Anda di halaman 1dari 15

System Development Life Cycle

SDLC (System Development Life Cycle) atau Siklus hidup pengembangan


system adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta model dan metodologi
yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem tersebut. Konsep ini umumnya
merujuk pada sistem komputer atau informasi. SDLC juga merupakan pola yang diambil
untuk mengembangkan sistem perangkat lunak, yang terdiri dari tahap-tahap:
rencana(planning),analisis (analysis), desain (design), implementasi (implementation),
uji coba (testing) dan pengelolaan (maintenance) proses pembuatan dan pengubahan
sistem serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-
sistem tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi.

12 Model SDLC (Software Development Life Cycle)

1. Waterfall Development Model ( Model Sekuensial Linier)

Model Sekuensial Linier atau sering disebut Model Pengembangan Air Terjun,
merupakan paradigma model pengembangan perangkat lunak paling tua, dan paling
banyak dipakai. Model ini mengusulkan sebuah pendekatan perkembangan perangkat
lunak yang sistematik dan sekunsial yang dimulai pada tingkat dan kemajuan sistem
pada seluruh tahapan analisis, desain , kode, pengujian, dan pemeliharaan.
Kelebihan Model Sekuensial Linear / Waterfall Development Model

 Tahapan proses pengembangannya tetap (pasti), mudah diaplikasikan, dan prosesnya


teratur.
 Cocok digunakan untuk produk software/program yang sudah jelas kebutuhannya di
awal, sehingga minim kesalahannya.
 Software yang dikembangkan dengan metode ini biasanya menghasilkan kualitas yang
baik.
 Documen pengembangan sistem sangat terorganisir, karena setiap fase harus
terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya.

Kekurangan Model Sekuensial Linear / Waterfall Development Model

 Proyek yang sebenarnya jarang mengikuti alur sekuensial seperti diusulkan, sehingga
perubahan yang terjadi dapat menyebabkan hasil yang sudah didapatkan tim
pengembang harus diubah kembali/iterasi sering menyebabkan masalah baru.
 Terjadinya pembagian proyek menjadi tahap-tahap yang tidak fleksibel, karena
komitmen harus dilakukan pada tahap awal proses.
 Sulit untuk mengalami perubahan kebutuhan yang diinginkan oleh customer/pelanggan.
 Pelanggan harus sabar untuk menanti produk selesai, karena dikerjakan tahap per
tahap, dan proses pengerjaanya akan berlanjut ke setiap tahapan bila tahap
sebelumnya sudah benar-benar selesai.
 Perubahan ditengah-tengah pengerjaan produk akan membuat bingung tim
pengembang yang sedang membuat produk.
 Adanya waktu kosong (menganggur) bagi pengembang, karena harus menunggu
anggota tim proyek lainnya menuntaskan pekerjaannya.

2. Model Prototype

Metode Prototype merupakan suatu paradigma baru dalam metode pengembangan


perangkat lunak dimana metode ini tidak hanya sekedar evolusi dalam dunia
pengembangan perangkat lunak, tetapi juga merevolusi metode pengembangan
perangkat lunak yang lama yaitu sistem sekuensial yang biasa dikenal dengan nama
SDLC atau waterfall development model.

Dalam Model Prototype, prototype dari perangkat lunak yang dihasilkan kemudian
dipresentasikan kepada pelanggan, dan pelanggan tersebut diberikan kesempatan
untuk memberikan masukan sehingga perangkat lunak yang dihasilkan nantinya betul-
betul sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
Kelebihan Model Prototype

 Pelanggan berpartisipasi aktif dalam pengembangan sistem, sehingga hasil produk


pengembangan akan semakin mudah disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan
pelanggan.
 Penentuan kebutuhan lebih mudah diwujudkan.
 Mempersingkat waktu pengembangan produk perangkat lunak.
 Adanya komunikasi yang baik antara pengembang dan pelanggan.
 Pengembang dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan pelanggan.
 Lebih menghemat waktu dalam pengembangan sistem.
 Penerapan menjadi lebih mudah karena pelanggan mengetahui apa yang
diharapkannya.

Kekurangan Model Prototype

 Proses analisis dan perancangan terlalu singkat.


