Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PARTISIPASI WARGANET DALAM MENGIDENTIFIKASI


KOMUNIKASI INTELEKTUAL NARASUMBER POLITIK TERKAIT
PERKEMBANGAN HASIL PEMILU 2019

DISUSUN OLEH
Rr Dinar Soelistyowati, S.Sos, MM, M.Ikom

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
MEI 2019

4
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

1. Judul Pengabdian kepada Masyarakat : Partisipasi Warganet dalam Mengidentifikasi


Komunikasi Intelektual Narasumber Politik
Terkait Perkembangan Hasil Pemilu 2019
Bidang Ilmu : Komunikasi
2. Ketua Pelaksana :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Rr Dinar Soelistyowati, S.Sos, MM, M.I.Kom
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIDN/NIP : 0323127802/1809352
d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
e. Jabatan Struktural : Kepala Biro Humas dan Pemasaran UBJ
f. Fakultas/Program Studi : Fakultas Ilmu Komunikasi/Ilmu Komunikasi
3. Alamat Ketua Pelaksana :
a. Alamat Kantor/Telp/Fax/E-mail : Jl. Raya Perjuangan, Marga Mulya, Bekasi
Utara, Marga Mulya, Bekasi Utara, Kota Bekasi,
Jawa Barat 17121/ (021) 88955882
b. Alamat Rumah/Telp/Fax/E-mail : Perum RS PMI, Blok E3 No.13-14, Cilebut
Barat, Sukaraja, Bogor
4. Jumlah Anggota Pelaksana :
a. Nama Anggota :
b. Nama Anggota :
5. Lokasi :
6. Kerjasama dengan Institusi Lain :
a. Nama Institusi : -
b. Alamat : -
c. Telp/Fax/E-mail : -
7. Lama Kegiatan : 2 bulan (24 Mei 2019 – 23 Agustus 2019)
8. Biaya yang Diajukan : Rp 4.000.000,00
a. Sumber dari Universitas : Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
b. Sumber Lain : -
c. Jumlah : Rp 4.000.000,00

Bekasi, Mei 2019


Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Ketua Pelaksana

(Dr. Aan Widodo, S.I.Kom, M.I.Kom) (Rr Dinar Soelistyowati, S.Sos, MM, M.I.Kom)
NIDN. 0322038901 NIDN. 0323127802

Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Lembaga Penelitian, Pengembangan Kepala Bagian PkMW
Kepada Masyarakat

(Dr. Irma Setyawati, S.E, M.M) (Dr. Ir. Yatti Maryati Akib, M.Si)
NIDN. 0301106601 NIP. 1706281

5
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

1. Judul Pengabdian kepada Masyarakat : Partisipasi Warganet dalam Mengidentifikasi


Komunikasi Intelektual Narasumber Politik
Terkait Perkembangan Hasil Pemilu 2019
Bidang Ilmu : Komunikasi
2. Ketua Pelaksana :
g. Nama Lengkap dan Gelar : Rr Dinar Soelistyowati, S.Sos, MM, M.I.Kom
h. Jenis Kelamin : Perempuan
i. NIDN/NIP : 0323127802/1809352
j. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
k. Jabatan Struktural : Kepala Biro Humas dan Pemasaran UBJ
l. Fakultas/Program Studi : Fakultas Ilmu Komunikasi/Ilmu Komunikasi
3. Alamat Ketua Pelaksana :
c. Alamat Kantor/Telp/Fax/E-mail : Jl. Raya Perjuangan, Marga Mulya, Bekasi
Utara, Marga Mulya, Bekasi Utara, Kota Bekasi,
Jawa Barat 17121/ (021) 88955882
d. Alamat Rumah/Telp/Fax/E-mail : Perum RS PMI, Blok E3 No.13-14, Cilebut
Barat, Sukaraja, Bogor
4. Jumlah Anggota Pelaksana :
c. Nama Anggota :
d. Nama Anggota :
5. Lokasi :
6. Kerjasama dengan Institusi Lain :
d. Nama Institusi : -
e. Alamat : -
f. Telp/Fax/E-mail : -
7. Lama Kegiatan : 2 bulan (24 Mei 2019 – 23 Agustus 2019)
8. Biaya yang Diajukan : Rp 4.000.000,00
d. Sumber dari Universitas : Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
e. Sumber Lain : -
f. Jumlah : Rp 4.000.000,00

Mengetahui, Bekasi, Mei 2019


Ka. Biro Perencanaan Anggaran dan Keuangan Ketua Pelaksana

(Adelina Suryati, S.E., M.Ak., CMA, CBV) (Rr Dinar Soelistyowati, S.Sos, MM, M.I.Kom)
NIP. 1511239 NIDN. 0323127802

Menyetujui,
Kepala Lembaga PkM Ubhara Jaya

(Dr. Irma Setyawati, S.E., M.M.)


NIDN. 0301106601

6
RINGKASAN

Komunikasi saat ini telah menjadi hal yang bersifat wajib bagi setiap manusia, terutama
pada masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi dan yang haus akan informasi. Sesuai
dengan status barunya sebagai homo notitita conquisitor (manusia pencari informasi),
manusia berbondong-bondong mencari informasi sesuai dengan apa yang mereka butuhkan
setiap harinya. Salah satu bidang informasi yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah politik,
dan informasi politik yang belakangan ini mendapatkan banyak perhatian masyarakat adalah
berita mengenai perkembangan hasil Pemilu 2019. Banyak orang sedang membicarakan
mengenai siapa yang akan menduduki kursi tertinggi pemerintahan Indonesia untuk 5 tahun
selanjutnya. Materi informasi ini juga tidak luput dari perhatian sejumlah narasumber politik.
Tidak hanya memberikan komentar, mereka juga saling berspekulasi mengenai hasil akhir
dari penghitungan suara Pemilu 2019. Sayangnya, spekulasi dari sejumlah narasumber ini
seringkali disertai dengan iklim komunikasi yang tidak sehat.
Oleh karena itu, peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian untuk meningkatkan
kemampuannya dalam menganalisis isi pesan yang terkandung dalam komunikasi intelektual
di antara para narasumber politik terkait dengan perkembangan hasil Pemilu 2019 sehingga
dengan kemampuan itu secara umum mereka dapat memprediksi dan menindaklanjuti hasil
komunikasi tersebut dengan lebih meningkatkan tingkat penilaian dan antisipasinya terhadap
pencarian lanjutan berita topik tersebut di jejaring situs dan media sosialnya.
Luaran yang diharapkan pada penelitian ini adalah publikasi jurnal komunikasi politik
dari hasil penelitian yang telah diperoleh terkait hasil wawancara yang diberikan pada
masyarakat kritis.

