Anda di halaman 1dari 11

DELINEASI MODEL TENTATIF SISTEM GEOTHERMAL

DAN INTERPRETASI KOMPREHENSIF BERDASARKAN ANALISIS


GEOFISIKA, GEOKIMIA DAN GEOLOGI

Makhrani

Program Studi Geofisika Jurusan Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin


e-mail : rani_anshar@yahoo.co.id

ABSTRAK

Telah didelineasi model tentatif sistem geothermal berdasarkan interpretasi


komprehensif dari analisis geofisika, geokimia dan geologi yang dapat memperlihatkan
lebih jauh tentang sistem geothermal di daerah penelitian. Analisis geofisika dilakukan
untuk zonasi bawah permukaan (overburden, claycap dan reservoar) dan penentuan fasa
fluida reservoar. Pola aliran hidrotermal bawah permukaan ditentukan dari analisis
geofisika dan geokimia, didukung oleh analisis geologi. Dari analisis dan interpretasi
komprehensif diperoleh model tentatif sistem geothermal daerah penelitian, dimana
diketahui bahwa pola aliran hidrotermal bergerak dari zona up-flow di daerah penelitian
(zona dengan tipe air SO4) mengarah pada aliran outflow ke daerah “WNS” dan “ARP”
(zona dengan tipe air HCO3 dan Cl) yang jauhnya ± 1400 meter. Pada daerah penelitian
bagian Utara dan Timur terdapat lapisan reservoar (resistivitas 20-75 Ωm) dengan
kedalaman ≤ 1350 m di bawah permukaan. Di atas lapisan reservoar terdapat lapisan
claycap (resistivitas ≤ 10 Ωm) dan zona overburden (resistivitas antara 10 – 20 Ωm).
Fasa fluida yang mendominasi sistem reservoar geothermal daerah penelitian adalah
fasa cair dengan kapasitas > 90%, dengan temperatur reservoar termasuk dalam
kategori suhu tinggi yaitu > 225 oC.

Kata Kunci : model tentatif, sistem geothermal, reservoar geothermal.

1 PENDAHULUAN memberikan model tentatif sistem


geothermal yang dapat
Daerah penelitian merupakan salah satu
menginterpretasikan kondisi bawah
daerah prospek geothermal di Indonesia
permukaan bumi. Model tentatif sistem
yang berlokasi di Pulau Sumatera.
geothermal sangat diperlukan untuk
Merujuk pada matriks klasifikasi energi
mengenal lebih jauh tentang sistem
panas bumi yang dikeluarkan oleh
geothermal, sebagai salah satu
Badan Standarisasi Nasional (SNI 13-
penyokong dalam membuat keputusan
5012-1998), penyelidikan rinci
eksploitasi geothermal. Sebelum
dilakukan berdasarkan rekomendasi
mendapatkan model tentatif tersebut,
dari penyelidikan sebelumnya
dilakukan delineasi sistem geothermal
(penyelidikan pendahuluan dan
dengan menganalisis data geofisika dan
penyelidikan pendahuluan lanjutan)
data geokimia serta menggabungkannya
yang lebih dititik beratkan pada
dengan data geologi. Hal inilah yang
penyelidikan ilmu kebumian terpadu
melatar belakangi penelitian ini.
(geofisika, geokimia dan geologi) dan
dilengkapi pengeboran landaian suhu. Analisis geofisika mencakup analisis
Penerapan dari multi disiplin ilmu struktur resistivitas dan analisis
kebumian tersebut diharapkan mampu
tekanan-temperatur sumur eksplorasi. seperti energi fosil. Teknologi
Untuk mempermudah proses analisis pemanfaatan geothermal relatif
geofisika maka digunakan model 3D sederhana dan aman.
hasil pengikatan data sekunder
geofisika dengan aplikasi software Menurut Badan Energi Internasional
Petrel 2008 dan software pendukung (IEA. 2007), defenisi geothermal
(Global Mapper 13). Analisis geokimia adalah suatu energi panas yang
mencakup analisis tipe air permukaan dipancarkan dari dalam kerak bumi,
untuk menentukan aliran upflow/aliran biasanya berupa air panas atau uap
vertikal (tipe air SO4) dan outflow/aliran panas. Energi ini dimanfaatkan di lokasi
lateral (tipe air HCO3 dan Cl). Analisis yang cocok untuk pembangkit listrik
geologi dilakukan untuk mendukung setelah ditransformasi atau
proses analisis geofisika dan geokimia. dimanfaatkan langsung sebagai panas.
Hasil dari proses analisis geofisika, Keberadaannya sebagai energi
geokimia dan geologi, selanjutnya indigeneous (pribumi) atau energi yang
dideliniasi dan diinterpretasi secara hanya dapat digunakan pada wilayah
komperensif. geothermal itu sendiri.

