Makalah Budi Pekerti
Makalah Budi Pekerti
(makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Budi Pekerti)
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas akhir
mata kuliah Budi Pekerti demi tercapainya nilai yang Saya harapkan. Tidak lupa
juga saya ucapkan terima kasih kepada Dosen Budi Pekerti yaitu Bapak Sugeng
Pramono yang telah membimbing saya agar dapat mengerti tentang bagaimana
cara menyusun makalah ini. Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas
ilmu yang berhubungan dengan Budi pekerti di dalam kehidupan.
Semoga makalah saya dapat bermanfaat bagi teman-teman sekalian
khususnya pada diri saya dan semua yang membacanya dan mudah-mudahan juga
dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah
ini memiliki kelebihan dan kekurangan saya mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Budi Pekerti .................................................................. 3
2.2 Tujuan Pendidikan Budi Pekerti ..................................................... 4
2.3 Fungsi Pendidikan Budi Pekerti ..................................................... 5
2.4 Ruang Lingkup Pendidikan Budi Pekerti ....................................... 6
2.5 Penanaman Nilai Budi Pekerti dalam Kehidupan .......................... 7
2.6 Ikhlas Dalam Beramal .................................................................... 11
2.7 Cinta dan Kasih Sayang .................................................................. 12
2.8 Keadilan .......................................................................................... 17
2.9 Kejujuran Membawa Kebajikan ..................................................... 19
2.10 Rasa Malu ....................................................................................... 20
2.11 Toleransi dalam Aspek Kehidupan ................................................. 22
2.12 Tata Krama dan Sopan Santun ....................................................... 24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keberhasilan proses belajar budi pekerti / akhlak di sekolah mempersyaratkan adanya
dukungan dari institusi di luar sekolah. Dalam hal ini orang tua, lingkungan masyarakat
memberikan ruangan kondusif bagi proses penanaman dan pembentukan budi pekerti. Menurut
Robert Selman Pendidikan Budi Pekerti mengembangkan siswa untuk mengaktifkan
perasan,emosi yang dimiliki dan mampu mengekpresikan emosi diri sendiri,mampu
menyampaikan siapa dirinya dan
apa yang menjadi cita-cita hidupnya. Tiga unsur penting dalam pendidikan yaitu:
1. Pendidikan merupakan upaya pengembangan kemampuan pribadi dan prilaku,
2. Pendidikan merupakan proses sosial untuk yang ditujukan bagi penguasaan ketrampilan
sosial dan perkembangan diri melalui wahana yang terselesai dan terkontrol,
3. Pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memusatkan pada proses perubahan pribadi
atau paling tepat pembentukan watak manusia.
Kurikulum berbasis kompetensi yang dikembangkan saat ini tetap menempatkan
pendidikan budi pekerti sebagai pendidikan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain dalam
pembelajaran. Mengintegrasikan suatu muatan pembelajaran ternyata bukan pekerjaan mudah
bagi sebagian besar guru. Karenanya, diperlukan strategi tertentu agar pembelajaran pendidikan
budi pekerti berjalan efektif. Secara konsepsional, pendidikan budi pekerti merupakan usaha
sadar menyiapkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang berbudi pekerti luhur dalam
segenap peranannya sekarang dan masa yang akan datang. Di samping itu, pendidikan budi
pekerti merupakan upaya pembentukan, pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, dan
perbaikan perilaku peserta didik agar mereka mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas
hidupnya secara selaras, serasi, dan seimbang.
Secara operasional, pendidikan budi pekerti merupakan upaya membekali peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan selama pertumbuhan dan perkembangannya
sebagai bekal bagi masa depannya. Tujuannya agar mereka memiliki hati nurani yang bersih,
berperangai baik, serta menjaga kesusilaan dalam melaksanakan kewajiban terhadap Tuhan dan
terhadap sesama makhluk.
Dikhawatirkan, dengan pengintegrasian yang tidak tepat, pendidikan budi pekerti dalam
pembelajaran akan mengalami pendangkalan makna, setidaknya pendangkalan konsep. Bisa jadi
pembelajaran budi pekerti menjadi tidak lebih sekadar pendidikan etika atau sopan santun.