7
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kesempatan kepada peneliti sehingga mampu melaksanakan dan menyelesaikan penelitian
yang berjudul Partisipasi Warganet dalam Mengidentifikasi Komunikasi Intelektual
Narasumber Politik Terkait Perkembangan Hasil Pemilu 2019. Kegiatan penelitian
tersebut dapat terlaksana berkat dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini perkenankanlah kami menyampaikan terima
kasih kepada:

1. Irjen Pol. (Purn) Dr.H. Bambang Karsono, Drs, SH, MM selaku Rektor Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya
2. Dr. Aan Widodo, S.I.Kom, M.I.Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
3. Dr. Djuni Thamrin selaku Pimpinan Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPkM)
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
4. Nurul Fauziah, S.Sos, M.I.Kom selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
5. Berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
terlaksananya kegiatan PkM ini.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini masih perlu beberapa masukan dan saran
untuk mencapai tujuan dan hasil yang lebih maksimal. Peneliti berharap dengan
penyelenggaraan dan pelaksanaan penelitian ini dapat bermanfaat serta menambah
pengalaman dan wawasan bagi peneliti juga.

Peneliti

8
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEGIATAN ...................................................... i


RINGKASAN ....................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ v

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah ................................................................... 2
1.3. Tujuan Kegiatan ................................................................................................... 3
1.4. Urgensi Kegiatan .................................................................................................. 3
1.5. Target/Inovasi Temuan ......................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PENELITIAN


2.1. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 4
2.2. Kajian Teoritis ....................................................................................................... 10
2.2.1. Komunikasi................................................................................................ 10
2.2.2. Politik ........................................................................................................ 11
2.2.3. Media Massa .............................................................................................. 12
2.2.4. Komunikasi Politik .................................................................................... 12
2.2.5. Komunikasi Massa .................................................................................... 14
2.2.6. Warganet (Netizen/Net Citizen) ................................................................. 15
2.2.7. Jejaring Sosial (Social Networking) .......................................................... 16
2.2.8. Media Sosial (Social Media) ..................................................................... 16
2.2.9. Teori Semiotika ......................................................................................... 17
2.2.10. Teori Kegunaan dan Kepuasan (Uses and Gratification Theory) ............. 17

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 19
3.2. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 19

BAB IV. PEMBAHASAN


4.1. Posisi Komunikasi Politik sebagai Bagian dari Intelektualitas Narasumber
Politik ................................................................................................................... 20
4.2. Media Sosial dan Jejaring Sosial – Mediator Baru Warganet Millenial .............. 21
4.3. Pengaruh Warganet sebagai Pengamat Narasumber Politik dalam Membahas
Hasil Perkembangan Pemilu 2019 ........................................................................ 21

BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan ........................................................................................................... 23
5.2. Saran ..................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... vi


LAMPIRAN.......................................................................................................................... vii

9
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1. Latar Belakang


Di waktu yang dinamis seperti saat ini, komunikasi semakin tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan manusia. seiring dengan hal tersebut, teknologi komunikasi juga
meningkatkan kapabilitasnya pada aspek efisiensi dan fleksibilitas terhadap pemenuhan
manusia dalam mengakses dan mencari informasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Hasil dari kondisi ini mengakibatkan terciptanya suatu lingkungan baru di mana
manusia sekali lagi berevolusi menjadi homo notitia conquisitor (manusia pencari
informasi).
Di jaman berteknologi tinggi saat ini, informasi juga menjadi semakin bervariasi,
baik dari segi konten, bidang, mau pun tautan untuk mengakses informasi tersebut. Ini
mengakibatkan banyak orang yang berbondong-bondong mencari tautan informasi
yang dibutuhkan tanpa henti. Salah satu bidang informasi yang banyak di cari oleh
masyarakat adalah politik, dan konten politik yang belakangan ini mendapatkan banyak
sorotan dan tanggapan dari masyarakat adalah perkembangan hasil Pemilu 2019. Saat
ini, kita bisa melihat di beberapa stasiun televisi mengenai bagaimana hasil dari
pemungutan suara lima tahunan ini berkembang. Selama perkembangan tersebut masih
berjalan, kita juga melihat berita yang menyiarkan pertandingan antara dua kubu
masing-masing pasangan calon yang saling tuding dan saling klaim kebenaran serta
pembenaran dengan beradu data yang akurat menurut versi masing-masing kubu. Selain
itu, banyak juga tayangan berita narasumber politik pada beberapa acara berita televisi
yang saling beradu pandangan dan argumen serta berspekulasi bagaimana hasil dari
perkembangan penghitungan suara Pemilu 2019.
Belakangan ini hadirnya sosial media sebagai alat penyebaran informasi yang
ditujukan kepada masyarakat ataupun pemilih dalam pemilu dianggap sebagai langkah
yang efektif dan penting, terlebih khusus dalam membentuk opini dan pengaturan
agenda politik (Woolley, Limperos dan Oliver 2010). Adapun media sosial yang
dimaksud dalam artikel ini adalah menyangkut Facebook, Twitter, Instagram dan
termasuk platform Whatsapp dengan kriteria rentang usia 19-34 dengan jarak
pendidikan SMA hingga Tingkat Pascasarjana sebagai kontributor utama pengguna
internet di Indonesia menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) 2018 lalu (APJII, 2018:1).