Adapun tujuan dari deliniasi sistem Transfer panas pada sistem geothermal
geothermal dan interpretasi secara terjadi dalam dua mekanisme yaitu
komprehensif adalah untuk menentukan perpindahan panas secara konduksi dan
zonasi bawah permukaan wilayah secara konveksi. Honstein (1992)
prospek geothermal berdasarkan nilai membagi menjadi sistem konveksi dan
resistivitas yang dicerminkan oleh data nonkonveksi. Perpindahan panas secara
3D-MT, menentukan pola aliran konduksi terjadi melalui batuan,
hidrotermal berdasarkan karakteristik sedangkan perpindahan panas secara
sifat kimia air permukaan yang konveksi terjadi karena adanya kontak
dicerminkan oleh data sekunder antara air dengan suatu sumber panas
geokimia, menentukan nilai temperatur (Saptadji, 2002). Air yang terpanaskan
bawah permukaan yang dicerminkan oleh sumber panas memiliki densitas
oleh data PT, menentukan jenis fluida yang lebih ringan dibanding air yang
berdasarkan parameter kurva BPD, lebih dingin. Oleh karena itu, air yang
serta menentukan kategori temperatur panas memiliki kecenderungan untuk
reservoar geothermal. bergerak ke atas (Gambar 1). Sementara
air yang lebih dingin memiliki densitas
2 TINJAUAN PUSTAKA yang lebih berat, memiliki
kecenderungan untuk bergerak ke
2.1 Pengertian Geothermal bawah akibat pengaruh gaya gravitasi.
Energi geothermal (panas bumi) Mekanisme yang dikenal sebagai arus
merupakan energi yang berasal dari konveksi ini menyebabkan
dalam bumi yang bersifat ramah terbentuknya sirkulasi air yang dapat
lingkungan, terbarukan, serta dapat mentransfer panas (perpindahan panas
dimanfaatkan secara berkelanjutan. Dari secara konveksi).
sudut pandang geologi, sumber energy
panas bumi berasal dari magma yang
berada di dalam bumi (Suparno, 2009).
Pasokan energi geothermal tidak
bergantung pada musim seperti halnya
energi matahari dan angin, serta tidak
ditentukan oleh pasaran energi dunia
Gambar 1 Ilustrasi perpindahan panas di bawah
permukaan
Gambar 2 Diagram trilinear perbandingan Cl,
Menurut Bartucz (2009), yang SO4 dan HCO3
terpenting dari berbagai definisi
geothermal adalah bahwa energi 2.3 Metode Magnetotellurik
geothermal lebih bergantung pada Disiplin ilmu Geofisika sering kali
fluida yang ada dan suhu panas mengacu pada penerapan dan aplikasi
bebatuan yang dapat menyebar. Di metode-metode geofisika. Metode
beberapa daerah dekat permukaan geofisika digunakan untuk memetakan
bumi, orang dapat menemukan suhu zona bawah permukaan bumi
yang tepat, tetapi tidak dieksploitasi berdasarkan nilai hasil pengukuran yang
karena tidak adanya cairan pembawa. merupakan respon fisik bumi. Salah
Suhu di kerak bumi meningkat seiring satu metode geofisika yang sering
dengan kedalaman dengan suhu rata- digunakan dalam eksplorasi geothermal
