Anda di halaman 1dari 11

a.

Tungro
Gejala serangan tungro berupa pertumbuhan tanaman terhambat , kerdil , dan
jumlah anakan berkurang , daun menguning sampai jingga dari mulai pucuk ke arah
pangkal .Tanaman muda lebih rentan.Semakin muda umur tanaman terinfeksi , tanaman
semakin menjadi kerdil dan produksinya semakin rendah.

1. Bibit padi
Salahnya pemilihan bibit padi saat penanaman taman padi dapat mengakibatkan
kualitas dan kuantitas padi yang kurang baik.

METODE UBINAN
Alat/ bahan yang perlu dipersiapkan : meteran, tali, ajir, sabit/sabit bergerigi, terpal, tampah,
karung dan timbangan.Waktu ubinan yang terbaik jam 9-12 siang.

Cara ubinan :

 Pilih 2 lokasi yang akan dijadikan tempat ubinan (misal titik A dan B). Sebenarnya untuk
menentukan lokasi atau titik ubinan ini ada cara khusus, tetapi tidak perlu saya jelaskan
disini karena terlalu ribet dan harus pake tabel. Yang penting tentukan lokasi di tengah
petakan sawah dan yang mampu mewakili keadaan padi tersebut. (padi yang tumbuhnya
tidak terlalu bagus dan tidak terlalu jelek.
 Ukur menggunakan meteran kedua lokasi tersebut dengan jarak panjang dan lebar
masing-masing 2,5 meter
 Beri tanda hasil pengukuran dari kedua lokasi tersebut menggunakan ajir dan tali
 Panen lokasi yang sudah diberi tanda menggunakan sabit/ sabit bergerigi
 Rontokan gabah dari malainya pada tempat yang telah diberi alas terpal
 Bersihkan kotoran yang ada pada gabah menggunakan tampah
 Timbang hasil dari kedua lokasi ubinan tersebut (misal titik A= 5,5 kg dan titik B= 6 kg)

Cara menghitung ubinan :


Misal dari hasil timbangan diatas adalah titik A= 5,5 kg dan titik B= 6 kg, maka untuk
menghitungnya adalah :

 Jumlahkan dahulu hasil timbangan kedua titik kemudian dibagi 2 - (5,5 kg + 6 kg) : 2 =
5,75 kg
 Karena jarak ubinannya 2,5m x 2,5m maka luas ubinan adalah 6,25m2
 Rumus ubinan/perkiraan = hasil rata-rata timbangan x (10.000 m2 : luas ubinan)
 Perkiraan produksinya = 5,75 kg x (10.000 m2 : 6,25 m2) -- 5,75 kg x 1.600 = 9.200
kg/Ha GKP
 Jadi hasil perkiraan produksi adalah 9.200 kg/Ha atau 9,2 ton/Ha GKP

Salah satu faktor pembatas yang penting adalah serangan hama dan penyakit.
Keong mas merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi di Indonesia dan keong mas
telah menjadi hama utama terutama pada areal sawah beririgasi. Tingkat serangan hama tersebut
tergolong cukup tinggi dan kerugian yang ditimbulkan oleh hama ini cukup besar.

Keong mas dibalik warnanya yang menarik, ternyata dapat merusak tanaman dengan cara
memarut jaringan tanaman dan memakannya. Akibatnya banyak bibit yang hilang di per-
tanaman. Bekas potongan daun padi dan batang yang diserangnya pun akan terlihat
mengambang. Waktu kritis untuk mengendalikan hama keong mas adalah pada saat 10 hari
setelah tanam pindah, atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Setelah itu laju
pertumbuhan tanaman lebih besar daripada laju kerusakan oleh keong mas.
Bila terjadi serangan keong mas, sawah perlu segera dikeringkan, karena keong mas menyenangi
tempat-tempat yang digenangi air. Jika petani menanam dengan sistem tanam pindah, maka pada
15 hari setelah tanam pindah sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi lagi secara bergantian
(flash flood = intermitter irrigation). Bila padi ditanam dengan system sebar langsung, selama 21
hari setelah sebar, sawah perlu dikeringkan, kemudian digenangi lagi secara bergantian.