Padahal, sesungguhnya etika atau sopan santun hanyalah bagian dari pendidikan budi
pekerti. Dewasa ini, masyarakat sering menggunakan istilah etiket atau etika, yang diartikan
sama dengan tata krama, unggah-ungguh, dan subasita. Ketiga istilah ini selalu dihubungkan
dengan sikap dan perilaku sopan santun. Dalam konteks ini, etika dihubungkan dengan norma
sopan santun, tata cara berperilaku, tata pergaulan, dan perilaku yang baik. Pengintegrasian
pendidikan budi pekerti dalam pembelajaran perlu diperjelas wujudnya. Di antaranya, hendaknya
implementasi pendidikan budi pekerti bukan hanya pada ranah kognitif saja, melainkan harus
berdampak positif terhadap ranah afektif dan psikomotorik yang berupa sikap dan perilaku
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari Pendidikan budi Pekerti ?
2) Apa Visi dan Misi dari Pendidikan Budi Pekerti ?
3) Apa Tujuan dari Belajar Budi Pekerti ?
4) Apa Fungsi dari Pendidikan Budi Pekerti ?
5) Bagaimana Sifat-sifat Pendidikan Budi Peketi ?
3. Tujuan
1) Supaya kita dapat mengerti dan mengetahui Apa itu Pendidikan Budi Pekerti
2) Agar kita dapat mengetahui Visi dan Misi dari pendidikan Budi Pekerti
3) Supaya kita dapat mengetahui tujuan dari belajar Budi Pekerti
4) Agar kita dapat mengetahui Fungsi dari pedidikan Budi pekerti
5) Supaya kita dapat mengetahui sifat-sifat Budi Pekerti.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan budi pekerti mempunyai sasaran kepribadian siswa, khususnya unsur karakter
atau watak yang mengandun hati nurani (conscience) sebagai kesadaran diri (consciousness)
untuk berbuat kebajikan (virtue).
3. Fungsi Pendidikan Budi Pekerti
Menurut cahyoto tahun (2001:13) kegunaan pendidikan budi pekerti antara lain sebagai
berikut.
a. Siswa memahami susunan pendidikan budi pekerti dalam lingkup etika bagi
pengembangan dirinya dalam bidang ilmu pengetahuan.
b. Siswa memiliki landasan budi pekerti luhur bagi pola perilaku sehari-hari yang didasari
hak dan kewajiban sebagai warga negara.
c. Siswa dapat mencari dan memperoleh informasi tentang budi pekerti,mengolahnya dan
mengambil keputusan dalam menghadapi masalah nyata dimasyarakat.
d. Siswa dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain untuk mengembangkan
nilai moral.
Sementara itu, menurut Draf Kurikulum Berbasis Kompetensi (2001) fungsi pendidikan budi
pekerti bagi peserta didik ialah sebagai berikut :
a. Pengembangan, yaitu untuk meningkatkan perilaku yang baik peserta didik yang telah
tertanam dalam lingkungankeluarga dan masyarakat.
b. Penyaluran, yaitu untuk membantu peserta didik yang memiliki bakat tertentu agar dapat
berkembang dan bermanfaat secara optmal sesuai dengan budaya bangsa.
c. Perbaikan, untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta
didik.
d. Pencegahan, yaitu mencegah perilaku negatif yang tidak sesuai dengan ajaran
agama dan budaya bangsa.
e. Pembersih, yaitu untuk memebersihkan diri dari penyakit hati seperti sombong,
iri, dengki, egois dan ria.
f. Penyaringan (filter),yaitu untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain
yang tidak sesuai dengan nilai budi pekerti.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Budi Pekerti
Adapun ruang lingkup Pendidikan Budi Pekerti mencakup :
1) Dimensi Nilai - Nilai Keagamaan (Spiritual Values), meliputi :
Ketaqwaan
Keikhlasan
Rasa Syukur
Perbuatan Baik (Amalan Shalihah)
Standarisasi Benar dan Salah
2) Dimensi Nilai - Nilai Kemandirian, meliputi :
Harga Diri
Disiplin
Etos Kerja
Bertanggung Jawab
Keberanian dan Semangat
Keterbukaan
Pengendalian Diri
Kepribadian Mantap
Berpikir Positip
3) Dimensi Nilai - Nilai Kemanusiaan (Human Values), meliputi :
Kejujuran
Teguh Memegang Janji
Cinta dan Kasih Sayang
Kebersamaan dan Gotong Royong
Kesetiakawanan
Tolong Menolong
Tenggang Rasa
Saling Menghormati
Tata Krama dan Sopan Santun
Rasa Malu
Dimensi - dimensi tersebut secara akumulatif tercermin dalam perilaku sehari - hari, dan
secara umum orang akan menetapkan kriteria perilaku yang berbudi pekerti yaitu :
a. Teguh memegang dan melaksanakan ajaran agama
b. Melaksanakan nilai – nilai luhur dalam Pancasila
c. Medatangkan kebahagiaan
d. Mampu mengendalikan diri
e. Patuh terhadap hukum dan perundang – undangan yang berlaku
f. Saling menghormati dan penuh tepo sliro
g. Mengikuti hati nurani
h. Melandasi semua perilakunya dengan niat baik
i. Mendapat pengakuan umum
a. Pengertian Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu itu bersih dan tidak
kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah
saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam
beramal. Sedangkan secara istilah ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal
tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.