 Biasanya kurang fleksibel dalam mengahadapi perubahan.
 Walaupun pemakai melihat berbagai perbaikan dari setiap versi prototype, tetapi
pemakai mungkin tidak menyadari bahwa versi tersebut dibuat tanpa memperhatikan
kualitas dan pemeliharaan jangka panjang.
 Pengembang kadang-kadang membuat kompromi implementasi dengan menggunakan
sistem operasi yang tidak relevan dan algoritma yang tidak efisien.

3. Model Rapid Application Development (RAD)

Rapid Aplication Development (RAD) adalah sebuah model proses perkembangan


perangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus perkembangan yang sangat
pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari). Model RAD ini merupakan sebuah adaptasi
“kecepatan tinggi” dari model sekuensial linier dimana perkembangan cepat dicapai
dengan menggunakan pendekatan konstruksi berbasis komponen.
Kelebihan Model RAD

 Lebih efektif dari Pengembangan Model waterfall/sequential linear dalam menghasilkan


sistem yang memenuhi kebutuhan langsung dari pelanggan.
 Cocok untuk proyek yang memerlukan waktu yang singkat.
 Model RAD mengikuti tahap pengembangan sistem seperti pada umumnya, tetapi
mempunyai kemampuan untuk menggunakan kembali komponen yang ada sehingga
pengembang tidak perlu membuatnya dari awal lagi sehingga waktu pengembangan
menjadi lebih singkat dan efisien.

Kekurangan Model RAD :

 Model RAD menuntut pengembangan dan pelanggan memiliki komitmen di dalam


aktivitas rapid-fire yang diperlukan untuk melengkapi sebuah sistem, di dalam kerangka
waktu yang sangat diperpendek. Jika komitmen tersebut tidak ada, proyek RAD akan
gagal.
 Tidak semua aplikasi sesuai untuk RAD, bila system tidak dapat dimodulkan dengan
teratur, pembangunan komponen penting pada RAD akan menjadi sangat bermasalah.
 RAD tidak cocok digunakan untuk sistem yang mempunyai resiko teknik yang tinggi.
 Membutuhkan Tenaga kerja yang banyak untuk menyelesaikan sebuah proyek
dalam skala besar.( Jdi dak biso di pake utk TA)
 Jika ada perubahan di tengah-tengah pengerjaan maka harus membuat kontrak baru
antara pengembang dan pelanggan.

4. Model Evolutionary Development (Evolutionary Software Process Models)

Model Evolutionary Development bersifat iteratif (mengandung perulangan). Hasil


prosesnya berupa produk yang makin lama makin lengkap sampai versi terlengkap
dihasilkan sebagai produk akhir dari proses. Model Evolutionary Development /
Evolutionary Software Process terbagi menjadi 2, yaitu :

 Model Incremental

Model Incremental merupakan hasil kombinasi elemen-elemen dari model waterfall


yang diaplikasikan secara berulang, atau bisa disebut gabungan dari Model linear
sekuensial (waterfall) dengan Model Prototype. Elemen-elemen tersebut dikerjakan
hingga menghasilkan produk dengan spesifikasi tertentu kemudian proses dimulai dari
awal kembali hingga muncul hasil yang spesifikasinya lebih lengkap dari sebelumnya
dan tentunya memenuhi kebutuhan pemakai.
Model ini berfokus pada penyampaian produk operasional dalam Setiap
pertambahanya. Pertambahan awal ada di versi stripped down dari produk akhir, tetapi
memberikan kemampuan untuk melayani pemakai dan juga menyediakan platform
untuk evaluasi oleh pemakai. Model ini cocok dipakai untuk proyek kecil dengan
anggota tim yang sedikit dan ketersediaan waktu yang terbatas.

Kelebihan Model Incremental :

 Personil bekerja optimal.


 mampu mengakomodasi perubahan secara fleksibel, dengan waktu yang relatif singkat
dan tidak dibutuhkan anggota/tim kerja yang banyak untuk menjalankannya.
 Pihak konsumen dapat langsung menggunakan dahulu bagian-bagian yang telah
selesai dibangun. Contohnya pemasukan data karyawan.
 Mengurangi trauma karena perubahan sistem. Klien dibiasakan perlahan-lahan
menggunakan produknya setiap bagian demi bagian.
 Memaksimalkan pengembalian modal investasi konsumen.

