Anda di halaman 1dari 20

1

PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu wa Ta’ala yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Memahami kalimat efektif” ini dengan tepat waktu. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. yang telah membawa risalah islam
yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Semoga pengetahuan ini dapat menjadi bekal hidup kita baik
di dunia maupun di akhirat kelak.

Dalam pembuatan makalah ini, kami banyak mendapat hambatan dan tantangan namun
dengan semangat kami, tantangan tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampuh yang telah memberikan kami tugas ini yang memberikan manfaat
kepadan kami agar kami dapat memahami dan mempelajari makalah ini. Semoga ilmu yang beliau
berikan mendapatkan balasan dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala.

Akhir kata, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi penyusunan
maupun isinya. Karenanya kami berharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah yang telah kami susun ini.

Jombang, 12 November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................... 2
A. Kalimat Efektif dan Ciri-cirinya............................................................................ 2
B. Struktur Kalimat dalam Bahasa Indonesia............................................................. 5
C. Kesalahan dalam Kalimat...................................................................................... 6
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 14
A. Kesimpulan......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang paling penting untuk


mempersatukan seluruh bangsa. Bahasa Indonesia juga merupakan alat
mengungkapkan diri baik secara lisan maupun tulisan. Semua warga negara Indonesia
harus mahir dalam menggunakan Bahasa Indonesia karena hal ini merupakan
kewajiban warga Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk menggunakan bahasa
indonesia sebagai bahasa persatuan.

Dalam berbahasa indonesia tentunya kita harus memperhatikan susunan kata


yang tepat untuk disampaikan kepada para pendengar maupun pembaca. Dari hal
inilah kita dapat mengenal kalimat yang baik dan benar, salah satunya adalah kalimat
efektif. Mahasiswa selain berbahasa indonesia juga dapat menggunakan kalimat
efektif, yaitu kalimat yang disampaikan secara mudah sehingga dapat dipahami oleh
pembaca. Dalam menggunakan kalimat efektif, kita juga harus memperhatikan
susunan kata dan kalimat yang akan kita pakai sehingga menjadi kesatuan yang utuh.
Sebagai penulis, hendaknya memperhatikan kalimat yang sudah kita susun sehingga
maksud dari tulisan kita dapat dipahami dengan baik oleh para pembaca.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka kita dapat menyusun rumusan
masalah sebagai berikut:

1. Memahami kalimat efektif dan seperti apa ciri-cirinya?

2. Bagaimana struktur kalimat dalam bahasa indonesia?


3. Bagaimana kesalahan dalam penulisan kalimat?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kalimat Efektif dan Ciri-cirinya

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki satu gagasan pokok unsur-unsurnya
minimal terdiri atas subjek dan predikat. Kalimat efektif didefinisikan sebagai kalimat yang
memiliki kemampuan untuk mengungkapkan gagasan penutur sehingga pendengar atau
pembaca dapat memahami gagasan yang dimaksud oleh penutur. Kalimat efektif adalah
kalimat yang disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan oleh
penulis terhadap pembacanya (Fuad, dkk., 2009: 58).

Dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki potensi untuk
menyampaikan pesan, ide, gagasan, atau informasi secara utuh, jelas, dan tepat, sehingga
pendengar atau pembaca dapat memahami maksud yang diungkapkan oleh pembicara atau
penulis. Widjono (2007: 161)

Menurut (Mazanggit, 2012) dalam pembuatan kalimat efektif ada tujuh ciri-ciri
yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Kesepadanan

Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S),
predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki
keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.

Contoh:

Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).

Tidak Menjamakkan Subjek

Contoh:

3
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)

Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

2. Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata

Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu
(menimbulkan tafsiran ganda).

Contoh:

Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak
efektif).

Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).

3. Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan


kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata
bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud
kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan
penghematan, yaitu:

a. Menghilangkan pengulangan subjek.

b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.

c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.

d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.

