Anda di halaman 1dari 8

JURNAL P ENYULUHAN

ISSN: 1858-2664 Maret 2007, Vol. 3, No.1

KAJIAN ANALITIK
LEARNING SOCIETY, PENYULUHAN DAN
PEMBANGUNAN BANGSA

Pudji Muljono

Pendahuluan negara, harus anda masukkan dalam sekolah”


(what you want in the state, you must put into
Keprihatinan bangsa yang tengah school). Jika hal ini dijadikan sebagai
dilanda krisis dalam berbagai aspek pijakan dalam melihat fenomena yang ada
kehidupan membuat peran pendidikan, dalam masyarakat, maka apabila kondisi
khususnya di sekolah-sekolah dipertanyakan. masyarakat yang ada dinyatakan tidak
Begitu pula peran kegiatan penyuluhan dalam berhasil dalam mengantarkan masyarakat
proses pembangunan bangsa masih sering Indonesia mencapai tujuan yang dicanangkan,
dipertanyakan. Dengan melihat kondisi maka itu diakibatkan oleh pendidikan yang
realitas yang ada, seperti maraknya tawuran jelek.
pelajar, merebaknya kasus narkoba, dan Sebaliknya, apabila kondisi
beberapa perilaku yang menyimpang dari masyarakat yang ada dinilai baik, maka
norma-norma agama dan budaya, seperti pendidikan dapat dinyatakan berhasil
pergaulan bebas, membuat peran pendidikan menghampiri tujuan yang telah ditetapkan.
dan penyuluhan semakin dipertanyakan. Namun, apakah dengan mudah bisa dinilai
Seolah pendidikan di sekolahlah yang demikian? Sebab dalam prakteknya banyak
bertanggungjawab terhadap berbagai aspek dan pihak yang terlibat dalam
permasalahan yang menyelimuti generasi mengantarkan bangsa Indonesia untuk sampai
penerus bangsa pada khususnya, dan pada tujuan pendidikan, yaitu mencerdaskan
masyarakat pada umumnya. Pendidikan dan kehidupan bangsa. Wacana ini memberikan
penyuluhan sering pula dijadikan sebagai makna, bahwa di antara institusi yang
kambing hitam terhadap ketidakberhasilan mengambil peran penting dalam mewujudkan
dalam membentuk moral bangsa. tujuan pendidikan tidak hanya didominasi
Oleh karena itu menjadi wajar apabila oleh sistem sekolah, tetapi juga peran
permasalahan yang berat tersebut harus keluarga dan masyarakat yang
ditanggung oleh pendidikan dan penyuluhan. mengelilinginya antara lain melalui kegiatan
Khususnya terhadap pendidikan formal di penyuluhan.
sekolah, sebab persepsi masyarakat terhadap Mengacu dari hal tersebut, maka perlu
sekolah mewakili kondisi yang ada dalam diperhatikan lingkungan di luar sekolah, baik
masyarakat/negara. Kenyataan ini menurut secara formal maupun non formal, bahkan
Azra (1999), sebenarnya telah pula informal sekaligus. Pada gilirannya harus
mendapatkan perhatian para filosof sejak diciptakan lingkungan yang kondusif, yang
jaman Plato dan Aristoteles dengan mampu mengembangkan potensi masyarakat
ungkapannya: “sebagaimana negara, seperti guna mewujudkan tujuan pendidikan dan
itulah sekolah” (as is the state, so is the penyuluhan yang disepakti bersama.
school), atau “apa yang anda inginkan dalam
56 Pudji Muljono/ Kajian Analitik/
Jurnal Penyuluhan Maret 2007, Vol. 3, No. 1