Kekurangan Model Incremental :

 Tidak cocok untuk proyek berukuran besar (lebih dari 200.000 baris coding).
 Sulit untuk memetakan kebutuhan pemakai ke dalam rencana spesifikasi tiap-tiap hasil
dari increament.

 Model Spiral ( Model Boehm)

Model ini mengadaptasi dua model perangkat lunak yang ada yaitu model prototyping
dengan pengulangannya dan model waterfall dengan pengendalian dan
sistematikanya. Model ini dikenal dengan sebutan Spiral Boehm. Pengembang dalam
model ini memadupadankan beberapa model umum tersebut untuk menghasilkan
produk khusus atau untuk menjawab persoalan-persoalan tertentu selama proses
pengerjaan proyek.
Kelebihan Model Spiral

Kelebihan model iniadalah sangat mempertimbangkan resiko kemungkinan munculnya


kesalahan sehingga sangat dapat diandalkan untuk pengembangan perangkat lunak
skala besar. Pendekatan model ini dilakukan melalui tahapan-tahapan yang sangat baik
dengan menggabungkan model waterfall ditambah dengan pengulangan-pengulangan
sehingga lebih realistis untuk mencerminkan keadaan sebenarnya. Baik pengembang
maupun pemakai dapat cepat mengetahui letak kekurangan dan kesalahan dari sistem
karena proses-prosesnya dapat diamati dengan baik.

Kekurangan Model Spiral

Kekurangan model iniadalah waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan perangkat


lunak cukup panjang demikian juga biaya yang besar. Selain itu, sangat tergantung
kepada tenaga ahli yang dapat memperkirakan resiko. Terdapat pula kesulitan untuk
mengontrol proses. Sampai saat ini, karena masih relatif baru, belum ada bukti apakah
metode ini cukup handal untuk diterapkan.

5. Model Agile

Model Agile merupakan model pengembangan jangka pendek yang memerlukan


adaptasi cepat dan pengembangan terhadap perubahan dalam bentuk apapun. Dalam
agile terdapat beberapa poin penting diantaranya sebagai berikut:

 Interaksi antar personal lebih penting daripada proses dan alat.


 Software yang berfungsi lebih penting daripada dokumentasi yang lengkap
 Kolaborasi dengan klien lebih penting daripada negoisasi kontrak.
 Sikap tanggap lebih penting daripada mengikuti rencana/plan.

Kelebihan Model Agile

 Functional dapat dibuat dengan cepat dan dilakukan testing


 Perubahan dengan cepat ditangani
Kelemahan Model Agile

 Analisis, desain, dan pengembangan sulit diprediksi


 Dapat memunculkan permasalahan dari arsitektur maupun desain.

6. Model Fountain (Air Mancur)

Model Fontain merupakan perbaikan logis dari model waterfall, langkah langkah dan
urutan prosedurnya pun masih sama. Namun pada model Fountain ini kita dapat
mendahulukan sebuah step ataupun melewati step tersebut, akan tetapi ada yang tidak
bisa anda lewati stepnya seperti kita memerlukan design sebelum melakukan coding
jika itu di lewati maka akan ada tumpang tindih dalam siklus SDLC.

7. Model Synchronize And Stabilize

Model ini adalah model yang digunakan oleh Microsoft. Secara garis besar, Model
Synchronize and Stabilize ini sama dengan model incremental, tetapi oleh CUsamano
dan Selby tahun 1997 menyebutnya sebagai model Syncronize and Stabilized Model
karena ada beberapa proses manajemen yang ditekannya oleh microsoft.

