Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ciri yang paling nyata dari kehidupan adalah kemampuan organisme untuk
mereproduksi jenisnya. Sejenis menghasilkan sejenis, organisme menurunkan
organisme yang sama. Suatu keturunan akan lebih menyerupai orang tuanya
daripada individu lain yang spesiesnya sama, tapi hubungannya lebih jauh.
Perpindahan sifat dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dinamakan
penurunan sifat yang dikenal dengan istilah hereditas. Selain itu, adapun variasi:
keturunan yang memiliki penampilan yang sedikit berbeda dari orang tuanya atau
saudara sekandungnya. Mekanisme hereditas dan variasi menjadi perhatian seiring
abad ke-20.
Definisi hereditas sebagai transmisi genetik dari orangtua pada
keturunannya merupakan penyederhanaan yang berlebih karena sesungguhnya
yang diwariskan oleh anak dari orangtuanya adalah satu set alel dari masing-
masing orang tua serta mitokondria yang terletak di luar nukleus (inti sel),kode
genetik inilah yang memproduksi protein kemudian berinteraksi dengan
lingkungan untuk membentuk karakter fenotif (Meilinda, 2017).
Istilah hereditas akan mengenalkan terminologi Gen danAlel sebagai
ekspresi alternatif yang terkait sifat. Setiap individu memiliki sepasang alel yang
khas dan terkait dengan tetuanya. Pasangan alel ini dinamakan genotif apabila
individu memiliki pasangan alel yang sama, maka individu tersebut bergenotipe
homozigot dan jika berbeda maka disebut heterozigot (Meilinda, 2017).

1
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini antara lain:
1. Untuk mengetahui peluang munculnya jenis kelamin betina atau jantan
dengan menggunakan koin
2. Untuk mengetahui peluang munculnya fenotip pada persilangan
monohybrid dengan menggunakan kancing baju (2 warna)
3. Untuk mengetahui peluang munculnya berbagai macam fenotip pada
persilangan dihibrid dengan menggunakan kancing baju (4 warna).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hukum 1 Mendel (Hukum Segresi)


Hukum mendel merupakan hokum tentang pewarisan sifat. Hukum 1
mendel dikenal “Segregation of Alletic Genes”, yang artinya hukum segregasi
atau pemisahan secra bebas. Hukum 1 Mendel disebut juga hukum pembentukan
gamet dengan satu sifat beda (monohibrid). Hukum ini mengungkapkan bahwa
dua alel yang mengatur sifat tertentu akan terpisah pada dua gamet yang berbeda
(Abdurahman, Deden, 2006).
Variasi gen dengan alel yang berbeda bertanggung jawab terhadap variasi
sifat yang diwariskan. Hukum 1 Mendel dapat dibuktikan dengan cara melakukan
penyilangan dengan satu sifat beda yang disebut minohibrid. Monohybrid adalah
persilangan yang hanya menggunakan satu macam gen yang berbeda atau
menggunakan satu sifat beda (Abdurahman, Deden, 2006).

2.2. Hukum II Mendel


Hukum II mendel merupakan hukum pengelompokan gen secara bebas,
atau disebut juga hokum pengelompokan gamet secara bebas pada fertilisasi
dalam persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid). Hukum II Mendel
mengungkapkan bahwa setiap pasang alel terpisah secara bebas pada setiap
gamet. Hukum ini berlaku ketika terjadi proses pembentukan gamet, gen sel-alel
secara bebas akan pergi ke kutub-kutub yang berbeda (Abdurahman, Deden,
2006).

2.3. Monohibrid
Persilangan monohybrid merupakan persilangan yang hanya menggunakan
satu macam gen yang berbeda atau menggunakan satu tanda beda. Ada pasangan
gen pada kromosom homolognya yang berpengaruh terhadap suatu sifat. Melalui
percobaan yang dilakukan oleh mende maka dapat lebih mengerti mengenai
pengaruh alel yang memberikan variasi pada bentuk atau fenotip makhluk hidup
(Ferdinand dan Moekti Ariebowo, 2007).

