Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN NO 3

Saat ini tidak bisa dipungkiri lagi bahwa teknologi sudah termasuk dalam kebutuhan pokok
kehidupan manusia. Mulai dari hal yang kecil sampai hal yang besar. Baik dari kalangan anak-
anak, remaja, dewasa, bahkan manula sekalipun bergantung kepada teknologi, khususnya yang
bagi mereka yang berada di daerah perkotaan.
Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat mulai dari alat komunikasi, transportasi,
pengobatan, hiburan, dan masih banyak yang lainnya. Tetapi dilain hal, perkembangan teknologi
juga membawa dampak baik juga buruk terhadap kehidupan manusia, berikut penjelasannya :
* Dampak positif Teknologi saat ini, diantaranya :
1. Dapat mencari dan memperoleh informasi dengan mudah dan cepat
2. Semakin cepat dalam hal : berkomunikasi, mencari informasi, bepergian, dll
3. Dapat menghemat waktu, efisien, efektif
4. Sarana mendapat hiburan dengan mudah
*Dampak negatif Teknologi saat ini, diantaranya :
1. Penyalahgunaan terhadap fungsinya, terutama di bidang Komunikasi (Sos-Med)
2. Banyak beredar informasi hoax
3. Ada juga informasi yang kurang mendidik
Berikut, Adalah penjelasan tentang Dampak positif dan negatif terkait teknologi pada kehidupan
manusia. Teknologi dapat memberi manfaat positif juga negatif itu semua tergantung kita yang
memanfaatkan teknologi tersebut.
JAWABAN NO 2

a. Kemajuan Islam
Pada tahun 650-1250 yang disebut sebagai periode klasik. Merupakan tahun di mana Islam
sedang dalam masa jaya-jayanya. Ketika itu terdapat dua kerajaan besar yang berkuasa,
yaitu kerajaan Umayyah (Daulah Umayyah) dan kerajaan Abbsyah (Daulah Abbasyah).
Pada masa Daulah Umayyah kekuasaan Islam meluas, tidak hanya itu kemajuan di bidang
ekonomi, politik, militer, sosial, dan arsitektur juga turut mendorong kejayaan Islam pada
masa ini.
Pada masa Daulah Abbasyah kemajuan Islam ditandai dengan perkembangan yang pesat
pada ilmu pengetahuan, selain itu juga terdapat kemajuan pada bidang ekonomi, politik,
sosial, arsitektur dan juga militer.
Kemajuan Islam pada masa Daulah Umayyah dan Daulah Abbasyah tidak terjadi secara
instan, ada faktor-faktor yang mendorong kemajuan Islam pada dua masa itu. Nah, berikut
ini merupakan faktor internal dan faktor eksternal yang mendorong kemajuan Islam pada
masa Daulah Umayyah dan Daulah Abbasyah:
Faktor internal
1) Keistiqamahan dan konsisensi umat Islam terhadap ajaran Islam
2) Islam sendiri mengajarkan kepada umatnya untuk terus maju
3) Islam yang merupakan agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam)\
4) Keseimbangan yang ada dalam Islam, penyebaran atau dakwah yang tujuannya untuk
dunia dan juga akhirat.
Faktor eksternal
1) Adanya asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu
mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan, misalnya Persia dalam ilmu
pemerintahan dan yunani dalam ilmu filsafat.
2) Gerakan terjemahan yang terjadi pada periode klasik ini dilakukan dengan
berkesinambungan. Dampaknya juga sangat terlihat yaitu pada perkembangan ilmu
pengetahuan umum utamanya di bidang kedokteran, kimia, filsafat, sejarah dan
astronomi.
Selain faktor internal dan eksternal tersebut ada juga faktor lain pendorong kejayaan Islam
yang disebut sebagai gerakan ilmiah, gerakan ini diinisiasi oleh para ulama pada masa atau
periode klasik, yaitu :
1) Menjalankan ajaran Islam yang ada dalam Al-Qur’an dengan maksimal
2) Menerapkan isi hadist dalam kehidupan sehari-hari, misalnya yaitu hadist tentang
menuntut ilmu yang mengajarkan kita agar terus belajar walaupun hingga ke negeri
Cina.
3) Mengembangkan ilmu agama Islam secara sungguh-sungguh, mempelajari ilmu filsafat
yunani untuk mengembangkan ilmu pengetahuan umum. Sehingga ketika itu muncul
ulama fiqih, tauhid, hadist dan ilmu sains (ilmu kedokteran, matematika, kimia, fisika,
optik, geografi)
4) Adanya ulama yang berpegang teguh pada prinsip, sehingga menolak untuk menjadi
pegawai pemerintahan.
Mundur
Pertanyaan “Mengapa Umat Islam Tertinggal” diajukan pada tahun 1929 oleh seorang
ulama asal Sambas, Kalimantan, bernama Syaikh Muhammad Basyuni Imran, dalam
suratnya kepada ulama Mesir terkemuka, Syaikh Rasyid Ridha. Syaikh Rasyid Ridha
pun meminta Syaikh Syakib Arslan, yang dijulukinya Sahibul Bayan, untuk menulis
risalah menjawab pertanyaan ini. Risalah itu dimuat di majalah Al Manar (majalah ini
diterbitkan oleh Syaikh Rasyid Ridha dari tahun 1315 hingga 1354). Kemudian, risalah
karya Syaikh Arslan ini diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1940 dan disebarkan
ke seluruh dunia. Di Indonesia, terjemahan pertama buku ini diterbitkan tahun 1954. Dan
pada tahun 2013, Pustaka Al Kautsar menerjemahkan ulang dan menerbitkannya.
Dalam buku ini, dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami, Syaikh Arslan
menganalisis beberapa penyebab kemunduran umat Islam. Analisisnya masih sangat
relevan dengan kondisi umat muslim saat ini. Yang menarik adalah, beliau tidak
menyalah-nyalahkan pihak non-Muslim, melainkan mengajak umat Islam untuk
introspeksi diri, dengan menggunakan argumen logis serta dalil Al Quran dan hadis.
Menurut Syaikh Arslan, ada 6 faktor penyebab ketertinggalan umat Islam:
1) Kebodohan
2) Pengetahuan yang tanggung.
3) Kerusakan akhlak
4) Kebobrokan moral para pemimpin dan ulama.
5) Sifat pengecut dan penakut yang menjangkiti umat Islam
6) Hilangnya kepercayaan diri.