Analisis kebutuhan dilakukan dengan wawancara dengan sejumlah konsumen yang


potensial. Kemudian kebutuhan-kebutuhan tersebut dibuat paket dan disusun daftar
secara prioritas. Kemudian spesifikasi ditulis. Selanjutnya pekerjaan dibagi dalam tiga
atau empat bagian pembangunan software. Bagian pertama menangani hal-hal yang
paling kritis, bagian selanjutnya menangani hal-hal yang krisis selanjutnya, dan
seterusnya.
Kelebihan Model Synchronize And Stabilize

 Membagi produk yang besar ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil (prioritas dari fitur
produk yang memiliki tim fitur kecil dapat dibuat dalam beberapa bulan)
 Membuat project bekerja secara sistematis meskipun mereka tidak dapat
menggambarkan dan menyelesaikan suatu produk di awal project.
 Mengijinkan tim besar bekerja menjadi tim yang lebih kecil dengan membagi sebuah tim
menjadi beberapa bagian, bekerja secara paralel tetapi tetap dapat berkesinambungan
dalam men synchronizing setiap perubahan, stabilizing produk dan menemukan serta
memperbaiki kesalahan.
 Memfasilitasi masukkan dari customer, fitur produk dan waktu pengembangan yang
pendek, yang didukung oleh mekanisme masukkan customer, prioritas, menyelesaikan
dahulu bagian yang sangat penting dan melakukan perubahan tanpa harus mengurangi
fitur yang diperlukan.

8. Model Rational Unified Process

Unified Process (UP) adalah metodologi pengembangan sistem berbasis objek. Metode
ini sudah menjadi salah satu metode yang banyak digunakan dalam pengembangan
sistem berorientasi objek. UP memperkenalkan pendekatan baru untuk siklus hidup
pengembangan sistem yang menggabungkan perulangan (iterations) dan tahapan
(phases) yang disebut dengan siklus hidup UP (UP life cycle). UP mendefinisikan
empat tahapan siklus hidup yaitu inception, elaboration, construction, dan transition.

RUP mempunyai beberapa tahapan, yaitu : Inception, Elaboration, Construction, dan


Transition

Kelebihan Model RUP :

 Ada beberapa keuntungan dengan mengunakan RUP di antaranya


 Menyediakan akses yang mudah terhadap pengetahuan dasar bagi anggota tim.
 Menyediakan petunjuk bagaimana menggunakan UML secara efektif.
 Mendukung proses pengulangan dalam pengembangan software
 Memungkinkan adanya penambahan-penambahan pada proses..
 Memungkinkan untuk secara sistematis mengontrol perubahan- perubahan yangterjadi
pada software selama proses pengembangannya.
 Memungkinkan untuk menjalankan test case dengan menggunakan Rational
TestManager Tool

Kekurangan Model RUP :

Metodologi ini hanya dapat digunakan pada pengembangan perangkat lunak


yangberorientasi objek dengan berfokus pada UML (Unified Modeling Language)

9. Model Build & Fix Method

Build & Fix Method merupakan metode yang paling lemah diantara metode SDLC yang
lain tetapi menjadi acuan pengembangan untuk metode SDLC yang lain. Build & fix
bertujuan untuk memberikan kepercayaan terhadap pelanggan dengan cara
memberikan pelayanan perbaikan dan perawatan secara terus menerus terhadap
produk yang digunakan oleh user.

Kelebihan Model Build & Fix Method

 Build and fix dibuat tanpa melalui tahapan analisis dulu

Kekurangan Model Build & Fix Method

 Tidak cocok ketika di pakai untuk membuat produk dengan kompleksitas tinggi dan
dengan ukuran yang besar
 Biaya yang di butuhkan akan menjadi sangat membengkak dan membesar ketika build
and fix di gunakan untuk membuat projek berskala besar
10. Metode Pengembangan Extreme Programming

Extreme Programming (XP) merupakan suatu pendekatan yang paling banyak


digunakan untuk pengembangan perangkat lunak cepat. Alasan menggunakan
metode Extreme Programming (XP) karena sifat dari aplikasi yang di kembangkan
dengan cepat melalui tahapan-tahapan yang ada meliputi : Planning/Perencanaan,
Design/Perancangan, Coding/Pengkodean dan Testing/Pengujian. (Pressman,
2012:88).

Adapun tahapan pada Extreme Programming dapat di jelaskan sebagai berikut:

 Planning/Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini dimulai dari pengumpulan kebutuhan yang membantu tim
teknikal untuk memahami konteks bisnis dari sebuah aplikasi. Selain itu pada tahap ini
juga mendefinisikan output yang akan dihasilkan, fitur yang dimiliki oleh aplikasi dan
fungsi dari aplikasi yang dikembangkan.

