Faktor Risiko Yang Memengaruhi PDF
Faktor Risiko Yang Memengaruhi PDF
2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1825
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI KEJADIAN KANKER
SERVIKSPADA WANITADI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2017
TESIS
Oleh
THESIS
By
TESIS
Oleh
RHINA CHAIRANI LUBIS
157032090
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D) (Sri Rahayu Sanusi, SKM, M.Kes, Ph.D)
Ketua Anggota
(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka
Kanker Serviks merupakan masalah yang paling sering terjadi pada sistem
reproduksi wanita. Setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan
sekitar 8.000 kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor risiko yang memengaruhi kejadian kanker serviks pada
wanita di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2017.
Penelitian bersifat analitik observasional dengan desain case control. Kasus
adalah seluruh penderita kanker serviks dan kontrol bukan penderita kanker serviks.
Sampel terdiri dari 58 kasus dan 58 kontrol. Analisis data dilakukan dengan Simple
Logistic Regression dan Multiple logistic Regression.
Hasil menunjukkan ada pengaruh signifikan usia pertama kali melakukan
hubungan seksual OR 3,359 (95%CI 1,566-7,203), paritas OR 6,009 (95%CI 2,694-
13,807), riwayat keluarga OR 3,382 (95%CI 1,573-7,272), pemakaian pembersih
vagina OR 6,984 (95%CI 3,078-15,845), pemakaian kontrasepsi oral OR 2,450
(95%CI 1,132-5,305) terhadap kejadian kanker serviks. Sedangkan riwayat penyakit
HIV/AIDS, berganti pasangan, merokok tidak berpengaruh terhadap kejadian kanker
serviks. Faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian kanker serviks adalah
pemakaian pembersih vagina OR 8,428 (95% CI 2,991-23,744).
Diharapkan kepada seluruh wanita agar tidak menggunakan pembersih vagina
sebagai pesonal hygiene dan rutin melakukan screning dengan melakukan pap smear
serta vaksinasi HPV bagi wanita yang tidak menderita kanker serviks.
Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT dan segala Puji bagi Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Faktor Risiko yang Memengaruhi Kejadian
Kanker Serviks pada Wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
Tesis ini dapat selesai dengan baik berkat limpahan rahmat dan karunia Allah
SWT, namun dalam penulisan tesis ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H. M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph. D Selaku Ketua Program StudiS2 Ilmu
Utara
4. Destanul Aulia, S.K.M, M.B.A, M.Ec, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi
5. Dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D selaku ketua komisi pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu dan perhatian serta dorongan moril
dalam membimbing penulis menyelesaikan tesis ini.
6. Sri Rahayu Sanusi, S.K.M, M.Kes, Ph.D selaku anggota komisi pembimbing
yang juga telah banyak meluangkan waktu dan perhatian serta dorongan moril
7. Dr. Rahayu Lubis, M.Kes. Ph.D selaku ketua komisi penguji yang telah
ini
8. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku anggota komisi penguji yang
10. Seluruh Karyawan administrasi Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan
11. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang telah memberi
12. Seluruh Karyawan dan Staff Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan
13. Ucapan yang tulus penulis tujukan kepada Suami, anak-anak tercinta, orang
tua, serta saudara-saudara yang penulis banggakan dan cintai yang telah
maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
Putri, Winda, Lili, Wilda, Magdalena, Resha dan Dwi atas bantuan dan
15. Semua pihak yang telah turut serta membantu pembuatan tesis ini dengan baik
Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tesis ini, untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Pematangsiantar pada 19 Maret 1986 dan beragama Islam, Penulis anak kedua dari
dua bersaudara dan bertempat tinggal di Jalan Karya Dame komplek Pondok Surya
Utara. Pada tahun 2015, penulis kembali melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana S-2
Penulis memulai karir sebagai Dosen di salah satu perguruan tinggi swasta
yaitu Akademi kebidanan Indah Medan sejak tahun 2009 hingga saat ini.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xiii
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
3.1. Nilai Odds Rasio Pada beberapa Variabel penelitian terdahulu .................. 42
Pekerjaan ..................................................................................................... 57
3.5. Faktor Risiko Yang memengaruhi Kanker Serviks Berdasarkan Hasil Uji
PENDAHULUAN
yang sangat penting untuk diperhatikan. Banyak penyakit yang bisa terjadi pada
sistem reproduksi, khususnya pada wanita. Salah satu masalah yang paling sering
terjadi pada sistem reproduksi wanita adalah kanker leher rahim atau yang sering
disebut sebagai kanker serviks. Penyakit ini merupakan penyakit nomor dua
pembunuh pada wanita setelah kanker payudara. Pada tahap awal, gejala yang
menstruasi, keluhan sakit pada perut bagian bawah, perdarahan pada saat melakukan
hubungan seksual, dan infeksi pada saluran kandung kemih. Jika hal ini terus
berlanjut pada stadium yang lebih tinggi, penderita akan merasakan sakit pada daerah
panggul, perdarahan yang berbau amis, nafsu makan hilang, penurunan berat badan
secara drastis, dan anemia disertai perdarahan. Kanker serviks pada stadium lanjut
Selain menimbulkan rasa sakit secara fisik, kanker serviks juga menimbulkan
dampak psikis pada penderitanya. Hal ini dapat terlihat seperti turunnya tingkat
kepercayaan diri dalam kehidupan sosial yaitu merasa malu untuk bersosialisasi
dengan masyarakat. Turunnya kepercayaan diri dalam aktivitas seksual bagi pasangan
tanda tanda kanker dan kendala biaya pengobatan serta akses fasilitas pelayanan
kesehatan dapat dilihat sebagai salah satu penyebab masih tingginya angka kanker
serviks. Pasien yang menderita kanker serviks dengan stadium lanjut, harus mendapat
tahunnya, dapat menjadi ancaman besar bagi dunia kesehatan, karena mayoritas
penderita kanker serviks baru terdeteksi pada stadium lanjut. Padahal kanker serviks
dapat di cegah dan diatasi jika wanita usia subur lebih awal mempunyai pengetahuan
yang baik dan kesadaran melakukan deteksi dini berupa test pap smear secara rutin
serta melakukan imunisasi vaksin HPV untuk memperkecil risiko terkena kanker
serviks. Selain itu kebiasaan pola hidup yang baik harus diperhatikan dengan menjaga
pola makan, menghindari rokok, dan menjauhi alkohol (Sulistiowati dkk, 2014).
dengan perkiraan mencapai 12 juta jiwa pada tahun 2030. Setiap tahun, terdapat 6,25
juta orang baru yang menderita kanker. Untuk penyakit kanker serviks di dunia,
diperhitungkan terjadi lebih dari 30 per 100.000 penduduk. Kanker serviks adalah
kanker paling umum keempat pada wanita, dan ketujuh secara keseluruhan. Sekitar
528.000 kasus baru kanker serviks terjadi dan sebanyak 266.000 meninggal akibat
penyakit ini atau diperhitungkan 7,5% dari semua kematian akibat kanker di dunia.