3
Mendel mengawini bunga ercis berwarna ungu dengan bunga ercis
berwarna putih. Perkawinan induk ini dinamakan dengan parental (P). hasil
perbandingan anakan yang diperoleh disebut dengan filial (F) (Ferdinand dan
Moekti Ariebowo, 2007).
Pada beberapa kasus, terdapat gen sealel yang tidak dominan terhadap
lainnya. Keadaan ini disebut dominan tidak penuh. Pada dominan tidak penuh,
individu heterozigot memiliki fenotp pencampuran dari kedua sifat gen sealel.
Sifat ini disebut intermediet (Ferdinand dan Moekti Ariebowo, 2007).

2.4. Dihibrid
Persilangan Dihibrid adalah perkawinanantara dua individu dari spesies
yang sama yangmemiliki dua sifat berbeda. PersilanganDihibrid sangat
berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independentassortment of
genes” atau pengelompokan gen secara bebas. Hukum ini berlaku
ketikapembentukan gamet, dimana gen sealel secarabebas pergi ke masing-masing
kutub ketikameiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukumasortasi. Sama halnya
dengan monohibrid,dihibrid pun mengenal sifat dominan danintermediet,Contoh
persilangan dihibrid misalnyadalam persilangan tanaman biji/kacang ercis.Dimana
sifat biji pertama berbentuk bulat danberwarna kuning, dan kedua sifat
tersebutdominan terhadap sifat lainnya. Sedangkan padabiji kedua berbentuk kisut
dan berwarna hijau (Akbar,R.T dkk, 2015).

2.5. Penyimpangan Semu Hukum Mendel


Penyimpangan semu hukum mendel adalah penyimpangan yang tidak
keluar dari aturan hukum mendel, walaupun terjadi perubahan rasio pada F2-nya
karena gen memiliki sifat berbeda-beda. Jadi, rasio fenotipe tidak akan sama
seperti yang telah di uraikan pada hukum mendel (Abdurahman, Deden, 2006).
Pada 1906, W.Bateson dan R.C Punnet menemukan bahwa pada
persilangan F2dihasilkan rasio fenotipe 14 : 1 : 1 : 3. Mereka melakukan
persilangan antara kacang kapri berbunga ungu yang serbuk sarinya lonjong
dengan kacang kapri berbunga merah yang serbuk sarinya bundar. Hasil dari
keturunan pada persilangan tersebut memiliki rasio fenotipe yang menyimpang

4
dari hukum mendel yang seharusnya pada keturunan kedua (F2) memiliki
perbandingan fenotipe 9 : 3 : 3: 1 (Abdurahman, Deden, 2006).
Empat tahun kemudian, seorang sarjana Amerika bernama T.H. Morgan
dapat memecahkan misteri tersebut. Beliau menemukan bahwa kromosom
mengandung banyak gen dan mekanisme pewarisannya menyimpang dari hukum
mendel. Saat ini lalat buah memiliki kira-kira 5000 gen, padahal lalat buah hanya
memiliki 4 proses kromosom. Kesimppulannya, dalam sebuah kromosom tidak
hanya terdiri dari sebuah gen saja, melainkan puluhan hingga ratusan gen
(Abdurahman, Deden, 2006).
Gen memiliki peran tersendiri dalam menumbuhkan karakter, tetapi ada
beberapa gen yang saling berinteraksi dengan gen lain dalam menumbuhkan
karakter. Gen-gen tersebut terdapat pada kromosom yang sama atau pada
kromosom yang berbeda (Abdurahman, Deden, 2006).
Interaksi antargen akan menimbulkan perbandingan fenotipe keturunan
yang menyimpang dari hokum mendel, hal ini disebut penyimpangan semu
hukum mendel. Menurut hukum mendel pada perbandingan fenotipe F2 pada
persilangan dihibrid adalah 9 : 3 : 3 : 1. Apabiala terjadi penyimpangan dari
hokum mendel perbandingan tersebut akan berubah menjadi 9 : 3 : 4, 9 : 7, atau
12 : 3 : 1. Perbandingan tersebut merupakan hasil dari interaksi gen. perbandingan
tersebut menyebabkan penyimpangan hokum mendel memiliki 5 bentuk, yaitu
komplementer, polimer, epistasis, hypostasis dan kriptomeri (Abdurahman,
Deden, 2006).