rata 30° C/km, namun untuk membawa adalah metode megnetotellurik (MT).
panas ini ke dekat permukaan pada
kedalaman (mencapai 3000 m hingga Metode magnetotellurik adalah metode
4000 m pada kasus yang ekstrim), elektromagnetik pasif yang mampu
dibutuhkan cairan untuk mengedarkan mencerminkan respon fisik bumi
dan mentransfer panas dari bebatuan. terhadap nilai resistivitas di bawah
permukaan. Metode ini melibatkan
2.2 Geoindikator Sifat Kimia Sistem hubungan antara medan magnet dengan
Geothermal medan listrik yang merambat di
permukaan sebagai akibat dari interaksi
Dalam bukunya yang berjudul yang terjadi antara solar wind (angin
Chemical Behaviour of Common matahari) dengan magnetosfer bumi.
Species, Nicholson (1993) Akibat interaksi tersebut, timbul medan
mengemukakan berbagai parameter elektromagnetik yang merambat di
dalam menginterpretasikan sifat kimia permukaan dan dapat diinvestigasi
air. Salah satu dari parameter tersebut untuk mendapatkan nilai resistivitas
adalah persentasi antara kandungan Cl, batuan di bawah permukaan bumi.
SO4 dan HCO3. Parameter persentasi
kandungan Cl, SO4 dan HCO3 Medan elektromagnetik disebabkan
digunakan untuk menentukan jenis dan oleh matahari, inilah yang merupakan
asal fluida geothermal. Gambar 2 sumber medan untuk metode
menampilkan model diagram trilinear magnetotellurik. Di permukaan
perbandingan antara kandungan Cl, SO4 matahari, selalu terjadi letupan-letupan
dan HCO3. yang menghasilkan partikel hidrogen.
Karena terjadi proses ionisasi di
permukaan matahari, maka hidrogen sifat pembawaannya yaitu berfluktuasi
berubah menjadi plasma atau lebih terhadap waktu. Bila medan ini
dikenal sebagai angin matahari (solar merupakan sumber medan magnet di
wind) yang mengandung proton dan permukaan bumi dan menembus bumi,
elektron. Kecepatan solar wind ini maka akan terjadi interaksi antara
relatif rendah dan memiliki sifat acak medan EM dan meterial bumi yang
dan berubah terhadap waktu. dapat bersifat sebagai konduktor.
Akibat interaksi ini, akan timbul arus
Proses pemisahan proton dan elektron induksi dengan konsep :
yang menciptakan arus listrik
diterangkan oleh Hukum Gauss. Hukum ⃗⃗
∂B
∇ × ⃗E = − ∂t (3)
tersebut menerangkan bahwa muatan
listrik dapat menciptakan dan dengan :
mengubah medan listrik yang 𝐵⃗ = Induksi magnetik (Wb/m2)
cenderung bergerak dari muatan positif 𝐸⃗ = Medan listrik (V/m)
ke muatan negatif, dengan perumusan :
Arus induksi ini, akan menginduksi ke
⃗⃗ = 𝜌𝑓
∇ .D (1) permukaan bumi yang dikenal sebagai
arus tellurik. Arus tellurik inilah yang
dengan : akan menjadi sumber medan listrik di
⃗ = Medan pergeseran listrik (C/m2)
𝐷 permukaan bumi untuk metoda MT
𝜌𝑓 = Rapat muatan bebas/densitas (Nurwianti, 2010).
muatan listrik (C/m3)

