PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah hubungan ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf ?
2. Bagaimanakah hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid?
3. Bagaimanakah hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa ?
4. Bagaimanakah hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan?
5. Bagaimanakah hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat merupakan pusat semua ilmu pengetahuan dan Akhlak adalah salah
satu ilmu cabang dari filsafat. Berbagai ilmu di bawah naungan filsafat, di mana ia
sebagai pusat asal mulanya ilmu, maka antara cabang satu dengan yang cabang
lainnya ada hubungan.
1
Abuddun Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), hal. 17.
2
dilakukan dalam rangka mendekatkatkan diri kepada Allah, ibadah yang
dilakukan dalam rangka bertasawuf itu ternyata erat hubungannya dengan akhlak.
Dalam hubungan ini Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, bahwa
ibadah dalam islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah
dalam Al-qur’an dikaitkan dengan takwa, dan takwa berarti melaksanakan
perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya, yaitu orang yang berbuat baik dan
jauh dari yang tidak baik. Inilah yang dimaksud dengan ajaran amar ma’ruf
nahimunkar, mengajakan orang pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal
yang tidak baik. Tegasnya orang yang bertakwa adalah orang yang berakhlak
mulia. Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, kaum sufilah, terutama yang
pelaksanaan ibadahnya membawa kepada paembinaan akhlak mulia dalam diri
mereka.
Selanjutnya Ilmu Tauhid disebut pula ilmu kalam yang secara harfiah berarti
ilmu tentang kata-kata. Selanjutnya kalau yang dimaksud kalam adalah kata-kata
manusia, maka yang dimaksut dengan ilmu kalam adalah ilmu yang membahas
tantang kata-kata atau silat lidah dalam rangka mempertahankan pendapat dan
pendirian masing-masing.
Dari berbagai istilah yang berkaitan dengan Ilmu Tauhid itu kita dapat
memperoleh kesan yang dalam bahwa Ilmu Tauhid itu pada intinya berkaitan
dengan segala sifat dan perbuatanya.Termasuk pula dalam pembahasan dalam
Ilmu Tauhid ini adalah mengenai rukun islam yang keenam, yaitu iman kepada
3
Allah, para malaikat, kitap-kitap yang diturunkannya, para rasul, hari kiamat, dan
ketentuannya atau qada dan qadar-nya. Selain itu dalam ilmu ini dibahas pula
tentang keimanan terhadap hal-hal yang akan terjadi di akhir nanti.
2
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 23.
3
Abuddin Nata, op. cit., hal. 22.
4
dunia akan di timbang dan dihitung serta diputuskan dengan seadilnya.
Mereka yang amalnya yang lebih banyak yang baik bertakwa kepada
Tuhan akan dimasukkan ke dalam surga. Keimanan kepada hari akhir yang
demikian itu di harapkan dapat memotivasi seseorang agar selama hidupnya di
dunia ini banak melakukan amal ang baik, menjauhi perbuatan dosa atau ingkar
kepada Tuhan. Orang yang demikian selanjutnya akan menjadi orang ang selalu
takwa kepada Allah.
Jiwa yang bersih dari dosa san maksiat serta dekat dengan Tuhan
misalnya, akan melahirkan perbuatan dan sikap yang tenang pula. Sebaliknya,
jiwa yang kotor, banyak berbuat kesalahan dan jauh dari Tuhan akan melahirkan
perbuatan yang jahat, sesat dan menyesatkan orang lain.
Objek persoalan yang jelas bahwa ilmu jiwa menguraikan tentang jiwa
perseorangan, masyarakat dan lain sebagainya yang berhubungan dengan gejala-
gejala jiwa, tetapi akhlak akan mempersoalkan apakah jiwa mereka tersebut
termasuk jiwa yang baik atau jiwa yang buruk.4
4
Yatimi Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007), h.
