurunnya aliran darah dan terjadinya hipoksia jaringan serta
manifestasi susunan saraf pusat berupa sakit kepala, dizziness, vertigo, stroke, tinitus dan gangguan
penglihatan berupa pandangan kabur, skotoma dan diplopia. (Markum, A.H. 1996).
4. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL. Bilirubin pada neonatus
meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24
jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun mendekati nilai normal
dalam beberapa minggu. Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis,
kecuali:
b) Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10 mg/dL
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:
- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih pendek.
E. Mekanisme Persalinan
Pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000 - 5000 gram pada umumnya tidak mengalami
kesulitan dalam melahirkannya. Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit. Kadang-kadang
baru diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan persalinan pada panggul normal dan
his yang kuat. Pemeriksaan yang teliti tentang adanya disproporsi sefalopelvik dalam hal ini perlu
dilakukan. Besarnya kepala dan tubuh janin dapat diukur pula secara teliti dengan menggunakan alat
ultrasonik.
Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak
menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena kepala yang besar atau kepala yang
lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar
sulit melalui rongga panggul. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet
karena lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat asfiksia. (http://www.drdidispog.com/2008)
Pada disproporsi sefalopelvik (tidak seimbang kepala panggul) karena janin besar, seksio sesarea perlu
dipertimbangkan. Kesulitan melahirkan bahu tidak selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila kepala
sudah lahir sedangkan bahu sulit dilahirkan, hendaknya dilakukan episiotomi mediolateral yang cukup
luas, hidung serta mulut janin dibersihkan, kemudian kepala ditarik curam ke bawah secara hati-hati
dengan kekuatan yang terukur.
Bila tidak berhasil, tubuh janin diputar dalam rongga panggul, sehingga bahu belakang menjadi bahu
depan dan lahir di bawah simfisis. Bila dengan cara ini pun belum berhasil, penolong memasukkan
tangannya ke dalam vagina dan berusaha melahirkan lengan belakang janin dengan menggerakkan di
muka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri digunakan tangan kanan penolong, dan sebaliknya.
Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul guna melahirkan lengan depan.
Pada keadaan dimana janin telah mati sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan kleidotomi pada satu
atau kedua klavikula (tulang disamping leher) untuk mengurangi kemungkinan perlukaan jalan lahir.
(http://www.drdidispog.com/2008)
F. Pencegahan
Selama perawatan antepartal dilakukan pengkajian ukuran pelvic ibu dan ukuran janin yang sedang
berkembang. Ukuran janin ditentukan dengan palpasi panjang crown-rump janin dalam uterus. Sonografi
pelvimetri dapat memberikan informasi lebih lanjut. Bila terlihat uterus yang sangat besar, hidramnion,
atau ukuran janin yang sangat besar, atau janin lebih dari satu merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan sebagai kemungkinan penyebab.
1. Melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur sehingga kenaikan berat badan janin saat masih
dalam kandungan dapat dikontrol dengan baik.
3. Konsultasikan pola makan dan asupan gizi semasa hamil dengan dokter.
4. Sesuaikan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan antara 8-12 kg.
5. Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein (ikan, susu, daging, tahu, tempe)
vitamin dan mineral (sayur dan buah buahan).
6. Kurangi makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti nasi, gula, mie, roti/kue, dll.
Melakukan USG secara rutin selama kehamilan, sehingga dapat memantau penambahan berat badan
bayi selama dalam kandungan dan dapat diambil langkah langkah untuk mencegah terjadinya bayi besar.
(Hendrik, 2009)
G. Penatalaksanaan Medis
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang tumbuh, disertai
dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi terhadap makrosomia (bayi besar)
memungkinkan dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan. Peningkatan
resiko bayi besar jika kehamilan dibiarkan hingga aterm harus diingat dan seksio sesarea efektif harus
dilakukan kapan saja persalinan pervaginam. (Arvin Behrman Kliegmen, 1996).
Tanpa memandang besarnya semua bayi dari ibu diabetes sejak semula harus mendapat pengamatan
dan perawatan yang intensif, kadar gula darah pada bayi harus ditentukan pada 1 jam post partum dan
kemudian setiap 6 – 8 jam berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar gula darahnya normal. Mula-mula
diberikan makanan oral/sonde air glukosa 5% dilanjutkan dengan ASI. Air susu formula yang dimulai
pada umur 2 – 3 jam dan diteruskan dengan interval makanan oral. Pemberian makanan harus
dihentikan dan glukosa di berikan dengan infus intravena perifer pada kecepatan 4 – 8 mg/kg BB/menit
untuk mengatasi :
1. Hipoglikemia
Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah agar kadar glukosa serum tetap normal pada kasus
hipoglikemia tanpa gejala lakukan tindakan berikut :
- Apabila kadar glukosa dengan dextrosix 25 mg/dl maka bayi diberi larutan glukosa sebanyak 6 mg/kg
BB/menit dan kemudian diperiksa tiap 1 jam hingga normal dan stabil.
- Bila doxtrosix menunjukkan hasil 25 – 46 mg/dl dan bayi tidak tampak sakit maka diberi minum glukosa
5% lalu diperiksa tiap jam hingga stabil. Pada kasus hipoglikemia dengan gejala diberikan larutan glukosa
10% sebanyak 2 – 4 ml/kg BB intra vena selama 2 – 3 menit hingga kadar glukosa stabil.