Hampir sembilan dari sepuluh (87%) kematian akibat kanker serviks terjadi di daerah
yang kurang berkembang. Kematian bervariasi 18 kali lipat antara berbagai wilayah
di dunia, dengan tingkat kurang dari 2 per 100.000 di Asia Barat, Eropa Barat dan
Australia/ Selandia Baru lebih dari 20 per 100.000, di Melanesia (20,6), Afrika
Tengah (22,2) dan Afrika Timur (27,6). Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih
dari 15.000 kasus kanker serviks, dan sekitar 8.000 kasus diantaranya berakhir
serviks tertinggi di dunia. Kanker ini muncul tanpa menimbulkan gejala dan sangat
sulit di deteksi sehingga penyakit ini sering terdiagnosa pada stadium lanjut (WHO,
2015).
yang terdiagnosa penyakit ini sebesar 12.820 kasus dan sekitar 4.210 wanita akan
besar terkena kanker serviks, diikuti oleh orang Afrika-Amerika, orang Asia dan
Kepulauan Pasifik, dan orang kulit putih. Kanker serviks cenderung terjadi pada usia
paruh baya dan jarang terjadi pada wanita di bawah usia 20 tahun. Sebagian besar
kasus ditemukan pada wanita berusia di bawah 50 tahun. Banyak wanita yang lebih
tua tidak menyadari bahwa risiko berkembangnya kanker serviks masih ada seiring
bertambahnya usia. Lebih dari 15% kasus kanker serviks ditemukan pada wanita
(ICO), Populasi wanita di dunia yang berjumlah 2.784 juta jiwa dengan kelompok
setiap tahun sebanyak 527.624 wanita didiagnosis menderita kanker serviks dan
265.672 meninggal karena penyakit ini. Insiden tertinggi kanker serviks berdasarkan
golongan umur di dunia yaitu umur 50-54 tahun sebesar 12753 kasus, dan di Afrika
pada golongan umur 50-54 tahun sebanyak 12753 kasus (HPV Information Centre,
2017).
(International Agency for Research on Cancer), diketahui bahwa pada tahun 2012
terdapat 14,1 juta kasus baru kanker dan 8,2 juta kematian akibat kanker di seluruh
dunia. Perkiraan prevalensi untuk tahun 2012 menunjukkan 32,6 juta orang diatas
usia 15 tahun didiagnosis telah memiliki kanker pada 5 (lima) tahun sebelumnya.
Penyebab terbesar kematian akibat kanker antara lain disebabkan oleh kanker paru,
hati, perut, kolorektal, payudara dan kanker serviks. Penyakit kanker serviks
merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Insiden kanker
secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke 6 di negara kurang berkembang)
Kasus baru kanker serviks pada tahun 2014 yang terjadi di Inggris sebanyak
3.224 kasus. Angka kematian akibat kanker serviks sendiri mencapai 890 kasus.
Kanker serviks di negara ini bertahan selama lebih dari sepuluh tahun pada tahun
2010 dengan persentase 63 % di inggris dan Wales (Cancer research UK, 2014).
Pada negara berkembang seperti negara Argentina, Brazil, Chili, Peru, Afrika
Selatan, Cina, India dan Thailand kematian yang disebabkan kanker serviks
menduduki urutan pertama yaitu lebih besar dari kematian maternal. Diseluruh dunia
terlihat adanya disparitas gender untuk masalah kesehatan. Dan lebih menonjol di
negara berkembang. Isu kesehatan seperti perawatan kesehatan dasar, face life
debilitating dan life threatening yang kurang tersedia dan memadai, kematian ibu,
menkah usia muda, HIV, dan kanker serviks adalah masalah kesehatan yang ditemui
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi tumor/ kanker di Indonesia adalah 1,4
per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada
perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Insiden Kanker Serviks
penderita kanker serviks di Indonesia pada tahun 2013, diketahui bahwa Provinsi
Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita kanker
serviks terbesar, sementara itu Provinsi Gorontalo dan Papua Barat memiliki estimasi
Kanker leher rahim atau juga yang disebut juga dengan kanker serviks
merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita. Kanker ini dialami oleh
lebih dari 1,4 juta wanita di seluruh dunia. Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus
terjadi dan sekitar 231.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di Indonesia, kasus
kanker leher rahim pada peringkat pertama dengan jumlah kasus 14.368 orang. Dari
jumlah tersebut, 7, 297 orang meninggal dan prevalensinya adalah 10.823 orang
kanker serviks yaitu sitologi serviks dan ulasan asam asetat, keterlambatan diagnosis
pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah,
keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi, dan
derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis penderita. Penyakit ini
banyak terdapat pada wanita Amerika Latin, Afrika, dan negara-negara berkembang
terdapat insidensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan keturunan etnis lainnya
(Rasjidi, 2014).
kedua di dunia paling banyak menderita kanker serviks. Untuk kota Medan sepanjang
tahun 2016, penderita kanker serviks mencapai 110 orang. Berdasarkan data peserta
BPJS Kesehatan secara nasional dari bulan Januari hingga Juni 2016, jumlah kasus
kanker serviks di tingkat pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan mencapai 45.006
kasus dengan total biaya sekitar Rp 33,42 miliar. Sementara di tingkat rawat inap,
terdapat 9.381 kasus, dengan total biaya sekitar Rp 51,33 miliar (Kemenkes RI,
2015).
Indonesia pada tahun 2016 sebesar 17,8 juta jiwa dan tahun 2017 menjadi 21,7 juta
jiwa. Terjadi peningkatan sebesar 3,9 persen untuk jumlah penderita kanker. Untuk
angka kejadian kanker serviks juga masih sangat tinggi. Setiap tahun tidak kurang
dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Setiap hari empat puluh orang
wanita terdiagnosa kanker serviks, dan orang dua puluh orang diantaranya meninggal
peningkatan. Tahun 2013 tercatat 475 kasus, tahun 2014 sebanyak 548 kasus dan
tahun 2015 sebanyak 681 kasus dengan prevalensi 0,063 per 100.000 penduduk.
Angka prevalensi kanker serviks di Kota Medan diperkirakan 0,028 per 100.000
penduduk, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per
risiko yang ada dengan cara membiasakan diri dengan pola hidup sehat, melakukan
deteksi dini dengan melakukan pap smear bagi wanita yang aktif secara seksual. Oleh
karena itu semakin dini gejala awal penyakit kanker serviks diketahui, semakin
Malik Medan, bahwa jumlah pasien kanker serviks pada tahun 2013 sebanyak 367
orang. Berdasarkan umur, penderita kanker serviks paling banyak berada pada
golongan umur 40-55 tahun (58,3%), seluruh penderita berstatus kawin (100%).
Penderita kanker serviks lebih banyak dengan status pendidikan SMP-SMA (57,2%).
Menurut paritas yang paling sering menderita kanker serviks adalah 3-5 anak
(56,1%). Keluhan utama yang paling banyak dialami penderita adalah perdarahan
pervaginam (77,9%), sedangkan untuk stadium terbanyak berada pada stadium IIIb
(39,5%).
bahwa kandungan dari douching atau bahan pembersih vagina (monomer kompleks,
kanker serviks.
menyimpulkan bahwa secara statistik faktor risiko terkait dengan kejadian kanker
serviks yaitu faktor infeksi, tidak serumah dengan pasangan, merokok, usia <15 tahun
pemakaian kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu yang lama dan riwayat infeksi
pengaruh faktor risiko yang menyebabkan kanker serviks yaitu aktivitas seksual yang
dilakukan pada umur kurang dari 20 tahun (OR = 1,75; 95% CI 1,01-3,03), dan
wanita yang tidak menikah (OR = 3,29, 95% CI 1.26-8.60) dan paritas (OR= 0,42
95% CI 0,23-0,76).
Salah satu penelitian yang juga berkaitan dengan faktor risiko yang
menyebabkan kanker serviks yaitu imunosupresi, yang dikemukakan oleh Dugue dkk
dosis kumulatif tinggi berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks (OR = 2,2, 95%
dalam pemakaian akumulasi lima tahun akan memicu kejadian kanker serviks
maret 2017 di RM RSUD dr Pirngadi Medan, dapat dilihat bahwa pasien yang
menderita kanker serviks sebanyak 639 kasus dengan rincian sebagai berikut yaitu
pasien dengan status rawat inap pada tahun 2012 sebanyak 57 kasus, tahun 2013
sebanyak 58 kasus, tahun 2014 sebanyak 66 kasus, tahun 2015 sebanyak 69 kasus,
dan tahun 2016 sebanyak 57 kasus, dengan total keseluruhan sebanyak 307 kasus.