Secara mekanik yaitu pemberantasan hama keong mas dilakukan dengan : (a) pemungutan secara
berkala 3 kali seminggu dan dihancurkan serta telur dihancurkan dengan kayu/bambu; (b)
menggunakan saringan berukuran 5 mm mesh yang dipasang pada tempat air masuk di pematang
untuk meminimalkan masuknya keong mas ke sawah dan memudahkan pemungutan dengan
tangan; (c) metanam bibit umur > 21 hari dan tanam lebih dari satu bibit per rumpun; (d) buat
caren di dalam dan di sekeliling petakan sawah.

Secara biologi yaitu pemberantasan hama keong mas dengan melepas itik dan membuat
perangkap telur.

Secara kimia yaitu pemberantasan hama keong mas dilakukan dengan menggunakan pestisida
yang berbahan aktif niclos amida dan pestisida botani seperti lerak, deris, dan saponine. Aplikasi
pestisida dapat dilakukan di sawah yang tergenang di caren atau di cekungan-cekungan yang ada
airnya tempat keong mas berkumpul.

Gulma adalah tumbuhanyang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari
tempat yang miskin nutrisi sampai yang kaya akan nutrisi. Gulma merupakan salah satu
organisme pengganggu tanaman (OPT) keberadaan gulma pada tanaman budidaya akan
menurunkan hasil panen. Gulma mengakibatkan kompetesi dengan tanaman budidaya dalam hal
pengambilan unsur hara, air, cahaya matahari dan ruamg untuk tumbuh, dampaknya hasil
tanaman tidak dapat menunjukkan potensi yang sebenarnya. Selain itu ada beberapa spesies
gulma yang dapat mengelurkan senyawa allelophaty (Utami & Purdyaningrum, 2012)

Gulma termasuk kendala penting yang harus diatasi dalam peningkatan produksi semua tanaman
budidaya, termasuk padi. Penuruan hasil padi akibat gulma berkisar antara 6–87%. Data yang
lebih rinci penurunan hasil padi secara nasional akibat gangguan gulma 15- 42% untuk padi
sawah dan 47% — 87% untuk padi gogo. Gulma mempunyai sifat yang sangat kompetitif karena
memiliki mekanisme perkembangbiakkan yang efisien yaitu mampu berkembangbiak secara
generative dengan menghasilkan banyak biji dan secara vegetative (Kastanja, 2011).

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara manual
atau tidak menggunakan alat berat maupun zat kimia. Pengendalian gulma secara manual ini
dilakukkan dengan cara mencabut gulma tersebut dengan tangan dan alat sederhana lainnya.
Parang dan arit biasnya sering digunakan para petani untuk mengatasi gulma. Tetapi untuk
beberapa jenis gulma seperti gulma jenis Marsilea crenata, Dentella repens dan Cynodon
dactilon. Pengendalian gulma secara manual dengan mencabut gulmanya kurang efektif (Latifa,
et al., 2015).

2. Cara Kimia

Pengendalian gulma secara kimia bisanya menggunakan herbisida. Herbisida merupakan bahan
kimia yang dapat menghentikan pertumbuhan gulma sementara atau seterusnya dan digunakkan
untuk ukuran yang tepat. Dalam penggunaan herbisida harus dilakukan pemilihan terlebih
dahulu. Pemilihan dilakukan dengan dengan memperhatikan daya efikasi herbisida terhadap
gulma da nada tidaknya fitotoksisutas pada tanaman. Pengendalian gulma dengan menggunakan
herbisida memperoleh hasil yang cukup memuaskan. Tetapi, penggunaan herbisida dapat
menyebabkan perubahan komposisi spesies dan kepadatan gulma disuatu tenpat dalam jangka
waktu yang lama (Sembodo, 2010).

3. Cara Teknik kultur (Pemasangan mulsa)

Pengendalian gulma dapat juga menggunakan kultur teknik dengan pemasangan mulsa pada
petakan lahan pertanian. Pengendalian gulma dengan teknik ini lebih efisien dibandingkan
dengan cara manual dan kimia. Pemasangan mulsa pada petakan lahan pertanian dapat menekan
laju pertumbuhan gulma dan dapat menghemat tenaga dan waktu. Pemasangan mulsa juga tidak
merusak lingkungan. Maka pengendalian dengan kultur teknik ini dapat diterapkan oleh petani
dan menggantikan pengendalian gulma secara manual dan kimia.