Adapun pembentukan medan megnetik


yang timbul dari interaksi antara solar
wind dengan magnetopause yang terjadi
pada waktu tertentu, dinyatakan dalam
Hukum Ampere bahwa rapat arus bebas
dan medan pergerakan listrik pada
waktu tertentu akan menciptakan medan
magnetik.
⃗⃗
∂D
𝛻×H ⃗⃗ = 𝑗f + (2)
∂t
dengan :
⃗ = Medan magnetik (A/m)
𝐻 Gambar 3 (a) Distorsi mendorong medan
𝑗f = Rapat arus bebas/rapat arus listrik magnet bumi. Solar wind terus berhembus
(A/m2) dengan intensitas yang berbeda. Peningkatan
tekanan solar wind mendorong magnetopause
mendekati Bumi sehingga menimbulkan badai
Selanjutnya, solar wind yang membawa magnetik. (b) garis-garis medan magnet
EM akan terus menjalar sampai menunjukkan bentuk magnetosfer bumi
ionosfer dan berinteraksi lagi dengan
lapisan tersebut. Sekali lagi, terjadi Secara singkat, solar wind
medan atau gelombang EM dan arus memancarkan proton dan elektron dari
tellurik yang mengalir dalam ionosfer matahari secara kontinu. Ketika
tersebut. bertemu dengan medan magnet bumi
(magnetopause), proton dan elektron
Gelombang EM tersebut akan menjalar dibelokkan dalam arah yang
sampai ke permukaan bumi dan sesuai berlawanan, sehingga membentuk
sebuah medan listrik (Gambar 3). Medan elektromegnetik yang secara
Interaksi antara solar wind, magnetosfer alami terinduksi ke bumi dan
bumi, dan ionosfer menghasilkan dieksploitasi dalam penerapan metode
fluktuasi elektromagnetik dengan MT memiliki periode gelombang ~10-3
frekuensi <1 Hz (waktu yang lebih lama - ~105 s. Rentang kedalaman yang luas
dari 1 s) (Simpson dan Bahr, 2005). yang dapat dicitrakan MT merupakan
salah satu keuntungan MT. Informasi
Metode magnetotellurik (MT) adalah mengenai konduktivitas listrik bawah
metode elektromagnetik pasif. Metode permukaan pada skala kerak atau pada
ini melibatkan pengukuran fluktuasi kedalaman yang lebih dalam dapat
listrik di alam (E) dan magnetik (B) diperoleh dengan penerapan metode
dalam arah ortogonal bidang permukaan MT (magnetotelurik).
bumi sebagai sarana untuk menentukan
konduktivitas struktur bumi pada 3 METODOLOGI
kedalaman mulai dari puluhan hingga
ratusan kilometer. Respon Untuk mendapatkan model tentatif
elektromagnetik dari setiap kedalaman sistem geothermal, dalam penelitian ini
dapat diperoleh dengan memperpanjang digunakan beberapa data sekunder yaitu
perioda sounding. Prinsip ini data sekunder geofisika (data 3D-MT
diwujudkan dalam hubungan antara dan data PT [Pressure-Temperature]),
elektromagnetik dan penetrasi data sekunder geokimia (kandungan
kedalaman (skindepth) yang kimia air panas) dan data sekunder
menggambarkan peluruhan geologi rinci (informasi mengenai
eksponensial medan elektromagnetik kondisi struktur dan stratigrafi,
yang berdifusi ke dalam media. morfologi serta manifestasi geothermal
daerah penelitian), data tersebut
p(T) = (T/π𝜇𝜎̅)1/2 (4) kemudian dianalisis.