Sedangkan untuk penderita kanker serviks dengan status rawat jalan, pada tahun 2012
sebanyak 45 kasus, tahun 2013 sebanyak 38 kasus, tahun 2014 sebanyak 61 kasus,
tahun 2015 sebanyak 96 kasus dan tahun 2016 sebanyak 92 kasus dengan total
keseluruhan sebanyak 332 kasus (Data Rekam Medik RSUD. DR.Pirngadi Medan)
”Faktor Risiko yang Memengaruhi Kejadian Kanker Serviks pada Wanita di RSUD
1.2. Permasalahan
penelitian ini adalah masih meningkatnya angka kejadian kanker serviks setiap
tahunnya dan faktor risiko apa yang paling memengaruhi kejadian kanker serviks di
vagina, pemakaian kontrasepsi oral, riwayat penyakit HIV/ AIDS, dan riwayat
keluarga yang menderita kanker serviks) terhadap kejadian kanker serviks pada
wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017.
1. Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
kanker serviks.
kesehatan reproduksi.
3. Sebagai bahan masukan dan referensi bagi peneliti lainnya di dalam melakukan
rumah sakit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker serviks merupakan kanker yang berkembang pada epitel leher rahim
dari sebuah sel yang mengalami perubahan kearah keganasan. Kanker serviks atau
yang juga disebut kanker leher rahim merupakan suatu penyakit yang disebabkan
Serviks atau leher rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang
tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami
mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang
disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan
karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS dikenal juga dengan tingkat pra kanker.
Dari displasia menjadi karsinoma insitu diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan
karsinoma insitu menjadi karsinoma invasif berkisar 8-20 tahun (Kartikawati, 2013).
2.1.2. Epidemiologi
Kanker serviks atau kanker mulut rahim masih merupakan masalah kesehatan
yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang
lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan
sarana dan prasarana, jenis hispatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam
menentukan prognosis dari penderita kanker serviks. Di negara maju, angka kejadian
dan angka kematian akibat kanker serviks masih menempati posisi kedua terbanyak
pada keganansan wanita (setelah kanker payudara dan di perkirakan diderita oleh
500.000 wanita setiap tahunnya di Indonesia, diperkirakan 40 ribu kasus baru kanker
mulut rahim ditemukan setiap tahunnya. Di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo,
frekuensi kanker serviks sebesar 76,2 % diantara kanker ginekologi. Data dari 17
rumah sakit di Jakarta pada tahun 1977, kanker serviks menduduki urutan pertama
meningkat setiap tahun yaitu sebesar 131.500 kasus. Di negara Kolombia, Kanker
Israel merupakan insiden kanker serviks terendah yaitu 3,8/100.000 (Desen dkk,
2013).
2.1.3. Etiologi
Kanker serviks dapat disebabkan oleh berbagai perilaku penderita itu sendiri
diantaranya adalah hubungan seksual yang dilakukan pada usia muda yaitu kurang
dari 20 tahun, berganti ganti pasangan seksual lebih dari satu, memiliki banyak anak
(lebih dari lima orang), personal hygiene yang buruk, pemakaian pembalut wanita
yang mengandung bahan dioksin, daya tahan tubuh yang lemah, dan kurangnya
pengetahuan tentang pap smear secara rutin pada wanita yang telah aktif melakukan
2. Faktor Biologis
adalah virus papiloma humanus (HPV), virus herpes simpleks tipe II (HSV II),
Hubungan antara HPV dan kanker serviks telah banyak diteliti. HPV
tergolong virus epiteliotropik, terbagi menjadi HPV kutis dan HPV genital, sekitar 20
jenis berkaitan dengan tumor organ genital yang terbagi menjadi HPV resiko rendah
seperti HPV 6,11, 42, 43, 44 dll. Untuk HPV resiko tinggi yaitu HPV16, 18, 31, 33,
35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68 dll. HPV resiko tinggi berkaitan erat dengan
terjadinya kanker serviks dan neoplasia intraepitel serviks uteri ( CIN/ II/ III). Infeksi
asimtomatik. Puncak infeksi berusia 18-28 tahun. Umumnya lenyap sekitar 8-10
bulan pasca infeksi. Sebesar 10-15 % wanita usia 35 tahun ke atas sering terinfeksi
menunjukkan infeksi HP dan karsinoma serviks memiliki kaitan yang jelas ( OR=3,6-
61,6), 99,7 % pasien dengan karsinoma serviks memiliki HPV positif, 97 % CIN II/
virus papiloma manusia. Terdapat 100 tipe virus HPV yang teridentifikasi dan
kebanyakan tidak berbahaya serta tidak menunjukkan gejala. Sebanyak 40 tipe HPV
dapat ditularkan melalalui hubungan seksual. Sasarannya adalah alat kelamin dan
digolongkan menjadi dua golongan yaitu tipe HPV penyebab kanker dan HPV
berisiko rendah. HPV menimbulkan kutil pada pria dan wanita, termasuk kutil pada
kelamin yang disebut kondiloma akuminata. Hanya beberapa saja dari varian HPV
yang menyebabkan kanker. Kanker serviks dapat terjadi jika terjadi infeksi yang tidak
sembuh-sembuh untuk waktu yang lama. Sebaliknya infeksi HPV akan hilang sendiri,
70% kasus kanker serviks di dunia. Perjalanan dari infeksi HPV menjadi kanker
serviks memakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 10-20 tahun. Namun proses
penginfeksian ini sering kali tidak disadari oleh penderita karena berlangsung tanpa
menimbulkan gejala. Terdapat 15 jenis tipe yang menyebabkan kanker yang dapat
mengarah pada kanker serviks, yakni HPV 16, 18, 45, dan 31 yang merupakan
penyebab lebih dari 80% kasus kanker di Asia Pasifik dan dunia (Kartikawati, 2013)
Menurut Rasjidi (2014), proses penyebaran kanker leher rahim ada tiga
macam yaitu:
dan rektum.
2.1.6. Faktor Risiko Kanker Serviks
1. Usia
Faktor alamiah pencetus kanker serviks adalah wanita usia diatas 40 tahun.
Semakin tua seorang wanita maka makin tinggi risikonya terkena kanker serviks
(Kartikawati, 2013).
Puncak perkembangan kanker serviks berada pada usia 47 tahun. Sekitar 47%
wanita dengan kanker serviks invasif berusia di bawah 35 tahun saat terdiagnosis.
Sekitar 10 %, kanker serviks terjadi pada wanita yang lebih tua (> 65 tahun) dan
cenderung meninggal karena penyakit karena stadium lanjut mereka saat didiagnosis
Husada Jakarta, semua wanita yang aktif secara seksual, memiliki risiko terkena
kanker serviks atau tahap awal penyakit ini tanpa memandang usia atau gaya hidup.
Jika ditarik angka rata-rata, kanker serviks ini sering menjangkiti dan dapat
membunuh wanita di usia produktif sekitar 30-50 tahun yang mana pada saat itu
mereka masih memiliki tanggung jawab ekonomi dan sosial terhadap anak-anak dan
serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa maka wanita yang
berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima
Usia pertama kali melakukan hubungan seks merupakan salah satu faktor
risiko terpenting karena penelitian para pakar menunjukkan bahwa semakin muda
wanita melakukan hubungan seksual maka semakin besar risiko terkena kanker
serviks. Wanita yang melakukan hubungan seks pertama sekali pada usia kurang dari
20 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada wanita yang berhubungan
seksual pertama sekali pada usia lebih dari 20 tahun. Umumnya sel-sel mukosa baru
matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin
hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun.
Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda,
sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap
rangsangan. Sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat
kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat
menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh
lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati,
sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah
sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas
20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan (Anolis,
2012)
3. Paritas
penyakit kanker serviks. Paritas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker
serviks dengan besar risiko 4,55 kali untuk terkena kanker serviks pada wanita
dengan paritas >3 dibandingkan wanita dengan paritas 3. Wanita yang memiliki 7 atau
lebih kehamilan aterm mungkin memiliki peningkatan risiko kanker serviks (National Cancer
Institute, 2012).
kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-
sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak. Bila hal ini terus
menerus terjadi, sel kanker pun akan terus berkembang. Perilaku berganti-ganti
terkena kanker serviks meningkat 10 kali lipat pada wanita mempunyai teman seksual
6 orang atau lebih dibandingkan wanita yang mempunyai 1 pasangan seksual (Azis,
2008).