Permasalahan-permasalahan inilah yang akan sekelompok orang. Dengan kata lain, untuk
dicoba dibahas dalam tulisan berikut ini. menyebutkan peristiwa yang dampaknya ialah
berkembangnya pandangan hidup, sikap hidup
Learning Society dan dan keterampilan hidup diri seseorang atau
Pemberdayaan Masyarakat sekelompok orang. Kalau suatu pendidikan
sejak awal dirancang untuk mengembangkan
Seiring dengan gencarnya sosialisasi ketiga hal tersebut, maka hal ini disebut
tentang tema masyarakat madani (civil sebagai pendidikan formal dan pendidikan
society), pada saat ini juga sering non formal. Sebaliknya, apabila suatu
disosialisasikan mengenai perlunya tindakan yang sebenarnya tidak dirancang
masyarakat belajar (learning society) atau untuk mengembangkan ketiga hal tersebut,
biasa juga disebut dengan educational society. melainkan berdampak demikian, maka
Learning society secara praktek sudah peristiwa tersebut dapat dikatakan sebagai
dilakukan oleh masyarakat Indonesia meski pendidikan informal. Dengan demikian,
belum secara maksimal- namun secara konsep pendidikan formal dan non formal selalu
masih meraba-raba. Artinya, bila civil berupa upaya atau ikhtiar, sedangkan
society telah mulai diperkenalkan dan pendidikan informal selalu berupa peristiwa.
disosialisasikan, maka untuk learning society Jika dicermati lebih jauh, pemahaman
belum ditemukan konsep yang matang dan terhadap ketiga jenis pendidikan tersebut
fixed, sehingga istilah learning society belum diketengahkan untuk memberikan pengertian
populer didengungkan apalagi baru terhadap peran pendidikan formal dan
dimasyarakatkan (Al-Rasyidin dan Nizar, non formal. Dalam pengertian baru ini, maka
2005).
kegiatan pendidikan tidak hanya terjadi di
Pembahasan tentang learning society lingkungan sekolah, akan tetapi juga di
pada tahun 1971 telah diperkenalkan oleh lingkungan keluarga dan lingkungan
Husen. Menurut pendapatnya, learning masyarakat. Pada gilirannya nanti tidak
society adalah memberdayakan peran hanya pendidikan formal dalam arti sempit,
masyarakat dan keluarga dalam bidang sekolah yang mendapatkan perhatian, akan
pendidikan (Husen, 1995). Selama ini peran tetapi juga pendidikan di lingkungan keluarga
lembaga pendidikan formal, dalam arti dan pendidikan di lingkungan masyarakat
sekolah, yang baru mendapatkan perhatian. (luar sekolah).
Sementara pendidikan non formal dan Pemahaman yang sekarang
informal di Indonesia belum mendapatkan berkembang adalah menekankan pendidikan
perhatian, mulai mendapatkan perhatian formal pada lingkungan sekolah, sehingga
hanya dalam porsi yang sedikit. Berkaitan sekolah mendapat perhatian yang cukup besar.
dengan masalah ini, dia menekankan adanya Sebagai konsekuensinya, apabila terjadi suatu
suatu kenyataan bahwa sekolah adalah dan ketidakselarasan atau penyimpangan
haruslah merupakan bagian integral dari pendidikan yang berlangsung dengan tujuan
masyarakat di sekitarnya, dan sama sekali yang ditetapkan, maka sekolah akan
tidak boleh bergerak di dalam kehampaan mendapatkan sorotan yang paling tajam.
kehidupan sosial. Sementara pendidikan di luar sekolah dan
Pemahaman terhadap dunia pendidikan keluarga kurang mendapatkan
pendidikan yang terfokus pada pendidikan perhatian, atau bahkan cenderung terabaikan.
formal saja tidaklah tepat, sebab konsep Inilah yang kemudian membuat situasi
pendidikan (mendidik) dapat diartikan secara pendidikan terlihat pincang, sebab
luas. Hal ini dipahami untuk menyebut pertumbuhan setiap manusia atau setiap
semua upaya untuk mengembangkan tiga hal, masyarakat tidak hanya ditentukan oleh
yaitu pandangan hidup, sikap hidup dan pengalaman pendidikan formal. Pengaruh-
keterampilan hidup diri seseorang atau pengaruh yang datang dari pengalaman-
Pudji Muljono/ Kajian Analitik/ 57
Jurnal Penyuluhan Maret 2007, Vol. 3, No. 1