Contoh:

Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)

Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)

Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)

Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)

4. Kelogisan

Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus
memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

Contoh:

4
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)

Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

5. Kesatuan atau Kepaduan

Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam


kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:

a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang
tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.

Contoh:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)

Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa
kemanusiaan. (efektif)

Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)

Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

6. Keparalelan atau Kesajajaran

Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan
dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya
harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.

Contoh:

Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)

Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)

Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

7. Ketegasan

5
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari
kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:

 Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.

Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
(ketegasan)

 Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.

Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)

b. Membuat urutan kata yang bertahap.


Contoh:

Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (salah)

Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (benar)

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).


Contoh:

Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.


Contoh:

Anak itu bodoh, tetapi pintar.

e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:

Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?

Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

B. Struktur Kalimat dalam Bahasa Indonesia

Penyusunan kalimat yang benar adalah yang sesuai dengan aturan dalam penulisan
bahasa indonesia. Penulisan kalimat yang benar diawali dengan huruf besar dan diakhiri
dengan sebuah titik (.), tanda tanya (?), ataupun tanda seru (!). Hal ini disesuaikan dengan
kebutuhan pada penyusunan kalimat tersebut.

6
Syarat Kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus
memiliki unsur-unsur subjek dan predikat atau bisa ditambah dengan objek, keterangan, dan
unsur-unsur subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap. Melahirkan keterpautan arti
yang merupakan ciri keutuhan kalimat.

Contoh: Ibu menata ruang tamu tadi pagi

S P Pel K

Dari contoh tersebut, kalimat ini jelas maknanya, hubungan antar unsur menjadi jelas
sehingga ada kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan makna. Pada umumnya dalam
suatu kalimat terdapat satu ide yang hendak disampaikan serta penjelasan mengenai ide
tersebut. Hal ini perlu ditata dalam kalimat secara cermat agar informasi dan maksud penulis
mencapai sasarannya.

Berdasarkan pola dasarnya, Badudu (1990: 32) mengungkapkan pola:

1. S – P

Contoh: Nisa Tidur

2. S – P – O

Contoh: Aliya makan bakmi goreng

3. S – P – Pel

Contoh: Cincinnya bertakhtakan berlian

4. S – P – K

Contoh: Syahrini konser di Tokyo

7
5. S – P – O – Pel

Contoh: Saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan

6. S – P – O – Pel – K

Contoh: Saya mengirimi uang ibu setiap bulan

7. S – P – O – K

Contoh: Adik minum susu kedelai setiap hari

8. S – P – Pel – K

Contoh: Ia menangis tersedu-sedu ketika mendengar berita itu

C. Kesalahan dalam Kalimat

Kesalahan kalimat dapat dibedakan dari dua segi, yakni kesalahan internal dan kesalahan
eksternal. Kesalahan internal adalah kesalahan kalimat yang diukur dari unsur-unsur dalam
kalimat, sedangkan kesalahan eksternal diukur dari unsur luar kalimat yang bersangkutan.
Kesalahan eksternal itu diukur dari kalimat-kalimat lain yang menjadi konteks atas
lingkungannya.
Kesalahan dari segi internal dapat dipilah menjadi beberapa tipe. Tipe pertama adalah
kesalahan kandungan isi yang menyebabkan kalimat menjadi tidak logis sebagaimana tampak
pada contoh-contoh berikut.
 Menurut Habibi (dalam Nimbara, 1993) menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diterapkan secara tepat guna diarahkan untuk memberantas
kemiskinan dan keterbelakangan.
 Dengan pemakaian pupuk urea pil dapat menyuburkan tanaman dan meningkatkan
produksi pertanian
Kedua kalimat di atas merupakan kalimat yang tidak logis. Untuk membuktikan itu dapat
digunakan pertanyaan-pertanyaan mengenai isi setiap kalimat itu. Pada kalimat pertama dapat
dinyatakan siapa yang menyatakan. Jika dinyatakan hal itu, jawaban tidak ada, walaupun bisa