Menurut Wahyuni dan Mulyani (2014) berpendapat bahwa partner sex >1
orang akan meningkatkan risiko 6,19 kali lebih besar untuk mengalami lesi prakanker
serviks dibandingkan dengan wanita yang memiliki patner sex 1 orang saja.
Penjelasan yang dikemukakan oleh dr. Melissa S Luwia, MHA dari yayasan
Kanker Indonesia, bahwa seorang wanita yang memiliki risiko terkena kanker serviks
kemudian berhubungan seks dengan lelaki, kemudian lelaki itu melakukan hubungan
seksual dengan wanita lain, wanita lain tersebut berisiko terkena kanker serviks dari
perempuan yang satunya dengan media penularan oleh lelaki tersebut (Kartikawati,
2013)
5. Merokok
pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung
bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga
perokok aktif yaitu menkonsumsi rokok 10-15 batang perhari menyebabkan resiko
Wanita yang merokok memiliki risiko 4–13 kali lebih besar untuk mengalami
ca serviks daripada wanita yang tidak merokok. Hal ini dikarenakan nikotin dalam
rokok mempermudah semua selaput lendir termasuk sel mukosa dalam rahim untuk
menjadi terangsang. Rangsangan yang berlebihan ini akan memicu kanker. Namun
tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah nikotin yang mampu menyebabkan
kanker serviks.
Diantara perempuan yang terinfeksi HPV, displsia dan kanker invasif terjadi sebesar
2-3 kali lebih sering pada perokok dan mantan perokok. Wanita yang terpapar asap
rokok menyebabkan peningkatan yang lebih kecil dalam risiko terkena kanker serviks
merupakan bakteri baik untuk menjaga keasaman vagina agar kuman tak mudah
bakteri Lactobacillus tersebut, sehingga vagina lebih rentan mengalami infeksi. Salah
satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV), yang menyebabkan kanker
menyatakan bahwa douching setidaknya seminggu sekali lebih berisiko empat kali
pembersih vagina/ douching yang beredar dipasaran berisi air dan campuran bahan
seperti suka, baking soda atau iudium yang biasanya langsung digunakan wanita ke
dalam vagina melalui tube. Kebiasaan ini akan mengganggu bakteri sehat
(lactobacillus) yang sudah ada serta mengganggu keasaman vagina. Wanita yang
sudah mengalami infeksi atau penyakit menular seksual lainnya justru mendorong
bakteri berbahaya ke uterus, ovarium, tuba fallopia yang akan menimbulkan masalah
menggunakan douching akan terpapar zat kimia yang bernama Diethyl phthalates
(DEP) yaitu sejenis produk perawatan tubuh yang akan mengganggu keseimbangan
Menurut penelitian yang dilakukan Gardner dkk (1991) dalam studi kasus-
kontrol menemukan hubungan antara kanker serviks dan douching yaitu pada wanita
yang menggunakan pembersih vagina lebih dari sekali seminggu ternyata empat kali
lebih rentan diserang kanker serviks (leher rahim) dengan (OR = 4,7, 95 persen CI:
1,9, 11) dan tidak ditemukan pada wanita yang menggunakan pembersih wanita satu
kali dalam seminggu. Douching dapat mengubah lingkungan kimia vagina, membuat
leher rahim lebih rentan terhadap perubahan patologis dan kanker serviks.
Wanita yang melakukan douching vagina lebih dari sekali seminggu ternyata
empat kali lebih rentan diserang kanker serviks (leher rahim). Douching bisa
meningkatkan risiko infeksi HPV genital pada vagina. HPV telah diketahui sebagai
sesuai dengan teori Sukaca (2009), bahwa penggunaan antiseptik merupakan salah
satu faktor risiko untuk terkena ca serviks. Penggunaan antiseptik yang terlalu sering
akan menyebabkan iritasi pada vagina yang memicu terjadinya kanker. Selain itu,
antiseptik akan merangsang perubahan sel yang pada akhirnya akan berubah menjadi
kanker.
Berdasarkan pendapat pakar kesehatan American College of Obstetricians and
cuci vagina yang memiliki PH tinggi yaitu lebih dari 3-4 dapat meningkatkan risiko
kanker serviks. Hal ini dapat mengakibatkan kulit kelamin menjadi keriput dan
mematikan bakteri Bacillus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk
dengan kejadian kanker yang mendiami vagina. Penggunaan sabun secara rutin akan
mengiritasi dan mengeringkan mukus di sekitar vulva sehingga adanya iritasi menjadi tempat
bahwa 75% wanita Indonesia pernah menggunakan cairan sabun pembersih vagina
yang telah menjadi bagian dari personal higienis dan dilakukan secara rutin.
pengikisan bakteri baik dalam vagina dan mengakibatkan infeksi genetalia interna
Wanita yang telah menggunakan kontrasepsi oral (pil KB) selama 5 tahun atau lebih
memiliki risiko lebih besar terkena kankerserviks dibandingkan wanita yang tidak pernah
5 tahun dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks 1,5-2,5 kali. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitif
terhadap HPV yang dapat menyebabkan adanya peradangan pada genitalia sehingga
yang dilakukan oleh International agency for Reaserch on Cancer ( IARC) pada
tahun 2003, menemukan bahwa ada peningkatan risiko kanker serviks dengan
penggunaan kontrasepsi oral dihentikan. Laporan lain dari IARC menyatakan bahwa
dari data 8 studi mengenai efek penggunaan kontrasepsi oral pada wanita yang positif
hpv, ditemukan peningkatan risiko 4 kali lebih besar pada mereka yang menggunakan
meningkatkan risiko ca serviks sebesar 1,5–2,5 kali. Namun, efek dari penggunaan
penelitian yang gagal menemukan peningkatan risiko pada perempuan pengguna atau
bahwa wanita yang menggunakan pil KB selama ≥4 tahun memiliki risiko 42 kali
estrogen dan progesteron yang tetap. Penggunaan pil KB berisiko ca serviks karena
dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan risiko relatif pada
pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya
atau menurunnya daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh berperan penting dalam proses
Salah satu keadaan imunosupresi bisa ditemui pada penderita AIDS. Virus HIV pada
penderita AIDS akan merusak fungsi kekebalan tubuh seseorang, sehingga wanita
yang menderita AIDS memiliki resiko tinggi terkena infeksi HPV yang berkembang
menjadi kanker serviks. Pada wanita penderita AIDS, perkembangan sel pra-kanker
menjdi kanker yang biasanya memerlukan waktu beberapa tahun, dapat terjadi lebih
cepat karena imunosupresi. Selain itu, kondisi seperti ini juga bisa ditemui pada
wanita yang mengonsumsi obat penurun daya tahan tubuh, seperti wanita penderita
penyakit autoimun (daya tahan tubuh yang menyerang organ tubuh sendiri karena
menganggap organ tersebut sebagai musuh) atau wanita yang sedang menjalani
tingginya potensi terkena kanker serviks. Setidaknya risiko meningkat dua kali lipat
di bandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga. Hal ini terjadi karena
dalam riwayat keluarga terdapat sistem imun yang sama, sel yang dibawa oleh faktor
keturunan, serta daya tahan tubuh dan faktor terinfeksi yang sama (Pusat info studi
Kanker, 2014).
hanya dapat di deteksi saat investigasi pada hasil tes pap smear. Sebaliknya,
kebanyakan kasus pasien dengan kanker serviks yang invasif datang ke petugas
1. Awal
c. Perdarahan pasca hubungan seksual pada wanita segala usia bahkan wanita
usia muda
sesuai
2. Akhir
a. Nyeri berkemih
c. Nyeri punggung
1. Stadium 1
stroma tidak lebih dari 5mm dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7mm.
