Anda di halaman 1dari 8

RUBELLA

A. Definisi
Rubella (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak
dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran
kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang
berlangsung 2-3 hari. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa sekali-kali terdapat
infeksi berat disertai kelainan sendi dan purpura. Kelainan prenatal akibat rubella pada
kehamilan muda dilaporkan pertama kali oleh Gregg di Australia pada tahun 1941. Rubella
pada kehamilan muda dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati, dan menimbulkan
kelainan kongenital yang berat pada janin. Sindrom rubella kongenital merupakan penyakit
yang sangat menular, mengenai banyak organ dalam tubuh dengan gejala klinis yang luas.
Hingga saat ini penyakit rubella masih merupakan masalah dan terus diusahakan
eliminasinya.

B. Epidemiologi
Rubella paling sering terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi dan
biasanya menyerang kelompok usia sekolah, pada anak-anak usia <15 tahun yang belum
mendapatkan vaksin, dan pada orang dewasa. Kasus terbesar terjadi setiap 6 – 9 tahun.
Penularan biasanya terjadi di lingkungan sekolah / tempat kerja.

C. Etiologi
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae.
Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisiko-kimiawi virus ini sama
dengan anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubella secara serologik
berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah,
feses dan urin. Virus rubella tidak mempunyai pejamu golongan intervetebrata dan
manusia merupakan satu-satunya pejamu golongan vertebrata.
Cara Penularannya melalui kontak dengan sekret nasofaring dari orang terinfeksi.
Infeksi terjadi melalui inhalasi yaitu dari droplet atau kontak langsung dengan penderita.
Pada lingkungan tertutup seperti di asrama calon prajurit, semua orang yang rentan dan
terpajan bisa terinfeksi. Bayi dengan CRS mengandung virus pada sekret nasofaring dan
urin mereka dalam jumlah besar, sehingga menjadi sumber infeksi. 10-40% kasus biasanya
asimptomatik.

D. Faktor Risiko
Faktor risiko biasanya terjadi pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi aktif, dan pada
orang hamil dengan rubella maka risiko besar akan menyebabkan kelaianan pada
neonatus, abortus, sampai dengan bayi lahir mati.
E. Patogenesis
Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute pernafasan. Saat tubuh
terpapar virus rubella  virus melekat dan menginvasi sel-sel epitel saluran pernafasan
atas melalui proses endositosis  menyebar ke sistem limfatik regional secara hematogen
dan bereplikasi di jaringan limfoid nasofaring dan saluran pernafasan atas  viremia 
menyebar ke organ-organ lain, termasuk persendian hingga kapiler kulit. Terjadinya erupsi
di kulit belum diketahui patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum
timbul erupsi di kulit. Di nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi
dan kadang-kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virus rubella telah
diisolasi dari kelenjar getah bening, urin, cairan serebrospinal, ASI, cairan sinovial dan
paru. Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya
erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan
cepat, dan berlangsung hingga menghilangnya erupsi.

F. Patofisiologis
Periode inkubasi rata-rata 18 hari (14-21 hari). Virus sesudah masuk melalui saluran
pernafasan akan menyebabkan peradangan pada mukosa saluran pernafasan untuk
kemudian menyebar keseluruh tubuh. dari saluran pernafasan inilah virus akan
menyeberang ke sekelilingnya. Rubella baik yang bersifat klinis maupun sub klinis akan
bersifat sangat menular terhadap sekelilingnya. Pada infeksi rubella yang diperoleh saat
post natal virus rubella akan dieksresikan dari faring selama fase prodromal yang berlanjut
sampai satu minggu sesudah muncul gejala klinis. pada rubella yang kongenital saluran
pernafasan dan urin akan tetap mengeksresikan virus sampai usia 2 tahun. hal ini perlu
diperhatikan dalam perawatan bayi dirumah sakit dan dirumah untuk mencegah terjadinya
penularan. Sesudah sembuh tubuh akan membentuk kekebalan baik berupa antibodi
maupun kekebalan seluler yang akan mencegah terjadinya infeksi ulangan.
1. Pengaruh Rubella Terhadap Kehamilan
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama
kehamilan, maka resiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi
terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25% (menurut America College
Obstrician and gynecologis, 1981). Rubella dapat menimbulkan abortus, anomaly
congenital dan infeksi pada neonates (Konjungtivitis, engefalibis, vesikulutis, kutis,
ikterus dan konvuisi)
2. Pengaruh rubella pada janin
Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering menyebabkan
cacat bawaan pada janin. Sering dijumpai apabila infeksi dijumpai pada kehamilan
trimester I (30 – 50%). Anggota tubuh anak yang bisa menderita karena rubella :
a. Mata (katarak, glaucoma, mikroftalmia)
b. Jantung (duktus arteriosus persisten, stenosis fulmonalis, septum terbuka)
c. Alat pendengaran (tuli)
d. Susunan syaraf pusat (meningoesefalitis, kebodohan)
Dapat pula terjadi hambatan pertumbuhan intra uterin. kelainan hematologik
(termasuk trombositopenia dan anemia), hepotosplenomegalia dan ikterus,
pneumonitis interfisialis kronika difusa dan kelainan kromosom. Selain itu bayi
dengan rubella bawaan selama beberapa bulan merupakan sumber infeksi bagi anak-
anak dan orang dewasa lain.

