Anda di halaman 1dari 3

PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM

Epilepsy merupakan gangguan kronik otak yang menunjukan gejala- gejala


berupa serangan yang berulang – ulang yang terjadi akibat adanya ketidak normalan
kerja sementara sebagian atau seluruh jaringan otak karena cetusan listrik pada neuron
(sel saraf) peka rangsang yang berlebihan, yang dapat menyebabkan kelainan motoric,
sensorik, otonom atau pisikis yang timbul tiba-tiba dan sesaat disebabkan karena
lepasnya muatan listrik abnormal ke sel-sel otak (WHO, 2010). Kejang disebabkan
oleh eksitasi yang berlebihan, atau dari hambatan populasi neuron yang tidak teratur.
Eksitasi yang berlebihan terjadi karena terdapat peningkatan rangsangan depolarisasi
saraf. Eksitasi yang berlebihan dapat berpengaruh pada beberapa mekanisme.
Diantaranya yang umum yaitu perubahan pada aktivitas kanal K, Na, Ca, dan Cl.
Patofisiologi epilepsi erat kaitannya dengan peranan neurotransmiter karena
kebanyakan obat antiepilepsi bekerja mengikuti fungsi dari neurotransmiter.
Mekanisme peran neurotransmitter dalam epilepsi meliputi:
 Kadar neurotransmitter γ-aminobutyric acid A (GABA) menurun pada fokus
epileptik dan pada epilepsi terjadi penurunan inhibisi terhadap reseptor GABA dan
peningkatan metabolisme GABA post sinaptik
 Glutamat: sinaps glutamatergik berperan penting dalam fenomena epilepsi.
Aktivasi reseptor metabotropik dan ionotropik glutamat post sinaptik bersifat pro
konvulsi. Pada pasien dengan serangan absans, kadar glutamat plasma ditemukan
meningkat
 Katekolamin: didapatkan penurunan kadar dopamin pada fokus epilepsi
(Dipiro, 2015)
GUIDELINE TERAPI
DRP

Subjekttif : kejang
Objektif : frekuensi kejang : 3x, 6x, 2x
 Adverse Drug Reaction : pasien memiliki riwayat pengobatan sebelumnya
dengan Fenitoin dan Asam Valproat. Hal tersebut ada hubungannya dengan
diagnosis Hipotiroid pada pasien. Menurut Zhang, et al., (2016) dan Wassner,
et al., (2017) Fenitoin dan Asam Valproat dapat menurunkan hormon T4.
 Rekomendasi : Perlu konfirmasi ke dokter terkait penggunaan kembali kedua
obat dan merekomendasikan monitoring kadar hormon-hormon tiroid seperti
T4, T3, dan TSH.

TERAPI FARMAKOLOGI

Diazepam

Diazepam diplih karena merupakan obat antiepilepsi yang biasa diresepkan sebagai first line
terapi pada anak untuk kejang umum yang berulang kejang (tonik-klonik, tonik atau klonik)
(NICE, 2012). diazepam berikatan secara spesifik dengan benzodiazepin postsinaptik reseptor
dan menghambat ikatan GABA dengan reseptornya. Peningkatan inhibitori efek GABA ini
dapat meningkatkan permeabilitas membran saraf terhadap ion clorida dan menginduksi
hiperpolarisasi dan stabilisasi (sama kaya linda). Dosis diazepam untuk anak 2 tahun dengan
berat badan 9 kg berada pada rentang 1.8-4.5 mg. Pasien mendapatkan dosis 2.5 mg sehingga
masih masuk dalam rentang (IDAI, 2016).

Fenitoin

Asam Valproat

Asam Valproat diplih karena merupakan obat antiepilepsi yang biasa diresepkan sebagai
terapi adjuvant pada anak untuk kejang umum yang berulang kejang (tonik-klonik, tonik atau
klonik) (NICE, 2012).

Anda mungkin juga menyukai