PENYAKIT BERCAK DAUN COKLAT

Penyebab : Jamur helmintosporium oryzae.Gejala : menyerang pelepah,malai,buah yang baru


tumbuh dan bibit yang baru berkecambah,biji bercak bercak coklat tetapi tetap berisi, padi
dewasa busuk kering, biji kecambah busuk dan kecambah mati.

Pengendali :
1. Meredam benih di air hangat + pocnasa.
2. Pemupukan berimbang.
3. Tanam padi tahan penyakit ini.
B. PENYAKIT BLAST

Penyebab jamur pyricularia oryzae. Gejala menyerang daun ,buku pada malai dan ujung tangkai
malai, daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang di dekat pangkal malai membusuk,
pemasakan makanan terhambat dan butiran padi menjadi hampa.

Pengendali :
1. Membakar sisa jerami,menggenangi sawah, menanam varitas unggul sentani ,cimandiri IR-
48,IR-36,pemberian pupuk N di saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir.
2. Pemberian glio di awal tanam.

C. BUSUK PELEPAH DAUN.

Penyebab : jamur rhizoctonia sp.gejala : menyerang daun dan pelepah daun pada tanaman yang
telah membentuk anakan,menyebabkan jumlah dan mutu gabah menurun.

Pengendali :
1. Menanam padi tahan penyakit.
2. Pemberian glio pada saat pembentukan anakan.

D. PENYAKIT FUSARIUM

Penyebab : Jamur fusarium moniliforme.Gejala : menyerang malai dan biji muda menjadi
kecoklatan, daun terkulai,akar membusuk.

Pengendali:
1. Merenggangkan jarak tanam.
2. Mencelupkan benih + pocnasa dan di sebari glio di lahan.
E. PENYAKIT KRESEK / HAWAR DAUN

Penyebab : Bakteri xanthomonas campestrys pv oryzae.


gejala : menyerang daun dan titik tumbuh.terdapat garis garis di antara tulang daun,garis
melepuh dan berisi cairan kehitam hitaman,daun mengering dan mati.

Pengendali :
1. Menanam varitas tahan penyakit seperti IR 36,IR 46 cisadane,cipunegara,menghindari muka
mekanis,sanitasi lingkungan.
2. Pengendalian di awal dengan glio.

F. PENYAKIT KERDIL

Penyebab : Virus di tularkan oleh wereng coklat nilaparvata lugens.


gejala menyerang semua bagian tanaman ,daun menjadi pendek ,sempit berwarna hijau kekuning
kuningan, batang pendek, buku buku pendek, anakan banyak tetapi kecil.

Pengendalian : Sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan memusnahkan tanaman yang terserang
dan mengendalikan vektor dengan BVR atau pestona.
G. PENYAKIT TUNGAU

Penyebab : Virus yang di tularkan oleh wereng hijau NEPHOTETTIX IMPICTICEPS. Gejala
menyerang semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga
kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak berisi.

Pengendalian : Menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR 54, IR 46, IR
42 dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.

Dalam budidaya tanaman padi, maka tidak akan terlepas dari ancaman penyakit yang sering
menyerang tanaman padi. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan petani untuk bisa mengenal
jenis-jenis penyakit tanaman padi agar petani bisa mengidentifikasi dan bisa menerapkan
pengendalian secara tepat, cepat, dan akurat. Dengan terkendalinya serangan penyakit, maka
tujuan dari budidaya akan tercapai.

1. Hawar Daun Bakteri

Penyakit hawar daun ini merupakan bakteri yang tersebar luas dan dapat menurunkan hasil
panen yang cukup signifikan. Penyakit ini menyerang saat kondisi musim hujan atau musim
kemarau yang basah, teru tama pada lahan sawah yang selalu tergenang dan kandungan
pupuk N tinggi. Penyakit ini disebabkan bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae.

Penyakit ini menghasilkan dua gejala, yaitu kresek dan hawar. Kersek merupakan gejala yang
terjadi pada tanaman yang sudah berumur 30 hari dari persemaian atau yang baru pindah. Daun-
daun yang terserang akan berwarna hijau kelabu, melipat dan menggulung. Dalam keadaan parah
mampu menyebabkan daun menggulung, layu, dan bias mati, mirip seperti tanaman yang
terserang penggerak batang. Sementara hawar merupakan merupakan gejala yang paling umum
pada tanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan hingga fase pemasakan.