Ikhlas adalah intisari daripada iman. Seseorang tidak dianggap beragama dengan benar jika dia
tidak iklas.
Menurut Iman Al-Ghozali menegaskan bahwa ikhlas adalah shidqum niyyah fil a’amal yaitu niat
yang benar ketika melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan kata lain, setiap amal sholeh dan
kebajikan yang ingin dilakukan semestinya berorientasi kepada Allah. Tanpa keikhlasan semua
amal kebaikan yang dilakukan sangat mudah terkena penyakit hati yang sangat berbahaya yaitu
riya dan bangga hati.
Ustad Hafid dan Masrap Suhaemi menjelaskan bahwa seseorang tidak ada artinya punya
bentuk tubuh dan paras cantik atau bagus, apabila tidak diimbangi dengan keindahan sikap,
tingkah laku, dan akhlakul karimah, serta ibadah yang tumbuh dari niat serta tujuan yang tulus
ikhlas.
Jadi, tidaklah heran seseorang ketika hidup di dunia sudah melakukan amal kebaikan, namun
di akhirat tidak menemukan apa-apa karena perbuatan tersebut tidak dilakukan secara ikhlas
sehingga amalnya bagaikan debu yang bertebaran. Bagaimanapun Allah mengetahui segala
sesuatu yang ada dalam hati seseorang, dan tidak akan menerima begitu saja amal setiap orang
sebelum melihat motivasi sebenarnya.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia riya berarti sombong ataupun congkak. Orang yang
beramal dengan riya tidak akan mendapat pahala dari Allah SWT. karena dalam ibadahnya tidak
lagi murni karena Allah melainkan karena makhluk-Nya.Tidak heran jika riya sebagaimana
bunyi hadits diatas dikategorikan sebagai syirik kecil. Dengan kata lain, hakikat amal mereka
adalah penipuan belaka. Mereka melakukan ibadah bukan karena menjalankan perintah-Nya,
apalagi demi menghrapkan rido-Nya, melainkan demi mendapatkan pujian dari manusia,dan
itulah diantara perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang munafik.
Menurut Sayyidina Ali r.a tanda-tanda orang riya ada tiga, yaitu
Malas beramal kalau sendirian;
Semangat beramal kalau dilihat banyak manusia;
Amalnya bertambah banyak jika dipuji oleh manusia dan berkurang jika dicela manusia.
Ikhlas dalam beramal merupakan sikap yang tiada mengharapkan tujuan lain selain dari pada
untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ikhlas dalam beramal tidak boleh diikuti dengan niat riya,
yaitu mengharapkan pujian atau kehormatan dari sesamanya. Karena amal yang akan dibalas
oleh Allah adalah amal yang dilakukan karena mengharap kasih dan sayang-Nya, yaitu dengan
keikhlasan di dalam hatinya.
Secara alami manusia mencintai dirinya sendiri (self love) dan banyak orang yang menafsirkan
cinta diri sendiri diidentikan dengan egoistis. Jika demikian cinta diri sendiri ini bernilai negatif.
Namun apabila diartikan bahwa cinta diri sendiri adalah mengurus dirinya sendiri, sehingga
kebutuhan jamsmani dan rohaninya terpenuhi seimbang ini bernilai positif. Dengan demikian
cinta terhadap dirinya tidak harus dihilangkan tetapi harus berimbang dengan cinta kepada orang
lain untuk berbuat baik.