10
Melihat situasi ini tentunya seperti melihat tayangan drama yang tidak jelas
ujung ceritanya. Sebagai implementasi nyata dari latar belakang situasi tersebut,
publik yang saat ini telah berasimilasi dengan teknologi, menjadi melek informasi
dengan menjadi netizen (warganet) untuk memuaskan keingintahuannya dengan
mengakses sejumlah tautan informasi yang mungkin relevan. Namun, menjadi
warganet tidak selalu menjadikan mereka sebagai pihak yang paling melek terhadap
informasi terkini. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan wawasan yang
diperlukan untuk mengidentifikasi setiap bentuk transaksi komunikasi di antara
narasumber politik dalam membahas temuan fakta mengenai sejumlah kecurangan
yang terjadi pada proses penghitungan suara Pilpres 2019. Masalah ini juga
diperparah dengan minimnya kewaspadaan mereka dalam mengakses berita yang
dibutuhkan. Seringkali pencarian berita mereka berakhir pada berita hoaks yang justru
memprovokasi mereka kepada tindakan amoral seperti ujaran kebencian dan lain
sebagainya. Ini mengakibatkan ketidakpahaman dan menciptakan pemikiran yang
ambigu serta kesalahan pembuatan kesimpulan bagi mereka sendiri dalam memproses
makna sebenarnya yang dinyatakan oleh para narasumber politik.

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah (Permasalahan Mitra)


Mengacu pada fenomena di atas, beberapa permasalahan utama yang ditemukan
oleh peneliti antara lain:
1. Masyarakat belum memiliki pengetahuan dan wawasan yang cukup dalam
mengidentifikasi dan menganalisis setiap komunikasi yang dinyatakan oleh para
narasumber politik terkait dengan temuan-temuan fakta seputar kecurangan Pemilu
2019.
2. Ketidakpahaman masyarakat dalam memilih berita yang akurat dan faktual
mengenai perkembangan hasil Pemilu 2019 ketika menggunakan media baru seperti
jejaring situs dan jejaring sosial sebagai media utama mereka dalam menelusuri
perkembangan berita tersebut.
3. Kurang cerdas dan cermatnya masyarakat terhadap keberagaman informasi,
khususnya yang beredar di dunia maya dan yang masuk ke jejaring sosial mereka.
Berangkat dari penjabaran permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana cara masyarakat mengidentifikasi dan menganalisis setiap komunikasi
yang dinyatakan oleh para narasumber politik terkait dengan temuan-temuan fakta
seputar kecurangan Pemilu 2019?
2. Bagaimana cara mencari berita yang akurat dan faktual mengenai perkembangan
hasil Pemilu 2019 melalui media baru seperti jejaring situs dan jejaring sosial?

11
3. Bagaimana cara menjadi masyarakat yang cerdas dan cermat terhadap keberagaman
informasi, khususnya yang beredar di dunia maya dan yang masuk ke jejaring sosial
mereka?

1.3. Tujuan Kegiatan


Berdasarkan analisis situasi dan permasalahan yang muncul di atas, maka tujuan
kegiatan ini adalah:
1. Memberikan pengetahuan dasar tentang bagaimana mengidentifikasi dan
menganalisis setiap bentuk komunikasi yang dinyatakan oleh masing-masing
individu, khususnya yang dinyatakan oleh para narasumber politik terkait dengan
temuan-temuan fakta seputar kecurangan Pemilu 2019.
2. Memberikan bimbingan mengenai cara mencari berita yang akurat dan faktual,
khususnya berita mengenai perkembangan hasil Pemilu 2019 yang bersumber dari
jejaring situs dan jejaring sosial.
3. Memberikan edukasi lanjutan tentang bagaimana cara menjadi masyarakat yang
cerdas dan cermat terhadap keberagaman informasi, khususnya yang beredar di
dunia maya dan yang masuk ke dalam jejaring sosial mereka.

1.4. Urgensi (Keutamaan) Penelitian


Peneliti menilai kegiatan ini penting untuk dilakukan karena hal-hal sebagai
berikut:
1. Secara internal, kegiatan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pola
pikir anggota warganet dalam mengidentifikasi komunikasi intelektual
narasumber politik.
2. Secara eksternal, penelitian ini dilakukan sebagai bahan acuan baik kepada
masyarakat pada umumnya juga bagi pemerintahan pada khususnya dalam
merevisi dan mengembangkan sistem politik, khususnya yang berkenaan
dengan Pemilu di Indonesia pada periode 2024 mendatang.

1.5. Target/Inovasi Temuan


Melalui penelitian ini, peneliti berharap mampu memberikan pengetahuan
dan wawasan serta dapat menjadi acuan masyarakat untuk menganalisis,
mengamati dan mengidentifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang diucapkan
oleh narasumber politik sehingga hal itu juga dapat meningkatkan pemikiran
kritisnya terhadap perkembangan situasi politik di Indonesia.

12
BAB II
TINJAUAN PENELITIAN

2.1. Penelitian Terdahulu


Untuk memperkuat serta mendukung penelitian ini maka peneliti melakukan
langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian terdahulu. Berikut ini adalah
penjelasan mengenai teori-teori yang digunakan, dan juga beberapa penjelasan lainnya
yang berhubungan dengan penelitian terdahulu, yang meliputi :

a. Demokrasi Virtual dan Perang Siber Di Media Sosial: Perspektif Netizen Indonesia/
Iswandi Syahputra/2017/ Jurnal ASPIKOM, Volume 3 No. 3, Juli 2017.
b. Pemilih Muda, Sosial Media dan Partisipasi Pemilih Pada Pemilihan Kepala Daerah
Tulungagung 2018/Luthfi Ulfa Ni’amah/Jurnal Komunikasidan Penyiaran Islam Al
– I’lam, Volume 2 No. I 2018.
c. Pengaruh Kredibilitas Narasumber Berita Politik Terhadap Internalisasi Nilai Berita
Politik pada Masyarakat/Ida Wiendijarti/2008/Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 6
No. 2, Mei – Agustus 2008.
d. Televisi dan Dinamika Politik (Opini Pemerhati Talk Show Obrolan Karebosi Pasca
Pilkada Serentak 2015 Di Sulawesi Selatan)/2016/Muhtar Lutfi & M. Iqbal
Sultan/Jurnal Komunikasi KAREBA, Volume 2 No. 5, Juli – Desember 2016.
Adapun penjelasan secara rinci tampak pada Tabel 2.1 berikut ini:

13
Tabel 1. Hasil Penelitian Sebelumnya

Judul/Peneliti/ Tahun/ Teori, Teknik& Metode Persamaan/


No Tujuan Penelitian Hasil / Temuan Perbedaan
Jurnal Penelitan
Demokrasi Virtual dan Untuk menganalisis ujaran Deskriptif 1. Perang siber di media Persamaan :
Perang Siber Di Media kebencian dan perang siber Kualitatif/Wawancara, sosial telah Sama-sama
Sosial: Perspektif Netizen di media sosial. Studi Dokumen dan membentuk dua menitikberatkan penelitian
Indonesia/ Iswandi Literatur polarisasi netizen. pada netizen dan media
Syahputra/2017/ Jurnal 2. Polarisasi tersebut sosial
ASPIKOM, Volume 3 No. dapat diidentifikasi
3, Juli 2017 sebagai kelompok Perbedaan:
konservatif dan Titik bahasan penelitian, di
1 kelompok liberal. mana peneliti membahas
3. Kedua kelompok mengenai ujaran
tersebut aktif kebencian dan perang siber
memproduksi sebagai bagian dari
wacana, opini, demokrasi virtual
informasi, isu dan
rumors melalui
media sosial.
Pemilih Muda, Sosial 1. Untuk melihat Deskriptif Kuantitatif 1. Pemilih muda di Persamaan :
Media dan Partisipasi informasi di media Kabupaten Sama-sama membahas
Pemilih Pada Pemilihan sosial yang disukai Tulungagung lebih mengenai Pemilihan
Kepala Daerah pemilih muda dalam menyukai konten Umum.
Tulungagung 2018/Luthfi membentuk pola informasi politik di
Ulfa Ni’amah/Jurnal partisipasi memilih media sosial yang Perbedaan:
2
Komunikasidan Penyiaran mereka. lebih umum. Objek pembahasan
Islam Al – I’lam, Volume 2. Untuk melihat 2. Kesadaran memilih penelitian, di mana peneliti
2 No. I 2018. intensitas memilih para pemilih muda di membahas mengenai
pemilih muda di Kabupaten Pemilukada.
Kabupaten Tulungagung juga
Tulungagung. sudah muncul.

14
Pengaruh Kredibilitas Untuk mengidentifikasi Deskriptif Kuantitatif Penelitian menunjukkan Persamaan :
Narasumber Berita Politik apakah terdapat pengaruh korelasi yang positif dan Sama-sama membahas
Terhadap Internalisasi yang signifikan antara signifikan antara mengenai Intelektualitas
Nilai Berita Politik pada kredibiltas narasumber kredibilitas narasumber Narasumber Politik
Masyarakat/Ida politik dengan politik dengan sebagai poin utama
Wiendijarti/2008/Jurnal internalisasi nilai berita internalisasi di dalam penelitian
Ilmu Komunikasi, Volume politik di dalam masyarakat. Intelektual
6 No. 2, Mei – Agustus masyarakat merupakan faktor utama Perbedaan:
3 2008. narasumber politik, Pembahasan lanjutan pada
disusul oleh birokrat dan penelitian. Peneliti pada
para elit politik. jurnal ini membahas
keterkaitan antara
kredibilitas narasumber
politik dengan
internallisasi nilai berita di
dalam masyarakat..

Televisi dan Dinamika 1. Untuk mengetahui Kualitatif/Wawancara dan Hasil penelitian Persamaan :
Politik (Opini Pemerhati opini pemerhati Talk Studi Literatur menunjukkan bahwa: Sama-sama membahas
Talk Show Obrolan Show Obrolan 1. Pemerhati Obrolan perkembangan pasca
Karebosi Pasca Pilkada Karebosi Pasca Karebosi memberikan Pemilihan Umum
Serentak 2015 Di Sulawesi Pilkada Serentak 2015 opini positif terhadap
Selatan)/2016/Muhtar di Sulawesi Selatan host, tema dan Perbedaan:
Lutfi & M. Iqbal 2. Untuk mengetahui narasumber acara Pembahasan pada
Sultan/Jurnal Komunikasi bagaimana proses tersebut, sedangkan penelitian ini difokuskan
KAREBA, Volume 2 No. terbentuknya opini untuk narasumber dari pada pembentukan opini.
4
5, Juli – Desember 2016. pemerhati terhadap kalangan politisi dan
talk show Obrolan penyelenggara
Karebosi. Pilkada, pemerhati
menunjukkan opini
negatif ditinjau dari
keberimbangan,
kesesuaian,
penguasaan materi
dan kejujuran

15
2. Opini pemerhati
Obrolan Karebosi
dibentuk oleh sikap
mereka terhadap
program, kepercayaan
serta persepsi mereka
yang terbentuk
tentang Obrolan
Karebosi.