8
saja dijawab dengan Habibi. Akan tetapi, Habibi pada kalimat pertama itu tidak menempati
pokok kalimat, melainkan keterangan sebagaimana disyaratkan oleh kata mereka. Jadi,
pertanyaan itu sebenarnya tidak dapat dijawab dengan Habibi. Baru bisa dijawab dengan
Habibi jika kalimatnya diubah menjadi Habibi (dalam Nimbara, 1993) “menyatakan bahwa
ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan secara tepat guna diarahkan untuk
memberantas kemiskinan dan keterbelakangan.”
Pertanyaan tentang pokok kalimat juga tidak dapat dikenakan pada kalimat kedua. Jika
dipertanyakan dengan kalimat Apa yang menyuburkan tanaman?, jawaban tidak dapat dicari
dalam kalimat itu. Barulah jawaban dapat ditemukan jika frase dengan pemakaian
dihilangkan sehingga kalimatnya menjadi Pupuk Urea Pil dapat menyuburkan tanaman dan
meningkatkan produksi pertanian.
Di samping kesalahan logika, kesalahan kalimat dapat terjadi ketidaklengkapan. Kalimat
yang tidak lengkap itu hanya mengandung sebagian saja unsur-unsur yang seharusnya ada.
Perhatikan dua buah kalimat yang terdapat pada teks berikut!
 Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan. Sehingga pada pedagang bunga
mulai berusaha di bidang bisnis yang lain.
Kalimat kedua pada teks tersebut merupakan kalimat yang hanya diisi keterangan. Akan
lebih baik jika kalimat kedua itu diintegrasikan menjadi satu dengan kalimat sebelumnya atau
diupayakan menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, sebagaimana tampak pada hasil
perbaikannya berikut.
a) Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan sehingga para pedagang bunga
mulai berusaha di bidang bisnis yang lain.
atau
b) Situasi pasar bunga memang tidak menggembirakan. Para pedagang bunga mulai
berusaha di bidang bisnis yang lain. (Nugraheni dan Aninditya Sri, dkk, 2017:63)

Menurut (Ramlannarie, 2010) kesalahan pada kalimat mencakup beberapa hal


sebangai berikut:
1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang
sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis
antara lain:
 Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.

 Kita harus saling tolong-menolong.


Kalimat ini seharusnya: Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-
menolong.

2. Kontaminasi
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat
berikut ini:

9
Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan.
Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

3. Salah pemilihan kata


Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat
berikut ini:
Saya mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

4. Salah nalar
Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut
ini:
Bola gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.

5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)

 Bahasa asing

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat
pada kalimat berikut:

Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.

Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat
berikut:

I live in Semarang where my mother works.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.

 Bahasa daerah

Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat
kita lihat pada kalimat berikut:

Anak-anak sudah pada datang.

Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:

Anak-anak sudah datang.

10
Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita lihat
pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di tabloid
anak-anak Yunior.

Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)

Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat mana?

6. Kata depan yang tidak perlu

Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti
pada kalimat berikut:

Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya
menjadi:

Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

Menurut (Raddict, 2015) berikut ini adalah langkah dalam memperbaiki kesalahan
kalimat:

1. Kalimat tanpa Subjek


Dalam menyusun sebuah kalimat sering kali dengan kata depan atau preposisi, lalu
verbanya menggunakan bentuk aktif atau berawalan men-baik dengan atau tanpa akhiran
-kan. Dengan demikian dihasilkan kalimat-kalimat salah seperti di bawah ini.
a. Bagi yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.
b. Untuk perbaikan prasarana pengairan tersebut memerlukan partisipasi aktif dari
masyarakat.
c. Dengan beredarnya koran masuk desa bermanfaat sekali bagi masyarakat pedesaan.

