Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH PENGELOLAAN PASCA PANEN

PENGEMASAN PRODUK HORTIKULTURA


APEL (Malus domestica)

Disusun Oleh:
Nama : Khoirunnissa Qurrota A’yun
NIM : H3517023

PROGRAM STUDI DIII AGRIBISNIS MINAT AGROFARMAKA


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produk hortikultura Indonesia sangat beragam mulai dari buah-buahan
yang banyak dijual dipasaran sampai buah-buahan yang jarang sekali
ditemukan dipasaran. Banyak buah-buahan yang di ekspor keluar negri tetapi
banyak juga buah-buahan yang ditolak dengan alasan berbagai macam salah
satunya adalah penurunan kualitas buah-buahan yang dikirim sehingga dapat
menyebabkan permintaan pasar berkurang.
Pada dasarnya komoditas buah-buahan dan sayuran sanagat mudah
mengalami kerusakan ketika dipanen dari pohonnya karena proses respirasi dan
transpirasi pada buah terjadi. Untuk menghambat proses tersebut perlu adanya
teknik dimana dalam mengurangi proses terjadinya laju transpirasi pada buah
dan sayuran. Cara yang paling efektif untuk menurunkan laju respirasi adalah
dengan menurunkan suhu produk namun demikian beberapa cara tambahan dari
cara pendinginan tersebut dapat meningkatkan efektifitas penurunan laju
respirasi. Cara tambahan selain menurunkan suhu dilakukan pengemasan
dengan pengemas plastik.
Kemasan plastik untuk produk segar akan menyebabkan adanya
perubahan konsentrasi CO2 dan O2 sekitar produk didalam kemasan sebagai
akibat dari prose respirasi produk serta interaksinya dengan permeabilitas
plastik terhadap CO2 dan O2. Pemilihan ketebalan kemasan plastik adalah hal
yang kritis karena berhubungan dengan permeabilitas plastik terhadap keadaan
lingkungan. Produk holtikultura merupakan produk yang mudah rusak
(perisable). Produk yang telah dipanen mengalami berbagai macam bentuk
stress seperti hilangnya suplai nutrisi, proses panen yang banyak menimbulkan
pelukaan berarti, pengemasan dan transportasi yang sering menyebabkan
kerusakan mekanis lebih lanjut, hambatan ketersedian CO2 dan O2, hambatan
regim suhu, dan sebagainya. Sehingga butuh penanganan khusus pada tahapan
pasca panen. Penanganan pasca panen ini bertujuan memberikan penampilan
yang baik dan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat (konsumen),
memberikan perlindungan produk dari kerusakan dan memperpanjan masa
simpan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengemasan dan manfaatnya?
2. Apa faktor yang memperngaruhi kerusakan pengemasan produk
hortikultura?
3. Bagaimana pengemasan apel di pasaran?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pengemasan dan manfaatnya.
2. Mengetahui faktor yang memperngaruhi kerusakan pengemasan produk
hortikultura.
3. Mengetahui bagaimana pengemasan apel di pasaran.
BAB II
ISI
A. PENGEMASAN DAN MANFAATNYA
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan
barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual,
dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi
dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Di
samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan
atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam
penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau
pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu
bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam
perencanaannya.
Pengemasan produk hortikultura adalah suatu usaha menempatkan produk
segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga mutunya tetap atau
hanya mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh konsumen akhir
dengan nilai pasar yang tetap tinggi. Dengan pengemasan, komoditi dapat
dilindungi dari kerusakan, benturan mekanis, fisik, kimia dan mikrobiologis
selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran. Pada umumnya Teknologi
yang paling banyak dikembangkan untuk mempertahankan kesegaran buah
adalah controlled atmosfer (CA) dan modified atmosfer packaging (MAP).
Plastik PE, baik jenis HDPE (high density polyethylene) atau LDPE (low density
polyethylene) umumnya digunakan sebagai wadah atau kemasan primer.