1A1 : Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3mm dan lebar
1A2 : Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3mm tapi kurang dari
Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke
3. Stadium Ш
Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding
dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.
dinding panggul.
4. Stadium ІV
rahim stadium dini sering tidak menimbulkan gejala atau tanda yang khas. Namun
demikian kanker stadium dini dapat dideteksi dengan suatu pemeriksaan sederhana
yang dikenal dengan Pap Smear. Setiap wanita yang telah melakukan hubungan
seksual, berisiko untuk menderita kanker leher rahim. Oleh karena itu Pap Smear
dilakukan setelah ada aktifitas seksual. Jika setelah pemeriksaan pertama ternyata
tidak ada kelainan displasia atau kanker, maka tes diulangi setelah satu tahun, jika
hasilnya tetap negatif pemeriksaan dilanjutkan tiap 2-3 tahun sampai umur 65-70
tahun. Jika ditemukan pra kanker, maka pemeriksaan diulangi 6 bulan berikutnya
(Kartikawati, 2013).
Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan larutan
asam asetat 3-5 % secara inspekulo. Kemudian diamati apakah ada kelainan
seperti area berwarna putih. Dibutuhkan waktu 2-3 menit untuk melihat
perubahan jaringan epitel. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap
mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.
2. Pemeriksaan pap smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan
dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker leher
rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara
seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun.
normal, maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali.
a. Normal.
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam
3. Thin Prep
Metode ini lebih akurat dibanding pap smear. Jika pap smear hanya mengambil
dari sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka metode ini metode ini
memriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Hasilnya lebih tepat dan
akurat.
smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala
besar mendapatkan bahwa Pap’s smear negatif disertai DNA HPV yang
untuk wanita dengan umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV
2. Kolposkopi
Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak
normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal selanjutnya
3. Biopsi
Biopsi merupakan salah satu tindakan medis dimana pengambilan sel atau
atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan
4. Tes Schiller
Serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat berubah menjadi
coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
2.2. Pencegahan Kanker Serviks
1. Memilih pola makan yang sehat yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal
untuk
A, C dan E dan asam folat yang dapat mengurangi risiko kanker serviks
3. menghindari Merokok.
4. Menghindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
yang saat ini digunakan), dan sebagian lainnya sedang dalam uji klinis. Sebuah uji
perawatan atau memperoleh informasi tentang perawatan baru untuk pasien dengan
kanker. Ketika uji klinis menunjukkan bahwa pengobatan baru lebih baik daripada
tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk
hamil lagi. Menurut Kartikawati (2013) pengobatan kanker serviks antara lain:
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif.
Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas
pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk
Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut,
3. Kemoterapi
4. Terapi biologis
Terapi biologis juga disebut terapi pengubah respon biologis atau imunoterapi.
melawan penyakit. Terapi biologis tersebut dilakukan pada kanker yang telah
5. Terapi gen
kanker.
3. Menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah dideteksi dan
Umumnya, 5-years survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-
80%, stadium III kira - kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30% (Rasjidi,
2014).
2.5. Landasan Teori
Landasan teori pada penelitian ini mengacu kepada konsep dasar timbulnya
oleh Gordon dan La Richt (1950) dalam (Nugrahaini, 2012). Teori ini menyatakan
bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh adanya pengaruh faktor pejamu (host),
PEJAMU (HOST)
dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular
berikut:
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Ras
b. Lingkungan biologis:
agen (agent), pejamu (host) dan lingkungan (environment), maka pendekatan yang
relevan untuk mengetahui penyebab penyakit pada kanker serviks adalah model
Faktor Lingkungan
(Faktor eksternal)
Lingkungan fisik
Lingkungan biologik
Lingkungan sosio ekonomi
Variabel Independen
Merokok
Pemakaian pembersih vagina
1. Ada pengaruh usia pertama kali melakukan hubungan seksual terhadap kejadian
kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun
2017.
2. Ada pengaruh paritas terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017.
4. Ada pengaruh merokok terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017.
7. Ada pengaruh riwayat penyakit HIV/ AIDS terhadap kejadian kanker serviks di
8. Ada pengaruh riwayat keluarga yang menderita kanker serviks terhadap kejadian
kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Kota Medan tahun 2017
BAB 3
METODE PENELITIAN
desain studi case control dengan memilih penderita kanker serviks sebagai kasus dan
bukan penderita kanker serviks sebagai kontrol. Adapun alasan menggunakan desain
ini karena studi kasus kontrol merupakan studi observasional yang menilai hubungan
retrospektif dimana efek diidentifikasi pada saat ini kemudian faktor risiko
sederhana, rancangan case control dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
pertimbangan berdasarkan hasil survei awal kasus kanker serviks dari tahun 2012
sampai tahun 2016 terus meningkat. Peningkatan penyakit ini juga didukung data dari
Rumah Sakit Umum Adam Malik dimana pasien penderita kanker serviks mengalami
peningkatan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007. Jumlah penderita kanker
serviks di RSUD Dr. Pirngadi medan lebih tinggi dibandingkan RSUP Adam Malik.
proposal, seminar proposal, penelitian, analisi data, hingga penyusunan laporan akhir
sampai seminar hasil yang dimulai dari bulan Januari sampai bulan November 2017.
diagnosa dokter obgyn yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Umum
2. Populasi kontrol adalah wanita produktif datang ke Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. Pirngadi Medan yang melakukan pemeriksaan ke Poli Obgyn yang tidak
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan tekhnik pengambilan
sampel untuk bisa mewakili dan memenuhi populasi yang akan diteliti
1. Sampel kasus adalah seluruh wanita usia produktif (19-58 tahun) yang menderita
kanker serviks berdasarkan hasil diagnosa dokter obgyn yang diperoleh dari
medical record di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Kota medan tahun
Adapun kriteria inklusi sampel kasus dalam penelitian ini sebagai berikut :
Medan
2. Sampel kontrol adalah wanita yang datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
a. Tercatat sebagai wanita usia produktif tahun yang datang untuk memeriksakan
a. Pasien wanita yang menderita penyakit berat dan tidak dapat berkomunikasi
dengan baik
Adapun besar sampel penelitian diambil dengan rumus studi kasus kontrol
n=
(z α 2PQ + z β P1Q1 + P2 + Q 2 ) )
2
(P1 − P2 ) 2
Dimana :
(OR)P2
P1 =
(OR)P2 + (1 − P2 )
Keterangan :
n = Besar sampel
P = Prakiraan proporsi
Q =1̵ P
Q1 = 1 ̵ P1
Q2 = 1 ̵ P2
Penentuan besar sampel penelitiaan berdasarkan Odds Rasio (OR) hasil
penelitian sebelumnya yang nilai risiko dari variabelnya terbukti bermakna dan
Peneliti
No Judul Variabel OR P1 P2
(Tahun)
1 Melva Faktor Faktor Yang Usia pertama kali 2,52 0,40 0,21
(2008) memengaruhi kejadian melakukan
kanker serviks pada hubungan seksual
penderita yang datang
berobat di RSUP Adam
Malik tahun 2008
2 Sofia Faktor risiko kanker Paritas 4,9 0,59 0,23
(2015) serviks di RSUD.
Tugurejo tahun 2015
3 Setyarini Faktor Faktor yang Usia Pertama 5,5 0,91 0,66
(2009) berhubungan dengan kali melakukan
kejadian kanker Leher hubungan seksual
Rahim di RSUD. Dr
Moewardi Surakarta
4 Pratiwi Pengaruh pemakaian Penggunaan 17,8 0,13 0,72
(2014) alat kombinasi Kontrasepsi
progesteron terhadap Hormonal
kejadian kanker serviks
di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta
(OR)P2
P1 =
(OR)P2 + (1 − P2 )
0,53
P1 =
1,32
P 1 =0,40
n=
(1,96 2 x 0,412 x 0,588 + 1,282 (0,594 x 0,406) x (0,23 x 0,77 )2
(0,4594 − 0,23) 2
n= 58,41 ≈ 58
dari 58 responden pada kelompok kasus dan 58 responden pada kelompok kontrol
penelitian untuk kelompok kasus diambil dari pasien kanker serviks di Poli Obgyn
diagnosa, dan pemeriksaan laboratorium (pap smear dan biopsi) yang dilakukan oleh
dokter spesialis Obgyn di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
Kelompok kontrol diambil dari pasien wanita yang melakukan pemeriksaan ke poli
obgyn Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang tidak terdiagnosa
kanker serviks.