Cinta kepada sesama manusia atau persaudaraan (agape. Bahasa Yunani) itu merupakan watak
manusia itu sendiri dan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatannya kepada sesama
manusia. Perbuatan dan perlakuan yang baik kepada sesama manusia bukan berarti karena
seseorang itu membela, menyetujui, mendukung dan berguna, bagi dirinya, melainkan dating
dari hati nuraninya yang ikhlas disertai tujuan yang mulia. Motivasi perbuatan dan perlakuan
seseorang mencintai sesama manusia itu disebabkan karena pada dasarnya manusia tidak dapat
hidup sendirian (manusia sebagai makhluk social) dan sudah merupakan suatu kewajiban.
3. Cinta Erotis
Cinta yang erat dorongannya dengan dorongan seksual (sifat membirahikan) ini merupakan sifat
eksklusif (khusus) yang bias memperdayakan cinta yang sebenarnya. Hal itu dikarenakan cinta
dan nafsu tersebut letaknya tidak berbeda jauh. Disi lain Cinta erotis jika didasari dengan cinta
ideal, kasih sayang, keserasian maka berfungsi dalam melestarikan keturunan dalam ikatan yang
sah yaitu pernikahan. Sebaliknya jika tidak didasari kasih sayang yaitu nafsu yang membutakan
akal pikiran sehingga yang ada hanya nafsu birahi didalamnya akan timbul rasa ketidak puasan
bias berakhir dengan sebuah perceraian bahkan akan mungkin timbul juga perselingkuhan atau
ke tempat pelacuran yang didalamnya tidak mungkin akan timbul rasa kasih sayang karena yang
ada hanya nafsu birahi berhubungan badan saja, dengan uang sebagai bayarannya.
4. Cinta Keibuaan
Kasih sayang itu bersumber dari cinta keibuan, yang paling asli dan yang terdapat pada diri
seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak terjalin suatu ikatan fisiologi. Seorang ibu
akan memelihara anaknya dengan hati-hati penuh dengan kasih sayang dan naluri alami seorang
ibu. Sedangkan menurut para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukan
karena fisologis, melainkan dorongan psikis.
Merupakan puncak cinta manusia, yang paling jernih, spiritual dan yang dapat memberikan
tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya perasaan simpatik dan sosial. Cinta yang
ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinyta menjadi kekuatan pendorong yang
mengarahkannya dalam kehidupan dan menundukkan semua bentuk cinta yang lain.
Ini merupakan ideal yang sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun
berbagai sifat luhur lainnya.
Dapat dilakukan dengan mengurus dirinya sendiri, sehingga kebutuhan jasmani dan rohani
dirinya sendiri terpenuhi secara wajar. Contohnya mandi, menyisir rambut, memaka wangi-
wangian, mengenakan baju yang sopan tidak melanggar adat atau norma yang ada.
2. Cara mewujudkan cinta sesama manusia / persaudaraan
Dapat dilakukan dengan perbuatan yang bersifat sosial dan kemanusian. Contohnya saling tolong
menolong, kerja bakti, saling tepo seliro, Jean Henry Dunant ( 1882-1910) seorang bankir dan
penulis berkebangsaan Swiss yang atas suka relanya menolong setiap orang yang menderita
luka-luka dalam pertempuran Solferino (1859) mendirikan Palang Merah International (1863)
Dapat dilakukan apabila dilandasi dasar cinta kasih yang bertanggung jawab dan tidak melanggar
adat atau norma yang ada. Contohnya cinta eotis seorang lelaki terhadap perempuan yang di
sudah di ikat pernikahan di dasari percintaan.
Dapat dilakukan dengan dilandasi kasih sayang ibu yang tak terhingga terhadap anaknya dari
sejak dikandung, melahirkan, dan mengurus sampai menikahkan dengan tanpa pamrih sedikitpun
dan doanya yang selalu menginginkan dan melihat anaknya bahagia di jauhkan dari segala
kesusahan.
Dapat dilakukan dengan dilandasi cinta yang teramat sangat dan meniadakan Tuhan selain Allah
dengan beraqidah yang kokoh dan bertaqwa atau menjalankan segala perintah dan menjauhi
larangan yang sudah di tentukan Nya.
Dapat dilandasi dengan cinta dengan mencontoh suri teladan yang baik yang ada pada diri rasul
yaitu sidiq, tablig, amanah, dan fatonah yang di laksanakan setiap saat selama masih diberi
kehidupan oleh sang maha hidup.