Untuk membetulkan kalimat di atas dapat dilakukan dengan menghilangkan kata depan
pada masing-masing kalimat tersebut, atau mengubah verba pada kalimat tersebut, misalnya
dari aktif menjadi pasif. Jadi kemungkinan pembetulan kelima kalimat adalah sebagai berikut.

a. Yang merasa kehilangan buku tersebut harap mengambilnya di kantor.


b. Perbaikan prasarana pengairan tersebut memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat.
c. Beredarnya koran masuk desa bermanfaat sekali bagi masyarakat pedesaan.

Dalam pembetulan di atas, maka subjeknya menjadi lebih jelas, yaitu berturut-turut
adalah yang merasa kehilangan buku tersebut, perbaikan prasarana pengairan tersebut, dan
beredarnya koran masuk desa.

2. Kalimat dengan Objek Berkata Depan

11
Kesalahan yang telah dibicarakan di atas dapat dikatakan sebagai kesalahan pemakaian
kata depan pada awal kalimat yang biasanya diduduki subjek. Kesalahan pemakaian kata
depan itu juga sering ditemui pada objek. Sebagai contoh:
a. Hari ini kita tidak akan membicarakan lagi mengenai soal harga, tetapi soal ada tidaknya
barang itu.
b. Dalam setiap kesempatan mereka tidak bosan – bosannya mendiskusikan tentang
dampak positif pembuatan waduk itu.

Kalimat (a) dan (b) dapat dibetulkan dengan menghilangkan kata depan mengenai pada
kalimat (a) dan tentang pada kalimat (b). Kesalahan seperti pada contoh (a dan b) ini juga
terjadi karena mengacaukan dua bentuk yang benar, yaitu:

 Membicarakan soal harga


 Berbicara mengenai soal harga
 Mendiskusikan dampak positif pembuatan waduk
 Berdiskusi tentang dampak positif pembuatan waduk

Perlu dicatat bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa verba dan kata depan
yang sudah merupakan paduan, misalnya: bertentangan dengan, bergantung pada, berbicara
tentang, menyesal atas, keluar dari, sesuai dengan, serupa dengan.

3. Konstruksi Pemilik Berkata Depan


Kesalahan pemakaian kata depan lain yang ditemui pada konstruksi frase: termilik +
pemilik. Secara berlebihan sering ditemui adanya kecenderungan mengeksplisitkan hubungan
antara termilik dengan pemilik dengan memakai kata depan dari atau daripada, misalnya:
a. Kebersihan lingkungan adalah kebutuhan dari warga.
b. Buku-buku daripada perpustakaan perlu ditambah.

Konstruksi frase yang sejenis dengan kebutuhan dari warga dan buku-buku daripada
perpustakaan ini sering kita dengar dalam pidato-pidato (umumnya tanpa teks). Misalnya:

c. Biaya dari pembangunan jembatan ini; kenaikan daripada harga – harga barang
elektronik.

Dalam karangan keilmuan konstruksi frase yang tidak baku seperti di atas hendaknya
dihindari karena dalam bahasa Indonesia hubungan “termilik” + pemilik bersifat implisit.
Karena terpengaruh oleh (antara lain) bahasa Jawa hubungan “termilik + pemilik” sering
dieksplisitkan dengan sufiks-nya, misalnya:

d. rumahnya Heri
bajunya Riki

Pemakaian -nya seperti contoh perlu dihindari. Namun hal yang lain, “termilik + pemilik
itu perlu dipertegas dengan sufiks -nya. Bandingkan kedua contoh di bawah ini.

12
 guru Parman dengan gurunya Parman
 Bapak Martono dengan bapaknya Martono

Kesalahan yang sering terjadi ialah pemakaian verba seperti pada kalimat di bawah ini,
misalnya:

e. Setelah semuanya siap, mereka menaburi benih ikan yang terpilih.


f. (setiap bulan), kakaknya selalu mengirimi uang.
g. Panitia menyerahkan hadiah lomba ketramilan remaja pada acara penutupan.