Jenis, sumber dan metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam
Data primer adalah data yang diperoleh melalui teknik wawancara langsung
pada subjek penelitian dengan menggunakan kuesioner. Adapun variabel data primer
yaitu Usia pertama kali melakukan hubungan seks, paritas, berganti-ganti pasangan
riwayat HIV/ AIDS, dan riwayat keluarga yang menderita kanker serviks.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data rekam medik Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Adapun data sekunder tersebut seperti umur,
yaitu : Usia pertama kali melakukan hubungan seks, paritas, berganti-ganti pasangan
penyakit HIV/ AIDS, riwayat keluarga yang menderita kanker serviks. Sedangkan
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
2. Variabel Independen
1. Usia pertama kali melakukan hubungan seks adalah usia ketika melakukan
2. Paritas adalah adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik lahir hidup
7. Riwayat penyakit HIV/ AIDS adalah penyakit HIV/ AIDS yang saat ini
diderita.
Metode pengukuran variabel bebas dan terikat disajikan pada Tabel 3.2 :
Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Bebas dan Terikat
Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Kanker Serviks Penyakit Yang Hasil Pap 1. Menderita Ordinal
menyerang Smear dan kanker serviks
bagian serviks Biopsi 2. Tidak menderita
wanita kanker serviks
berdasarkan
diagnosa dokter
obgyn
Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
6.b. Frekuensi Banyaknya Kuesioner 1. >1x/minggu Ordinal
penggunaan jumlah pembersih 2. 1x/minggu
pembersih vagina yang
vagina digunakan dalam
satu minggu
Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, selanjutnya diolah dengan tahapan
sebagai berikut :
terhadap responden.
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan
menggunakan komputer.
c. Entry
Data yang telah terkumpul dan tersusun secara tepat dimasukkan ke program
d. Cleaning data
1. Analisa Univariat
meliputi kejadian kanker serviks, usia pertama kali melakukan hubungan seksual,
vagina, pemakaian kontrasepsi oral, riwayat penyakit HIV/ AIDS dan riwayat
terhadap variabel dependen yang meliputi usia pertama kali melakukan hubungan
antara beberapa variabel independen dan dependen. Apabila hasil uji bivariat
diperoleh nilai p<0,25 maka variabel tersebut langsung masuk ke tahap uji
analisis multivariat.
Selain itu digunakan juga perhitungan odds ratio (OR) yang digunakan untuk
1. Bila OR > 1 menunjukkan ada hubungan positif antara faktor risiko dengan
kejadian penyakit dan faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko.
3. Bila OR < 1 menunjukkan ada hubungan negatif antara faktor risiko dengan
(Sastroasmoro, 2016)
3. Analisis Multivariat
hasil uji bivariatnya diperoleh nilai p<0,25. Melalui analisis multiple logistic
terjadinya kanker serviks yang disebabkan faktor risiko. Adapun metode yang
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan di jelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan gambaran
berbagai faktor risiko yang memengaruhi kejadian kanker serviks pada wanita.
11 Agustus 1928, merupakan Rumah Sakit milik pemerintah Kota Medan Propinsi
Sumatera Utara dengan status Rumah Sakit swadana sejak 11 februari 1998 dengan
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah
Kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya
dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan
diresmikan pada tahun 1930. Sebagai pimpinan yang pertama adalah dr. W Bays,
pada tahun 1939 pimpinan Rumah Sakit ini diserahkan kepada dr. A.A. Messing.
Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, Rumah Sakit ini diambil
alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritsu Byusonu Ince dan
pimpinannya dipercaya kepada seorang putra Indonesia yaitu dr. Raden Pirngadi
Gonggo Putra. Untuk maksud tersebut maka pada tanggal 26 Januari 1972 Rumah
Sakit Paru-paru yang dahulunya berdiri sendiri masuk menjadi bagian dari Rumah
Sakit Umum Pusat Provinsi Medan, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Sumatera Utara No. 48/XI/GSU tahun 1972.
Pada tahun 1979 sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara
No.150 Tahun 1979 tanggal 25 Juni 1979, RSU Pusat Medan ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, berasal dari nama seorang putra bangsa Indonesia
pertama menjadi pimpinan Rumah Sakit ini. Pada tahun 1983 pimpinan Rumah Sakit
ini diserahterimakan kepada dr.JE.Sudibyo. Pada tahun 1986 pimpinan Rumah Sakit
Dr.Pirngadi Medan dijabat oleh dr. Raharjo Slamet. Pada tahun 1990 sampai 26
Maret 1998 pimpinan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dipimpin oleh Prof.dr. Rizal
Basjrah Lubis. Pada tanggal 27 Maret 1998 RSU Dr. Pirngadi Medan dipimpin oleh
Dr.Alogo Siregar, SpA sampai 5 Maret 2002. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi
daerah, Rumah Sakit Umum (RSU) Dr. Pirngadi pada tanggal 27 Desember 2001
Pemerintah Kota Medan. Pada tanggal 4 Maret 2004 dilakukan peletakan batu
Kota Medan. Maka Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan berkeinginan
meningkatkan statusnya dari Rumah Sakit Tempat Pendidikan menjadi Rumah Sakit
Pendidikan. Pada tanggal 13 Juli 2006, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan
Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI). Pada tanggal 10 April 2007 Rumah Sakit
Umum Dr. Pirngadi Kota Medan resmi menjadi Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan
Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan sampai sekarang telah mengalami
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan periode Juni 2012 sampai sekarang
adalah dr. Amran Lubis Sp. J(K) FIHA. Penilaian Akreditasi Dasar tanggal 14 April
Sekretaris
Bid. Pelayanan
Keperawatan
Bid. pendidikan
SMF
2. Direktur
a. Bagian umum
b. Bagian keuangan
c. Bagian perlengkapan
4.1.3. Sarana
Sarana dan prasarana yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Medan yaitu:
2. Klasifikasi Ruangan : VIP 42 tempat tidur (TT), Kelas I Plus 109 TT, Kelas I 122
3. Ruangan Khusus : HDU 8 TT, ICCU 6 TT, ICU Anak dan Dewasa 16 TT,
Ruangan rawat inap kebidanan terdiri atas ruang kenanga Lantai pertama
gedung lama dan Ruang Tulip lantai 3 dengan jumlah tempat tidur 12 tempat tidur
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota
Medan dan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Tugas
Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan.
