Mendapatkan modal adalah salah satu masalah umum yang terjadi pada koperasi yang baru
dibuka. Kendalanya adalah mencari anggota sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan modal
yang cukup demi kelancaran operasi di koperasi tersebut. Untuk menarik minat masyarakat
sekitar diperlukan usaha ekstra agar masyarakat tertarik dengan koperasi yang baru saja
dibuka di lingkungannya tersebut. Caranya sangat beragam, misalnya dengan
menyosialisasikan visi misi koperasi, konsep koperasi, dan keuntungan-keuntungan yang
dapat diperoleh jika ikut serta dalam kegiatan koperasi tersebut secara luas dan merata
kepada masyarakat sekitar. Sosialisasi ini dapat dilakukan dengan mengamanatkan pesan
sosialisasi ini kepada ketua RW, RT atau sosialisasikan secara langsung ke acara-acara warga
seperti kegiatan ibu-ibu PKK. Dengan cara-cara seperti itu lah diharapkan semakin banyak
warga yang mengetahui keberadaan koperasi baru tersebut dan semakin banyak pula warga
yang mendaftarkan dirinya menjadi anggota koperasi yang pada akhirnya terkumpullah
modal yang memadai.
Daya saing yang lemah dibandingkan badan usaha lainnya menjadi salah satu hal yang
menghambat perkembangan koperasi di negeri ini, salah satu penyebabnya adalah pikiran
masyarakat yang beranggapan bahwa koperasi adalah badan usaha yang kuno,
keuntungannya tidak seberapa jika dibandingkan dengan badan usaha lain, atau memang
tidak tertarik dengan konsep koperasi yang itu-itu saja seperti koperasi simpan pinjam,
koperasi sekolah, koperasi unit desa, koperasi konsumsi dan konsep lainnya yang memang
sudah ada sejak dulu. Membuat konsep baru yang berbeda dengan konsep-konsep terdahulu
bisa menjadi terobosan untuk meningkatkan daya saing koperasi, tentu saja agar dapat
meningkatkan daya saing konsep yang baru tersebut harus disertai dengan profit yang jauh
lebih besar dengan keuntungan yang didapat dari konsep koperasi yang lama. Sebagai contoh
koperasi Universitas Gunadarma yang beranggotakan para dosen yang mengajar di sana
mulai mencanangkan konsep koperasi yang baru yaitu koperasi yang memberikan para
anggotanya peluang untuk memiliki sebuah minimarket sendiri dengan metode tertentu.
Inovasi-inovasi seperti itulah yang dapat meningkatkan daya saing koperasi terhadap badan
usaha lainnya.
Rendahnya kesadaran berkoperasi pada anggota bisa disebabkan oleh banyak faktor, salah
satunya adalah rasa bosan para anggota koperasi dalam mengikuti kegiatan koperasi yang
monoton. Sebagai contoh di daerah tempat tinggal penulis terdapat satu koperasi simpan
pinjam yang saat ini terancam ditutup karena kendala macetnya iuran wajib. Hal ini bisa
disebabkan karena anggota koperasi tersebut merasa bosan dengan rutinitas yang sebatas
datang untuk menyetorkan iuran atau meminjam uang. Kegiatan yang sedikit berbeda dan
segar bisa jadi peningkat semangat para anggota koperasi untuk datang ke koperasi. Misalnya
diadakan pertemuan rutin diluar rapat-rapat koperasi seperti acara seminar tentang pentingnya
berkoperasi atau sekadar pertemuan ringan sesama anggota koperasi dan bahkan mungkin
kegiatan lain yang dapat memerkuat ikatan antar anggota. Dimulai dari hubungan baik antar
anggota dan atmosfer yang menyenangkan di koperasi itu lah yang membuat anggota
koperasi menjadi senang untuk berkunjung ke koperasi yang kemudian dapat menyadarkan
atau “mengingatkan” para anggota atas kewajiban-kewajibannya sebagai anggota koperasi.
Selain seleksi yang tepat terhadap calon tenaga kerja yang akan direkrut sebagai pengurus
koperasi sebaiknya diterapkan pula pelatihan sebagai bekal keterampilan, sehingga
kepengurusan dan pengoperasian koperasi menjadi lebih tertata dan tercipta kerja sama yang
baik antara pengurus dan anggota koperasi.
Salah satu penyebab kurangnya minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan
koperasi adalah pandangan masyarakat yang menganggap koperasi sebagai organisasi bisnis
kelas bawah, kurang modern dan terlihat tidak menarik jika dibandingkan dengan organisasi-
organisasi lainnya. Saat ini perkembangan teknologi semakin cepat. Kegiatan masyarakat pun
sudah tidak lepas dari teknologi. Bahkan anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar
pun sudah sangat dekat dengan teknologi canggih seperti gadget dan internet. Masyarakat
selalu antusias dengan perkembangan teknologi. Tapi justru hal itu bertolak belakang dengan
koperasi di Indonesia yang terlihat masih “tradisional”.