8. Keadilan
a. Pengertian Keadilan
Keadilan berasal dari bahasa arab “adl” yang artinya bersikap dan berlaku dalam
keseimbangan. Keseimbangan meliputi keseimbangan antara hak dan kewajiban dan keserasian
dengan sesama makhluk. Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan
manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ektrem yang terlalu
banyak dan terlalu sedikit.Berdasarkan kesadaran etis, kita diminta untuk tidak hanya menuntut
hak dan lupa menjalankan kewajiban, Jika kita hanya menuntut hak dan lupa menjalankan
kewajiban, maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan memperbudak
orang lain. Begitupun sebaliknya.
Arti dari keadilan itu sendiri adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori nya, keadilan memiliki
tingkat kepentingan yang sangat besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah
satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa “Keadilan adalah kelebihan (virtue)
pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran”. Tapi,
menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai. “Kita tidak hidup di dunia yang
adil”. Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak
gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya
jumlah dan variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari
keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas.
keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan
pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan
menuntut hak dan kewajibannya. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap
orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama
dari kekayaan bersama.
Keadilan pada hakikatnya adalah memperlakukan seseorang atau orang lain sesuai haknya
atas kewajiban yang telah di lakukan.Yang menjadi hak setiap orang adalah di akui dan di
perlakukan sesuai harkat dan mertabatnya yang sama derajatnya di mata Tuhan YME.Hak-hak
manusia adalah hak-hak yang diperlukan manusia bagi kelangsungan hidupnya di dalam
masyarakat.
Keadilan dalam kehidupan manusia adalah sangat prinsip dan di manapun tidak mengenal
waktu dan tempat selalu di perjuangkan. Keadilan adalah bagian dari hak asasi yang telah
dimiliki manusia sejak di lahirkan tanpa perbedaan. Manusia tidak dapat dipisahkan dari
keadilan,karena dengan keadilanlah manusia dapat mempertahankan hidupnya. Namun kita
sering mendengar bahwa keadilan masih belum terealisasi dengan baik dalam kehidupan
keluarga,bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.Contohnya masih banyak pekerja rumah
tangga mendapat perlakuan tidak adil dari majikannya,seorang istri yang tidak mendapat hak
yang seharusnya ia dapatkan dari suaminya,seorang anak yang tidak mendapat haknya dari orang
tuanya,ataupun hak-hak warga negara yang belum terpenuhi seperti,hak untuk hidup
layak,merdeka dari kemiskinan,hak mendapatkan pendidikan dan hak untuk menyatakan
pendapat.
b. Contoh Kasus Keadilan
Keadilan adalah suatu tindakan manusia yang dilandasi oleh kebenaran dan kebenaran itu
di perjuangkan oleh manusia tersebut. Contoh saya ambil sikap dari dua orang anak kecil yang
berebut mainan, lalu orang tuanya pun melihat hal tersebut. Kemudian orang tuanya pun
membelikan satu buah mainan lagi yang sama, agar anaknya memiliki mainannya sendiri dan
tidak berebut lagi satu sama lain. Dapat disimpulkan keadilan adalah sebagai titik tengah
kebenaran yang dilandasi oleh nilai kebaikan.
Namun jika ditanya mengenai keadilan pada Negara indonesia kita ini apakah masih ada?,
menurut saya keadilan di Negara kita ini masih ada, Akan tetapi keadilan tersebut dapat
dilumpuhkan dengan uang!, mengapa begitu?, saya jawab iya! karena manusia tidak dapat
menahan nafsunya kepada uang, dengan kata lain keadilan bisa dibeli dengan uang dan juga
harga diri tersebut juga bisa dibeli dengan uang. Sesungguhnya rendah sekali orang itu, yang
mau saja dirinya dibeli dengan uang. dapat saya beri contoh, seorang pengangguran yang
mencopet diempat umum, kemudian ia tertangkap dan di beri hadiah oleh tangan – tangan warga
hingga babak belur lalu dibawa kekantor polisi, di kantor polisi tersebut ia mendapatkan pidana
misal kurang lebih 3 tahun. Dan satu contoh lagi adalah seorang koruptor yang memakan uang
rakyat. Koruptor di tangkap dan dimasukan kepenjara selama 2 tahun tanpa ada goresan luka
sedikit pun pada wajahnya. Hal tersebut mencerminkan bahwa hakim dan jaksa di indonesia
tidak adil pada rakyat kecil yang dikarenakan mencuri dompet mendapatkan masa kurungan
lebih dari sang koruptor, padahal koruptor lah yang mencuri uang rakyat lebih banyak dari pada
pencopet itu. Bahkan koruptor bisa mendapatkan fasilitas yang istimewa bahkan seperti
apartemen didalam penjara.