dimana : Digunakan parameter nilai resistivitas ≤


p = Penetrasi kedalaman (km) 10 Ωm untuk penentuan lapisan claycap
T = Periode (s) dan 20-75 Ωm untuk penentuan lapisan
𝜇 = Permeabilitas magnetik (Hm-1) reservoar. Untuk mempermudah proses
𝜎̅ = Konduktivitas rata-rata medium analisis geofisika maka digunakan
penetrasi (Sm-1) model 3D hasil pengikatan data
sekunder geofisika dengan aplikasi
Seiring bertambahnya kedalaman, software Petrel 2008 dan software
terjadi peluruhan eksponensial dari pendukung (Global Mapper 13). Model
medan elektromagnetik, hal ini 3D data PT digunakan untuk penarikan
menyebabkan medan EM tidak sensitif kontur termal bawah permukaan.
terhadap konduktivitas struktur yang Digunakan pula parameter kurva BDP
lebih dari p(T). Oleh karena itu, dalam (Boiling Point with Depth) untuk
studi kebumian, 𝜇 biasanya diberikan menentukan fasa fluida reservoar (fasa
nilai ruang bebas 0  4  107 Hm 1  . cair = T < Ts dan fasa uap = T > Ts).
Dengan demikian, maka persamaan (4) Analisis geokimia mencakup analisis
dapat diperkirakan sebagai : tipe air permukaan untuk menentukan
aliran upflow/aliran vertikal (tipe air
SO4) dan outflow/aliran lateral (tipe air
p(T) ≈ 500 √𝑇𝜌𝑎 (5)
HCO3 dan Cl).
Dimana:
 a = Apparent resistivitas (Ωm)
Untuk mencapai tujuan dalam 3.3 Penentuan Pola Aliran
penelitian ini, terdapat beberapa Hidrotermal (Analisis Geokimia
tahapan yang harus dilaksanakan. dan Geologi)
Tahapan-tahapan tersebut merupakan
tahapan yang telah disusun secara Tahap awal analisis data adalah
sistematis sebagaimana diuraikan melakukan pengelompokkan tipe air
berikut ini. permukaan dengan menggunakan data
sekunder geokimia yang merupakan
3.1 Tahap Pembuatan Model 3D hasil analisa kimia air panas (Masdjuk,
Berdasarkan Data 3D-MT 1989). Pengelompokkan tipe air
permukaan dilakukan berdasarkan
Model 3D dalam penelitian ini sangat parameter perbandingan presentase Cl,
berguna untuk mempermudah dalam HCO3 dan SO4 yang dikemukakan oleh
melakukan analisis terhadap data Nicholson (1993). Untuk mengetahui
resistivitas dari daerah penelitian secara perbandingan presentase Cl, HCO3 dan
menyeluruh. Untuk memperoleh model SO4, maka dilakukan plot nilai Cl,
3D berdasarkan data sekunder 3D-MT, HCO3 dan SO4 dari titik-titik
dilakukan pengikatan koordinat dari pengambilan sampel (WNS1, WNS2,
data sekunder 3D-MT dengan aplikasi WNS3, WNS4, ARP1, ARP3, ARP3,
software Petrel 2008 serta software BND1, BND2 dan BND3) ke dalam
pendukung Global Mapper 13. Tahapan software Geokimia sehingga
pengikatan data 3D-MT terdiri dari didapatkan diagram Trilinear
pengikatan koordinat blok Slice, perbandingan SO4, Cl, dan HCO3 yang
pengikatan koordinat blok Section BD- mampu menunjukkan penyebaran tipe
TL, pengikatan koordinat blok Section air panas di daerah penelitian. Setelah
BL-TG, pemodelan lapisan substratum diketahui penyebaran tipe air panas di
top reservoar geothermal dan daerah penelitian, selanjutnya dilakukan
pengikatan surface lokasi penelitian. analisa untuk mengetahui pola aliran
hidrotermal dengan mengkombinasikan
3.2 Pembuatan Model 3D data geologi, sehingga flow zone (zona
Berdasarkan Data PT (Pressure - aliran) dapat ditentukan.
Temperature)
3.4 Zonasi Bawah Permukaan
Pembuatan model 3D berdasarkan data (Analisis Geofisika dan Geologi)
sumur (PT) berfungsi untuk
mempermudah penarikan kontur termal. Setelah model 3D hasil pengikatan data
Setiap tahapan dalam pembuatan model 3D-MT diperoleh, maka dilakukan
3D dilakukan dengan aplikasi software analisis terhadap struktur resistivitas
Petrel 2008 pada lembar kerja yang bawah permukaan untuk zonasi bawah
sama dengan lembar kerja pembuatan permukaan. Hal utama untuk
model 3D berdasarkan data 3D-MT. melakukan zonasi bawah permukaan
Hal tersebut dilakukan untuk adalah menentukan zona impermeabel
mempermudah dalam melakukan (clay cap) dan zona reservoar. Untuk
analisis terhadap nilai resistivitas data melakukan zonasi tersebut digunakan
3D-MT dengan data PT (Pressure – dua parameter resistivitas. Pertama,
Temperature). lapisan impermeabel/clay cap selalu
bersifat lebih konduktif dengan harga
resistivitas ≤ 10 Ωm yang kontinu.
Kedua, zona reservoar berada di bawah
lapisan yang bersifat impermeabel dan
memiliki harga resistivitas 20-75 Ωm. temperatur sama dengan temperatur
Proses analisa dilakukan dengan saturasi, maka kandungan fluida di
kombinasi data geologi. bawah permukaan merupakan fluida
dalam fasa uap dan/atau fasa air (T =
3.5 Pembuatan Kurva BPD (Boiling Ts) (Parameter mengacu pada diagram
Point with Depth) fasa terner).