Kesalahan seperti kalimat (e) dapat dibetulkan dengan melengkapi ‘tempat’ menaburi
benih ikan yang terpilih, misalnya kolam itu, sehingga kalimat yang betul adalah:

 Setelah semuanya siap, menaburi benih ikan yang terpilih kolam itu.
 Setelah semuanya siap, mereka mereka menaburi kolam itu dengan benih ikan yang
terpilih.

Dengan pembetulan itu, maka makna kalimatnya menjadi jelas. Jika dipertahankan
seperti kalimat (5a) makna kalimat itu tidak jelas karena dapat ditafsirkan juga ‘menaburi
sesuatu pada benih yang terpilih’. Padahal penafsiran yang demikian bukan yang dimaksud
dalam kalimat (5b).

4. Kalimat yang ‘pelaku’ dan verbanya tidak bersesuaian


Dalam kalimat dasar, verba dapat dibedakan menjadi verba yang menuntut hadirnya satu
‘pelaku’ dan verba yang menuntut hadirnya lebih dari satu ‘pelaku’. Dalam pembentukan
kalimat, kesalahan yang mungkin terjadi ialah yang penggunaan verba dua ‘pelaku’, namun
salah satu ‘pelakunya’ tidak tercantumkan, contoh:
a. Dalam perkelahian itu dia berpukul-pukulan dengan gencarnya.
b. Dalam seminar itu dia mendiskusikan perubahan sosial masyarakat pedesaan sampai
berjam-jam.

Dalam kalimat (a) verba berpukul-pukulan menuntut hadirnya dua pelaku, yaitu dia dan
orang lain, misalnya Joni. Demikian pula kalimat (b), di samping pelaku dia diperlukan
hadirnya pelaku lain sebagai mitra diskusi, misalnya para pakar.

5. Penempatan yang Salah Kata Aspek pada Kalimat Pasif Berpronomina


Menurut kaidah, konstruksi pasif berpronomina berpola aspek + pronomina + verba
dasar. Jadi tempat kata aspek adalah di depan pronomina. Kesalahan yang sering terjadi ialah
penempatan aspek di antara pronomina dengan verba atau dalam pola: *pronomina + aspek +
verba dasar, misalnya:
a. *saya sudah katakan bahwa….
*kita sedang periksa….
*kami telah teliti….

13
Bentuk-bentuk seperti contoh pertama dapat dibetulkan dengan memindahkan kata aspek
ke depan pronomina menjadi sebagai berikut :

a. sudah saya katakan bahwa …..


sedang kita periksa ….
telah kami teliti ….

6. Kesalahan Pemakaian Kata Sarana


Dalam menyusun kalimat sering dipakai kata sarana,kata sarana itu dapat berupa kata
depan dan kata penghubung. Kata depan lazimnya terdapat dalam satu frase depan, sedang
kata penghubung umumnya terdapat dalam kalimat majemuk baik yang setara maupun yang
bertingkat.
Kesalahan pemakaian kata depan umumnya terjadi pada pemakaian kata depan di, pada,
dan dalam. Ketiga kata depan ini sering dikacaukan, misalnya:
a. Di saat istirahat penyuluh mendatangi para petani.
b. Benih itu ditaburkan pada kolam yang baru.
c. Dalam tahun 1965 terjadi pemberontakan G 30 S/PKI.

Kata depan di (a) seharusnya adalah pada; kata depan pada (b) seharusnya adalah dalam
atau ke dalam; kata depan dalam (c) seharusnya adalah pada. Adapun kesalahan pemakaian
kata penghubung umumnya terjadi karena ketidaksesuaian antara pemakaian kata penghubung
dan makna hubungan antar klausanya, misalnya:

d. Rapat hari ini ditunda berhubung peserta tidak memenuhi kuorum.