G. Manifestasi Klinis
Masa inkubasi
Masa inkubasi berkisar 14 – 21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu inkubasi
minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari.
Masa prodromal
Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya, jarang disertai gejala dan
tanda masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal
berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok,
kemerahan pada konjungtiva, rinitis, batuk dan limfadenopati. Gejala ini segera
menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya mendahului
1-5 hari erupsi di kulit. Pada beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut dapat
menetap lebih lama dan bersifat lebih berat. Pada 20% penderita selama masa prodromal
atau hari pertama erupsi timbul suatu enantema, tanda Forschheimer, yaitu makula atau
petekia pada palatum molle. Pembesaran kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum
timbul eksantema, khas mengenai kelenjar suboksipital, postaurikular dan servikal dan
disertai nyeri tekan.
Masa eksantema
Seperti pada rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka dan dengan cepat
meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa makula yang
berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk
morbiliform. Pada hari kedua eksantem di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan
hari ke-4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi rubella terjadi tanpa eksantema.
Meskipun sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi posteksantematik.
Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubella. Biasanya
pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari. Pada penyakit
rubella yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah dapat bekerja
seperti biasa pada hari ke-3. sebagian kecil penderita masih terganggu dengan nyeri
kepala, sakit mata, rasa gatal selama 7-10 hari. Pada persendian bisa terjadi arthritis dan
arthralgia, pembesaran limpa dan limfa nodus.
H. Diagnosis
Diagnosis klinis sering kali sukar dibuat untuk seorang penderita oleh karena tidak
ada tanda atau gejala yang patognomik untuk rubella. Seperti dengan penyakit eksantema
lainnya, diagnosis dapat dibuat dengan anamnesis yang cermat. Rubella merupakan
penyakit yang epidemik sehingga bila diselidiki dengan cermat, dapat ditemukan kasus
kontak atau kasus lain di dalam lingkungan penderita. Sifat demam dapat membantu dalam
menegakkan diagnosis, oleh karena demam pada rubella jarang sekali di atas 38,5ºC.
Pada infeksi tipikal, makula merah muda yang menyatu menjadi eritema difus pada muka
dan badan serta artralgia pada tangan penderita dewasa merupakan petunjuk diagnosis
rubella. Perubahan hematologik hanya sedikit membantu penegakan diagnosis.
Peningkatan sel plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang terdapat
leukopenia pada awal penyakit yang dengan segera segera diikuti limfositosis relatif.
Sering terjadi penurunan ringan jumlah trombosit.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologik yaitu adanya
peningkatan titer anibodi 4 kali pada hemaglutination inhibition test (HAIR) atau