pengalaman pendidikan non formal dan (8) Mewujudkan masyarakat belajar yang
informal sungguh tidak kalah penting. Dari tumbuh dari masyarakat, oleh
sini dapat dilihat arti penting pendidikan masyarakat dan untuk masyarakat.
dalam lingkungan di luar sekolah (baca: Usaha yang dapat dilakukan guna
masyarakat) dan pendidikan di lingkungan mewujudkan masyarakat belajar adalah
keluarga. Untuk itu dibutuhkan kondisi yang dengan memberdayakan keluarga agar
mendukung terciptanya suatu masyarakat dan menjadi keluarga yang gemar belajar.
keluarga yang terus-menerus berada di dalam Keluarga sebagai unit terkecil dalam
nuansa proses belajar (non formal dan masyarakat sangat menentukan karakteristik
informal). sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
Beberapa harapan yang ingin dicapai Pengaruh keluarga dalam hal ini adalah
melalui learning society, khususnya jika mengarahkan proses tumbuh kembang
dikaitkan dengan perwujudan masyarakat generasi muda dalam masyarakat. Apakah
madani, menurut Tim Nasional Reformasi dalam keluarga tersebut mampu membentuk
Menuju Masyarakat Madani (1999) adalah anak-anak menjadi anak yang gandrung
sebagai berikut: belajar? Pertanyaan selanjutnya, bagaimana
caranya merangsang rasa ingin tahu anak,
(1) Terciptanya masyarakat yang beriman
berkeinginan untuk mencari jawaban dari
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan?
Esa;
Keberanian untuk mencoba dan mengulangi
(2) Terciptanya masyarakat yang demokratis segala sesuatu sampai berhasil, kreatif,
dan beradab yang menghargai adanya berpikir kritis, inovatif dan karakter lainnya
perbedaan pendapat; yang lebih baik yang diperlukan demi masa
(3) Masyarakat yang mengakui hak-hak depan yang lebih baik.
asasi manusia; Anak lahir dalam keadaan fitrah,
(4) Masyarakat yang tertib dan sadar hukum, artinya anak berpotensi tauhid dan berpotensi
budaya malu apabila melanggar hukum untuk berbuat baik. Tidak ada anak yang
yang melekat dalam semua lapisan memiliki bakat jelek, apabila diberi
kehidupan kenegaraan dan kesempatan dan diberi peluang untuk
kemasyarakatan; mengembangkan potensinya dengan baik,
maka ia akan menjadi baik. Kenakalan anak
(5) Masyarakat yang percaya pada diri misalnya, secara psikologis membutuhkan
sendiri, memiliki kemandirian dan kreatif kreatifitas dan keberanian, yang keduanya
terhadap pemecahan masalah yng bukan potensi bawaan sejak lahir, akan tetapi
dihadapi, masyarakat memiliki orientasi merupakan perolehan dari hasil belajar dan
yang kuat pada penguasaan ilmu dan interaksi dengan lingkungan. Oleh sebab itu,
teknologi; kenakalan anak munculnya sebagian besar
(6) Sebagai bagian dari masyarakat global, berasal dari keluarga dan masyarakat.
yang memiliki semangat kompetitif Sumber dari keluarga antara lain: rumah
dalam suasana kooperatif, penuh tangga yang tidak harmonis, orang tua yang
persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain acuh terhadap perkembangan anak,
dengan semangat kemanusiaan yang memanjakan anak secara berlebihan,
universal; mendidik anak secara keras dan otoriter,
kebiasaan hidup yang tidak baik,
(7) Terwujudnya tatanan masyarakat yang ketidakmampuan orang tua untuk
beradab yang menjunjung tinggi nilai- mengendalikan anak dari pengaruh luar yang
nilai luhur dan martabat manusia; merusak (Thoha, 1996). Dalam kaitan ini,
Ruben (1988) mencontohkan jika anak berada
dalam lingkungan keluarga yang penuh
58 Pudji Muljono/ Kajian Analitik/
Jurnal Penyuluhan Maret 2007, Vol. 3, No. 1

