KAJIAN ANALITIK
LEARNING SOCIETY, PENYULUHAN DAN
PEMBANGUNAN BANGSA
Pudji Muljono
Permasalahan-permasalahan inilah yang akan sekelompok orang. Dengan kata lain, untuk
dicoba dibahas dalam tulisan berikut ini. menyebutkan peristiwa yang dampaknya ialah
berkembangnya pandangan hidup, sikap hidup
Learning Society dan dan keterampilan hidup diri seseorang atau
Pemberdayaan Masyarakat sekelompok orang. Kalau suatu pendidikan
sejak awal dirancang untuk mengembangkan
Seiring dengan gencarnya sosialisasi ketiga hal tersebut, maka hal ini disebut
tentang tema masyarakat madani (civil sebagai pendidikan formal dan pendidikan
society), pada saat ini juga sering non formal. Sebaliknya, apabila suatu
disosialisasikan mengenai perlunya tindakan yang sebenarnya tidak dirancang
masyarakat belajar (learning society) atau untuk mengembangkan ketiga hal tersebut,
biasa juga disebut dengan educational society. melainkan berdampak demikian, maka
Learning society secara praktek sudah peristiwa tersebut dapat dikatakan sebagai
dilakukan oleh masyarakat Indonesia meski pendidikan informal. Dengan demikian,
belum secara maksimal- namun secara konsep pendidikan formal dan non formal selalu
masih meraba-raba. Artinya, bila civil berupa upaya atau ikhtiar, sedangkan
society telah mulai diperkenalkan dan pendidikan informal selalu berupa peristiwa.
disosialisasikan, maka untuk learning society Jika dicermati lebih jauh, pemahaman
belum ditemukan konsep yang matang dan terhadap ketiga jenis pendidikan tersebut
fixed, sehingga istilah learning society belum diketengahkan untuk memberikan pengertian
populer didengungkan apalagi baru terhadap peran pendidikan formal dan
dimasyarakatkan (Al-Rasyidin dan Nizar, non formal. Dalam pengertian baru ini, maka
2005).
kegiatan pendidikan tidak hanya terjadi di
Pembahasan tentang learning society lingkungan sekolah, akan tetapi juga di
pada tahun 1971 telah diperkenalkan oleh lingkungan keluarga dan lingkungan
Husen. Menurut pendapatnya, learning masyarakat. Pada gilirannya nanti tidak
society adalah memberdayakan peran hanya pendidikan formal dalam arti sempit,
masyarakat dan keluarga dalam bidang sekolah yang mendapatkan perhatian, akan
pendidikan (Husen, 1995). Selama ini peran tetapi juga pendidikan di lingkungan keluarga
lembaga pendidikan formal, dalam arti dan pendidikan di lingkungan masyarakat
sekolah, yang baru mendapatkan perhatian. (luar sekolah).
Sementara pendidikan non formal dan Pemahaman yang sekarang
informal di Indonesia belum mendapatkan berkembang adalah menekankan pendidikan
perhatian, mulai mendapatkan perhatian formal pada lingkungan sekolah, sehingga
hanya dalam porsi yang sedikit. Berkaitan sekolah mendapat perhatian yang cukup besar.
dengan masalah ini, dia menekankan adanya Sebagai konsekuensinya, apabila terjadi suatu
suatu kenyataan bahwa sekolah adalah dan ketidakselarasan atau penyimpangan
haruslah merupakan bagian integral dari pendidikan yang berlangsung dengan tujuan
masyarakat di sekitarnya, dan sama sekali yang ditetapkan, maka sekolah akan
tidak boleh bergerak di dalam kehampaan mendapatkan sorotan yang paling tajam.
kehidupan sosial. Sementara pendidikan di luar sekolah dan
Pemahaman terhadap dunia pendidikan keluarga kurang mendapatkan
pendidikan yang terfokus pada pendidikan perhatian, atau bahkan cenderung terabaikan.
formal saja tidaklah tepat, sebab konsep Inilah yang kemudian membuat situasi
pendidikan (mendidik) dapat diartikan secara pendidikan terlihat pincang, sebab
luas. Hal ini dipahami untuk menyebut pertumbuhan setiap manusia atau setiap
semua upaya untuk mengembangkan tiga hal, masyarakat tidak hanya ditentukan oleh
yaitu pandangan hidup, sikap hidup dan pengalaman pendidikan formal. Pengaruh-
keterampilan hidup diri seseorang atau pengaruh yang datang dari pengalaman-
Pudji Muljono/ Kajian Analitik/ 57
Jurnal Penyuluhan Maret 2007, Vol. 3, No. 1
pengalaman pendidikan non formal dan (8) Mewujudkan masyarakat belajar yang
informal sungguh tidak kalah penting. Dari tumbuh dari masyarakat, oleh
sini dapat dilihat arti penting pendidikan masyarakat dan untuk masyarakat.