2.6. Uji Chi Kuadrat


2.6.1. Tujuan Uji Chi Kuadrat
Tujuan ujian chi kuadrat adalah untuk menguji apakah hasil
pengamatan kita sesuai dengan hipotesis yang kita ajukan ataukan tidahk.
Dalam hal pewarisan sifat maka hipotesis yang akan diuji adalah: apakah
hasil penelitian atau pengamatan kita sesuai dengan prinsip Mendel
ataukah tidak. Sebagaimana dalam setiap uji statistik harus ditampilkan
hipotesis statistik H0 (hipotesis nol) dan Ha (hipotesis alternatif (Irawan,
Bambang, 2010).

5
2.6.2. Dasar-dasar Uji Chi Kuadrat
Dalam uji chi kuadrat kita membandingkan datahasil pengamatan
kita dengan nilai hipotesis tau yang diharapkan. Data hasil pengamatan
kita disebut observesed dan diberi lambang 0, sedang data atu perbandingan
hipotesis yang diharapkan dinamakan expected dan diberi lambang e.
Untuk melakukan uji chi kuadrat harus menghitung nilai chi kuadrat (x 2)
dengan rumus (Irawan, Bambang, 2010).
X2 =  (0 – e)2
e
Atau
X2 =  d2
E
(x2) : nilai chi kuadrat
O : nilai hasil pengamatan kita
E : nilai yang diharapkan
 : jumlah
D : |o - e|
Setelah mendpatkan nilai chi kuadrat, maka nilai tersebut kita
bandingkan dengan nilai yang ada di dalam tabel chi kuadrat. Untuk
membandingkan nilai tersebut yang pertama kita perlukan adalah
menentukan nilai derajat kebasaan daridata kita yang sebenarnya n-1. Nilai
n menunjukkan jumlah kelas fenotip (Irawan, Bambang, 2010).

6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum dengan judul “Simulasi Percobaan Mendel” yang dilaksanakan
pada tanggal 31 Oktober 2019 hari Kamis pada pukul 09.30-12.00 di Labotarium
Agroekoteknologi Lantai 2 Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada pengamatan ini yaitu:
Kalkulator, Bolpoin, Kertas Kosong, Wadah 4 buah.
Adapun bahan yang digunakan pada pengamatan ini yaitu:
40 pasang manik genetika warna merah (kancing), 40 pasang manik genetika
warna kuning, 40 pasang manik genetika warna hitam, 40 pasang manik genetika
warna hijau, uang koin.

3.3. Cara Kerja


Peluang Koin
1. Langkah pertama yang dilakukan yaitu disiapkan uang logam dengan nilai
nominal berapapun dan menganggap koin yang memiliki sisi bergambar
sebagai jantan dan sisi yang satunya berupa angka diibaratkan dengan
betina.
2. Uang logam tersebut di lempar keatas dan diperhatikan jatuhnya koin
tersebut dengan melihat sisi mana yang tampak.
3. Kemudian ketika koin yang di lempar jatuh ke meja lalu di jatat hasilnya
(munculnya angka atau gambar).
4. Melakukan pelemparan koin tersebut 100x berturut-turut. Dibuat tabel dari
hasil yang telah diamati
5. dihitung hasil kemungkinan (peluang) dengan chi kuadrat dan
dibandingkannya dengan table chi kuadrat.

7
Peluang Monohibrid
1. yang pertama dilakukan yaitu disiapkan manik genetika yang berwarna
merah dengan jumlah 40 pasang dan manik genetika yang berwarna
kuning dengan jumlah masing-masing 40 pasang. Warna disesuaikan
dengan ketersediaan di lab.
2. Disiapkan wadah dua buah
3. Dimasukkan manik genetika berwarna merah dan kuning yang masing-
masing 20 buah kedalam salah satu wadah.
4. Dimasukkan manik genetika berwarna merah dan kuning yang masing-
masing 20 buah kedalam wadah lainnya.
5. Diambil manik genetika dari kedua gelas secara bersamaan dan diacak.
Kemudian dicatat hasil gari pengambilan acaknya dan dibuat
perumpamaan merah (panjang) dominan terhadap kuning (pendek). Lalu
dibuat tabel berdasarkan hasil pengambilan benik genetika secara acak
tersebut.
6. Hasil pengambilan acak benik genetika tersebut dihitung dengan
menggunakan analisis chi kuadrat.
7. Kemudian hasil dari pengambilan acak benik genetika tersebut di buat
kesimpulan apakah sesuai dengan hukum mendel atau menyimpang dari
hukum mendel 1.