kekerasan maka ia akan tumbuh dan belajar education. Periode ini diakhiri dengan
untuk berkelahi. masuknya teknologi di dunia pendidikan.
Seperti dinyatakan oleh Adler dalam Salkind
Sementara itu, menurut Akhir (1997)
(1985) bahwa tujuan dari proses belajar
dalam memberdayakan pendidikan keluarga,
adalah pertumbuhan; tidak seperti tubuh kita
relevan untuk ditampilkan beberapa fungsi
yang semakin uzur, sementara pikiran kita
keluarga, yaitu: (a) fungsi keagamaan, (b)
dapat tumbuh terus selama hayat dikandung
fungsi cinta kasih, (c) fungsi reproduksi, (d)
badan (The purpose of learning is growth,
fungsi ekonomi, (e) fungsi pembudayaan, (f)
unlike our bodies, our minds can continue
fungsi perlindungan, (g) fungsi pendidikan
growing as we continue to live).
dan sosial, (h) fungsi pelestarian lingkungan.
Berdasarkan paparan di atas dapat
Di samping memberdayakan
diambil suatu pengertian bahwa learning
pendidikan keluarga, upaya mewujudkan
society berkembang dengan cara bertahap.
learning society adalah dengan meningkatkan
Pertama yang harus dilakukan adalah
partisipasi masyarakat dalam kegiatan proses
memberi peluang pada masyarakat untuk
belajar informal dan non formal.
mengembangkan proses belajar melalui
Permasalahan yang berkaitan dengan
pendidikan. Selama ini, pendidikan memang
lemahnya peran masyarakat, antara lain dapat
telah menunjukkan perannya, akan tetapi tidak
dilihat dari lemahnya kontrol sosial dan
jarang peran tersebut tidak selaras dengan
kontrol moral dalam masyarakat terhadap
gerak pembangunan di sektor lainnya,
penyimpangan-penyimpangan perilaku,
sehingga terlihat pincang. Oleh karena itu,
pergeseran tata nilai baik dan buruk dalam
bergulirnya gagasan otonomi daerah, yang
masyarakat, serta menurunnya tanggung
diikuti oleh otonomi pendidikan perlu
jawab sosial. Ikut melengkapi menurunnya
disambut gembira, dengan harapan peran
peran masyarakat ini adalah kemajuan media
masyarakat dalam pendidikan dan proses
informasi dan komunikasi yang mampu
belajar dapat berlangsung secara maksimal
membuka dinding-dinding kamar setiap
dan optimal. Pada sisi lain, dengan adanya
rumah sampai ke pedesaan yang tidak dapat
otonomi pendidikan diharapkan akan
diimbangi dengan kesiapan mental anggota
meningkatkan tanggungjawab masyarakat
masyarakat.
terhadap keberlangsungan kehidupan,
Pertanyaan yang perlu dijawab dalam khususnya dalam mempersiapkan generasi
masalah ini adalah bagaimana menciptakan mudanya, guna menyongsong masa depan
suatu masyarakat yang gemar belajar banyak yang lebih baik dengan penuh optimisme.
hal yang positif dan suka bekerja keras
Gagasan tentang learning society
sekaligus bermoral. Di negara-negara Eropa,
semestinya diimbangi dengan kesadaran
dalam usahanya mewujudkan learning society
masyarakat terhadap makna pendidikan,
dengan melalui lima periode (Al-Rasyidin dan
sehingga perwujudan masyarakat belajar akan
Nizar, 2005), diawali dengan diberlakukan-
lebih mudah tercapai. Usaha dalam
nya pendidikan formal tingkat dasar pada
mewujudkan masyarakat belajar ini tidak
tahun 1815-1880. Pada awal abad 20 dilak-
terlepas dari political will pemerintah untuk
sanakannya pendidikan umum, yang diikuti
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
oleh setiap anak, tanpa membedakan jenis
kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kelamin, atau golongan. Pelaksanaan
dunia pendidikan, termasuk di dalamnya
pendidikan tersebut dapat diistilahkan dengan
keterlibatan masyarakat dalam memutuskan
wajib belajar. Pertengahan abad 20, yakni
kebijakan-kebijakan di bidang pendidikan
tahun 1950-1960, terjadi ledakan peserta didik
dalam rangka pemberdayaan masyarakat itu
di segala jenjang pendidikan. Pada tahap
sendiri.
selanjutnya, lahir konsep pendidikan orang
dewasa (adult/permanent/recurrent educa-
tion) atau dapat disebut sebagai long life
Pudji Muljono/ Kajian Analitik/ 59
Jurnal Penyuluhan Maret 2007, Vol. 3, No. 1

