Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Dhiya’ulhaq

Nim : (1902036098 )

Makul : Pendidikaan Pancasila

TRADISI TAHLILAN DAN YASINAN

Bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk, terdiri dari berbagai suku bangsa yang
menyebar di seluruh wilayah Tanah Air. Setiap suku bangsa itu mempunyai kehidupan dan
kebudayaan sendiri dan berbeda antara suku satu dengan lainnya, demikian juga halnya
dengan Jawa, Akan tetapi tidak berarti bahwa masyarakat Jawa menjadi terpisah dari
masyarakat yang lain. Masyarakat Jawa tetap menjadi bagian dari bangsa Indonesia,
termasuk kebudayaan yang dimiliki akan menjadi kekayaan budaya bangsa. Salah satu dari
potensi kearifan lokal itu adalah ritual budaya-agama dan kegiatan tahlilan-yasinan
(pembacaan Alquran surat yasin dan tahlil) dan yang sudah melekat pada sebagian
masyarakat muslim Jawa di indonesia.
Ada kalangan ulama’ yang mengatakan yasinan dan tahlilan itu bid’ah Tapi hal ini
tidak berlaku bagi warga Desa Dorolegi,dusun slogo Rt 01 Rw 01 kecamatan godong,
kabupaten grobogan, dikarenakan mayoritas warga NU ( Nahdatul Ulama’ ) yasinan dan
tahlilan, dimalam juma’at diyakini malam yang ampuh untuk mengirimkan pada orang yang
telah meninggal. Yasinan dan tahlilan ini biasanya di hadiri oleh tokoh masyarakat dan
pemuda bersama-sama mengirimkan do’a. Tahlilan merupakan kegiatan perkumpulan yang
melibatkan orang banyak, sehingga acara ini boleh dibilang hajatan komunitas masyarakat
yang kini tidak hanya dilaksanakan ketika berkaitan dengan kematian saja. Akan tetapi kini
telah mulai berkembang peran dan fungsi serta makna dari tahlilan itu sendiri. Tahlil tentu
saja apresiasi tertinggi seorang muslim terhadap kalimat tauhid, suatu entitas paling radikal
dalam ajaran Islam yang memperkokoh keimanan didasarkan atas pendekatan-pendekatan
spiritual. Kalimat tauhid bukan simbol, bukan realitas tekstual, apalagi sekadar bendera.
Membaca kalimat tauhid secara berulang-ulang dengan kesungguhan hati dan
meyakini kebenarannya, itulah yang dibiasakan dalam sepanjang sejarah tradisi Islam. Hal ini
jelas ketika Nabi Muhammad menyatakan, "Tak ada seorangpun yang ketika membaca
kalimat tauhid dengan kesungguhan hati dan keyakinan, kecuali Allah haramkan atasnya api
neraka". Bahkan, jika seseorang membaca tahlil berulang-ulang baik sedikit maupun banyak,
lalu dihadiahkan untuk orang meninggal, maka Allah akan menilainya sebagai sebuah
manfaat atas upayanya itu.Saya sendiri meyakini, tradisi tahlilan yang tersebar dalam banyak
kebiasaan masyarakat muslim Indonesia, justru memiliki akarnya dalam seluruh jejak tradisi
muslim awal. Perkembangan Islam yang sangat cepat melalui berbagai macam cara termasuk
akulturasi budaya atau penaklukan-penaklukan tanpa pertumpahan darah memungkinkan
ajaran Islam tak hanya diterima kalangan bawah, tetapi lebih banyak dilirik kalangan atas.
Sehingga budaya tahlil sesuai dan diharapkan sebagai salah satu alat pemersatu umat muslim
di Indonesia, dan ritual tahlil adalah toleransi yang dimulai dari lingkup salah satu aliran
agama dan menjadi nilai-nilai sosial di masyarakat Indonesia dengan saling mengenal dan
berinteraksi satu sama lain, yang dilatarbelakangi dari nilai budaya leluhur bangsa.

Anda mungkin juga menyukai