Kurva BPD dibuat dengan melibatkan Penarikan kontur termal dilakukan


informasi kedalaman sumur, nilai untuk mendelineasi pola aliran
temperatur (T) dan tekanan (P) terekam hidrotermal bawah permukaan daerah
serta harga temperatur saturasi (Ts) dari penelitian dan sekitarnya. Penarikan
data 28 sumur eksplorasi yang garis kontur termal melalui proses
menyebar dalam 8 kluster. Harga Ts analisa terhadap gradien termal
ditentukan dari penyesuaian antara berdasarkan data PT yang disajikan
temperatur saturasi dengan nilai P pada dalam point well data (model 3D
kedalaman. Kemudian, Ts diperoleh berdasarkan data PT) pada beberapa
dengan melakukan interpolasi sumur (sebagai sumur perwakilan dari
berdasarkan tabel saturasi oleh Keenan 28 sumur) dan disesuaikan dengan
(1969) dalam Herdianita (2008). Tabel kondisi pola aliran hidrotermal.
tersebut masih digunakan untuk
interpretasi fasa fluida geothermal 3.7 Interpretasi komperensif
sampai saat ini. Selanjutnya, dengan
aplikasi Ms.Excel, kedalaman sumur, Setelah melakukan penentuan pola
nilai T, nilai P dan Ts diplot menjadi aliran hidrotermal, zonasi bawah
kurva BPD yang mampu menunjukkan permukaan, penarikan kontur termal
kondisi T vs Ts terhadap kedalaman dan penentuan fasa fluida reservoar,
secara sederhana. maka informasi-informasi tersebut
dapat dikombinasikan dengan
3.6 Penentuan Fasa Fluida Reservoar melakukan analisis data terpadu
Dan Penarikan Kontur Termal (analisis gofisika, geokimia dan
(Analisis Geofisika dan geologi) untuk mendelineasi model
Geokimia) tentatif sistem geothermal. Selanjutnya
dilakukan interpretasi komperensif
Penentuan fasa fluida reservoar untuk menginterpretasikan kondisi
dilakukan dengan analisa terhadap nilai sistem geothermal daerah penelitian.
T dan Ts. Syarat yang perlu diketahui
dalam penentuan kandungan fluida 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
geothermal adalah bahwa di daerah
bawah permukaan pada kondisi Untuk mendeliniasi sistem geothermal
temperatur kurang dari temperatur lapangan penelitian, dibutuhkan
saturasi, maka kandungan fluida di penggambaran secara lateral dari
bawah permukaan merupakan fluida permukaan (surface) sampai bawah
dalam fasa cair (T < Ts). Sementara permukaan (subsurface). Untuk
jika kondisi temperatur di daerah bawah mendapatkan penggambaran tersebut
permukaan pada kondisi temperatur dilakukan penyayatan terhadap model
lebih dari temperatur saturasi, maka 3D lokasi penelitian. Sayatan model
kandungan fluida di bawah permukaan lokasi penelitian tersebut dianggap
merupakan fluida dalam fasa uap (T > mampu mewakili gambaran daerah
Ts). Dan jika kondisi temperatur di penelitian secara keseluruhan.
daerah bawah permukaan pada kondisi Selanjutnya, model tentatif dapat
didelineasi berdasarkan hasil analisis analisis temperatur dan tekanan daerah
geokimia terhadap manifestasi mata air penelitian dari data PT sumur-sumur
panas daerah penelitian dari data eksplorasi. Model tentatif sistem
geokimia, hasil analisis terhadap nilai geothermal daerah penelitian
resistivitas bawah permukaan daerah didelineasi seperti Gambar 4.
penelitian dari data 3D-MT dan hasil

Gambar 4 Model Tentatif Sistem Geothermal Daerah Penelitian :


Jarak antara koordinat X dan Y (Longitude dan Latitude)
n dengan n+1 sama dengan 2000 m (n = Y atau X)