Kata penghubung berhubung (d) seharusnya diganti karena atau sebab. Kesalahan
pemakaian kata penghubung lain, misalnya:

e. Penanaman rumput gajah bagi masyarakat pedesaan berguna untuk menyediakan pakan
ternak juga mencegah adanya penggembalaan liar.
f. Pemasukan negara dari sektor pariwisata cukup besar, maka pemerintah berusaha terus
membangun daerah-daerah wisata baru.

Pemakaian kata juga (e) seharusnya diganti kata dan, sedangkan kata maka (f) tidak tepat
karena kata maka lazimnya hadir berpasangan dengan kata penghubung karena.

Beberpa contoh kalimat Efektif dan Tidak Eektif:

a. ungguh sangat benar-benar malang sekali nasib anak itu (Kalimat tidak
efektif).

Sungguh sangat malang nasib anak itu (Kalimat efektif).

14
b. Kemarin banyak para karyawan yang melakukan demonstrasi (Kalimat tidak
efektif).

Kemarin banyak karyawan yang melakukan demonstrasi (Kalimat efektif).

c. Kegiatan itu adalah merupakan kegiatan yang bertujuan agar membangkitkan


motivasi belajar mahasiswa (Kalimat tidak efektif).

Kegiatan itu merupakan kegiatan yang bertujuan membangkitkan motivasi


belajar mahasiswa (Kalimat efektif).

d. Semua mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang


kuliah (Kalimat tidak efektif).

Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah (Kalimat
efektif).

e. Rapat tadi dihadiri oleh para pimpinan dan para staf-stafnya (Kalimat tidak
efektif).

Rapat tadi dihadiri oleh pimpinan dan para stafnya (Kalimat efektif).

f. Kepala sekolah mengimbau agar para murid-murid giat dalam belajar


(Kalimat tidak efektif).

Kepala sekolah mengimbau agar para murid giat belajar (Kalimat efektif).

g. Dia berhasil terhindar daripada peristiwa kecelakaan itu (Kalimat tidak


efektif).

Dia berhasil terhindar dari kecelakaan itu (Kalimat efektif).

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki potensi untuk menyampaikan


pesan, ide, gagasan, atau informasi secara utuh, jelas, dan tepat, sehingga pendengar
atau pembaca dapat memahami maksud yang diungkapkan oleh pembicara atau
penulis dan tentunya memiliki karakteristik yang baik.Widjono (2007: 161)

Syarat Kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat
itu harus memiliki unsur-unsur subjek dan predikat atau bisa ditambah dengan objek,
keterangan, dan unsur-unsur subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap.
Berdasarkan pola dasarnya, Badudu (1990: 32)

Kesalahan kalimat dapat dibedakan dari dua segi, yakni kesalahan internal dan
kesalahan eksternal. Kesalahan internal adalah kesalahan kalimat yang diukur dari
unsur-unsur dalam kalimat, sedangkan kesalahan eksternal diukur dari unsur luar
kalimat yang bersangkutan. Kesalahan eksternal itu diukur dari kalimat-kalimat lain
yang menjadi konteks atas lingkungannya.

16
DAFTAR REFRENSI

Nugraheni dan Aninditya Sri. 2017. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi Berbasis Pembelajaran
Aktif. Jakarta: Kencana.

Alek dan Achmad H.P. 2016. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi : Substansi Kajian dan
Penerapannya. Jakarta: Erlangga.

https://materibelajar.co.id/struktur-kalimat-yang-benar/

http://computeraddict13.blogspot.com/2015/11/kalimat-efektif-dan-kesalahan-kalimat.html?m=1

https://ramlannarie.wordpress.com/2010/10/02/kesalahan-dalam-penulisan-kalimat/amp/#top

https://mazanggit.wordpress.com/2012/10/17/karakteristik-kalimat-efektif/

17

Anda mungkin juga menyukai