Peluang Dihibrid
1. Dipersiapkan manik genetika berwarna merah, kuning, hitam dan hijau
yang masing-masing berjumlah 40 pasang.
2. Disiapkan empat buah wadah.
3. Dimasukkan manik genetika berwarna merah dan kuning yang masing-
masing 20 buah kedalam wadah pertama dan kedua. Dimasukkan manik
genetika berwarna hitam dan hijau yang masing-masing 20 buah kedalam
wadah ketiga dan keempat.
4. Kemudian diambil benik genetika dari tiap wadah tersebut secara acak.
Lalu dihitung dan dimasukkan hasilnya kedalam tabel. Dengan keterangan
: M = Merah (sifat berwarna merah/dominan) m= kuning (sifat berwarna

8
putih/resesif) p= hitam (sifat panjang/dominan) p= hijau (sifat
pendek/resesif).
5. Dicatat hasil pengambilan acak yang telah dilakukan. Dibuat tabel dari
hasil pengambilan acak yang telah dilakukan tadi dan dibuat perhitungan
menggunakan teknik chi kuadrat dan dibandingkan dengan tabel chi
kuadrat.
6. Dibuat kesimpulan dari hasil pengambilan acak yang telah dilakukan,
apakah sesuai dengan hukum Mendel II atau menyimpang dengan hukum
Mendel II

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 1. Hasil Peluang Koin
Jantan Betina Jumlah
Jumlah individu yang 57 43 100
diamati
Jumlah individu yang 50 50 100
diharapkan

Jumlah individu yang diharapkan:


Jantan = 1⁄2 × 100 = 50

Betina = 1⁄2 × 100 = 50


Derajat Kebebasan = 1
2 – 1 = 1 (3,84)
Analisis Chi-Kuadrat
X2 = ∑ (Ft diamati – Ft harapan)2
F
= (57-50)2 : 50 + (43-50)2 : 50
= 1,96
Kesimpulan
Dari hasil yang diperoleh, jika dibandingkan dengan nilai tabel chi kuadrat
ternyata menghasilkan data lebih kecil dari tabel chi kuadrat yaitu 1,96<3,84.
Sehingga diterima artinya percobaan ini sesuai dengan yang diharapkan.

10
Tabel 2. Hasil Monohibrid
Panjang Pendek jumlah
Jumlah individu yang di 30 10 40
amati
Jumlah individu yang 30 10 40
diharapkan

Monohibrid
Biru = M_ (panjang)
Kuning = mm (pendek)
Individu yang diharapkan =
M_ = 3⁄4 × 40 = 30

Mm = 1⁄4 × 40 = 10
Derajat kebasaan = 1
2-1 = 1 (3,84)
Analisis chi-kuadrat:
X2 = ∑ (Ft diamati – Ft harapan)2
F
= (30-30)2 : 30 + (10-10)2 : 10
=0
Kesimpulan:
Setelah dihitung dengan chi kuadrat hasilnya 0 yang mana hasil tersebut lebih
kecil dibandingkan 3,84 sehingga diterima artinya percobaan ini sesuai dengan
yang diharapkan.
Diagram persilangan
P1 = M × m
(merah) (kuning)
G1 = M → m
F1 = Mm (merah)
G2 = Mm × Mm

11
F2
M M
M MM Mm
m Mm mm

MM : Mm : Mm : mm
(merah) (merah) (merah) (kuning)
1:2:1

Tabel 3. Hasil Dihibrid


Merah Merah Putih Putih Jumlah
panjang pendek panjang pendek
Jumlah individu 24 7 7 2 40
yang diamati
Jumlah individu 22,5 7,5 7,5 2,5 40
yang dharapkan

Dihibrid
Merah = M_
Putih = mm
Panjang = P_
Pendek = pp
Jumlah individu yang diharapkan :
M_P_ = 9⁄16 × 40 = 22,5