Daerah Penelitian terletak pada Selatan terlihat pelonjakan nilai


morfologi pendataran yang resistivitas (> 10 Ωm) di sekitar sesar
diinterpretasikan sebagai kreter tua. ikutan berarah Barat Laut-Tenggara
Wilayah ini merupakan wilayah dengan (yang sejajar dengan struktur utama).
akumulasi material vulkanik yang tinggi Hal tersebut diperlihatkan pada gambar
dari produk gunung api di sekitarnya. yang tandai oleh lingkaran berwarna
Keberadaan manifestasi di daerah merah. Selain pada lapangan penelitian
penelitian mencirikan adanya zona bagian Selatan, pada lapangan
lemah oleh sesar di sekitar lokasi. penelitian bagian Barat juga
Untuk melihat hubungan resistivitas memperlihatkan terjadinya pelonjakan
dengan struktur tersebut maka nilai resistivitas (> 10 Ωm) di sekitar
diperlukan sayatan (intersection). Letak sesar ikutan yang memotong struktur
sayatan ditunjukkan oleh garis utama (diperlihatkan oleh zona yang
horizontal abu-abu pada Gambar 5a dan ditandai dengan lingkaran kuning). Hal
hasil sayatan diperlihatkan oleh Gambar yang sama yaitu pelonjakan nilai
5b. resistivitas (> 10 Ωm) di sekitar sesar
ikutan yang memotong struktur utama
Gambar 5b memperlihatkan bahwa (lapangan bagian Selatan) juga
pada lapangan pengukuran MT bagian
ditunjukan oleh zona yang ditandai hingga ke permukaan dan menggerus
lingkaran putih. lapisan lempung tipis yang telah
mengalami pensesaran. Keterdapatan
Zona dekat sesar yang berpengaruh manifestasi air panas pada permukaan
pada pelonjakan nilai resistivitas (> 10 di daerah pengukuran MT, disekitar
Ωm), diperkirakan merupakan zona zona lemah yang ditandai lingkaran
lemah yang memungkinkan fluida putih (Gambar 5b) adalah hal yang
bawah permukaan untuk menerobos mempertegas kondisi tersebut.

Gambar 5a Posisi Intersection Pada Lapangan Penelitian Bagian Selatan (Tampak Atas). 5b Hasil
Sayatan terhadap Section 3D-MT Bawah Permukaan (Tampak Selatan).
Catatan : Jarak antara koordinat X dan Y (Longitude dan Latitude)
n dengan n+1 sama dengan 2000 m (n = Y atau X)