Penyuluhan dan Slamet (2001) menyatakan istilah penyuluhan


Pembangunan Bangsa pada awal kegiatannya disebut dan dikenal
sebagai Agricultural Extension. Dengan
Pada hakekatnya, pembangunan pengembangan penggunaannya di bidang-
nasional bertujuan untuk selalu terus menerus bidang lain, maka sebutannya berubah
memperbaiki mutu hidup atau kesejahteraan menjadi Extension Education dan
manusia, orang per orang maupun bagi Development Communication. Meskipun
seluruh warga masyarakatnya. Menurut antara ketiga istilah tersebut terdapat
Slamet (2001), tercapainya tujuan perbedaan, namun pada dasarnya mengacu
pembangunan nasional harus didukung oleh pada disiplin ilmu yang sama.
kesiapan mental dan intelektual serta kiprah Dalam bahasa Indonesia, istilah
seluruh anggota masyarakat untuk penyuluhan berasal dari kata dasar "suluh"
berpartisipasi aktif secara berkualitas dalam yang berarti pemberi terang di tengah
berbagai bidang pembangunan nasional. kegelapan. Dengan demikian, penyuluhan
Kualitas partisipasi masyarakat, di antaranya dapat diartikan sebagai proses untuk
diwujudkan melalui kegiatan penyuluhan memberikan penerangan kepada masyarakat
pembangunan. tentang segala sesuatu yang "belum diketahui
Penyuluhan pembangunan merupakan (dengan jelas)". Namun, penerangan yang
pengetahuan tentang bagaimana pola perilaku dilakukan tidaklah sekedar "memberi
manusia terbentuk, bagaimana perilaku penerangan", tetapi penerangan yang
manusia dapat berubah atau diubah sehingga dilakukan harus terus menerus dilakukan
mau meninggalkan kebiasaan yang lama dan sampai segala sesuatu yang diterangkan
menggantinya dengan perilaku baru yang benar-benar dipahami, dihayati, dan
berakibat pada kualitas kehidupan yang lebih dilaksanakan oleh masyarakat (Mardikanto,
baik. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan 1993).
bahwa penyuluhan pembangunan merupakan Sebagai suatu kegiatan, penyuluhan
suatu bentuk pengetahuan tentang perilaku pembangunan sudah lama dilaksanakan dan
manusia. dirasakan kebutuhannya untuk menunjang
Istilah penyuluhan digunakan dalam pembangunan di banyak negara. Dalam
bahasa yang berbeda di beberapa negara. Van kaitan ini, Mardikanto (1993) menyebutkan
den Ban dan Hawkins (1999) menyatakan kehadiran penyuluhan pertanian di Indonesia
bahwa dalam bahasa Belanda digunakan sebagai bidang kegiatan, sebenarnya sudah
istilah Voorlichting yang berarti penerangan. berlangsung hampir dua abad yang lalu, yakni
Malaysia yang dipengaruhi oleh bahasa sejak didirikannya Kebun Raya Bogor oleh
Inggris menggunakan kata Perkembangan. Reinwardt pada tahun 1817. Menurut catatan
Bahasa Inggris dan Jerman masing-masing sejarah, di Skotlandia, pengembangan ilmu
menggunakan istilah pemberian saran atau penyuluhan pertanian sudah dirintis sejak
Baratung yang berarti memberikan petunjuk tahun 1723. Akan tetapi kehadirannya sebagai
tetapi pilihan tetap ditentukan oleh yang cabang keilmuan sebenarnya belum lama.
bersangkutan. Jerman menggunakan istilah Sejak saat itu, konsep tentang penyuluhan dan
Aufklarung yang berarti pencerahan. Dalam penyuluhan pertanian terus mengalami
bahasa Austria digunakan istilah Forderung perkembangan.
yang berarti menggiring seseorang ke arah Sejak pemerintahan Orde Baru,
yang diinginkan sedangkan bahasa Perancis kegiatan penyuluhan yang semula hanya
menggunakan istilah Vulgarization yang dikenal di kalangan orang-orang pertanian,
menekankan pentingnya penyederhanaan semakin dikembangkan untuk beragam sektor
pesan bagi orang awam. Spanyol kegiatan pembangunan, sehingga kemudian
menggunakan istilah Capacitacion yang dapat muncullah penyuluhan agama, penyuluhan
diartikan sebagai pelatihan. Sementara itu, koperasi, penyuluhan transmigrasi,
60 Pudji Muljono/ Kajian Analitik/
Jurnal Penyuluhan Maret 2007, Vol. 3, No. 1