M_PP = 3⁄16 × 40 = 7,5

MmP_ = 3⁄16 × 40 = 7,5

Mmpp = 1⁄16 × 40 = 2,5


Derajat kebasaan = 3
4-1 = 3 (7,82)

12
Analisis chi-kuadrat =
X2 = ∑ (Ft diamati – Ft harapan)2
F
= (24-22,5)2 : 22,5 + (7-7,5)2 : 7,5 + (7-7,5)2 : 7,5 + (2-2,5)2 : 2,5
= 0,1 + 0,033 + 0,033 + 0,1
= 0,266
Kesimpulan:
Dari hasil yang diperoleh, jika dibandingkan dengan nilai tabel chi kuadrat
ternyata menghasilkan data lebih kecil dari tabel Chi kuadrat ternyata
menghasilkan data lebih kecil dari tabel chi kuadrat yaitu 0,266<7,82. Sehingga
deterima artinya percobaan ini sesuai dengan yang diharapkan.
Diagram Persilangan:
P1 = MP × mp
(merah panjang) (putih pendek)
G1 = MP → mp
F1 =MmPp
P2 = MmPp × MmPp
G2 = MP MP
Mp Mp
mP mP
mp mp
F2 MP Mp mP mp
MP MMPP MMPp MmPP MmPp
Mp MMPp MMpp MmPp Mmpp
mP MmPP MmPp mmPP mmPp
mp MmPp Mmpp mmPp mmpp

F2 = 9 M_P_ 9 : 3 : 3 : 1
3 M_pp (merah panjang)(merah pendek)(kuning panjang)(kuning pendek)
3 mmP_
1 mmpp

13
4.2. Pembahasan
Menurut, Wildan (2003), peluang merupakan peristiwa yang diharapkan.
Yaitu perbandingan antara peristiwa yang diharapkan itu dengan semua peristiwa
yang mungkin terjadi pada suatu objek.
Pada percobaan pertama dilakukan dengan menggunakan koin untuk
mengetahui peluang munculnya laki-laki atau perempuan. Percobaan ini
dilakukan dengan melempar koin keatas kemudian setelah jatuh akan muncul
angka atau gambar, sebelumnya di tentukan permisalan terlebih dahulu yaitu sisi
yang angka untuk jantan dan sisi yang gambar untuk betina. Maka setelah
dilempar kemudian muncul angka berarti dicatat sebagai munculnya individu
jantan begitu seterusnya sampai 100 kali, maka dari percobaan yang dilakukan sisi
yang angka muncul 57 kali yang menunjukkan individu jantan dan sisi gambar
muncul 43 kali yang menunjukkan munculnya individu perempuan, hasil ini
sesuai dengan yang diharapkan karena hasil yang di harapkan dari masing-masing
individu adalah 50, dan derajat kebebasanya adalah 1, kemudian setelah di analisis
dengan menggunakan chi-kuadrat ternyata menghasilkan data lebih kecil dari
tabel shi kuadrat yaitu 1,96 < 3,84 sehingga percobaan ini sesuai dengan harapan.
Kemudian pada percobaan kedua menggunakan kancing baju untuk
menguji persilangan monohibrid dengan Hukum Mendel 1 yaitu hukum segregasi
yang berbunyi“ pada pembentukan gamet, gen yang merupakan pasangan akan
disegregasikan ke dalam dua sel anak” Untuk mengujinya digunakan kancing baju
warna merah dan warna kuning masing-masing 40 pasang untuk kemudian di
buka kancingnya dan di pisahkan pada dua wadah sebagai F1 sehingga pada
masing-masing gelas itu terdapat jumlah kancing baju warna merah dan warna
kuning sama banyak, lalu praktikan mengambil secara acak dari wadah yang satu
dan yang satunya lagi kemudian dipasangkan, barulah kemudian di baca sifat
fenotipe yang muncul setelah sebelumnya di tentukan merah untuk sifat panjang
dan kuning untuk sifat pendek, lalu setelah dihitung hasil yang diperoleh untuk
sifat panjang (kancing warna merah) dengan genotipe M- adalah 30 dan sifat
pendek (kancing warna kuning) dengan genotipe mm adalah 10 sedangkan
individu yang diharapkan untuk yang bergenotipe M- adalah 30 dan untuk yang
bergenotipe mm 10, sehingga diperoleh perbandingan fenotipe 1:2:1. Maka dari