1. Tugas Pokok
b. Menyelenggarakan pelayanan
Adapun fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan adalah
sebagai berikut:
Visi Rumah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan
Menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan dan Unggulan di Sumatera bagian Utara Tahun
2020
Misi yang diemban Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota
d. Meningkatkan pendidikan
Status Responden
Karakteristik
No Kasus Kontrol
Responden
n % n %
Umur
1 ≤30 Tahun 11 19,0 14 24,1
2 >30 Tahun 47 81,5 44 75,9
Jumlah 58 100 58 100
Suku
1 Batak 25 43,1 35 60,3
2 Jawa 30 51,7 21 36,2
3 Melayu 3 5,2 2 3,4
Jumlah 58 100 58 100
Agama
1 Islam 37 63,8 38 65,5
2 Protestan 15 25,9 16 27,6
3 Katolik 6 10,3 4 6,9
Jumlah 58 100 58 100
Pendidikan
1 Rendah (SD, SMP) 21 36,2 17 29,3
2 Menengah 34 58,6 40 69,0
(SMA/SMK)
3 Tinggi (D3/S1) 3 5,2 1 1,7
Jumlah 58 100 58 100
Pekerjaan
1 IRT 40 69,0 42 72,4
2 Pedagang 2 3,4 3 5,2
3 Wiraswasta 11 19,0 9 15,5
4 Pegawai Swasta 2 3,4 2 3,4
5 PNS 3 5,2 2 3,4
Jumlah 58 100 58 100
Status Pernikahan
1 Menikah 20 34,5 26 44,8
2 Janda 38 65,5 32 55,2
Jumlah 58 100 58 100
Sumber : Almatsier, S, 2013
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas umur responden berumur >30 tahun
pada kelompok kasus sebanyak 47 orang (81,5%) dan kelompok kontrol sebanyak 44
orang (75,9%). Diketahui pula mayoritas responden bersuku jawa pada kelompok
kasus sebanyak 30 orang (51,7%) dan pada kelompok kontrol dengan suku batak
pada kelompok kasus sebanyak 37 orang (63,8%) dan kelompok kontrol mayoritas
berpendidikan menengah (SMA/ SMK) sebanyak 34 orang (58,6 %), dan pada
pekerjaan, pada kelompok kasus mayoritas responden bekerja sebagai ibu rumah
tangga sebanyak 40 orang (69,0%) dan untuk kelompok kontrol responden juga
bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 42 orang (73%). Untuk status pernikahan,
(65,5%) dan pada kelompok kontrol berstatus janda sebanyak 32 orang (55,2%).
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Kanker Serviks di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017
pertama kali melakukan hubungan seksual <20 tahun sebanyak 36 orang (62,1%).
≥ 20
Untuk kelompok kontrol, mayoritas responden melakukan hubungan seksual
paritas > 3 orang anak sebanyak 45 orang (77,6%). Sementara pada kelompok
Untuk Riwayat HIV/ AIDS, Pada kelompok kasus responden yang tidak
dilakukan, responden tidak memiliki pasangan seksual lain kecuali suami sendiri.
sebanyak 45 orang (77,6%). Berdasarkan jumlah batang rokok yang dikonsumsi, dari
49 orang yang merokok, pada kelompok kasus mayoritas responden merokok <5
sebanyak 40 orang (69,0%). Pada kelompok kontrol mayoritas responden yang tidak
menggunakan pembersih vagina >1 kali/minggu sebanyak 30 orang (75,0%) dan pada
pembersih vagina agar merasa bersih sebelum melakukan hubungan seksual dan
pembersih vagina apabila merasa daerah vagina terasa lembab dan basah.
penyakit HIV/ AIDS, dan riwayat keluarga yang menderita kanker serviks terhadap
kejadian kanker serviks. Analisis bivariat dilakukan dengan uji simple regression
dimana dari variabel usia pertama kali melakukan hubungan seksual, diperoleh nilai
kali melakukan hubungan seks terhadap kejadian kanker serviks dimana usia pertama
kali melakukan hubungan seks <20 tahun memiliki peluang berisiko 3,4 kali lebih
besar menderita kanker serviks dibanding dengan usia pertama kali melakukan
hubungan seks ≥20 tahun.
artinya terdapat pengaruh paritas terhadap kejadian kanker serviks. Hal ini
menunjukkan bahwa paritas >3 orang anak memiliki peluang berisiko 6 kali lebih
besar menderita kanker serviks dibanding dengan paritas ≤3 orang anak. Berdasarkan
rata responden mempunyai anak 4 orang. Hal ini didukung dengan keyakinan
0,610-5,346) yang artinya tidak terdapat pengaruh riwayat penyakit HIV/ AIDS
riwayat keluarga berpeluang berisiko 3,382 kali lebih besar menderita kanker serviks
dibanding dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga. Dari wawancara yang
dilakukan terhadap responden, keluarga terdekat mereka seperti ibu dan nenek pernah
Berdasarkan hasil uji statistik pada variabel berganti ganti pasangan, diperoleh
dari 1. Untuk responden yang berstatus janda, mereka juga hanya memiliki pasangan
4,032) artinya tidak terdapat pengaruh merokok terhadap kejadian kanker serviks
2,655) artinya tidak terdapat pengaruh jumlah batang rokok yang dikonsumsi
kejadian kanker serviks. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pembersih vagina
memiliki peluang berisiko 7 kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding
frekuensi pemakaian pembersih vagina memiliki peluang berisiko 5 kali lebih besar
penggunaan kontrasepsi oral > 5 tahun memiliki peluang berisiko 2,4 kali lebih besar
menderita kanker serviks dibanding dengan penggunaan ≤5 tahun.
4.5. Analisis Multivariat Seleksi Variabel Untuk Uji Multiple Logistic Regression
Variabel yang dimasukan dalam uji regresi logistik adalah variabel yang
mempunyai nilai p<0,25 yang diseleksi dengan melihat p value. Hasil seleksi
dominan menjadi faktor risiko kanker serviks. Dalam analisis ini variabel yang
memiliki nilai <0,25 diuji sekaligus secara bersamaan dengan uji multiple logistic
Regression sehingga diperoleh variabel yang dominan dan berisiko terhadap kejadian
kanker serviks.Hasil analisis dapat kita lihat pada tabel 4.6. berikut :
yaitu variabel usia pertama kali melakukan hubungan seksual, paritas, riwayat
kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan responden yang tidak
Hasil analisis multivariat yang mendapat nilai p < 0,05 adalah variabel
independen yang berhubungan dengan variabel dependen dan nilai OR yang terbesar
adalah variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian Kanker
serviks pada wanita di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan dengan
Berdasarkan hasil uji kesesuaian model yang dilakukan dengan beberapa tahap
maka hasil menunjukkan bahwa tidak ada multikolineritas terhadap data yang diuji
yang dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) <10, nilai Hosmer and
1
P(X) =
(-3,533 + 1,884 (usia pertama kali melakukan seks) + 1,952 (paritas) + 1,308 (riwayat keluarga ) + 2,132
1+ e
(pemakaian cairan pembersih vagina)
=0,76
Seluruh variabel dengan nilai p < 0,25 maka masuk sebagai kandidat model,
sehingga secara keseluruhan model ini dapat menjelaskan besarnya usia pertama kali
19,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Variabel yang sangat berpengaruh terhadap
kejadian kanker serviks pada wanita adalah usia pertama kali melakukan hubungan
seksual, paritas, riwayat keluarga dan pemakaian pembersih vagina yang diketahui
6.1. Kesimpulan
Kejadian Kanker Serviks Pada Wanita Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi
kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan
Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan dengan nilai (p< 0,001, OR = 7,041
95%CI 2,516-19,703
kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan (p< 0,342, OR = 1,695 95%CI
0,614-4,032)
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan (p< 0,315, OR = 1,682 95%CI
0,610-4,644)
6. Terdapat pengaruh pemakaian pembersih vagina terhadap kejadian kanker serviks
di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan (p< 0,001, OR = 6,984
95%CI 3,078-15,845)
serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan (p< 0,286, OR =
Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan (p< 0,011, OR = 3,699 95%CI
1,353-10,113)
9. Pemakaian cairan Pembersih vagina merupakan variabel faktor risiko yang paling
Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yaitu penderita kanker serviks berisiko 8,4 kali
lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan yang tidak menggunakan
pembersih vagina.
6.2. Saran
1. Diharapkan kepada seluruh wanita khususnya wanita usia subur agar tidak
2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan untuk melakukan
sosialisasi skrining kepada wanita usia subur khususnya yang telah aktif
tahun
memperpanjang usia pasien dan mengurangi gejala yang muncul, misalnya rasa
Almatsier. S., 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
American Cancer Society, 2017. Data sources: Surveillance, Epidemiology, and End
Results (SEER) 18 registries, National Cancer Institute, 2016. Atlanta : The
American Cancer Society is a qualified 501(c)(3) tax-exempt organization.