penyuluhan keluarga berencana, penyuluhan Pada masa lalu, penyuluhan dipandang


industri kecil, penyuluhan hukum, penyuluhan sebagai alih teknologi dari peneliti ke petani.
perpajakan, dan lain-lain. Menurut Slamet Kini peranan penyuluhan lebih dipandang
(2001), keragaman sektor penyuluhan tersebut sebagai proses menbantu petani untuk
mendasari munculnya penyuluhan mengambil keputusan sendiri dengan cara
pembangunan yang merupakan menambah pilihan bagi mereka dan menolong
pengembangan dari penyuluhan pertanian. mereka mengembangkan wawasan mengenai
konsekuensi masing-masing pilihan itu.
Sapoetro (dalam Mardikanto, 1993)
Dengan demikian, tujuan terpenting program
menjelaskan kunci pentingnya penyuluhan di
penyuluhan adalah untuk mengubah perilaku
dalam proses pembangunan didasari oleh
petani (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
kenyataan bahwa pelaku utama pembangunan
adalah masyarakat kecil yang umumnya Menurut Slamet dalam Mardikanto
termasuk golongan ekonomi lemah, baik (1993), tujuan yang sebenarnya dari
lemah dalam permodalan, pengetahuan, dan penyuluhan adalah terjadinya perubahan
keterampilannya, maupun lemah dalam hal perilaku sasarannya. Hal ini merupakan
peralatan dan teknologi yang diterapkan. Di perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan
samping itu, mereka juga seringkali lemah keterampilan yang dapat diamati secara
dalam hal semangatnya untuk maju dalam langsung maupun tidak langsung dengan
mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam indera manusia. Dengan demikian,
kaitan ini, pembangunan bangsa dapat penyuluhan dapat diartikan sebagai proses
mendorong masyarakat untuk belajar perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan
memperbaiki dan meningkatkan karakter keterampilan) di kalangan masyarakat agar
bangsa yang baik sesuai cita-cita luhur pendiri mereka tahu, mau, mampu melaksanakan
bangsa ini. perubahan-perubahan demi tercapainya
peningkatan produksi, pendapatan/keuntungan
Namun kenyataan menunjukkan
dan perbaikan kesejahteraan
bahwa, praktek penyuluhan yang bertujuan
keluarga/masyarakat yang ingin dicapai
untuk menawarkan atau "memasarkan"
melalui pembangunan pertanian. Dengan kata
inovasi sampai dengan inovasi tersebut
lain, Slamet (2001) mendefinisikan
diadopsi oleh masyarakat, bukanlah pekerjaan
penyuluhan sebagai ilmu yang mempelajari
yang gampang. Di dalam praktek, kegiatan
bagaimana pola perilaku manusia terbentuk,
penyuluhan selalu menuntut kerja keras,
bagaimana perilaku manusia dapat berubah
kesabaran, memakan banyak waktu, dan
atau diubah sehingga mau meninggalkan
sangat melelahkan. Sehingga pengembangan
kebiasaan yang lama dan menggantinya
ilmu penyuluhan pembangunan kian menjadi
dengan perilaku baru yang berakibat pada
kebutuhan banyak pihak.
kualitas kehidupan yang lebih baik.
Pentingnya penyuluhan pembangunan
Hal yang sama juga didefinisikan oleh
juga diawali oleh kesadaran akan adanya
Wiriaatmadja (1973) yang menyatakan bahwa
kebutuhan manusia untuk mengembangkan
penyuluhan merupakan sistim pendidikan di
dirinya agar lebih mampu meningkatkan
luar sekolah, di mana mereka belajar sambil
kesejahteraan hidupnya. Karena itu, menurut
berbuat untuk menjadi tahu, mau, dan
Mardikanto (1993) kegiatan penyuluhan
mampu/bisa menyelesaikan sendiri masalah
pembangunan terus menerus dikembangkan
yang dihadapi secara baik, menguntungkan
dalam rangka menggerakkan kesadaran dan
dan memuaskan. Jadi penyuluhan adalah
partisipasi masyarakat dalam proses
suatu bentuk pendidikan yang cara, bahan,
pembangunan agar mereka memiliki
dan sarananya disesuaikan dengan keadaan,
kemampuan menolong dirinya sendiri untuk
kebutuhan, dan kepentingan sararan. Karena
mencapai tujuan perbaikan mutu hidup dan
sifatnya yang demikian maka penyuluhan
kesejahteraan yang dicita-citakan.
biasa juga disebut pendidikan non formal.
Pudji Muljono/ Kajian Analitik/ 61
Jurnal Penyuluhan Maret 2007, Vol. 3, No. 1