 Design/Perancangan

Metode ini menekankan desain aplikasi yang sederhana, untuk mendesain aplikasi
dapat menggunakan Class-Responsibility-Collaborator (CRC) cards yang
mengidentifikasi dan mengatur class pada object-oriented.

 Coding/Pengkodean

Konsep utama dari tahapan pengkodean pada extreme programming adalah pair
programming, melibatkan lebih dari satu orang untuk menyusun kode.

 Coding/Pengujian

Pada tahapan ini lebih fokus pada pengujian fitur dan fungsionalitas dari aplikasi.
11. SDLC Big Bang Model

Pengertian dari SDLC Big Bang Model adalah Dimana kita tidak mengikuti proses
tertentu. Perkembangan hanya dimulai dengan uang dan usaha yang dibutuhkan
sebagai masukan, dan hasilnya adalah perangkat lunak yang dikembangkan yang
mungkin atau mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Model Big Bang ini
tidak mengikuti dan hanya ada sedikit perencanaan yang diperlukan. Bahkan
pelanggan pun tidak yakin dengan apa yang sebenarnya dia inginkan dan
persyaratannya diimplementasikan dengan cepat tanpa banyak analisis.

Biasanya model ini di implementasi untuk proyek kecil dimana tim developernya sangat
sedikit.

Spesifikasi Big Bang Model SDLC

Model Big Bang terdiri dari memfokuskan semua sumber daya yang mungkin dalam
pengembangan perangkat lunak dan pembuatan code / coding, dengan perencanaan
yang sangat sedikit atau tidak sama sekali. Requirement yang dibutuhkan terkadang
datang pada saat pembuatan code. Setiap perubahan yang diperlukan mungkin atau
mungkin tidak perlu mengubah perangkat lunak yang lengkap.

Big Bang Model ini sangat ideal untuk proyek kecil dengan satu atau dua pengembang
yang bekerja sama dan juga berguna untuk pembelajaran atau project-project yang
sangat kecil

Keuntungan dan Kelebihan Big Bang Model SDLC

Keuntungan dari Model Big Bang ini adalah sangat sederhana dan memerlukan
perencanaan yang sangat sedikit atau tidak sama sekali. Mudah untuk mengelola dan
tidak ada prosedur formal yang diperlukan.
Namun Big Bang model ini sangat beresiko tinggi dikarenakan dipastikan seringnya
terjadi perbuhaan mengakibatkan kesalah pahaman antar developer yang mengerjakan
project tersebut. Ini sangat ideal untuk proyek berulang atau kecil dengan risiko
minimum.

Keuntungan Big Bang Model antara lain:

 Model yang sangat sederhana


 Sedikit atau tidak ada perencanaan yang dibutuhkan
 Mudah dikelola
 Sangat sedikit sumber daya yang dibutuhkan
 Memberikan fleksibilitas kepada pengembang
 Bagus untuk developer yang ingin belajar atau developer pendatang baru.

Kekurangan Big Bang Model antara lain:

 Beresiko tinggi dan kepastian dari requirement yang tidak jelas


 Tidak cocok untuk project skala besar dan berorientasi objek
 Model yang buruk untuk proyek yang panjang dan sedang berlangsung.
 Bisa berubah menjadi sangat mahal jika persyaratan disalahpahami

12. The V-Model

The V-Model adalah model SDLC dimana pelaksanaan proses yang terjadi secara
berurutan dalam bentuk-V. Dikenal juga sebagai model Verifikasi dan Validasi.

The V-Model merupakan perluasan dari waterfall model dan didasarkan pada asosiasi
dari fase pengujian untuk setiap tahap pengembangan yang sesuai. Ini berarti bahwa
untuk setiap fase tunggal dalam siklus pengembangan, ada tahap pengujian terkait
langsung. Ini adalah model yang sangat disiplin dan tahap berikutnya dimulai setelah
selesainya tahap sebelumnya.
Ilustrasi berikut menggambarkan berbagai tahap dalam V-Model SDLC.