Aprilia.A., Surya.WH., 2013. Profil Kanker Serviks pada Wanita dengan Usia di
bawah 40 Tahun di RSUP Sanglah Denpasar Periode juli 2013-juni 2014.
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Bahmanyara, E.R., Jorma P., Paulo, N., Jorge, S., Song-Nan, C., 2012. Prevalence
And Risk Factors for Cervical Hpv Infection and Abnormalities in Young
Adult Women at Enrolment in the Multinational PatriciaTtrial. Gynecologic
oncology Volume 127, Issue 3, December 2012, Pages 440–450.
Cancer Research UK, 2014. Cervical Cancer Statistics, New cases of cervical cancer,
2014, UK, England: Cancer Research UK Death is a Registered Charity A
company limited by guarantee. Registered company in England and Wales
(4325234) and the Isle of Man (5713F).
Centre for Disease Control and Prevention. Genital HPV infection Fact Sheet .
Available at : http://www.cdc.gov/std/HPV/STDFact-HPV.htm Accessed on
July 25th, 2017
Damayanti, 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Serviks
di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013
Desen, W., Willie, J., 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI
Dinas Kesehatan Kota Medan., 2016. Laporan Kegiatan Sub Din Kesehatan Ibu dan
Anak (KIA), Medan.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2016. Laporan Kegiatan Sub Din
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Medan
Dugue, P.A., Rebolj M, Hallas J, Garred P, Lynge E., 2015. Risk of cervical cancer in
women with autoimmune diseases, in relation with their use of
immunosuppressants and screening: population-based cohort study. Int J
Cancer. 2015 Mar 15;136(6):E711-9. doi: 10.1002/ijc.29209. Epub 2014 Sep
24.
Ferlay J., Soerjomataram I., Ervik M., 2013. GLOBOCAN 2012 Cancer incidence
and mortality worldwide: IARC cancerbase No. 11. Lyon, France:
International Agency for Research on Cancer.
Fisca, 2012. Wanita dan kanker rahim. Diakses tanggal 13 desember 2017;
http://www.sobatcantik.com/kesehatan-reproduksi
fulviona, a., 2011. Hubungan Paritas dengan Kejadian kanker Serviks di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2011. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan
Hacker, N.F., 2000. Principle of Cancer Therapy, dalam Essentials of Obstetrics and
Gynecoloy, Edisi 2, (pp 613-624). USA: Saunders w.b company.
Handayani, I.F., 2010. Perbandingan Karakteristik dan Pengetahuan tentang Kanker
Serviks pada Wanita dengan Inspeksi Visual Asam Asetat (iva) Positif di
Pesisir dan Perkotaan
Infodatin, Pusat Data dan Kementerian Kesehatan RI, 2015, Jakarta, 4 Februari 2015
Information Centre on HPV and Cancer. HPV Information Centre, 2017. Bruni L,
Barrionuevo-Rosas L, Albero G, Serrano B, Mena M, Gomez D, Munoz J,
Bosch FX, de Sanjose S. ICO Information Centre on HPV and Cancer (HPV
Information Centre). Human Papillomavirus and Related Diseases in the
World. Summary Report 19 April 2017. [Date Accessed]. The development of
this report has been supported by grants from the European Comission 7th
Framework.
Kartikawati Erni, 2013. Bahaya Kanker Payudara dan Kanker Serviks. Bandung :
Buku Baru
Kemenkes RI, 2015. Situasi Penyakit Kanker. Buletin Jendela Data & Informasi
Kesehatan, Semester 1, 2015. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI, Jakarta.
Makuza J.D, Nsanzimana S, Muhimpundu MA, Pace LE, Ntaganira J, Riedel DJ.,
2015. Prevalence and risk factors for cervical cancer and pre-cancerous
lesions in Rwanda. The Pan African Medical Journal. 2015;22:26.
doi:10.11604/pamj.2015.22.26.7116.
Manoppo.I. J.,2014. Hubungan paritas dan usia ibu dengan kanker serviks di rsu prof.
Kandou manado tahun 2014 the relationship between parity and the age of
mother with cervical cancer in prof. Kandou general hospital manado in 2014.
Fakultas ilmu keperawatan, Universitas Klabat
Mardjikoen, P., 2007. Tumor ganas alat genital. In: Wiknjosastro H, Saifuddin AB,
Rachimhadhi T, editor. Ilmu kandungan. 2nd ed. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, .p.380.
Mariana. 2013. Hubungan Infeksi Hiv Dengan Lesi Prakanker Serviks. Fk Unud / Rs
Sanglah Denpasar
Murti, B., 2005. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Edisi Pertama, Gadjah
Mada University Pres. Yogyakarta
______., 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif di Bidang Kesehatan. UGM Press,.Yogyakarta.
Nadia, Nurul., (2015). Staium Usia Penderita Kanker Serviks. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Rahmawati. N.E., 2014. Hubungan antara usia Pertama kali Melakukan hubungan
Seksual dan Personal Hygiene dengan Kejadian kanker leher rahim di RSUD
kabupaten Sukoharjo. Fakultas ilmu kesehatan universitas Muhammadiyah
Surakarta
Ramli, H.M., Umbas, Rainy., Panigoro, S.S., 2005. Deteksi dini kanker, fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Rasjidi, I., 2014. Manual Prakanker Serviks, edisi 1, Sagung Seto, Jakarta.
Roura E., Travier N., Waterboer T., de Sanjosé S, Bosch FX., Pawlita M, et al., 2016.
The Influence of Hormonal Factors on the Risk of Developing Cervical
Cancer and Pre-Cancer: Results from the EPIC Cohort. PLoS ONE 11(1):
e0147029. doi:10.1371/journal.pone.0147029
Sastroasmoro, Sudigdo., Ismael Sofyan, 2014 dasar dasar metodologi penelitian klinis
edisi 2 revisi. Sagung Seto, Jakarta.
Setiati, E., 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita, CV Andi Offset,
Cetakan Pertama, Yogyakarta.
Sjamsuddin, S., 2012. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks, Cermin Dunia
Kedokteran No 133, hal 9. Pusat Penelitian dan Pengembangan PT Kalbe
Farma, Jakarta.
Soebachman, A., 2011. Awas 7 Kanker Paling Mematikan, Syura Media Utama,
Cetakan Pertama, Yogyakarta.
Sukaca, B.E., 2011. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks . Penerbit Genius.
Yogyakarta.
Tilong, Adi., 2012. Bebas Ancaman Kanker Serviks. penerbit flas book. Jogjakarta
Umri, S. (2013). Hubungan Usia pertama kali melakukan hubungan seks dengan
kejadian Kanker serviks di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan
WHO, 2015. Estimated Cervical Cancer Incidence Worldwide in 2012. World Health
Organization, Geneva.
World Cancer Research Fund International, 2015. Virtually all cervical cancers are
associated with human papilloma viruses (HPV). However, the majority of
women with HPV do not develop cervical cancer. Continue Update Project.
WCRF International, Second Floor 22 Bedford Square, London WC1B 3HH
Hormat saya,
1 Umur ...........................................tahun
2 Agama 1. Islam
2. Kristen Protestan
3. Kristen Katolik
4. Hindu
5. Budha
3 Suku 1. Batak
2. Jawa
3. Melayu
4. Minang
5. Karo
6. Lain – lain sebutkan.............
4 Pendidikan 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Akademik/Perguruan tinggi
5 Pekerjaan 1. IRT
2. Pedagang
3. Wiraswasta
4. Pegawai swasta
5. PNS
6. Lain – lain sebutkan...
6 Riwayat Pernikahan
Bagaimana status pernikahan anda
1. Menikah
2. Janda
9 Paritas
Apakah anda pernah melahirkan
1. Ya
2. Tidak
10 Jika ya, Berapa jumlah anak yang pernah anda lahirkan baik lahir hidup
maupun lahir mati
1. kurang dari 3 anak
2. lebih dari 3 anak
13 Merokok
Apakah ibu merokok
1. Ya
2. Tidak