16
Dari beberapa hasil penelitian sebelumnya, maka dapat digambarkan perbedaan
antara penelitian sebelumnya dengan penelitian ini yaitu menggunakan teori yang sama
akan tetapi berbeda dalam objek dan situasi serta tujuan dari penelitiannya. Penelitian
ini difokuskan untuk menganalisis sikap netralitas yang dimiliki oleh stasiun
televisi dalam menyiarkan berita terkait debat pilpres 2019 (bukannya menakar
kemampuan komunikasi politik ?). Dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang telah
dijabarkan terdapat penelitian yang mendekati kesamaannya dengan objek penelitian
peneliti secara garis besarnya. Penelitian milik Ida Wiendijarti merupakan penelitian
yang paling banyak memiliki kesamaan dengan penelitian milik peneliti. Kesamaan ini
disebabkan oleh fokus penelitiannya pada analisis komunikasi narasumber politik
berdasarkan intelektualitasnya. Penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kredibilitas
Narasumber Berita Politik Terhadap Internalisasi Nilai Berita Politik pada Masyarakat”
yang diterbitkan pada tahun 2018 oleh Jurnal Ilmu Komunikasi. Penelitian tersebut
dibuat dengan tujuan menemukan untuk mengidentifikasi apakah terdapat pengaruh yang
signifikan antara kredibiltas narasumber politik dengan internalisasi nilai berita politik di
dalam masyarakat. Dalam penelitiannya, ia menggunakan metode penelitian kuantitatif
serta bersifat deskriptif. Hasil temuan dari penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang
positif dan signifikan antara kredibilitas narasumber politik dengan internalisasi di dalam
masyarakat. Intelektual merupakan faktor utama narasumber politik, disusul oleh
birokrat dan para elit politik..
Hal inilah yang kemudian menjadi acuan bagi peneliti dalam melakukan
penelitian pada anggota aparatur Desa Cilebut Barat. Peneliti membuat penelitian ini
dengan tujuan dapat menganalisis sikap masyarakat dalam menilai prinsip netralitas dari
televisi dan komunikasi intelektual yang dimiliki oleh pakar politik selaku narasumber
politik terkait dengan hasil debat pilpres 2019. .Dalam melakukan penelitiannya, peneliti
pun menggunakan metode penelitian kualitatif dengan observasi non partisipasi dan
wawancara sebagai sumber dari pengumpulan data terhadap penelitiannya. Melalui
penelitian ini, peneliti berharap hasil temuan dari penelitiannya diharapkan dapat
menjadi acuan bagi masyarakat dalam hal bagaimana menilai prinsip netralitas yang
dimiliki oleh televisi dan menakar, menanggapi, serta menyikapi komunikasi yang
dibentuk oleh para pakar politik terkait dengan hasil debat pilpres 2019.

17
2.2. Kajian Teoritis
2.2.1. Komunikasi
Secara terminologi, para ahli komunikasi memberikan pengertian
komunikasi menurut sudut pandang dan pendapat mereka masing-masing
diantaranya: Dani Vardiasnyah mengungkapkan beberapa definisi komunikasi
secara istilah yang dikemukakan para ahli:

1. Jenis & Kelly menyebutkan “Komunikasi adalah suatu proses melaluimana


seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk
kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lainnya
(khalayak)”.
2. Berelson & Stainer menjelaskan “Komunikasi adalah suatu proses
penyampaianinformasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui
penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka,
dan lain-lain”
3. Gode memberikan penegasan bahwa “Komunikasi adalah suatu proses yang
membuat sesuatu dari yang semula yang dimiliki oleh seseorang (monopoli
seseorang) menjadi dimiliki dua orang atau lebih”
4. Brandlun “Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk
mengurangi rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan
atau memperkuat ego”
5. Resuch “Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian
dengan bagian lainnya dalam kehidupan”
6. Weaver “Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran
seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya” (Vardiansyah, 2008:
25-26).
Berbagai definisi di atas menggambarkan beberapa kesamaan sekaligus
perbedaan di antara para teorisi dalam mendefinisikan komunikasi. Kesamaan
atau kesepakatan mereka, setidaknya nampak dalam memahami komunikasi
sebagai suatu proses, transaksional, dan simbolik.
Sebagai suatu proses, komunikasi bersifat kontinu, berkesinambungan, dan
tidak memiliki akhir. Komunikasi juga dinamis, kompleks, dan senantiasa
berubah. Komunikasi juga merupakan aktivitas transaksional. Dalam aktivitas
komunikasi, di antara partisipan komunikasi sejatinya membangun makna dari
pesan secara kooperatif. Dengan kata lain, dalam komunikasi, partisipan
komunikasi selalu menegosiasikan makna. Dalam negosiasi ini, latar belakang
masing-masing partisipan akan sangat berpengaruh dalam membangun kesamaan.
Sementara itu, sebagai aktivitas simbolik, komunikasi dapat diidentifikasi
melalui penggunaan simbol-simbol dalam pesan-pesan yang digunakan. Simbol

18
bisa diartikan sebagai representasi konseptual yang arbiter. Hal ini terjadi
terutama dalam komunikasi yang menggunakan pesan-pesan verbal, misalnya
dalam penggunaan bahasa. Manusia selalu memiliki kesepakatan dalam
penggunaan kosakata tertentu, yang biasanya bersifat lokal dan unik.
Kemampuan menggunakan simbol merupakan ciri eksklusif manusia, karenanya
manusia sering juga disebut sebagai ‘animal simbolikum’ (makhluk yang selalu
menggunakan simbol) (Santoso & Setiansah, 2010).

2.2.2. Politik
Dalam kehidupan kita sehari-hari, istilah “politik” sudah tidak begitu asing
karena segala sesuatu yang dilakukan atas dasar kepentingan kelompok atau
kekuasaan sering kali diatasnamakan dengan label politik. Oleh karena itu,
definisi-definisi politik belakangan ini lebih banyak memberi tekanan pada
negara dalam hubungannya dengan dinamika masyarakat seperti dibuat oleh
Kaspar Bluntschli bahwa “politics is the views which is concerned with the state,
which audience to understand and comprehend the views in its conditions, , in its
essential nature, its various forms of manifestations, its development.” Bahkan
Harold D. Lasswell lebih tegas merumuskan politik sebagai ilmu tantang
kekuasaan “when we speak of the science of politics, we mean the science of
power.”
Pandangan yang mirip dikemukakan oleh Budiharjo (2002) bahwa politik
adalah kegiatan yang dilakukan dalam suatu negara menyangkut pada
mennentukan tujuan dan melaksanakan tujuan tersebut. Untuk melaksanakan
tujuan itu diperlukan kebijakan umum (public policy) yang mengatur alokasi
sumber daya yang ada. Dan untuk melaksanakan kebijakan itu perlu ada
kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang akan dipakai, baik untuk
membina kerja sama maupun untuk menyelesaikan konflik yang timbul setip saat.
Lebih jauh Budiharjo menekankan bahwa tujuan politik bukan untuk memenuhi
kepentingan atau tujuan pribadi seseorang (personal goal), melainkan untuk
kepentingan seluruh masyarakat.
Jadi mendefinisikan “politik” bukanlah pekerjaan mudah, bukan karena
tidak adanya definisi politik yang dibuat oleh para pakar, melainkan karena
kebanyakan definisi. Begitu banyaknya definisi yang dibuat oleh pakar sehingga
hampir dalam setiap pertemuan yang membicarakan tentang definisi politik

19
berakhir dengan ketidakadaan definisi yang bisa diterima oleh semua pihak
(Cangara, 2016).