ditemukannya antibodi Ig M yang spesifik untuk rubella. Titer antibodi mulai meningkat
24-48 jam setelah permulaan erupsi dan mencapai puncaknya pada hari ke 6-12. Selain
pada infeksi primer, antibodi Ig M spesifik rubella dapat ditemukan pula pada reinfeksi.
Dalam hal ini adanya antibodi Ig M spesifik rubella harus di interpretasi dengan hati-hati.
Suatu penelitian telah menunjukkan bahwa telah tejadi reaktivitas spesifik terhadap rubella
dari sera yang dikoleksi, setelah kena infeksi virus lain.
Membedakan rubella dengan campak, demam scarlet (lihat infeksi Streptokokus)
dan penyakit ruam lainnya (misalnya infeksi eritema dan eksantema subitum) perlu
dilakukan karena gejalanya sangat mirip. Ruam makuler dan makulopapuler juga terjadi
pada sekitar 1-5% penderita dengan infeksi mononucleosis (terutama jika diberikan
ampisilin), juga pada infeksi dengan enterovirus tertentu dan sesudah mendapat obat
tertentu. Diangosa klinis rubella kadang tidak akurat. Konfirmasi laboratorium hanya bisa
dipercaya untuk infeksi akut. Infeksi rubella dapat dipastikan dengan adanya peningkatan
signifikan titer antibodi fase akut dan konvalesens dengan tes ELISA, HAI, pasif HA atau
tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik rubella yang mengindikasikan infeksi rubella
sedang terjadi.
Sera sebaiknya dikumpulkan secepat mungkin (dalam kurun waktu 7-10 hari)
sesudah onset penyakit dan pengambilan berikutnya setidaknya 7-14 hari (lebih baik 2-3
minggu) kemudian. Virus bisa diisolasi dari faring 1 minggu sebelum dan hingga 2
minggu sesudah timbul ruam. Virus bisa ditemukan dari contoh darah, urin dan tinja.
Namun isolasi virus adalah prosedur panjang yang membutuhkan waktu sekitar 10-14
hari. Diagnosa dari CRS pada bayi baru lahir dipastikan dengan ditemukan adanya
antibodi IgM spesifik pada spesimen tunggal, dengan titer antibodi spesifik terhadap
rubella diluar waktu yang diperkirakan titer antibodi maternal IgG masih ada, atau melalui
isolasi virus yang mungkin berkembang biak pada tenggorokan dan urin paling tidak
selama 1 tahun. Virus juga bisa dideteksi dari katarak kongenital hingga bayi berumur 3
tahun
I. Diagnosis Banding
Penyakit yang memberikan gejala klinis dan eksantema yang menyerupai rubella adalah :
a. Penyakit virus : campak, roseola infantum, eritema mononukleosis infeksiosa dan
Pityriasis rosea
b. Penyakit bakteri : scarlet fever (Skarlatina).
c. Erupsi obat : ampisilin, penisilin, asam salisilat, barbiturat, INH, fenotiazin dan
diuretik tiazid.
d. Bercak erupsi rubella yang berkonfluensi sulit dibedakan dari morbili, kecuali bila
ditemukan bercak koplik yang karakteristik untuk morbili. Erupsi rubella cepat
menghilang sedangkan erupsi morbili menetap lebih lama.
e. Bila terjadi kemerahan difus dan tampak bercak-bercak berwarna lebih gelap
diatasnya, perlu dibedakan dari scarlet fever. Tidak seperti scarlet fever, pada
rubella daerah perioral terkena.
f. Erupsi obat menyerupai rubella yang dapat disertai pembesaran kelenjar getah
bening disebabkan terutama oleh senyawa hidantoin. Pada kasus yang meragukan
dapat dilakukan pemeriksaan hemogram dan serologik.