Pengendalian penyakit hawa daun bisa dengan pengaturan air yang cukup. Hindari
penggenangan air yang terus menerus maisalkan 1 hari digenangi dan 3 hari dikeringkan. Selain
itu bisa dengan menggunakan pola tanam yang mempunyai sirkulasi udara yang lebih baik,
seperti jajar legowo.
2. Busuk Batang
Busuk batang merupakan penyakit yang menginfeksi pada bagian tanaman bagian kanopi dan
menyebabkan tanaman menjadi mudah rebah. Untuk cara mengamati penyakit ini bisa dengan
membuka kanopi pertanaman terlebih dahulu. Oleh karena itu perlu diwaspadai bila terjadi rebah
pada pertanaman, tanpa sebelumnya terjadi hujan dengan angin yang kencang.

Gejala awal berupa bercak berwarna kehitaman serta bentuknya tidak teratur pada sisi luar
pelapah daun dan secara bertahap membesar. Akhirnya cendawan menembus batang padi yang
kemudian menjadi lemah, dan akhirnya anakan akan mati. Akibat akhirnya tanaman menjadi
rebah.

Pengendalian bisa dengan cara pengeringan petakan dan biarkan tanah hingga retak sebelum
dialiri lagi. Di samping itu tunggul-tunggul padi sesudah panen harus dibakar atau
didekomposisi.

3. Penyakit Tungro
Penyakit tungro berasal dari virus yang ditularkan oleh wereng hijau, yaitu Nephotettix
impicticeps. Hama wereng bisa mengakibatkan tanaman padi terserang virus setelah tanaman
terhisap oleh hama wereng. Gejala bis dilihat dengan perubahan tanaman menjadi kerdil, anakan
berkurang, daun menguning dari pucuk sampai ke batang, malai kecil, tidak keluar sempurna,
dan padi hampa. Pengendalian bisa dengan menanam padi tahan wereng seperti Kelara dan
mengendalikan vektor virus tersebut.

4. Penyakit Bercak Daun


Penyakit bercak daun disebabkan oleh serangan jamur Helmintosporium oryzae. Jamur ini
menyerang tanaman padi dari biji yang baru kecambah, pelepah daun, malai, dan buah yang baru
tumbuh. Serangan jamur ini mempunyai gejala seperti biji padi busuk saat berkecambah, dan
kemudian mati, tanaman padi dewasa busuk dan kering, dan biji bercak-bercak tetapi tetap berisi.
Pengendaliannya bisa dengan mencegah dengan perendaman benih menggunakan air hangat
setelah dengan air dingin untuk mencegah tumbuhnya jamur.

5. Penyakit Busuk Pelepah Daun


Penyakit busuk pelepah daun disebabkan oleh serangan jamur Rhizoctonia sp. Jamur ini
menyerang daun dan pelepah daun yang sudah membentuk anakan tanaman padi. Hal ini akan
akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi dan kualitas hasil panen tanaman padi.
Pengendaliannya anda bisa menanam tanaman padi yang tahan terhadap serangan penyakit ini.

6. Penyakit Fusarium
Penyakit fusarium ini disebabkan oleh jamur Fusarium moniliforme. Penyakit ini menyerang
malai dan biji muda sehingga berubah menjadi kecoklatan, daun terkulai, dan akar membusuk.
Pengendalian yang bisa dilakukan adalah dengan merenggangkan jarak tanam, seperti
menerapkan pola tanam jajar legowo.

Dalam budidaya tanaman padi, maka kita tidak akan terlepas dari ancaman hama yang sering
menyerang tanaman padi kita. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan petani untuk bisa
mengenal jenis-jenis hama tanaman padi agar petani bisa mengidentifikasi dan bisa menerapkan
pengendalian secara tepat, cepat, dan akurat. Dengan terkendalinya serangan hama, maka tujuan
dari budidaya akan tercapai.