Melalui penyuluhan juga harus (2) Penyuluhan tidak menciptakan


diupayakan tidak terciptanya ketergantungan, tetapi harus mampu
"ketergantungan" masyarakat kepada mendorong semakin terciptanya
penyuluhnya. Penyuluh hanya sekadar sebagai kreativitas dan kemandirian
fasilitator dan dinamisator untuk masyarakat agar semakin memiliki
memperlancar proses pembangunan yang kemampuan untuk berswakarsa,
direncanakan. Dengan kata lain, melalui swadaya, swadana, dan swakelola
penyuluhan, ingin dicapai suatu masyarakat bagi terselenggaranya kegiatan-
yang memiliki pengetahuan luas tentang kegiatan guna tercapainya tujuan,
berbagai ilmu dan teknologi, memiliki sikap harapan, dan keinginan-keinginan
yang progresif untuk melakukan perubahan masyarakat sasarannya.
dan inovatif terhadap sesuatu (informasi) yang (3) Penyuluhan yang dilaksanakan harus
baru, serta terampil dan mampu berswadaya selalu mengacu kepada terwujudnya
untuk mewujudkan keinginan dan harapan- kesejahteraan ekonomi masyarakat
harapannya demi tercapainya perbaikan dan peningkatan harkatnya sebagai
kesejahteraan keluarga/masyarakatnya. manusia.
Pernyataan tentang tujuan penyuluhan Mengacu pada paparan tersebut di
tersebut sesuai dengan falsafah penyuluhan atas, dapat disimpulkan bahwa penyuluhan
yang dianut yaitu harus berpijak pada adalah proses pendidikan yang bertujuan
pentingnya pengembangan individu (Kelsey untuk mengubah kesadaran dan perilaku
dan Herane dalam Mardikanto, 1993). (pengetahuan, sikap, dan keterampilan)
Masyarakat harus dilihat sebagai manusia manusia ke arah yang lebih baik sehingga
biasa yang memiliki potensi untuk mereka menjadi berdaya dan dapat mencapai
mengembangkan kemampuannya dan kehidupan yang lebih baik dan sejahtera. Jadi,
memiliki keinginan dan harapan untuk disinilah nilai penting penyuluhan sebagai
terlepas dari keadaan yang tidak mereka suatu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan
kehendaki. Karena itu, pelaksanaan untuk perbaikan kehidupan yang lebih
penyuluhan harus mampu tidak saja sejahtera. Hal ini sesuai dengan hakekat ilmu
mengembangkan potensi masyarakat tetapi yang berfungsi sebagai pengetahuan yang
juga harus mau memberikan peluang kepada membantu manusia dalam mencapai tujuan
kekuatannya sendiri untuk mengembangkan hidupnya.
potensinya supaya terlepas dari kemiskinan
dan kebodohan.
Dalam kaitan itu, Kelsey dan Hearne Penutup
(Mardikanto, 1993) mengemukakan bahwa
falsafah penyuluhan adalah bekerja bersama Konsep learning society dan
masyarakat untuk membantunya agar mereka penyuluhan merupakan dua hal yang sejalan
dapat meningkatkan harkatnya sebagai dalam rangka mewujudkan pembangunan
manusia. Dari pendapat tersebut, terkandung bangsa. Melalui program learning society
pengertian bahwa : diupayakan terciptanya pengelolaan dalam
kegiatan-kegiatan proses belajar yang berasal
(1) Penyuluh harus bekerjasama dengan
dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat, dan bukannya berkerja
masyarakat. Dengan pendekatan demikian,
untuk masyarakat. Kehadiran
diharapkan akan mempertebal rasa self of
penyuluh bukan sebagai penentu atau
belonging terhadap keadaan atau kondisi yang
pemaksa, tetapi ia harus mampu
ada dalam masyarakat dan negara, yang pada
menciptakan suasana dialogis dengan
gilirannya nanti akan menumbuhkan rasa
amsyarakat dan mampu
tanggungjawab yang tinggi terhadap
menumbuhkan, menggerakkan, serta
keberlangsungan kehidupan masyarakat yang
memelihara partisipasi masyarakat.
62 Pudji Muljono/ Kajian Analitik/
Jurnal Penyuluhan Maret 2007, Vol. 3, No. 1