14
hasil tersebut kemungkinan yang muncul, menunjukkan sesuai dengan hukum
Mendel 1 dan memiliki derajat kebebasan 1 dan setelah di analisis dengan chi-
kuadrat menunjukkan menerima hipotesis nol yang berarti tidak menyimpang dari
hukum Mendel 1.
Kemudian pada percobaan yang ketiga untuk menguji peluang yang
muncul pada persilangan dihibrid juga digunakan kancing baju dengan 4 warna
yang berbeda yang menunjukkan adanya dua sifat beda. Pada praktikum ini
digunakan warna merah untuk sifat berwarna merah, kuning untuk sifat warna
kuning, biru untuk sifat panjang dan hijau untuk sifat pendek. Langkah pertama
menyediakan 20 pasang masing-masing kancing baju kemudian di lepas dan
disediakan 4 wadah lalu warna merah dan kuning di campur sehingga masing-
masing dari dua wadah mendapat jumlah kancing baju yang sama (merah dan
kuning) dan pada wadah yang kedua diberi kancing baju warna biru dan hijau
dengan jumlah yang sama kemudian mengambil secara acak dari masing-masing
gelas dan di baca sesuai permisalan sebelumnya, sehingga hasilnya adalah 24
untuk yang bergenotipe M-P-, 7 untuk yang bergenotipe M-pp, 7 untuk yang
bergenotipe mmP- dan 2 untuk yang bergenotipe mmpp sehingga diperoleh
perbandingan fenotipe 9:3:3:1 sesuai dengan hasil persilangan dihibrid dan setelah
di analisis dengan chi-kuadrat menghasilkan data lebih kecil dari tabel chi kuadrat
yaiu 0,266 < 7,82. Sehingga diterima yang berarti tidak menyimpang dari Hukum
Mendel II.
Maka dari berbagai hasil percobaan tersebut menunjukkan peluang yang
muncul semuanya sesuai dengan harapan.

15
BAB V
PENUTUP

5.1. Simpulan
Percobaan dengan melempar koin untuk mengetahui kemungkinan dari
munculnya jenis laki-laki atau perempuan pada suatu individu memperoleh hasil
50% untung masing-masing, sehingga sesuai dengan yang diharapkan.
Percobaan dengan kancing baju (2 warna) menunjukkan perbandingan
fenotipe 1:2:1 dan setelah di analisis dengan chi kuadrat hasilnya menerima
hipotesis nol yang berarti sesuai dengan hukum Mendel 1.
Percobaan dengan kancing baju (4 warna) menunjukkan adanya
pernbandingan fenotipe 9:3:3:1 dan setelah di analisis dengan chi-kuadrat hasilnya
adalah 0,266 karena lebih kecil dari dari tabel chi-kuadrat 7,82 menunjukkan
percobaan ini sesuai dengan hukum Mendel II.

5.2. Saran
Pada praktikum kali ini dan yang akan mendatang praktikan diharapkan
mendengarkan langkah-langkah dan intruksi asleb dengan benar sehingga
percobaan berjalan dengan lancar sesuai harapan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, Deden. 2006. Biologi. Cetakan Pertama. Bandung : Grafindo Media


Pratama.
Akbar,R.T dkk. 2015. Implementasi Sistem Hereditas Menggunakan Metode
Persilangan Hukum Mendel Untuk Identifikasi Pewarisan Warna Kulit
Manusia. Jurnal Universitas Pakuan. Vol 1 (1).
Ferdinand dan Moekti Ariebowo. 2007. Praktis Belajar Biologi. Cetakan Pertama.
Jakarta : Visindo Media Persada.
Irawan, Bambang. 2010. Genetika. Cetakan Pertama. Surabaya : Airlangga
University Press.
Meilinda. 2017. Teori Hereditas Mendel : Evolusi atau Revolusi. Jurnal
Pembelajaran Biologi. Vol 4 (1).

17

Anda mungkin juga menyukai