1. Tikus
Hama tikus menyerang tanaman padi dari mulai masih menjadi bibit hingga tanaman memasuki
masa pengisian bulir. Tikus aktif menyerang padi pada malam hari dan pada siang hari tikus
bersembunyi di lubang pada tanggul irigasi, pematang sawah, pekarangan, semak, atau gulma.
Dengan perkembangbiakannya yang sangat cepat, kerusakan yang ditimbulkan tikus akan sangat
merugikan. Pada kondisi terparah serangan hama tikus bisa mengakibatkan tanaman padi gagal
panen. Salah satu cara yang paling efektif dalam mengendalikan hama tikus adalah dengan
memanfaatkan musuh alaminya, yaitu ular.

2. Penggerak Batang
Hama penggerak batang tanaman padi juga dikenal dengan sundep. Serangan biasanya terjadi
pada fase vegetatif dengan ditandai daun tengah atau pucuk tanaman akan mati karena titik
tumbuh dimakan larva penggerek batang. Kehadiran pada hama tersebut dengan ditandai oleh
kehadiran ngengat dan kematian pada tunas padi. Untuk pengendaliannya bisa menggunakan
cara mekanik, pengendalian dengan menggunakan cara hayati, dan menggunakan insektisida.
3. Keong Mas
Hama keong mas menyerang tanaman padi pada masa vegetatif dan itu dimulai dari masa
pembibitan. Keong mas merusak tanaman dengan cara memarut jaringan tanaman dan
memakannya sehingga menyebabkan adanya bibit yang hilang per tanaman. Untuk pengendalian
bisa menggunakan cara mekanik yang dimulai dengan mengambil telur dan keong mas pada area
budidaya. Selain itu bisa dengan membuat parit kecil yang ukurannya lebih dalam kemudian
diberi daun pisang atau daun pepaya sebelum area budidaya padi di keringkan. Dengan adanya
parit yang berisi air dan dedaunan ini diharapkan keong mas akan berkumpul sehingga
memudahkan dalam pengambilan.

4. Wereng
Hama wereng memiliki beragam jenis, diantarnya wereng cokelat, wereng putih, dan wereng
hijau. Wereng menyerang dengan cara menghisap cairan yang ada pada tanaman padi dan dapat
menularkan virus kepada tanaman. Serangan ini dapat menyebabkan padi menjadi kering seperti
terbakar atau pertumbuhannya menjadi kerdil. Untuk pengendaliannya bisa menggunakan musuh
alami seperti Beauveria bassiana. Namun jika terjadi serangan dan tidak bisa dikendalikan maka
bakarlah tanaman sehingga diharapkan pada penanaman berikutnya bisa diminimalkan
serangannya.

5. Walang Sangit
Hama walang sangit akan menyerang pada waktu tanaman padi sudah memasuki fase masak
susu. Hama ini akan menyerang pada bulir padi dengan menghisap cairan sehingga bisa
mengakibatkan padi yang dihasilkan hampa, berkerut, berwarna cokelat dan rasanya kurang
enak. Dengan serangan parah hasil panen padi akan menjadi jelek dan menurunkan produktivitas
hasil panen. Pengendalian bisa dilakukan dengan mengumpulkan dan memusnahkan telur
walang sangit serta dengan melepas musuh alami seperti jangkrik dan laba-laba.

6. Burung
Hama burung menyerang tanaman pada fase masak susu sampai padi panen. Burung akan
memakan langsung bulir padi yang sedang menguning sehingga menyebabkan kehilangan hasil
secara langsung. Selain itu burung juga mengakibatkan patahnya malai padi. Pengendalian hama
burung bisa dilakukan dengan cara pengusiran dengan membuat ajir berwarna merah di sekitar
sawah atau dengan menggunakan tali-tali yang digantungi kaleng/plastik untuk membuat suara
yang dapat mengusir burung atau dengan menggunakan jaring yang dipasang di atas lahan
sawah.

Metode Ubinan adalah salah satu metode dalam dunia pertanian untuk mengetahui perkiraan dari
jumlah hasil yang akan didapat pada saat panen. Ubinan dapat diterapkan pada budidaya
tanaman padi dengan cara sederhana, kitu cukup mengukur beberapa meter untuk dijadikannya
tolak ukur atau perwakilan dari jumlah hasil perpetak sawah yang ingin kita ketahui hasilnya.

Anda mungkin juga menyukai