mengelilinginya. Pada akhirnya, dengan Al-Rasyidin dan Samsul Nizar. 2005.


learning society diharapkan akan terwujud Filsafat Pendidikan Islam: pendekatan
masyarakat madani (civil society), historis, teoritis dan praktis. Jakarta:
sebagaimana akhir-akhir ini marak Ciputat Press.
diwacanakan di bumi Indonesia, sekaligus Azra, Azyumardi. 1991. Pendidikan Islam,
sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi Tradisi dan Modernisasi Menuju
masalah atau krisis yang melanda negeri ini. Milenium Baru. Jakarta: Logos.
Sementara itu, dalam konteks
penyuluhan pembangunan, keberadaannya Husen, Torsten. 1995. Masyarakat Belajar,
sebagai suatu ilmu didasari kenyataan bahwa terjemahan Surono Hargsewoyo.
pelaksana utama pembangunan adalah Jakarta: Raja Grafindo Persada.
masyarakat kecil yang umumnya termasuk Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan
golongan lemah, baik secara ekonomi, Pembangunan Pertanian. Surakarta.
pengetahuan, keterampilan, maupun Sebelas Maret: University Press.
semangatnya untuk maju dalam memperbaiki
hidupnya. Karena itu, ilmu penyuluhan Ruben, B.D. 1988. Communication and
pembangunan perlu terus menerus Human Behavior. 2nd Edition. New
dikembangkan dalam rangka menggerakkan York: Macmillan Publ.Co.
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam Slamet, Margono. 2001. “Perspektif Ilmu
proses pembangunan agar mereka berdaya Penyuluhan Pembangunan
dan memiliki kemampuan menolong dirinya Menyongsong Era Tinggal Landas”,
sendiri untuk mencapai perbaikan kualitas dalam Penyuluhan Pembangunan di
hidup dan kesejahteraan yang dicita-citakan. Indonesia: Menyongsong Abad 21.
Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam Jakarta: Penerbit PT Pustaka
melaksanakan kegiatannya, penyuluhan Pembangunan Swadaya Nusantara.
menerapkan suatu cara atau metode tertentu
yang terdiri dari beberapa langkah sistematis Salkind, N. 1985. Theories of Human
yaitu pengenalan keadaan atau situasi Development. New York: John Wiley
masyarakat setempat, perencanaan kegiatan, and Sons.
pelaksanaan, dan penilaian (evaluasi). Thoha, M. Chabib. 1996. Kapita Selekta
Melalui langkah-langkah tersebut, diharapkan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
tujuan penyuluhan dapat tercapai dengan baik Pelajar.
sesuai dengan yang diharapkan. Motto yang
van den Ban, AW dan H.S. Hawkins. 1999.
dapat digunakan antara lain membelajarkan
Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta:
sesuatu kepada masyarakat agar mereka tahu,
Penerbit Kanisius.
mau dan mampu membuat pancing dan
menggunakannya di tempat-tempat yang ada Wiriaatmadja, S. 1973. Pokok-pokok
ikannya. Penyuluhan Pertanian. Jakarta:
Penerbit PT Yasaguna.

Rujukan

Akhir, Yaumil C.A. 1997. “Reformasi


Pendidikan sebagai Upaya
Memaksimalkan Hasil Pendidikan”,
dalam Dawam Raharjo (ed.), Keluar
dari Kemelut Pendidikan Nasional.
Jakarta: Intermasa.

Anda mungkin juga menyukai