dalam lingkungan di luar sekolah (baca: Usaha yang dapat dilakukan guna
masyarakat) dan pendidikan di lingkungan mewujudkan masyarakat belajar adalah
keluarga. Untuk itu dibutuhkan kondisi yang dengan memberdayakan keluarga agar
mendukung terciptanya suatu masyarakat dan menjadi keluarga yang gemar belajar.
keluarga yang terus-menerus berada di dalam Keluarga sebagai unit terkecil dalam
nuansa proses belajar (non formal dan masyarakat sangat menentukan karakteristik
informal). sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
Beberapa harapan yang ingin dicapai Pengaruh keluarga dalam hal ini adalah
melalui learning society, khususnya jika mengarahkan proses tumbuh kembang
dikaitkan dengan perwujudan masyarakat generasi muda dalam masyarakat. Apakah
madani, menurut Tim Nasional Reformasi dalam keluarga tersebut mampu membentuk
Menuju Masyarakat Madani (1999) adalah anak-anak menjadi anak yang gandrung
sebagai berikut: belajar? Pertanyaan selanjutnya, bagaimana
caranya merangsang rasa ingin tahu anak,
(1) Terciptanya masyarakat yang beriman
berkeinginan untuk mencari jawaban dari
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan?
Esa;
Keberanian untuk mencoba dan mengulangi
(2) Terciptanya masyarakat yang demokratis segala sesuatu sampai berhasil, kreatif,
dan beradab yang menghargai adanya berpikir kritis, inovatif dan karakter lainnya
perbedaan pendapat; yang lebih baik yang diperlukan demi masa
(3) Masyarakat yang mengakui hak-hak depan yang lebih baik.
asasi manusia; Anak lahir dalam keadaan fitrah,
(4) Masyarakat yang tertib dan sadar hukum, artinya anak berpotensi tauhid dan berpotensi
budaya malu apabila melanggar hukum untuk berbuat baik. Tidak ada anak yang
yang melekat dalam semua lapisan memiliki bakat jelek, apabila diberi
kehidupan kenegaraan dan kesempatan dan diberi peluang untuk
kemasyarakatan; mengembangkan potensinya dengan baik,
maka ia akan menjadi baik. Kenakalan anak
(5) Masyarakat yang percaya pada diri misalnya, secara psikologis membutuhkan
sendiri, memiliki kemandirian dan kreatif kreatifitas dan keberanian, yang keduanya
terhadap pemecahan masalah yng bukan potensi bawaan sejak lahir, akan tetapi
dihadapi, masyarakat memiliki orientasi merupakan perolehan dari hasil belajar dan
yang kuat pada penguasaan ilmu dan interaksi dengan lingkungan. Oleh sebab itu,
teknologi; kenakalan anak munculnya sebagian besar
(6) Sebagai bagian dari masyarakat global, berasal dari keluarga dan masyarakat.
yang memiliki semangat kompetitif Sumber dari keluarga antara lain: rumah
dalam suasana kooperatif, penuh tangga yang tidak harmonis, orang tua yang
persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain acuh terhadap perkembangan anak,
dengan semangat kemanusiaan yang memanjakan anak secara berlebihan,
universal; mendidik anak secara keras dan otoriter,
kebiasaan hidup yang tidak baik,
(7) Terwujudnya tatanan masyarakat yang ketidakmampuan orang tua untuk
beradab yang menjunjung tinggi nilai- mengendalikan anak dari pengaruh luar yang
nilai luhur dan martabat manusia; merusak (Thoha, 1996). Dalam kaitan ini,
Ruben (1988) mencontohkan jika anak berada
dalam lingkungan keluarga yang penuh
58 Pudji Muljono/ Kajian Analitik/
Jurnal Penyuluhan Maret 2007, Vol. 3, No. 1
kekerasan maka ia akan tumbuh dan belajar education. Periode ini diakhiri dengan
untuk berkelahi. masuknya teknologi di dunia pendidikan.
