Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein dalam urin secara
bermakna , penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema, dan serum kolestrol yang tinggi
dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut dijumpai di setiap kondisi yang
sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus1.
Kadang-kadang terdapat hematuria, dan penurunan fungsi ginjal. Insiden tertinggi pada anak usia 3-4
tahun, rasio laki-laki dibanding dengan perempuan adalah 2:12.

B. Etiologi

Sindrom nefrotik belum diketahui sebab pastinya, secara umum penyebab dibagi menjadi berikut2 :

Sindrom Nefrotik Bawaan

Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen resesif autosom menyebabkan sindrom
nefrotik.

Sindrom Nefrotik Sekunder

Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti parasit malaria, penyakit kolagen,
trombosis vena renalis, pemajanan bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa,
amiloidosis dan lain-lain. Sebab paling sering sindrom nefrotik sekunder adalah glomerulonefritis primer
dan sekunder akibat infeksi keganasan penyakit jaringan penghubung, obat atau toksin dan akibat
penyakit sistemik seperti3 :
Glomerulonefritis primer

1) Glomerulonefritis lesi minimal

2) Glomerulosklerosis fokal

3) Glomerulonefritis membranosa

4) Glomerulonefritis membranoproliferatif

5) Glomerulonefritis proliferatif lain

Glomerulonefritis sekunder

1) Infeksi : HIV, Hepatitis virus B dan C. Sifilis, malaria, skisotoma, TBC, Lepra

2) Keganasan : Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma Hodgkin, mieloma multipel, dan
karsinoma ginjal.

3) Penyakit jaringan penghubung : Lupus eritematosus sistemik, artritis reumathoid, MCTD

4) Efek obat dan toksin : obat antiinflamasi nonsteroid, preparat emas, penisilinamin, probenesid, air
raksa, kaptopril, heroin.

5) Lain-lain : DM, amiloidosis, preeklampsia, rejeksi alograf kronik, refluks vesicoureter, atau sengatan
lebah

Sindrom Nefrotik Idiopatik


Sindrom nefrotik yang belum diketahui jelas sebabnya.

C. Patofisiologi4

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma
dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia.
Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular
berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler
berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemia.

Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi
renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi
retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.

Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi
lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma.Adanya hiperlipidemia
juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi
hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel
imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia atau defisiensi
seng.

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut5 :

Kenaikan berat badan

Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata, tampak pada saat bangun di pagi hari
dan berkurang di siang hari

Pembengkakan abdomen (asites)

Efusi pleura

Pembengkakan labia atau skrotum

Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan absorpsi intestinal buruk
Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai

Iritabilitas

Mudah letih

Letargi

Tekanan darah normal atau sedikit menurun

Rentan terhadap infeksi

Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih

E. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi1,2,4 :

Hipovolemi

Infeksi pneumokokus

Emboli pulmoner

Peritonitis

Gagal ginjal akut

Dehidrasi

Venous trombosis

Aterosklerosis

F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dilakukan untuk mengatasi gejala dan akibat yang ditimbulkan pada anak dengan
sindrom nefrotik sebagai berikut2 :

Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 gram per hari,
secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dalam makanan dan menghindari makanan yang
diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.

Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid 1
mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat
digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari). Selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan
hipokalemia, alkalosis metabolik, atau kehilangan caitan intravaskular berat.

Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (international Study of kidney Disease in Children) :


prednison dosis penuh : 60 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80
mg/kgBB/hari) selama 4 minggu dilanjutkan pemberian prednison dosis 40 mg/m2 luas permukaan
badan/hari atau 2/3 dosis penuh, yang diberikan 3 hari berturut-turut dalam seminggu (intermitten
dose) atau selang sehari (alternating dose) selama 4 minggu, kemudian dihentikan tanpa tappering off
lagi. Bila terjadi relaps diberikan prednison dosis penuh seperti terapi awal sampai terjadi remisi
(maksimal 4 minggu), kemudian dosis diturunkan menjadi 2/3 dosis penuh. Bila terjadi relaps sering atau
resisten steroid, lakukan biopsi ginjal.

Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi.

Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.

G. Pengkajian1,2,5,6,7

Identitas

Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak terjadi pada
usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria
banyak mengalami komplikasi sindrom nefrotik.

Keluhan Utama

Badan bengkak, sesak napas, muka sembab dan napsu makan menurun

Riwayat Penyakit Dahulu

Edema masa neonatus, malaria, riwayat glomerulonefritis akut dan glomerulonefritis kronis, terpapar
bahan kimia.

Riwayat Penyakit Sekarang

Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.

Riwayat kesehatan Keluarga


Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan bayi
biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.

Riwayat Kesehatan Lingkungan

Daerah endemik malaria sering dilaporkan terjadinya kasus sindrom nefrotik sebagai komplikasi dari
penyakit malaria.

Riwayat Nutrisi

Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema.

Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8

Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.

Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi
: < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).

Pengkajian Kebutuhan Dasar

Kebutuhan Oksigenasi

Dispnea terjadi karena telah terjadi adanya efusi pleura. Tekanan darah normal atau sedikit menurun.
Nadi 70 – 110 X/mnt.

Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema, nyeri daerah perut, malnutrisi
berat.

Kebutuhan Eliminasi
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuria, proteinuria, oliguri. Perubahan urin seperti penurunan volume dan
urin berbuih.

Kebutuhan Aktivitas dan Latihan

Mudah letih dalam beraktivitas. Edema pada area ektrimitas (sakrum, tumit, dan tangan).
Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai.

Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.

Kebutuhan Persepsi dan Sensori

Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah sampai pada tahap pemikiran prakonseptual ditandai
dengan anak-anak menilai orang, benda, dan kejadian di luar penampilan luar mereka.

Kebutuhan Kenyamanan

Sakit kepala, pusing, malaise, nyeri pada area abdomen, adanya asites.

Kebutuhan Personal Hygiene

Kebutuhan untuk perawatan diri pada anak usia pra sekolah selama di rumah sakit mungkin dibantu oleh
keluarga. Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.

Kebutuhan Informasi

Pengetahuan keluarga tentang diet pada anak dengan sindrom nefrotik, pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta proses penyakit dan penatalakasanaan.

Kebutuhan Komunikasi

Anak usia pra sekolah dapat mengungkapkan apa yang dirasakan. Kosakata sudah mulai meluas, kalimat
kompleks sederhana tapi dipahami. Untuk usia 3 tahun, komunikasi lebih sering berbentuk simbolis.
Kebutuhan Seksualitas

Anak usia pra sekolah mulai membedakan perilaku sesuai jender. Anak mulai menirukan tindakan
orangtua yang berjenis kelamin sama. Eksplorasi tubuh mencakup mengelus diri sendiri, manipulasi
genital, memeluk boneka.

Kebutuhan Konsep Diri

Konsep diri pada anak usia pra sekolah sudah mulai terbentuk dengan anak mengetahui tentang
identitas dirinya.

Kebutuhan Rekreasi

Anak yang mengalami hospitalisasid alam waktu lama akan mengalami kejenuhan. Kebiasaan yang sering
dilakukan mungkin berubah pada saat anak hospitalisasi.

Kebutuhan Spiritual

Kebutuhan spiritual pada anak mengikuti orangtua.

Pengkajian Fisik

Pemeriksaan Kepala

Bentuk kepala mesochepal, wajah tampak sembab karena ada edema fascialis.

Pemeriksaan Mata

Edema periorbital, mata tampak sayu karena malnutrisi.

Pemeriksaan Hidung

Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.


Pemeriksaan Telinga

Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.

Pemeriksaan Gigi dan Mulut

Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya kering, pucat.

Pemeriksaan Leher

Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja jantung.

Pemeriksaan Jantung

Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.

Pemeriksaan Paru

Suara paru saat bernapas mungkin ditemukan ronkhi karena efusi pleura, pengembangan ekspansi paru
sama atau tidak.

Pemeriksaan Abdomen

Adanya asites, nyeri tekan, hepatomegali.

Pemeriksaan Genitalia

Pembengkakan pada labia atau skrotum.

Pemeriksaan Ektstrimitas

Adanya edema di ekstrimitas atas maupun bawah seperti di area sakrum, tumit, dan tangan.

H. Pemeriksaan Penunjang
Selain proteinuria masif, sedimen urin biasanya normal. Bila terjadi hematuria mikroskopik lebih dari 20
eritrosit/LPB dicurigai adanya lesi glomerular (misal sklerosis glomerulus fokal). Albumin plasma rendah
dan lipid meningkat. IgM dapat meningkat, sedangkan IgG menurun. Komplemen serum normal dan
tidak ada krioglobulin2.

Anamnesis penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan riwayat penyakit sistemik klien perlu
diperhatikan. Pemeriksaan serologit dan biopsi ginjal sering diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan kemungkinan penyebab GN sekunder. Pemeriksaan serologit sering tidak banyak
memberikan informasi dan biayanya mahal. Karena itu sebaiknya pemeriksaan serologit hanya dilakukan
berdasarkan indikasi yang kuat3.

I. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada anak dengan sindrom nefrotik adalah sebagai berikut8 :

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (00026).

Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi (00146).

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien (00002).

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (00092).

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit : pusing, malaise (00214).

Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan faktor internal : perubahan status cairan, penurunan
sirkulasi (00046).

Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder : imunosuprsi, malnutrisi


(00004).

Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan faktor resiko individual : penyakit kronis,
nutrisi yang tidak adekuat (00112).

Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi (00198).

Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional yang dapat dihadapi orang yang
penting bagi klien (00074).

J. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut9,10 :

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi (00026).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan volume cairan tercapai dengan
kriteria hasil :

Tidak ada edema

Berat badan stabil

Intake sama dengan output

Berat jenis urin atau hasil laboratorium mendekati normal

TTV dalam batas normal

Intervensi yang dilakukan adalah :

Fluid and Electrolyte Management (2080)

1) Monitor tanda vital.

2) Monitor hasil laboratorium terkait keseimbangan cairan dan elektrolit seperti penurunan
hematokrit, peningkatan BUN, kadar natrium serum dan kalium.

3) Pertahankan terapi intravena pada flow rate yang konstan.

4) Kolaborasi dengan dokter jika tanda dan gejala kelebihan cairan tetap atau semakin memburuk.

5) Monitor intake dan output cairan.

6) Monitor kuantitas dan warna haluaran urin


Fluid monitoring (4130)

1) Pantau hasil laboratorium berat jenis urin.

2) Monitor serum albumin dan total protein dalam urin.

3) Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan rasa haus.

4) Monitor tanda dan gejala asites.

5) Timbang berat badan setiap hari

Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi (00146).

Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam ansietas teratasi dengan kriteria hasil :

Anak tidak rewel

Anak tidak menangis saat dilakukan tindakan

Anak kooperatif dalam perawatan

Intervensi keperawatan yang akan dilakukan adalah :

Mood Management (5330)

1) Kaji perasaan anak tentang hospitalisai.

2) Kaji persepsi anak tentang hospitalisasi.


3) Tanyakan pada keluarga tentang perubahan sikap, emosi, ataupun ekspresi klien saat dirawat di
rumah sakit.

Therapeutic Play (4430)

1) Kaji kebutuhan anak tentang bermain yang dapat dilakukan di rumah sakit.

2) Lakukan pendekatan terapeutik dengan anak.

3) Rencanakan untuk terapi bermain sesuai dengan kebutuhan anak.

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien (00002).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka nutrisi pada klien seimbang dnegan
kriteria hasil :

Anak tidak mengeluh mual

Keluarga mengatakan nafsu makan anak meningkat

Protein dan albumin dalam batas normal

Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah :

Nutritiont Management (1100)

1) Kaji makanan yang disukai oleh klien

2) Anjurkan klien untuk makan sedikit namun sering, misal dengan mengemil tiap jam

3) Anjurkan keluarga untuk menyuapi klien apabila klien kesulitan untuk makan sendiri
Nutritiont Therapy (1120)

1) Anjurkan keluarga untuk tidak membolehkan anak makan-makanan yang banyak mengandung
garam.

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat bagi anak dengan sindrom nefrotik.

c. Nutritional Monitoring (1160)

1) Pantau perubahan kebiasaan makan pada klien.

2) Pantau adanya mual atau muntah.

3) Pantau kebutuhan kalori pada catatan asupan.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (00092).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat beraktivitas dengan normal
dengan kriteria hasil :

Energy Conservation

1) Istirahat dan aktivitas seimbang

2) Mengetahui keterbatasan energinya

3) Mengubah gaya hidup sesuai tingkat energi

4) Memelihara nutrisi yang adekuat


5) Persediaan energi cukup untuk beraktivitas

Activity Tolerance

1) Saturasi oksigen dalam batas normal / dalam respon aktivitas

2) Nadi dalam batas normal / dalam respon aktivitas

3) Pernafasan dalam batas normal / dalam respon aktivitas

4) Tekanan darah dalam batas normal/dalam respon aktivitas

5) Kekuatan ADL telah dilakukan

Intervensi keperawatan sebagai berikut :

Activity Therapy (4310)

Menentukan penyebab intoleransi aktivitas.

Berikan periode istirahat saat beraktivitas.

Pantau respon kardipulmonal sebelum dan setelah aktivitas.

Minimalkan kerja kardiopulmonal.

Tingkatkan aktivitas secara bertahap.

Ubah posisi pasien secara perlahan dan monitor gejala intoleransi aktivitas.

Monitor dan catat kemampuan untuk mentoleransi aktivitas.

Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energy.


Ajarkan pasien tehnik mengontrol pernafasan saat aktivitas.

Kolaborasikan dengan terapi fisik untuk peningkatan level aktivitas

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit : pusing, malaise (00214).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan rasa nyaman teratasi dnegan
kriteria hasil :

Klien tidak mengeluh lemas

Klien tidak mengeluh merasa pusing

Klien dapat meningkatkan ADL

Intervensi keparawatan yang dilakukan sebagai berikut :

Relaxation Theraphy (6040)

1) Anjurkan klien untuk bernapas dalam ketika merasa tidak nyaman.

2) Anjurkan klien untuk beristirahat.

Environtmental Management : Comfort (6482)

1) Kaji ketidaknyamanan yang dirasakan oleh klien.

2) Berikan posisi yang nyaman pada klien.

3) Batasi pengunjung saat klien beristirahat.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan faktor internal : perubahan status cairan, penurunan
sirkulasi (00046).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit teratasi dengan
kriteria hasil :
Capilarry refill < 3 detik

Tidak ada pitting edema

Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah :

Pressure Management (3500)

Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan terjadinya tekanan.

Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.

Hindari adanya lipatan pada tempat tidur.

Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.

Lakukan mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.

Monitor integritas kulit akan adanya kemerahan.

Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan .

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.

Monitor status nutrisi pasien.

Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder : imunosuprsi, malnutrisi


(00004).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria
hasil :

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal


Menunjukkan perilaku hidup sehat

Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal

Intervensi keperawatan sebagai berikut :

Infection Control (6550)

Pertahankan teknik aseptic.

Batasi pengunjung bila perlu.

Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan.

Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung.

Tingkatkan intake nutrisi.

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.

Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.

Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

Ajarkan keluarga pasien tanda dan gejala infeksi.

Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam.

Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan faktor resiko individual : penyakit kronis,
nutrisi yang tidak adekuat (00112).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, reiko keterlambatan perkembangan dapat teratasi dnegan
kriteria hasil :

Anak mampu melakukan kebiasaan sesuai dengan umur.

Kemampuan kognitif anak sesuai dengn usia tumbuh kembang.

Kemampuan motorik anak sesuai dengan usia tumbuh kembang.

Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :


Parent Education : Adolescent (5562)

1) Tanyakan pada orang tua tentang karakteristik anak.

2) Diskusikan pola asuh yang biasa dilakukan pada anak.

3) Monitor perasaan orang tua terhadap anak.

4) Ajarkan pada orang tua tentang metode komunikasi yang tepat pada anak sesuai dengan
karakteristik anak.

Developmental Enhancement : Adolescent (8272)

1) Informasikan pada orang tua tentang perkembangan anak yang seharusnya telah dipenuhi.

2) Jelaskan pada orang tua tentang perkembangan yang belum terpenuhi.

3) Rencanakan untuk kegiatan stimulus perkembangan anak.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi (00198).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan pola tidur teratasi dengan kriteria
hasil :

Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak.

Klien tampak segar dan tidak mengantuk.

Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Sleep Enhancement (1850)


Kaji kebiasaan tidur klien selama di rumah.

Kaji penyebab klien susah tidur.

Modifikasi lingkungan yang nyaman agar klien bisa tidur nyenyak.

Batasi pengunjung saat jam klien istirahat.

Anjurkan keluarga untuk mengingatkan klien saat waktu tidur.

Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional yang dapat dihadapi orang yang
penting bagi klien (00074).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, koping keluarga meningkat dengan kriteria
hasil :

Keluarga mengungkapkan kesiapan dalam perawatan anak.

Keluarga menemukan solusi untuk pemcahan masalah yang sedang dialami.

Keluarga kooperatif dalam perawatan.

Intervensi keperawatan yang dilakukan sebagai berikut :

Counseling (5240)

1) Dorong keluarga untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.

2) Gunakan teknik komunikasi terapeutik.

Family Therapy (7150)

1) Kaji sumber kekuatan keluarga.

2) Kaji persepsi setiap keluarga tentang kondisi yang dialami oleh klien.
3) Fasilitasi keluarga untuk diskusi.

4) Berikan informasi mengenai kondisi klien dan tindakan perawatan yang akan dilakukan.

5) Bantu keluarga untuk mencari solusi.

Emotional Support (5270)

1) Berikan dukungan emosional pada keluarga dengan memberikan motivasi untuk kooperatif dalam
tindakan perawatan.

2) Informasikan kepada keluarga tentang perkembangan kondisi klien.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta : Media Aesculapius

Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.

Surjadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 2. Jakarta : Sugeng Seto

Wong, Donna L. 2006. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6. Jakarta : EGC.

Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktis Volume 2. EGC :Jakarta

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendekumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.

NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-2014. Jakarta : EGC
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012. Nursing Interventions
Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.

Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis ,Missouri ; Mosby

Anda mungkin juga menyukai