Perlu diketahui bersama, sisi gelap dalam pola pendidikan yang dirumuskan oleh
Amerika dan Eropa yaitu tidak adanya muatan nilai ruhiyah, dan lebih mengedepankan logika
materialisme serta memisahkan antara agama dengan kehidupan yang dalam hal ini sering
disebut paham Sekulerisme. Implikasi yang bisa dirasakan namun jarang disadari adalah adanya
degradasi moral yang dialami oleh anak bangsa. Banyak kasus buruk dunia pendidikan yang
mencuat di permukaan dimuat oleh beberapa media massa cukup meresahkan semua pihak yang
peduli terhadap masa depan pendidikan bangsa yang lebih baik. Sebut saja tokoh Ibnu Sina
sebagai sosok yang dikenal peletak dasar ilmu kedokteran dunia namun beliau juga faqih ad-diin
terutama dalam hal ushul fiqh. Masih ada tokoh-tokoh dunia dengan perannya yang penting dan
masih menjadi acuan perkembangan sains dan teknologi berasal dari kaum muslimin yaitu Ibnu
Khaldun (bapak ekonomi), Ibnu Khawarizm (bapak matematika), Ibnu Batutah (bapak geografi),
Al-Khazini dan Al-Biruni (Bapak Fisika), Al-Battani (Bapak Astronomi), Jabir bin Hayyan
(Bapak Kimia), Ibnu Al-Bairar al-Nabati (bapak Biologi) dan masih banyak lagi lainnya.
JAWABAN NO 1
JAWABAN A

1. Alam semesta merupakan keseluruhan yang bersatu, akibatnya harus diterangkan dengan
menggunakan satu prinsip saja. Tetapi mereka tidak sepakat dalam memilih zat asali
yang menjamin serta mengartikan kesatuan negara.
2. Alam semesta dikuasai oleh suatu hukum. Kajadian-kejadian dalam alam tidak kebetulan
saja, tetapi ada semacam keharusan di belakang kejadian-kejadian itu.
3. Akibatnya, alam semesta merupakan kosmos. Kata yunani ini boleh diterjemahkan
sebagai yang lain.” Dunia” tetapi artinya lebih tepat lagi adalah “dunia yang teratur”.
Bagi orang yunani kosmos bertentangan dengan khaos, dunia dalam keadaan kacau
balau.

Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang mengupas apa arti manusia filsafat manusia
mengungkapkan sebaik mungkin apakah sebenarnya makhuk yang disebut ”manusia”. Istilah
filsafat manusia diterjemahkan dari istilah antropologi filosofis (dalam bahasa Yunani anthropos
berarti manusia), yang menggali, memperdalam dan memperkaya pengetahuan tentang manusia
dengan memandang manusia sebagai kesatuan roh dan badan, atau jiwa dan daging.
Hal tersebut seperti yang digambarkan oleh Rene Descartes, bahwa manusia terbentuk
dari badan dan jiwa sebagai dua substansi yang lengkap masing-masing.Pandangan Rene
Descartes tersebut dipengaruhi tradisi pemikiran filsafat kuno pendahulunya, yaitu filsafat Plato
yang humanis. Pandangan Plato tentang manusia menempatkan manusia sebagai manusia, yang
sangat dipengaruhi oleh rasionya. Karena itu, menurut Plato manusia memiliki idealisme.
Pemikiran Plato ini juga banyak mempengaruhi para ahli filsafat selanjutnya, seperti Edmund
Hussler, Martin Heidgger dan Merleau Ponty, yang banyak mengembangkan aliran filsafat
fenomenologi.

JAWABAN B
Pada tahun 494 SM. Kota miletos direbut dan di musnahkan oleh bangsa Parsi.Dalam
sejarah filsafat selanjutnya kita hampir tidak mendengar lagi nama kota itu. Tetapi pemikiran
filsafat yang lahir dalam kota yunani ini tidak musnah, melainkan akan berkembang terus di
daerah-daerah yunani lainnya.
Pada bagian ini akan dibicarakan asal-usul alam semesta yang menjadi pembicaraan ini
akan melibatkan empat filsuf besar dengan sistem pemikirannya yang ekslusif .Kemudian
dilanjutkan dengan kajian unsur alam semesta yang melibatkan beberapa filsuf. Para filsuf dan
pemikirannya ialah sebagai berikut:
1. Thales (624-547 SM)
Thales, adalah pemikir besar Yunani yang digelari Bapak Filsafat karena dialah orang
yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena mengajukan pertanyaan yang amat
mendasar, yang jarang diperhatikan orang, juga orang zaman sekarang : “What is the nature of
the world stuff ? (Mayer,1950:18) Apa sebenarnya bahan alam semesta ini ? Tak ragu lagi
pertanyaan ini amat mendasar. Terlepas dari apa pun jawabannya, pertanyaan ini saja telah dapat
mengangkat namanya menjadi filosof pertama.
Ia sendiri menjawab air. jawaban ini sebenarnya amat sederhana dan belum tuntas. Belum
tuntas karena dari apa air itu? Thales mengambil air sebagai asal alam semesta barangkali karena
ia melihatnya sebagai sesuatu yang amat diperlukan dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya
bumi ini terapung dia atas air (Mayer,1950:18).
Lihatlah jawabannya amat sederhana ; pertanyaannya jauh lebih berbobot ketimbang
jawabannya . Masih adakah orang yang beranggapan bahwa bertanya itu tidak penting ? Thales
menjadi filosof karena ia bertanya . Pertanyaan itu dijawabnya dengan menggunakan akal, bukan
menggunakan agama atau kepercayaan lainnya. Alasannya ialah karena air penting bagi
kehidupan. Disini akal mulai digunakan lepas dari keyakinan.

2. Anaximandros (610-547 SM
Anaximandros atau disebut juga Anaximander merupakan murid Thales yang berasal dari
kota yang sama. Filsuf ini sangant dicintai masyarakatnya, sehingga patungnya dipajang di kota
tersebut. Selain ahli astronomi, Anaximandros juga ahli geografi. keahlian geografinya ditandai
dengan penetapan beliau sebagai orang yang pertama yang membuat peta dunia.
Berbeda dengan Thales, menurut Anaximandros arche (alam) bukan air tetapi apairon, yaitu
sesuatu zat yang tak terbatas dan memiliki sifat keilahian dan abadi, tak terubahkan dan meliputi
segala-galanya. Adapun proses terjadinya alam dari yang tak terbatas (apairon) menurut beliau,
melalui proses antagonis (pertentangan) diantara dua unsur yang berlawanan , yaitu panas dan
dingin.
Melalui Antagones ini kemudian terjadi kristalisasi, sehingga kemudian menjadi unsur-
unsur yang berdiri sendiri. Kemudian unsur yang panas membalud yang dingin dalam bentuk
cincin yang mengakibatkan terjadinya perputaran/pergesekan. Karna gesekan yang terus menerus
akhirnya unsur yang dingin terbagi dua, yaitu ada yang mengering, menjadi dataran dan yang
tetap dingin menjadi lautan.
Dalam proses selanjutnya yang panas menjadi 3 cincin baru yang masing-masing menjadoi
cincin matahari, bulan, dan bintang, yang ketiganya mengeliligi bumi sesuai dengan garis
grafitasinya. Kesemua benda ini terus berputar sehingga menimbulkan gesekan secara terus
menerus.
JAWABAN NO 4

a. mungkin, hal ini dilakukan dengan menjadikan pijakan dan pedoman pada filosof islam
yang dulu. tetapi hal itu tidak akan mudah untuk diwujudkan, karena masih banyak
tantangan yang harus dilalui dalam menciptakan filsafat sains Islam.
b. Islamisasi ilmu pengetahuan proses pendekatan dan usaha dalam menyatu padukan ilmu
pengetahuan yang bersifat islami yang di dalamnya masih memepertimbangkan aspek
nilai, wahyu dan alam, sehingga yang dilakukan sesuai dengan ajaran Islam.
1. Charles Robert Darwin mengatakan bahwa manusia dari kera, ilmuwan muslim
membantah bahwa manusia dari Adam.
2. Al-Ghazali berpendapat bahwa teori sebab akibat adalah sikap reduksionis dalam
memahami sifat kompleks dari fenomena yang terus terjadi di dunia ini. Dia yang
menganut teori occassionalism, tentu berbeda 180 derajat dengan Aristoteles.

Anda mungkin juga menyukai