J. Komplikasi
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-kadang
terjadi. Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa
dengan ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6.000 kasus.
Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan total. Anak laki-laki atau pria dewasa
kadang mengalami nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga
wanita mengalami nyeri sendi atau artritis. Pada wanita hamil, campak jerman bisa
menyebabkan keguguran, kematian bayi dalan kandungan ataupun keguguran. Kadang
terjadi infeksi telinga (otitis media).

K. Tatalaksana
Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simtomatis.
Adamantanamin hidrokhlorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam
menghambat stadium awal infeksi rubella pada sel yang dibiakkan. Upaya untuk
mengobati anak yang sedang menderita rubella kongenital dengan obat ini tidak berhasil.
Karena amantadin tidak dianjurkan pada wanita hamil, penggunaannya amat terbatas.
Interferon dan isoprinosin telah digunakan dengan hasil yang terbatas.

L. Pencegahan
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat
diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum (GIS) yang
diberikan dengan dosis besar (0,25 – 0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb) dalam 7-8 hari
pasca pemajanan. Efektivitas globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya
tergantung pada kadar antibodi produk yang digunakan dan pada faktor yang belum
diketahui. Manfaat GIS telah dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam dicegah
dan manifestasi klinis tidak ada atau minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan
dalam darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasi, kecuali pada wanita hamil nonimun.
Sejak tahun 1979 vaksin virus hidup RA 27/3 (fibroblas paru embrional manusia
deretan WI-38) telah digunakan hanya pada imunisasi aktif terhadap rubella di Amerika
Serikat. Vaksin RA 27/3 mempunyai banyak manfaat melebihi vaksin rubella lain yang
dahulu digunakan karena ia menghasilkan antibodi nasofaring dan berbagai variasi
antibodi serum, memberikan proteksi yang lebih baik terhadap reinfeksi, dan sangat lebih
menyerupai proteksi yang diberikan oleh infeksi alamiah. Vaksin sensitif terhadap panas
dan cahaya; karenanya vaksin harus disimpan dalam lemari es pada suhu 4º dan digunakan
sesegera vaksin ini dilarutkan kembali. Vaksin diberikan sebagai satu injeksi subkutan.
Antibodi berkembang pada sekitar 98% dari mereka yang divaksinasi. Walaupun
mungkin virus menetap, terutama pada nasofaring, dan pelepasan terjadi dari 18-25 hari
sesudah vaksinasi, penularan nampaknya tidak merupakan masalah.
Lama persistensi antibodi rubella pasca vaksinasi dengan RA 27/3 tidak tentu tetapi
mungkin seumur hidup. Cara-cara pencegahan adalah paling penting untuk perlindungan
janin. Vaksinasi ini terutama penting sehingga wanita mempunyai imunitas terhadap
rubella sebelum mencapai usia subur, dengan penularan penyakit alamiah atau dengan
imunisasi aktif. Status imun dapat dievaluasi dengan uji serologis yang tepat.
Program vaksinasi rubella di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi
semua laki-laki dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas
tidak hamil. Imunisasi adalah efektif pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai
15 bulan dan diberikan sebagai vaksin campak-parotitis-rubella (measles-mumps-rubella
/MMR). Imunisasi rubella harus diberikan pada wanita pasca pubertas yang kemungkinan
rentan pada setiap kunjungan perawatan kesehatan. Untuk wanita yang mengatakan bahwa
mereka mungkin hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak secara rutin
diperlukan, tetapi harus diberikan nasehat mengenai sebaiknya menghindari kehamilan
selama 3 bulan sesudah imunisasi. Kebijakan imunisasi sekarang telah berhasil
memecahkan siklus epidemi rubella yang basa di Amerika Serikat dan menurunkan insiden
sindrom rubella kongenital yang dilaporkanpada hanya 20 kasus pada tahun 1994. Namun
imunisasi ini tidak mengakibatkan penurunan persentase wanita usia subur yang rentan
terhadap rubella. Semua orang rentan terhadap infeksi virus rubella setelah kekebalan pasif
yang didapat melalui plasenta dari ibu hilang. Imunitas aktif didapat melalui infeksi alami
atau setelah mendapat imunisasi; kekebalan yang didapat biasanya permanent sesudah
infeksi alami dan sesudah imunisasi diperkirakan kekebalan juga akan berlangsung lama,
bisa seumur hidup, namun hal ini tergantung juga pada tingkat endemisitas. Di AS, sekitar
10% dari penduduk tetap rentan. Bayi yang lahir dari ibu yang imun biasanya terlindungi
selama 6-9 bulan,tergantung dari kadar antibodi ibu yang didapat secara pasif melalui
plasenta.

M. Prognosis
Prognosis rubella anak adalah baik, sedang prognosis rubella kongenital
bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak
terbebas dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistik.
Daftar Pustaka

1. Lambert N, Strebel, Orenstein W. 2015. Rubella. NCBI Journal : 385(9984): 2297–


2307.
2. Wolff K, Johnson, R.A. 2009. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical
dermatology. Sixth Edition. New York : McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai