Anda di halaman 1dari 3

8

C.Faktor-faktor yang mempengaruhi trauma medulla spinalis -Usia Pada usia 45-an
fraktur banyak terjadi pada pria di bandingkan pada wanita karena olahraga,
pekerjaan, dan kecelakaan bermotor. -Jenis KelaminBelakangan ini wanita lebih
banyak dibandingkan pria karena faktor osteoporosis yang di asosiasikan dengan
perubahan hormonal (menopause).-Status Nutrisi D.Manifestasi Klinis Trauma Medula
Spinalis (Brunner dan Suddarth, 2001)a. nyeri akut pada belakang leher, yang
menyebar sepanjang saraf yang terkenab. paraplegiac. tingkat neurologikd. paralisis
sensorik motorik totale. kehilangan kontrol kandung kemih (refensi urine, distensi
kandung kemih)f. penurunan keringat dan tonus vasomotog. penurunan fungsi
pernafasanh. Kelemahan motorik ekstermitas atas lebih besar dari ekstermitas
bawahE.PatofisiologiKerusakan medulla spinalis berkisar dari komosis
sementara (dimana pasien sembuh sempurna) sampai kontusio, laserasi, dan
kompresi substansi medulla (baik salah satu atau dalam kombinasi), sampai
transeksi lengkap medulla (yang membuat pasien paralisis di bawah tingkat
cedera). Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis darah dapat
merembes ke ekstradural, subdural atau daerah subarakhnoid pada kanal spinal.
Segera setelah terjadi kontusion atau robekan akibat cedera, serabut-
serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi darah ke substansi
grisea medulla spinalis menjadi terganggu. Tidak hanya hal ini saja yang terjadi
pada cedera pembuluh darah medulla spinalis, tetapi proses patogenik
dianggap menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cedera medulla spinalis
akut. Suatu rantai sekunder kejadian-kejadian yang menimbulkan iskemia,
hipoksia, edema, dan lesi-lesi hemoragi, yang pada gilirannya mengakibatkan
mielin dan akson. Reaksi sekunder ini,

diyakini menjadi penyebab prinsip degenerasi medulla spinalis pada tingkat


cedera, sekarang dianggap reversibel 4 sampai 6 jam setelah cedera. Untuk itu jika
kerusakan medulla tidak dapat diperbaiki, maka beberapa metode mengawali pengobatan
dengan menggunakan kortikosteroid dan obat-obat antiinflamasi lainnya yang
dibutuhkan untuk mencegah kerusakan sebagian dari perkembangannya,
masuk kedalam kerusakan total dan menetap.

F.WOC

G.Pemeriksaan Diagnostik a.Sinar X spinalMenentukan lokasi dan jenis Trauma tulan


(fraktur,dislokasi), unutk kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau
operasib.Skan ctMenentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun
strukturalc.MRIMengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan
kompresid.Mielografi.Untuk memperlihatkankolumna spinalis (kanal vertebral) jika
faktor putologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang
sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah mengalami
luka penetrasi).e. Foto ronsen torak, memperlihatkan keadan paru
(contoh : perubahan pada diafragma, atelektasis)f. Pemeriksaan fungsi paru
(kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume inspirasi maksimal khususnya pada
pasien dengan trauma servikat bagian bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan
pada saraf frenikus /otot interkostal).g. GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas
atau upaya ventilasiH.Komplikasi a. Neurogenik shock.b. Hipoksia.c. Gangguan paru-
parud. Instabilitas spinale. Orthostatic Hipotensif. Ileus Paralitikg. Infeksi
saluran kemihh. Kontrakturi. Dekubitusj. Inkontinensia bladerk. Konstipasi

I.Penatalaksanaan 1.Lakukan tindakan segera pada cedera medula spinalis.Tujuannya


adalah mencegah kerusakan lebih lanjut pada medula spinalis.sebagian cedera medula
spinalis diperburuk oleh penanganan yang kurang tepat,efek hipotensi atau hipoksia
pada jaringan saraf yang sudah terganggu.-Letakkan pasien pada alas yang keras dan
datar untuk pemindahan.-Beri bantal,guling atau bantal pasir pada sisi pasien u/
mencegah pergeseran.-tutup dengan selimut untuk menghindari hawa panas badan.-
pindahkan pasien ke RS yang memiliki fasilitas penanganan kasus cedera medula
spinalis.2.Perawatan khusus-Kontusio / transeksi / kompresi medula spinalis.a)
metil prednisolon 30 mg / kg BB bolus intra vena selama 15 menit dilanjutkan dg
5,4mg/kg BB/ jam, 45 menit.setelah bolus ,selama 23 jam hasil optimal bila
pemberian dilakukan < 8 jam onset.b) Tambahkan profilaksis stres ulkus : antasid /
antagonis H23.Tindakan operasi diindikasikan pada :-Fraktur servikal dg lesi
parsial medula spinalis-Cedera terbuka dg benda asing / tulang dlm kanalis
spinalis.-Lesi parsial medula spinalis dg hematomielia yang progresif.
II.Konsep Dasar Askep A.Pengkajian A.IdentitasTrauma medula spinalis dapat terjadi
pada semua usia dan jenis kelamin.B.Keluhan utamaKeluhan utama yang menjadi alasan
klien untuk meminta pertolongan adalah nyeri,kelemahan dan kelumpuhan
ekstremitas,inkontinensia defekasi dan urine,deformitas pada daerah
trauma.C.Riwayat penyakit sekarangAdanya riwayat trauma yang mengenai tulang
belakang akibat dari kecelakaan lalu lintas,olah raga,jatuh dari pohon atau
bangunan,luka tusuk,luka tembak dan kejatuhan benda keras.Perlu ditanyakan pada
klien atau keluarga yang mengantar klien atau bila klien tidak sadar tentang
penggunaanobat-obatan adiktif dan penggunaan alkohol yang sering terjadi pada
beberapa klien yang suka kebut-kebutan.D.Riwayat penyakit dahuluPengkajian yang
perlu ditanyakan meliputi adanya riwayat penyakit degeneratif pada tulang
belakang,seperti osteoporosis,osteoartritis,spondilitis,spondilolistesis,spinal
stenosis yang memungkinkan terjadinya kelainan pada tulang belakang.E.Riwayat
penyakit keluargaKaji apakah dalam keluarga px ada yang menderita
hipertensi,DM,penyakit jantung untuk menambah komprehensifnyapengkajian.F.Riwayat
psiko-sosioPengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon
emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga.Apakah ada dampak yang timbul pada klien,yaitu timbul seperti ketakutan
akan kecacatan,rasa cemas,rasa ketidak mampuan untuk melakukan aktifitas secara
optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah.G.Pola aktivitas-Aktifitas dan
istirahat* Kelumpuhan otot ( terjadi kelemahan selama syok spinal ) pada bawah
lesi.* Kelemahan umum / kelemahan otot ( Trauma dan adanya kompresi saraf ).-
Makanan / cairan* Mengalami distensi yang berhubungan dengan omentum.
* Peristaltik usus hilang ( ileus paralitik ).-Eliminasi* Inkonti nensia defekasi
berkemih.*Retensi urine-Hygien* Sangat ketergantungan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.B.Diagnosa Keperawatan a. Ketidak efektifan pola pernapasan yang
berhubungan dengan kelemahan /paralisis otot-otot abdomen dan intertiostal dan
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi.b. Kerusakan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik dan sesorik.c. Resiko terhadap
kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan penurunan immobilitas,
penurunan sensorik.d. Retensi urine yang berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk berkemih secara spontan.e. Konstipasi berhubungan dengan adanya atoni
usus sebagai akibat gangguan autonomik.f. Nyeri yang berhubungan dengan
pengobatan immobilitas lama, Trauma psikis dan alt traksi
C.Intervensi Tujuan yang di harapkan : -Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan
oleh tak adanya kontraktur, Footdrop, -Meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang
sakit /kompensasi, mendemonstrasikan teknik /perilaku yang memungkinkan melakukan
kembali aktifitas.NoIntervensiRasional1Kaji kemampuan batuk dan reproduksi
secret 1.Hilangnya kemampuan motorik tingkat intercosta berpengaruh
terhadap kemampuan batuk 2Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher,
brsihkan sekret)2.Menutup Jalan nafas 3Monitor warna, jumlah dan konsistensi
sekret, lakukan kultur3.Hilangnya reflex batuk berisiko pneumonia 4Lakukan
suction bila perlu4.Pengambilan secret dan menghindari aspirasi 5Auskultasi
bunyi napas5.Mendeteksi adanya secret dalam paru 6Lakukan latihan
nafas6.Mengembangkan alveoli 7Berikan minum hangat jika tidak
kontraindikasi7.Mengencerkan secret 8Berikan oksigen dan monitor analisa gas
darah8.Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam
darah9Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi9.Mendeteksi
adanya infeksi dan status respirasi.
D.Implementasi Disesuaikan dengan Intervensi E.Evaluasi a. Klien dapat meningkatkan
pernafasan yang adekuatb. Klien dapat memperbaiki mobilitasc. Klien dapat
mempertahankan integritas kulitd. klien mengalami peningkatan eliminasi urinee.
Klien mengalami perbaikan usus / tidak mengalami konstipasif. Klien menyatakan rasa
nyaman
DAFTAR PUSTAKA -Batti caca, Fran sisca B .2008 . Asuhan Keperawatan Klien dengan
gangguan system persyarafan.Jakarta : Salemba Medika-Http :/ Tulus-Andi . blog spot
. com/2009. Asuhan Keperawatan Spinal cord injury . Diakses tanggal 2 september
2009.-Mansjoer, Arif.2000 . Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga.Jakarta : Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.-Muttaqim, Arif .2008 .Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem saraf . Jakarta : Salemba Medika.-
http://emedicine.medscape.com/article/793582-overview#a0104-
http://emedicine.medscape.com/article/793582-overview#aw2aab6b2b4-
http://emedicine.medscape.com/article/793582-clinical-
emedicine.medscape.com/article/793582-overview#aw2aab6b2b4

Anda mungkin juga menyukai