2. Hipokalsemia
Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan kalsium glukonat 10% sebanyak 0.2 – 0.5
ml/kg BB intravena yang harus diperhatikan selama pemberian adalah aritmia jantung, bradikardi dan
ekstravasasi cairan dan alat infuse, kadar kalsium serum harus dipantau tiap jam.
3. Hiperbilirubinemia
Sejak bayi mulai kurang kadar bilirubin harus dipantau dengan teliti kalau perlu berikan terapi
sinar/transfusi darah.
4. Polisitemia
Dicoba dengan penambahan pemberian minum sebanyak 20 – 40 ml/kg BB/ hari disamping itu dipantau
Hb darah tiap 6 – 12 jam tanpa gejala, bila dengan gejala seperti gangguan nafas jantung atau kelainan
neurologik harus dilakukan transfusi parsial dengan plasma beku segar. (Bobak, dkk. 2005)
BAB III
TINJAUAN KASUS
KALA I
S : Ny. M datang ke BPS Julidah bersama keluarganya. Ibu mengeluh sakit perut menjalar ke pinggang.
Sakit pertama kali dirasakan sehabis maghrib. Sakit dirasakan semakin kuat dan sering. Ibu mengatakan
ini merupakan kehamilan yang pertama dan belum pernah keguguran. Jarak antara kehamilan yang lalu
adalah 4 tahun. Ibu mengatakan kehamilannya cukup bulan. Gerakan janin ibu rasakan baik. Ketuban
belum pecah. Haid terakhir : 28 - 6 - 2009
RR : 20 x/menit BB : 65 Kg
T : 36,50C
L1 : 40 cm
L2 : Punggung kiri
L3 : Kepala
L4 : Convergent
Pemeriksaan dalam :
o Portio tebal
o Pembukaan 1 cm
o Molase 0, Hodge I
• Menjelaskan tentang pengertian makrosomia. Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat
lahir lebih dari 4.000 gram → Ibu sudah mengerti tentang pengertian makrosomia.
- Ibu yang menderita Diabetes Mellitus (DM) sebelum dan selama kehamilan.
- Faktor genetik
• Menjelaskan pada ibu tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu apabila ibu melahirkan di
bidan secara normal :
- Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibu
- Partus lama
→ Ibu sudah mengerti tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu apabila ibu melahirkan di bidan
secara normal.
• Menjelaskan pada ibu komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi dengan makrosomia:
- Perdarahan intrakranial
- Hipoglikemia yaitu kekurangan kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata.
→ Ibu sudah mengerti tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi dengan makrosomia.
• Menganjurkan ibu untuk melahirkan di rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih lengkap agar ibu
melahirkan secara operasi sesar → Ibu mengerti dan bersedia ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih
lengkap dan ibu bersedia melahirkan secara sesar.
• Membantu ibu dan keluarga memilih rumah sakit yang sesuai dengan kebutuhan ibu dan ketersediaan
dana → ibu Memilih Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin.
• Menjelaskan kepada kelurga untuk mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk rujukan, seperti :
- Transportasi
- Biaya
- Pendonor darah
→ Keluarga sudah mengerti dan bersedia mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk perujukan.
• Mendampingi ibu dan keluarga ke Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin → Ibu dan keluarga
bersedia didampingi ke Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram. (Keperawatan
Maternitas Edisi 4. Bobak Lowdermilk, Jensen).
2. Etiologi dari makrosomia adalah ibu yang menderita diabetes mellitus (DM) sebelum dan selama
kehamilan, ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar, faktor genetik dan pengaruh kecukupan gizi.
(Markum, A.H. 1996)
3. Tanda dan Gejalanya adalah Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir, Besar untuk usia gestasi
atau tinggi fundus pada kehamilan aterm lebih dari 40 cm dan Plasenta dan tali pusat lebih besar dari
rata-rata. (Markum, A.H. 1996).
4. Komplikasi pada makrosomia adalah Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar
dibandingkan panggul ibunya perdarahan intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri,serviks, vagina,
robekan perineum dan fraktur anggota gerak merupakan beberapa komplikasi yang mungkin terjadi.
5. Mekanisme Persalinannya adalah pada panggul normal, janin dengan berat badan 4000 - 5000 gram
pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam melahirkannya. Menentukan besarnya janin secara
klinis memang sulit. Kadang-kadang baru diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan
persalinan pada panggul normal dan his yang kuat. Pada panggul normal, janin dengan berat badan
kurang dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi
karena kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat memasuki pintu
atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul. (Bobak, dkk. 2005)
B. Saran
Agar dapat mendeteksi secara dini makrosomia pada ibu bersalin dan dapat melakukan asuhan yang
sesuai dengan prosedur dan sesuai dengan kapasitas bidan sehingga dapat menghindari komplikasi yang
terjadi dari makrosomia.
2. Bagi mahasiswa
Agar dapat menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan makrosomia sesuai dengan teori
yang telah dipelajari. Serta dapat mendeteksi secara dini makrosomia sehingga dapat mencegah
komplikasi yang terjadi dari makrosomia.
DAFTAR PUSTAKA
Arvin Behrman Kliegmen.1996, Ilmu Kesehatan Anak “Nelson“ edisi 15 volume I. Jakarta : Egc.
http://www.drdidispog.com/2008/11/makrosomia-bayi-besar.html
Markum, A.H. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FAkultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tabloid Ibu Anak. “Mother And Baby” Edisi Senin, 04 Nov 2002
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro. Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
@diadiadiand at 07.03
Posting Komentar
Beranda
SECRET OF ME'..
Foto saya
@diadiadiand
Jakarta Capital Region, Indonesia