Manifestasi mata air panas pada air SO4 (Asam Sulfat). Diduga bahwa
kelompok BND-1, BND-2 dan BND-3 air asam sulfat tersebut berasal dari
menunjukkan bahwa air panas bertipe oksidasi H2S yang terjadi pada zona
vadose (dalam zona overburden). yang mengandung CO2 yang (sifatnya
Asumsi ini diperkuat oleh kondisi tidak lebih mudah bereaksi dibanding
resistivitas batuan bawah permukaan senyawa H2S) dengan air lingkungan
yang memiliki nilai resistivitas 10 – 30 sekitar (air meteorik).
Ω.m pada kedalaman mencapai 100 m
(di atas lapisan clay cap). Hal tersebut Dari model tentatif dan interpretasi di
dapat menjelaskan keterdapatan fluida atas, maka diketahui bahwa tipe sistem
yang mengandung oksigen. Reaksi geothermal daerah penelitian
oksidasi H2S yang berkondensasi dan merupakan sistem yang berhubungan
membentuk hidrogen sulfida adalah dengan tektonik dan terletak di
sebagai berikut : lingkungan busur vulkanik (volcanic
arc). Topografi sistem geothermal
H2S(g) + 2O2(aq) = 2H+(aq) + SO42-(aq) + berada pada dataran tinggi (high relief)
SO42-(aq) dengan arah aliran lateral yang
ekstensif (long outflow). Transfer energi
Pada teori mengenai fluida hidrotermal, yang terjadi pada sistem geothermal
dikatakan bahwa fluida panas bumi daerah penelitian secara konveksi,
yang berada paling dekat dengan mengklasifikasikan bahwa sistem ini
magma mengandung senyawa H2S termasuk sistem hidrothermal. Sistem
yang bersifat reaktan. Dengan hidrotermal dalam sistem geothermal
mempertimbangkan kedua kondisi ini termasuk dalam sistem terbuka dan
tersebut, maka diinterpretasikan bahwa terputar (cyclic system) yang melibatkan
fluida yang keluar sebagai manifestasi aliran hidrologi dalam dan dangkal.
mata air panas asam sulfat di daerah Kondisi dimana air permukaan
penelitian merupakan fluida magmatik (meteorik) masuk, terpanaskan dan
yang keluar menerobos permukaan muncul kembali ke permukaan, sistem
dengan kecepatan yang tinggi. Dengan ini melibatkan kondisi permebilitas
kondisi demikian maka diketahui bahwa yang baik. Karena sistem ini melibatkan
daerah penelitian merupakan daerah kombinasi antara hidrotermal dan
dengan zona aliran ke atas (upflow). sistem vulkanik, maka sistem
geothermal daerah penelitian termasuk
Sesuai sifat alaminya, gradien hidrologi dalam tipe sistem magmatik-
fluida cenderung mengikuti topografi. hidrotermal. Dibawah lapisan
Kondisi ini menyebabkan fluida impermeabel, ditemukan reservoar
memiliki kecenderung untuk bergerak berada pada kedalaman ≤ 1350 m dan
ke arah topografi yang lebih rendah dan memiliki temperatur tinggi yaitu >
menjauhi wilayah yang memiliki 225oC. Reservoar sistem geothermal
kondisi topografi yang lebih tinggi. daerah penelitian terdiri atas dua fasa
Kondisi ini menyebabkan adanya aliran dan termasuk sistem dominasi air.
lateral ke arah Selatan dari daerah
penelitian, yaitu ke arah aliran sungai 5 KESIMPULAN
yang memiliki topografi lebih rendah.
Kondisi ini diperkuat oleh keterdapatan Dari Delineasi Sistem Geothermal
manifestasi mata air panas karbonat seperti Gambar 4 dan berdasarkan
(HCO3) di daerah WNS-2 dan ARP-2 Analisis Geofisika, Geokimia dan
sekitar 5000 m dari mata air panas asam Geologi, dapat ditarik kesimpulkan
sulfat. Air karbonat merupakan penciri sebagai berikut :
adanya aliran lateral atau aliran keluar 1. Zona reservoar geothermal berada
(out flow), karena keterdapatannya pada bagian Utara dan Timur lokasi
merupakan hasil reaksi fluida magmatik pengukuran MT dengan kedalaman
≤ 1350 m. Hal tersebut ditandai oleh Garut Pangalengan Berdasarkan
terdapatnya lapisan dengan Data Magnetotellurik. Universitas
resistivitas 20-75 Ωm yang berada Pendidikan Indonesia. Bandung.
di bawah zona yang bersifat lebih Saptadji, N. M. 2002. Teknik Panas
konduktif dengan harga resistivitas Bumi. Institut Teknologi Bandung.
≤ 10 Ωm. Bandung.
2. Aliran hidrotermal memiliki pola Simpson, F. dan Bahr K. 2005. Partical
pergerakan dari arah Utara ke arah Magnetotellurics. Cambridge
Selatan lapangan penelitian. University Press. USA.
3. Fasa fluida yang mendominasi Suparno, S. 2009. Energi Panas Bumi -
sistem ini adalah fasa cair, dengan A Present From the Heart of the
kapasitas > 90%. Temperatur Earth. Universitas Indonesia.
reservoar termasuk dalam kategori Jakarta.
suhu tinggi yaitu > 225 oC.

DAFTAR PUSTAKA

Bartucz, D. 2009. Exploration of


Geothermal Systems with Petrel
Modeling Software. University of
Iceland dan University of Akureyri.
Akureyri.
BSN (Badan Standarisasi Nasional).
1998. Klasifikasi Potensi Energi
Panas Bumi Di Indonesia. SNI 13-
5012-1998. Indonesia.
Herdianita, R. 2008. Geothermal and
Hydrothermal System.
Hochstein, M. P. 1992. World Wide
Occurrence of Geothermal
Resources, Convective, and Non-
convective System. Geothermal
Institute.
IEA (International Energy Asociation),
2007. Geothermal. http://www.iea-
gia.org/annex3.asp
Marini, L. 2001. Geochemical
Techniques For the Exploration
and Exploitation of Geothermal
Energy. Dipartimento per lo Studio
del Territorio e delle sue Risorse,
Universita degli Studi Genova,
Italia.
Nicholson, K. 1993. Geothermal Fluids
; Chemistry and Exploration
Techniques. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. Jerman.
Nurwianti, W. 2010. Karakteristik
Panas Bumi Disepanjang Lintasan

Anda mungkin juga menyukai