Artinya, kemasan yang kontak atau berhubungan langsung dengan produk. Sifat
menguntungkan dari jenis plastik ini adalah sifat permeabilitas terhadap uap air
dan air rendah, stabil terhadap panas, dan memiliki kerapatan tinggi sebagai
pelindung terhadap tekanan luar. Selain itu, PE juga tidak bereaksi dengan
makanan dan tidak menimbulkan racun. Sayuran yang kualitasnya baik,
pengemasannya dengan wadah plastik kedap udara. Hal ini karena pada waktu
yang sama terjadi proses penyerapan oksigen (O2) oleh produk yang digunakan
untuk respirasi dan proses pelepasa karbondioksida (CO2) hasil respirasi bahan
kemasan. Oleh karena itu, diperlukan bahan kemasan yang mempunyai
permeabilitas baik untuk mengoptimalkan kesegaran produk kemasan, salah
satunya dengan pemakaian bahan plastik dimana bahan ini mempunyai
permeabilitas tertentu, sesuai dengan jenis dan ketebalannya.
Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan
melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan,
diangkut, dan dipasarkan. Secara umum fungsi kemasan adalah:
1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen agar
produk tidak tercecer.
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar
ultraviolet, panas, kelembapan udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari
kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai
alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang
terdapat pada kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi, misalnya memudahkan penghitungan (satu
kemasan berisi 10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), sehingga memudahkan
pengiriman dan penyimpanan.
5. Melindungi kontaminasi dari lingkungan luar.
6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk.
7. Memberikan nilai yang berbeda dari produk serupa sehingga dapat
meningkatkan daya tarik calon pembeli
8. Menjadi sarana informasi dan iklan.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERUSAKAN PENGEMASAN
PRODUK HORTIKULTURA
Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan
komoditi segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga mutunya
tetap atau hanya mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh
konsumen akhir dengan nilai pasar yang tetap tinggi. Dengan pengemasan,
komoditi dapat dilindungi dari kerusakan, benturan mekanis, fisik, kimia dan
mikrobiologis selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasaran.
Kemasan yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
golongan pertama kerusakan ditentukan oleh sifat alamiah dari produk dan tidak
dapat dicegah dengan pengemasan, misalnya perubahan kimia, biokimia, fisik
serta mirobiologi. Sedangkan golongan kedua, kerusakan yang ditentukan oleh
lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol dengan kemasan yang dapat
digunakan, misalnya kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan, absorpsi
dan interaksi dengan oksigen. Namun, sebagian dari produk hortikultura yang
dikemas dengan wadah plastik juga terhambat dalam pembusukan produk, yaitu
pada produk kangkung dan sawi. Hal ini karena dengan adanya pengemasan
plastik ini dapat mencegah proses respirasi pada produk, dimana proses ini
merupakan suatu proses oksidasi dari substrak dengan menggunakan oksigen
dari udara serta melepaskan karbondioksida, air, serta sejumlah energi. ada
parameter kekerasan, perlakuan yang dapat mempertahankan kekerasan produk
adalah perlakuan pengemasan plastik, kecuali pada produk hortikultura bayam,
dimana antara perlakuan pengemasan plastik maupun tanpa pengemasan
hasilnya sama. Penurunan kekerasan pada awal penyimpanan disebabkan
karena perombakan protopektin yang tidak larut diubah menjadi asam pektat
dan pektin yang mudah larut air. Parameter selanjutnya yang diamati adalah
parameter perubahan warna. Peningkatan suhu akan meningkatkan
pembentukan pigmen. Suhu penyimpanan yang semakin tinggi menyebabkan
buah manggis yang disimpan lebih cepat mengalami perubahan warna dari
semburat ungu dan coklat menjadi ungu tua atau hitam. Nilai “Lightness” (L)
menunjukkan tingkat kecerahan yang dipengaruhi oleh jenis kemasan, tingkat