Sungguh disesalkan keadilan pada Negara kita sekarang ini. Seharusnya pemerintah yang
mengetahui hal tersebut lebih menindak lanjuti kepada koruptor tersebut maupun pihak – pihak
yang ikut membantu koruptor tersebut mendapat hak istimewa dalam penjara.
Makna Keadilan, Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari
berbagai persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan
orang yang bijaksana.
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita
sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka dikatakan
dusta.
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seorang yang melakukan
suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.
b. Keutamaan Jujur
Nabi menganjurkan umatnya untuk selalu jujur karena kejujuran merupakan mukadimah akhlak
mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada akhlak tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh
Nabi : “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebajikan.”
Kebajikan adalah segala sesuatu yang meliputi makna kebaikan, ketaatan kepada Allah, dan
berbuat bajik kepada sesama.
Sifat jujur merupakan alamat keislaman, timbangan keimanan, dasar agama, dan juga tanda
kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Baginya kedudukan yang tinggi di dunia dan
akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia
dan selamat dari segala keburukan.
10. Rasa Malu
a. Pengertian rasa malu
Rasa malu adalah satu perasaan negatif,tidak enak hati dan rendah diri yang timbul dalam
diri seseorang akibat daripada kesadaran diri mengenai perlakuan tidak senonoh atau tidak sesuai
dengan hati nurani yang dilakukan oleh dirinya sendiri.
Setiap orang yang normal mempunyai perasaan malu. Tetapi setiap masyarakat mempunyai
pandangan yang berbeda mengenai malu. Sehubungan itu, pendapat mengenai apa yang
dimaksudkan malu, apa yang mendatangkan malu serta tindakan yang harus untuk mengatasi
perasaan malu berbeda-beda dari satu masyarakat ke satu masyarakat yang lain. Ini adalah
karena dalam konsep malu dan segan ini sebenarnya terkandung satu sistem nilai dan
kepercayaan sebuah masyarakat itu sendiri.
Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita wujudkan dalam kegiatan yang bersifat sosial
kemasyarakatan dan tidak menyinggung keyakinan agama masing-masing. Kita sebagai umat
beragama berkewajiban menahan diri untuk tidak menyinggung perasaan umat beragama yang
lain. Hidup rukun dan bertoleransi tidak berarti bahwa agama yang satu dan agama yang lainnya
dicampuradukkan. Jadi sekali lagi melalui toleransi ini diharapkan terwujud ketenangan,
ketertiban, serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing.
Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu, akan terbina peri kehidupan yang
rukun, tertib, dan damai. Dalam kehidupan sehari-hari Anda, apakah contoh-contoh toleransi
antar umat beragama seperti diuraikan di atas telah Anda lakukan? Jika Anda telah
melakukannya berarti Anda telah berperilaku toleran dan saling menghargai. Tetapi jika Anda
tidak melakukannya berarti Anda tidak toleran dan tidak saling menghargai. Sikap seperti itu
harus dijauhi.
berikut ini contoh-contoh pengamalan toleransi dalam berbagai aspek kehidupan.
A. KESIMPULAN
Budi Pekerti terdiri dari budi dan pekerti. Budi adalah alat batin sebagai panduan akal dan
perasaan untuk menimbang baik dan buruk. Berbudi berarti mempunyai kebijaksanaan
berkelakuan baik. Pekerti adalah perilaku, perangai, tabiat, watak, akhlak dan perbuatan. Budi
pekerti ialah perilaku kehidupan sehari-hari dalam bergaul, berkomunikasi, maupun berinteraksi
anatar sesama manusia maupun dengan penciptanya. Budi pekerti yang kita miliki terdiri dari
kebiasaan atau perangai,tabiat dan tingkah laku yang lahir disengaja tidak dibuat-buat dan telah
menjadi kebiasaan.
Pendidikan moral dapat disebut sebagai pendidikan nilai atau pendidikan afektif. Dalam
hal ini hal-hal yang ingin disampaikan dalam pendidikan moral adalah nilai-nilai yang termasuk
domain afektif. Nilai-nilai afektif tersebut antara lain, meliputi: perasaan, sikap, emosi, kemauan,
keyakinan, dan kesadaran
Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi
manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk memberi keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehar-hari dengan sepenuh hati