2.2.3. Media Massa


Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah "Sarana untuk
menyampaikan pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas
misalnya radio, televisi, dan surat kabar". Menurut Cangara, media adalah alat
atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada
khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri alat yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat
komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi (Cangara, 2010:123,126).
Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau perantara.
Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti kelompok atau
kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa adalah perantara atau alat-
alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya satu sama lain. Media massa
adalah sarana komunikasi massa dimana proses penyampaian pesan, gagasan,
atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak.
Menurut Effendy (2003:65), media massa digunakan dalam komunikasi
apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa
yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat
kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi,
edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan.
Dengan demikian media massa adalah suatu alat untuk melakukan atau
menyebarkan informasi kepada komunikan yang luas, berjumlah banyak dan
bersifat heterogen. Media massa adalah alat yang sangat efektif dalam melakukan
komunikasi massa karena dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku
komunikannya. Keuntungan komunikasi dengan menggunkan media massa
adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan yaitu suatu pesan dapat
diterima oleh komunikan yang berjumlah relatif banyak (Fadilla, 2017).

2.2.4. Komunikasi Politik


Bertolak dari konsep komunikasi dan konsep politik yang telah diuraikan
pada bagian awal, maka upaya untuk mendekati pengertian apa yang dimaksud
komunikasi politik, menurut Dahlan (1999) ialah suatu bidang atau disiplin yang

20
menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik, mempunyai
akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik.
Meadow dalam Nimmo (2004) juga membuat definisi bahwa “political
communication refers to any exchangee of symbols or messages that is a
significant actions have been changed by or have consequences for political
systems.” Di sini Meadow memberi tekanan bahwa simbol-simbol atau pesan
yang dissampaikan itu secara signifikan dibentuk atau memiliki konsekuensi
terhadap sistem politik. Tetapi Nimmo sendiri yang mengutip Meadow dalam
bukunya itu hanya memberi tekanan pada pengaturan umat manusia yang
dilakukan di bawah kondisi konflik, sebagaimana disebutkan “communication
(activity) considered political by viryue of its consequences (actual or potential)
which regulate human conduct under the condition of conflict.”
Dalam buku berjudul Introduction to Political Communication oleh McNair
(2000) dinyatakan bahwa “political communication as pure discussion about the
allocation of public resources (revenues), official authority (who is given the
power to make legal, legislatif and executive decision), and official functions
(what the state reward or punishes).” Jadi komunikasi politik menurut McNair
adalah murni membicarakan tentang alokasi sumber daya publikyang memiliki
nilai, apakah itu nilai kekuasaan atau nilai ekonomi, petugas yang memiliki
kewenangan untuk memberi kekuasaan dan keputusan dalam pembuatan undang-
undang atau aturan,apakah itu legislatif atau eksekutif, serta sanksi-sanksi, apakah
itu dalam bentuk hadiah atau denda.
Untuk menghindari kajian komunikasi politik itu tidak hanya bicara tentang
kekuasaan, maka Doris Graber mengingatkan dalam tulisannya Political
Language (1981) bahwa komunikasi politik tidak hanya retorika, tetapi juga
mencakup simbol-simbol bahasa, seperti bahasa tubuh serta tindakan-tindakan
politik misalnya boikot, protes, dan unjuk rasa. Dengan demikian, pengertian
komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-
lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari
seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk membuka
wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak
yang menjadi target politik.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, maka komunikasi
politik dapat diartikan sebagai suatu proses komunikasi yang implikasi atau

21
konsekuensi terhadap aktivitas politik. Faktor ini pula yang membedakan dengan
disiplin komunikas lainnya seperti komunikasi pembangunan, komunikasi
pendidikan, komunikasi bisnis, komunikasi antarbudaya, komunikasi organisasi,
komunikasi keluarga, dan lain semacamnya. Perbedaan itu terletak pada isi pesan.
Artinya komunikasi politik memiliki pesan yang bermuatan politik, sementara
komunikasi pendidikan memiliki pesan yang bermuatan masalah-masalah
pendidikan. Jadi untuk membedakan antara satu disiplin dengan disiplin lainnya
dalam studi ilmu komunikasi, terletak pada sifat atau isi pesannya (Cangara,
2016).

2.2.5. Komunikasi Massa


Komunikasi massa dapat dijelaskan dari dua cara pandang, yakni
bagaimana orang memproduksi pesan dan menyebarkannya melalui media di satu
pihak, dan bagaimana orang-orang mencari serta menggunakan pesan-pesan
tersebut di pihak lainnya. Secara sederhana, komunikasi massa dapat diartikan
sebagai proses komunikasi melalui media massa. Menurut DeVito (1997),
komunikasi massa dapat didefinisikan dengan memusatkan perhatian pada unsur-
unsur yang terlibat dalam tindakan komunikasi dan mengaitkannya dengan
operasional media massa. Unsur-unsur yang dimaksud adalah sumber, khalayak,
pesan, proses, dan konteks. Untuk menyusun dan memproduksi pesan dalam
komunikasi massa, membutuhkan biaya yang sangat besar karena bekerja dalam
institusi yang besar dan rumit serta melibatkan banyak orang.
Menurut Severin (1979), terdapat dua faktor yang sangat menentukan
dalam efektivitas komunikasi, baik bagi komunikator, maupun komunikan, yakni
bidang pengalaman (field of experience) dan kerangka rujukan (frame of
reference). Setiap orang memiliki bidang pengalaman yang berbeda-beda.
Perbedaan tersebut ikut mempengaruhi proses dan perilaku komunikasi yang
dipraktekkan dalam kehidupan sosial. Dengan demikian, pengalaman adalah
sesuatu yang bersifat unik, khas, dan subyektif. Komunikasi melibatkan
pembicaraan mengenai pengalaman-pengalaman partisipannya. Perbedaan bidang
pengalaman menimbulkan reaksi yang berbeda-beda pula terhadap pesan yang
dipertukarkan.
DeFleur dan Dennis (1985) mengartikan komunikasi massa sebagai proses
komunikasi yang ditandai oleh penggunaan media bagi komunikatornya untuk