kematangan, suhu penyimpanan, serta interaksi ketiga perlakuan. Nilai
“Chroma” (C) menunjukkan intensitas dan kekuatan warna (kusam atau
mengkilat), hal ini dipengaruhi oleh jenis kemasan, tingkat kematangan, suhu
penyimpanan, interaksi perlakuan suhu penyimpanan dan tingkat kematangan,
dan interaksi perlakuan jenis kemasan dan suhu penyimpanan. Nilai “Hue” (H)
menunjukkan warna yang dominan. Nilai ini dipengaruhi oleh suhu
penyimpanan. Pada praktikum kali ini dengan adanya pengemasan plastik ini
kadar asam pada buah hampir sama dengan yang tidak dikemas dengan plastik,
berbeda dengan pengemasan plastik pada timun mengalami penurunan kadar
asam yang tidak terlalu cepat dibandingkan dengan yang tidak dikemas dengan
plastik. Hal ini diduga karena pengemasan plastik yang dilakukan tidak terlalu
optimal. Asam–asam organik dalam buah–buahan selama respirasi akan
mengalami penguraian, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Kadar asam
organik dalam buah-buahan mula-mula bertambah dan mencapai maksimum
dalam waktu pematangan, kemudian berkurang secara perlahan selama
pematangan. Asam-asam organik ini digunakan sebagai energi untuk
melakukan respirasi sehingga semakin lama penyimpanan total buah akan
menurun. Pada pengemasan dengan plastik, kadar gula tidak cepat meningkat
dibandingkan dengan yang tidak dikemas dengan plastik.
C. PENGEMASAN APEL (Malus domestica) DI PASARAN
1. Pengemasan Apel di Supermarket
Apel merupakan produk hortikultura yang sangat banyak beredar di
pasaran. Beberapa jenis buah apel yang dijual di supermarket biasanya
dilapisi oleh lapisan lilin. Lapisan lilin bertujuan untuk menjaga kesegaran
buah sejak dipanen, dikirim, dan kemudian dijual. Apel yang dijual di
supermarket menggunakan kemasan primer berupa jaring-jaring atau biasa
disebut foam net yang biasanya berwarna merah muda atau putih. Buah
yang kulitnya dapat sekaian dikonsumsi biasanya menggunakan jaring ini
untuk menjaga buah agar tetap higinenis, serta kandungan air di dalamnya
terjaga. Selain itu, jaring berfungsi untuk mencegah kerusakan selama
proses pengangkutan. Ketika buah apel akan dibeli, barulah apel dikemas
menggunakan plastik. Selama proses pengangkuntan buah apel menuju
supermarket dari supplier, buah apel dibungkus menggunakan kardus untuk
mengurangi resiko kerusakan selama perjalanan, dan untuk memertahanan
mutu buah apel agar tidak terkontaminasi dengan lingkungan luar.
2. Pengemasan Apel di Pasar Gedhe Solo
Pengemasan buah apel di pasar biasanya menggunakan kardus atau
box berbahan kayu. Apel yang dijual di pasar gedhe Solo juga menggunakan
jaring-jaring unuk melapisi buahya, dan seanjutnya selama pengangkutan
menuju pasar apel dikemas menggunakan box berbahan kayu, kardus, atau
box plastik tergantung suppliernya. Selanjutnya, buah apel akan dikemas
mengggunakan plastik apabila ada konsumen yang akan membeli.
Pengemasan apel menggunakan box kayu, box plastik atau kardus bertujuan
untuk mencegah kerusakan yang akan terjadi pada bua apel selama proses
pengangkutan. Selain itu juga untuk menjaga kualitas buah agar tidak
terkontaminasi lingkungan. Penggunaan box kayu atau box plastik lebih
efektif karena terdapat lubang-lubang sehingga menjaga sirkulasi udara di
dalam box tetap baik, dan mencegah kebusukan pada apel.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengemasan buah apel baik di pasar gedhe maupun supermarket yang ada
di Solo sama-sama menggunakan jaring buah. Jaring buah bermanfaat untuk
menjaga kualitas dan kebersihan pada buah apel, karena buah apel merupakan
buah yang dapat langsung dikonsumsi sekalian dengan kulitnya. Buah apel pun
dikemas menggunakan box atau kardus selama pengangkutan, yang bertujuan
untuk mencegah kerusakan dan mempertahankan kualitas buah. Selanjutnya,
buah yang akan dibeli oleh konsumen barulah akan dikemas menggunakan
plastik.
DAFTAR PUSTAKA
Perdana L, Djoyowasito G, Musyarofatunnisa E, et al. 2019. Pengaruh jenis
kemasan dan frekuensi penggetaran terhadap kerusakan mekanis buah
apel manalagi (Malus sylvestris). J Ilmiah Rekayasa Pertanian dan
Biosistem. 7 (1): 8-16.

Anda mungkin juga menyukai