75
5
Al-Qur’an, aspek batin yang dimiliki manusia ini diungkap dengan istilah al-
insan. Hasil studi Musa Asy’ari terhadap ayat-ayat Al-Qur’an menginformasikan,
bahwa kata insan dipakai Al-Qur’andalam kaitannya dengan berbagai kegiatan
manusia, antara lain untuk kegiatan belajar (QS. Al-alaq: 15)
Artinya: Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian)
niscaya kami tarik ubun-ubunnya,
Artinya: (Tuhan) yang Maha pemurah. Yang Telah mengajarkan Al Quran.
Dia menciptakan manusia.
Dengan demikian menjadi jelas bahwa akhlak mempunyai hubungan dengan ilmu
jiwa (psokologi).
6
Tujuan pendidikan ini dalam pandangan islam banyak berhubungan dengan
kualitas manusia yang berakhlak.
Ibn Sina misalnya mengatakan bahwa jiwa manusia merupakan satu unit
yang tersendiri akan mempunyai wujud terlepas dari badan. Pemikiran filsafat
7
tentang jiwa yang dikemukakan Ibn Sina tersebut memberi petunjuk bahwa dalam
pemikiran filsafat terdapat bahan-bahan atau sumber yang dapat dikembangkan
lebih lanjut menjadikonsep Ilmu Akhlak.
Dalam hal itu al-Ghazali membagi umat manusia ke dalam tiga golongan.
Pertama kaum awam, yang berpikirnya sederhana sekali. Kedua kaum pilihan
yang akalnya tajam dan berpikir secara mendalam. Ketiga kaum penengkar.
Pemikiran al-Ghazali ini memberi petunjuk adanya perbedaan cara dan daya
tangkaonya. Pemikiran demikian dapat membantu dalam merumuskan metode dan
pendekatan yang tepat dalam mengajarkan akhlak.5
Selain itu, filsafat juga membahas tentang Tuhan, alam dan makluk lainnya. Dari
pembahasan ini akan dapat diketahui dan dirumuskan tentang cara-cara
berhubungan dengan Tuhan dan memperlakukan mahluk serta alam lainnya.
Dengan demikian akan dapat diwujudkan akhlak yang baik terhadap Tuhan,
terhadap manusia, alam dan mahluk Tuhan lainnya.
5
Abuddin Nata, op. cit., hal. 40.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan ilmu akhlak dapat dikategorikan
berdekatan antara lain Ilmu Tasawuf, Ilmu Tauhid, Ilmu Pendidikan, Ilmu Jiwa,
dan Ilmu Filsafat. Sedangkan ilmu-ilmu yang dikategorikan mempunyai
hubungan pertengahan dengan Ilmu Akhlak adalah Ilmu Hukum, Ilmu Sosial,
Ilmu Sejarah, dan Ilmu Antropologi. Sedangkan Ilmu yang dikategorikan
mempunyai hubungan agak jauh adalah Ilmu Fisika, Ilmu Biologi, dan Ilmu
Politik.
Ibn Sina misalnya mengatakan bahwa jiwa manusia merupakan satu unit yang
tersendiri akan mempunyai wujud terlepas dari badan. Pemikiran filsafat tentang
jiwa yang dikemukakan Ibn Sina tersebut memberi petunjuk bahwa dalam
pemikiran filsafat terdapat bahan-bahan atau sumber yang dapat dikembangkan
lebih lanjut menjadikonsep Ilmu Akhlak.
B. Saran
Dalam menulis makalah ini pemakalah sangatlah dangkal pengetahuannya,
apalagi masalaih ini merupakan hal yang paling penting yang harus diketahui oleh
seluruh manusia, dan selalu dilakukan oleh setiap manusia. Oleh sebab itu, penulis
sangat berharap kiranya ada masukan dan tambahan untuk menyempurnakan isi
makalah ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abuddun Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006), hal.
17.
[2] Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf , (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal.
112.
[3] Harun Nasutian, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, (Bandung:
Mizan, 1995), hal. 57
[4] Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia,
1998), hal. 23.
[5] Abuddin Nata, op. cit., hal. 22.
[6] Yatimi Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:
Amzah, 2007),h. 75
[7] Abuddin Nata, op. cit., hal. 40.
10