22
menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan terus-menerus diciptakan makna-
makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-
beda melalui berbagai cara. Sementara Ruben (1992), mendefinisikan komunikasi
massa sebagai suatu proses di mana informasi diciptakan dan disebarkan oleh
organisasi untuk dikonsumsi khalayak.
Dari sejumlah pengertian di atas, komunikasi massa dapat disimpulkan
sebagai komunikasi yang menggunakan media massa. Media massa merupakan
penciri utama yang membedakan antara komunikasi massa dan sistem
komunikasi lainnya. Di samping itu, pihak penerima pesan dalam komunikasi
massa (khalayak) merujuk pada sejumlah besar orang yang tidak harus berada
dalam lokasi atau tempat yang sama. Namun, ikatan yang menyatukan mereka
adalah karena sama-sama menikmati pesan yang sama dari media massa dalam
waktu yang relatif bersamaan. Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi
yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim
melalui media massa sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat. Dengan demikian, komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara,
yakni:

1. Pengertian secara luas. Komunikasi yang pesan-pesannya bersifat umum dan


terbuka. Tekanannya pada informasi atau pesanpesan sebagai gejala sosial.
Fokusnya pada orang-orang yang melakukan pembagian informasi.
2. Pengertian secara khusus (teknis). Komunikasi yang pesan-pesannya
disampaikan melalui media massa. tekanannya pada media massa sebagai
gejala teknik. Fokus kajiannya pada media yang menyebarkan informasi
(Halik & Amin, 2013).

2.2.6. Warganet (Netizen/Net Citizen)


Mengacu pada pernyataan Michael Hauben yang dikutip oleh Katsuaki
Suzuki, kata netizen secara etimologis berasal dari dua kata, yaitu kata network
yang berarti jaringan dan citizen yang berarti masyarakat. Secara harfiah,
warganet (netizen) adalah masyakarat yang tercipta dari jaringan digital, atau
masyarakat jaringan (net-citizens). Hal itu kemudian diartikan sebagai
sekumpulan orang-orang yang menggunakan jaringan digital, seperti Internet,
untuk berkomunikasi dengan orang lain, untuk mencari informasi, atau untuk
menunjukkan ide-ide mereka melalui jaringan (2007, hal. 1).

23
2.2.7. Jejaring Sosial (Social Networking)
Dikutip dari jurnal IPTEK-KOM, Juditha (2011) Situs jejaring sosial yang
dalam bahasa Inggris disebut social network sites merupakan sebuah web berbasis
pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat
daftar pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk
bergabung dalam situs tersebut. Tampilan dari situs jejaring sosial ini
menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas
diri dan foto pengguna.
Secara rinci, jejaring sosial merupakan bentuk dari media sosial dan juga
merupakan jenis media massa yaitu berupa media digital. Media massa sebagai
saluran informasi bagi khalayak luas selalu hadir dengan beragam pemberitaan.
Khalayak tidak dapat menghindari akan kebutuhannya terhadap informasi, baik
dari dunia politik, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, teknologi, dan lainnya.
Media sosial yang dalam bahasa Inggris “Social Media” menurut tata bahasa
terdiri dari kata “social” yang memiliki arti kemasyarakatan atau sebuah
interaksi, dan “media” adalah sebuah wadah atau tempat sosial itu sendiri. Media
sosial adalah sebuah media online dengan para penggunanya bisa dengan mudah
berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki,
forum, dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media
sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia (Juditha,
2011).

2.2.8. Media Sosial (Social Media)


Mengacu pada penjelasan Mandibergh yang dikutip oleh Nasrullah, media
sosial dapat didefinisikan sebagai "media yang mewadahi kerja sama di antara
pengguna yang menghasilkan konten (User generated content)" (2015).
Lebih lanjut, media sosial mempunyai ciri - ciri sebagai berikut:

1. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa ke
berbagai banyak orang contohnya pesan melalui SMS ataupun internet.
2. Pesan yang disampaikan bebas, tanpa harus melalui suatu Gatekeeper.
3. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat di banding media lainnya.
4. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi (David, 2017).

24
2.2.9. Teori Semiotika
Menurut Littlejohn yang dikutip oleh Morissan dalam bukunya yang berjudul
Teori Komunikasi Massa, semiotika mencakup mengenai bagaimana tanda
mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan, dan sebagainya yang berada di
luar diri. Sedangkan konsep dasar yang menyatukan tradisi semiotika adalah
‘tanda’ yang diartikan sebagai sebuah stimulus yang mengacu pada sesuatu yang
bukan dirinya sendiri (1999, hal. 61). Tanda itu sendiri, menurut John Powers
(1995), merupakan dasar dari semua komunikasi. Dijelaskan seperti itu karena
tanda menunjuk atau mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri,
sedangkan makna atau arti adalah hubungan antara objek atau ide dengan tanda.
Kedua konsep tersebut menyatu dalam berbagai teori komunikasi, khususnya
teori komunikasi yang memberi perhatian pada simbol, bahasa, serta tingkah laku
nonverbal. Kelompok teori ini menjelaskan tentang bagaimana tanda
dihubungkan dengan makna dan bagaimana tanda-tanda tersebut diorganisir.
Lebih lanjut dia menegaskan bahwa tanda mutlak diperlukan dalam menyusun
pesan yang hendak disampaikan. Tanpa tanda, maka pesan yang disampaikan
dapat membingungkan penerima (Morissan, Wardani, & Hamid, 2013, hal. 173).

