2. Autisme
Autis dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan gejalanya.
Sering kali pengklasidikasian disimpulkan setelah didiagnosa autis. Klasifikasi ini
dapat diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale (CARS).
Pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:
a. Autis Ringan
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan adanya kontak mata
walaupun tidak berlangsung lama. Anak autis ini dapat memberikan sedikit
respon ketika dipanggil namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka, dan
dalam komunikasi dua arah meskipun terjadinya hanya sesekali.
b. Autis Sedang
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan sedikit kontak mata
namun tidak memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif
atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh dan gangguan motorik yang
stereotipik cenderung agak sulit untuk dikendalikan tetapi masih bisa
dikendalikan
c. Autis Berat
Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-
tindakan yang sangat tidak terkendali. Biasanya anak autis memukul-
mukulkan kepalanya ke tembok secara berulang-ulang dan terus menerus
tanpa henti. Ketika orang tua berusaha mencegah, namun anak tidak
memberikan respon dan tetap melakukannnya, bahkan dalam kondisi berada di
pelukan orang tuanya, anak autis tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak
baru berhenti setelah merasa kelelahan kemudian langsung tertidur (Mujiyanti,
2011). (bab II sg tak kirim wa)
D. PATOFISIOLOGI DOWN SYNDROM DAN AUTISME
1. Down Syndrom
Sindrom Down merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh lebih dari
350 gen yang terdapat pada ekstra kromosom 21. Mekanisme yang menyebabkan
munculnya berbagia fenotip saat lahir maupun ketika dalam perkembangan ini
sangat bervariasi dan masih menimbulkan perdebatan.
Hipotesis yang banyak dianut adalah adanya salinan ekstra pada bagian
proksimal 21q22.3 yang mengakibatkan munculnya fenotip retardasi mental,
gambaran wajah khas, kelainan pada tangan, dan kelainan jantung kongenital.
Analisis molekuler menunjukkan bahwa area 21q22.l-q22.3 mengandung gen
yang bertanggung jawab atas kelainan jantung kongenital yang ditemukan pada
sindrom Down. Gen yang baru terungkap (DSCRI) dan diidentifikasi pada area
21q22.1-q22.2 terlibat pada pemunculan kelainan pada otak dan jantung, yang
menyebabkan kelainan jantung dan retardasi mental.
Penelitian Roper RJ, 2006 pada model tikus, menunjukkan bahwa hipotesis
gen tunggal sebagai satu-satunya patofisiologi munculnya fenotip sindrom Down
adalah lemah. Fenotip sindrom lebih mungkin disebabkan oleh interaksi multipel
gen. Mekanisme gen dapat berupa : dosis tumggal gen (single dosage sensitive),
interaksi gen majemuk (multiple dosage sensitive), variasi alel, heterotrisomi, dan
perubahan minimal pada gen. (Soetjiningsih)
2. Autisme
Diperkirakan bahwa genetik merupakan penyebab utama dari autisme. Tapi selain
itu juga faktor lingkungan misal terinfeksi oleh bahan beracun yang akan merusak
struktur tubuh. Selain itu bahan-bahan kimia juga dapat menyebabkan autisme
karena kita ketahui bahwa bila bahan tersebut masuk dalam tubuh akan merusak
pencernaan dan radang dinding usus karena alergi. Bahan beracun masuk melalui
pembuluh darah yang bila tidak diatasi bisa menuju ke otak kemudian bereaksi
dengan endhorpin yang akan mengakibatkan perubahan perilaku.
Anak dengan autisme mengalami gangguan pada otaknya yang terjadi karena
infeksi yang disebabkan oleh jamur, logam berat, zat aditif, alergi berat, obat-
obatan, kasein dan glutein. Infeksi tersebut terjadi pada saat bayi dalam
kandungan maupun setelah lahir. Kelainan yang dialami anak autisme terjadi pada
otak bagian lobus parietalis, otak kecil (cerebellum) dan pada bagian sistem
limbik. Kelainan ini menyebabkan anak mengalami gangguan dalam berpikir,
mengingat dan belajar berbahasa serta dalam proses atensi. Sehingga anak dengan
autisme kurang berespon terhadap berbagai rangsang sensoris dan terjadilah
kesulitan dalam menyimpan informasi baru. (scrib sg tak kirimi aku link e)