Ada beberapa tahapan verifikasi di V-Model, masing-masing dijelaskan secara rinci di


bawah:

Business Requirement Analysis

Ini adalah tahap pertama dalam siklus pengembangan di mana persyaratan produk
dipahami dari perspektif pelanggan. Fase ini melibatkan komunikasi rinci dengan
pelanggan untuk memahami harapan dan kebutuhan yang tepat. Ini merupakan
kegiatan yang sangat penting dan perlu dikelola dengan baik, karena sebagian besar
pelanggan tidak yakin tentang apa yang sebenarnya mereka butuhkan Acceptance
test desain dilakukan pada tahap ini sebagai kebutuhan bisnis dapat digunakan sebagai
masukan untuk pengujian penerimaan.

System Design

Setelah Anda memiliki persyaratan produk yang jelas dan rinci, sekarang saatnya untuk
merancang

sistem yang lengkap. Desain sistem akan memiliki pemahaman dan merinci hardware
lengkap dan setup komunikasi untuk produk dalam pengembangan. Rencana pengujian
sistem dikembangkan berdasarkan desain sistem. Melakukan hal ini pada tahap awal
membuat lebih banyak waktu untuk pelaksanaan tes yang sebenarnya nanti

Architectural Design

spesifikasi arsitektur dipahami dan dirancang dalam fase ini. Biasanya lebih dari satu
pendekatan teknis diusulkan dan berdasarkan kelayakan teknis dan finansial keputusan
akhir diambil. Desain sistem dipecah lebih jauh ke dalam modul mengambil fungsi yang
berbeda. Hal ini juga disebut sebagai “Desain Tingkat Tinggi”

Module Design

Pada fase ini, desain internal rinci untuk semua modul sistem yang ditentukan, disebut
“Desain Tingkat Rendah”. Penting bahwa desain tersebut kompatibel dengan modul
lain dalam arsitektur sistem dan sistem eksternal lainnya.
Coding Phase

Bahasa pemrograman yang paling cocok ditentukan berdasarkan sistem dan


persyaratan arsitektur. pengkodean dilakukan berdasarkan pedoman coding dan
standar. Kode berjalan melalui berbagai ulasan kode dan dioptimalkan untuk kinerja
terbaik sebelum final membangun diperiksa ke dalam repositori

Fase Validasi berbeda dalam V-Model dijelaskan secara rinci di bawah ini:

Unit Testing

unit testing adalah pengujian pada tingkat kode dan membantu menghilangkan bug
pada tahap awal, meskipun semua cacat tidak dapat ditemukan oleh unit testing.

Integration Testing

Integration testing dikaitkan dengan fase desain arsitektur. tes integrasi dilakukan untuk
menguji koeksistensi dan komunikasi dari modul internal dalam sistem.

System Testing

System testing secara langsung berhubungan dengan tahap desain sistem. System
testing memeriksa seluruh fungsi sistem dan komunikasi sistem dalam pengembangan
dengan sistem eksternal. Sebagian besar perangkat lunak dan perangkat keras
masalah kompatibilitas dapat ditemukan selama pelaksanaan test ini

Acceptance Testing

Acceptance testing dikaitkan dengan tahap analisis kebutuhan bisnis dan melibatkan
pengujian produk di lingkungan pengguna. Acceptance testing mengungkap masalah
kompatibilitas dengan sistem lain yang tersedia di lingkungan pengguna. Juga
menemukan masalah non-fungsional seperti beban dan kinerja cacat pada aktual
lingkungan pengguna.

Kelebihan dari V-Model SDLC

 Ini adalah model yang sangat-disiplin dan Tahapan selesai satu per satu.
 Bekerja dengan baik untuk proyek-proyek yang lebih kecil dimana persyaratan
dipahami dengan baik.
 Sederhana dan mudah dimengerti dan digunakan.
 Mudah dikelola karena setiap fase memiliki spesifik kiriman dan proses review.

Kekurangan dari V-Model SDLC

 Berisiko tinggi dan ketidakpastian.


 Tidak cocok untuk proyek-proyek yang kompleks dan berorientasi objek.
 Tidak cocok untuk proyek-proyek dimana persyaratan beresiko tinggi
 Tidak cocok untuk proyek-proyek yang lama dan berkelanjutan.
 Setelah aplikasi dalam tahap pengujian, sulit untuk kembali dan mengubah
fungsionalitas.

Anda mungkin juga menyukai