Seperti dinyatakan oleh Adler dalam Salkind
Sementara itu, menurut Akhir (1997)
(1985) bahwa tujuan dari proses belajar
dalam memberdayakan pendidikan keluarga,
adalah pertumbuhan; tidak seperti tubuh kita
relevan untuk ditampilkan beberapa fungsi
yang semakin uzur, sementara pikiran kita
keluarga, yaitu: (a) fungsi keagamaan, (b)
dapat tumbuh terus selama hayat dikandung
fungsi cinta kasih, (c) fungsi reproduksi, (d)
badan (The purpose of learning is growth,
fungsi ekonomi, (e) fungsi pembudayaan, (f)
unlike our bodies, our minds can continue
fungsi perlindungan, (g) fungsi pendidikan
growing as we continue to live).
dan sosial, (h) fungsi pelestarian lingkungan.
Berdasarkan paparan di atas dapat
Di samping memberdayakan
diambil suatu pengertian bahwa learning
pendidikan keluarga, upaya mewujudkan
society berkembang dengan cara bertahap.
learning society adalah dengan meningkatkan
Pertama yang harus dilakukan adalah
partisipasi masyarakat dalam kegiatan proses
memberi peluang pada masyarakat untuk
belajar informal dan non formal.
mengembangkan proses belajar melalui
Permasalahan yang berkaitan dengan
pendidikan. Selama ini, pendidikan memang
lemahnya peran masyarakat, antara lain dapat
telah menunjukkan perannya, akan tetapi tidak
dilihat dari lemahnya kontrol sosial dan
jarang peran tersebut tidak selaras dengan
kontrol moral dalam masyarakat terhadap
gerak pembangunan di sektor lainnya,
penyimpangan-penyimpangan perilaku,
sehingga terlihat pincang. Oleh karena itu,
pergeseran tata nilai baik dan buruk dalam
bergulirnya gagasan otonomi daerah, yang
masyarakat, serta menurunnya tanggung
diikuti oleh otonomi pendidikan perlu
jawab sosial. Ikut melengkapi menurunnya
disambut gembira, dengan harapan peran
peran masyarakat ini adalah kemajuan media
masyarakat dalam pendidikan dan proses
informasi dan komunikasi yang mampu
belajar dapat berlangsung secara maksimal
membuka dinding-dinding kamar setiap
dan optimal. Pada sisi lain, dengan adanya
rumah sampai ke pedesaan yang tidak dapat
otonomi pendidikan diharapkan akan
diimbangi dengan kesiapan mental anggota
meningkatkan tanggungjawab masyarakat
masyarakat.
terhadap keberlangsungan kehidupan,
Pertanyaan yang perlu dijawab dalam khususnya dalam mempersiapkan generasi
masalah ini adalah bagaimana menciptakan mudanya, guna menyongsong masa depan
suatu masyarakat yang gemar belajar banyak yang lebih baik dengan penuh optimisme.
hal yang positif dan suka bekerja keras
Gagasan tentang learning society
sekaligus bermoral. Di negara-negara Eropa,
semestinya diimbangi dengan kesadaran
dalam usahanya mewujudkan learning society
masyarakat terhadap makna pendidikan,
dengan melalui lima periode (Al-Rasyidin dan
sehingga perwujudan masyarakat belajar akan
Nizar, 2005), diawali dengan diberlakukan-
lebih mudah tercapai. Usaha dalam
nya pendidikan formal tingkat dasar pada
mewujudkan masyarakat belajar ini tidak
tahun 1815-1880. Pada awal abad 20 dilak-
terlepas dari political will pemerintah untuk
sanakannya pendidikan umum, yang diikuti
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
oleh setiap anak, tanpa membedakan jenis
kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kelamin, atau golongan. Pelaksanaan
dunia pendidikan, termasuk di dalamnya
pendidikan tersebut dapat diistilahkan dengan
keterlibatan masyarakat dalam memutuskan
wajib belajar. Pertengahan abad 20, yakni
kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan
tahun 1950-1960, terjadi ledakan peserta didik
dalam rangka pemberdayaan masyarakat itu
di segala jenjang pendidikan. Pada tahap
sendiri.
selanjutnya, lahir konsep pendidikan orang
dewasa (adult/permanent/recurrent educa-
tion) atau dapat disebut sebagai long life
Pudji Muljono/ Kajian Analitik/ 59
Jurnal Penyuluhan Maret 2007, Vol. 3, No. 1
Rujukan