2.2.10. Teori Kegunaan dan Kepuasan (Uses and Gratifiation Theory)


Menurut Littlejohn (2005, hal. 286), teori ini mengajukan gagasan bahwa
perbedaan individu menyebabkan audiens mencari, menggunakan dan
memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda yang disebabkan
oleh berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda di antara individu
audiens. Pada sumber acuan yang berbeda, Klapper (1963) dan Rubin (1994)
menjelaskan bahwa teori ini tidak memberikan perhatian pada efek langsung
media terhadap audiens, tetapi memfokuskan perhatian pada motivasi dan
perilaku audiens terhadap media atau bagaimana dan mengapa mereka
menggunakan atau mengkonsumsi media. Singkatnya, teori ini berupaya
memberikan penjelasan atas sebuah pertanyaan: apa yang orang-orang lakukan
dengan media? (what do people do with media?).
Secara spesifik, teori ini juga menjelaskan mengenai kapan dan bagaimana
audiens sebagai konsumen media menjadi lebih aktif atau kurang aktif dalam
menggunakan media dan akibat atau konsekuensi dari penggunaan media itu.

25
Dalam hal ini, terdapat sejumlah asumsi dasar yang menjadi inti gagasan teori ini,
di antaranya:

1. Audiens aktif dan berorientasi pada tujuan ketika menggunakan media;


2. Inisiatif untuk menggunakan kepuasan media ditentukan oleh audiens;
3. Media bersaing dengan sumber kepuasan lain;
4. Audiens sadar sepenuhnya terhadap keterikatan, motif, dan penggunaan
media, dan;
5. Penilaian isi media ditentukan oleh audiens (Morissan, Wardani, & Hamid,
2013, hal. 77-80).

26
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian


Tujuan tim peneliti melakukan kegiatan penelitian ini adalah:

1. Untuk memberikan pengetahuan dasar tentang bagaimana mengidentifikasi dan


menganalisis setiap bentuk komunikasi yang dinyatakan oleh masing-masing
individu, khususnya yang dinyatakan oleh para narasumber politik terkait dengan
temuan-temuan fakta seputar perkembangan hasil Pemilu 2019, dan;
2. Sebagai tolak ukur masyarakat dalam mengamati, menganalisis, dan membahas
secara kolektif (sesama warganet) terhadap tindak komunikasi yang dilakukan
oleh narasumber politik dalam pembahasan berita politik khususnya mengenai
perkembangan hasil Pemilu 2019 melalui media sosial dan jejaring sosial.

3.2. Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diperoleh tim peneliti dari kegiatan penelitian ini adalah:

1. Peneliti dapat menambah pemahaman dan pengetahuannya mengenai identifikasi


dan analisis masyarakat yang mendalam dan menyeluruh mengenai bentuk
komunikasi yang dinyatakan oleh narasumber politik terkait dengan
perkembangan Pemilu 2019.
2. Peneliti dapat mengetahui bagaimana jejaring sosial dan media sosial mampu
berfungsi dan diaplikasikan sebagai jembatan komunikasi antar warganet ketika
membagikan analisisnya di dunia maya.

27
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1. Posisi Komunikasi Politik sebagai Bagian dari Intelektualitas Narasumber Politik
Dalam dunia yang menuntut perilaku yang dinamis dan pemikiran yang kritis, ada
beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan sebagai indikator tingkat intelektualitas
manusia. Salah satunya adalah bagaimana dia berkomunikasi sesuai dengan ilmu yang
dimiliki. Tanpa kita sadari, kita selalu menakar intelektualitas seseorang dari
bagaimana orang lain berbicara tentang suatu kejadian atau fenomena yang ada baik
yang ada di sekitar kita, di sekitar orang yang berbicara, atau bahkan keduanya.
Dalam dunia politik, tingkat intelektualitas seorang pakar politik secara umum
ditentukan setidaknya dari tiga hal, yaitu: (1) Bagaimana dia berpenampilan di hadapan
media; (2) Diksi yang digunakan ketika berdiplomasi berdasarkan pemikiran kritisnya,
dan; (3) Latar belakang pengalaman yang dimiliki. Hal ini sekilas terdengar
kontradiktif, mengingat faktor pengalaman yang merupakan indikator utama seseorang
dalam menilai intelektualitas seseorang justru harus disebutkan terakhir. Ini diakibatkan
karena hal tersebut masih bersifat samar, di mana tidak banyak orang mengetahui latar
belakang pengalaman yang dimiliki secara massal. Masyarakat cenderung menebak
tingkat intelektualitasnya dari apa yang dikenakan ketika menghadiri suatu acara berita,
sehingga tak jarang orang-orang cenderung mendapatkan hasil yang sebaliknya ketika
dia berkomunikasi. Tidak sedikit contoh di mana pakar politik tertentu berpenampilan
rapi yang berkomunikasi layaknya penyaring yang tidak memiliki saringan dan
demikian juga sebaliknya, tidak sedikit juga pakar yang berpenampilan ala kadarnya
yang berkomunikasi sejajar dengan para petinggi negara kita. Dan pada akhirnya,
secara perlahan masyarakat baru mengetahui tingkat intelektualitasnya melalui dua
tahapan, di mana (1) dia melakukan ‘sepak terjang’ di sebuah kejadian atau kasus, dan
(2) ketika media menyiarkan latar belakang, pengalaman, dan pencapaian karirnya
secara keseluruhan ke hadapan publik.
Lalu, terkait dengan diksinya, hal tersebut menjadi faktor penentu penilaian
masyarakat terhadap intelektualitas yang dimiliki narasumber politik, khususnya ketika
membahas acara politik besar seperti Pemilu 2019. Ada yang menilai bahwa seberapa
banyak atau kompleks diksinya menentukan seberapa besar ilmu yang dia miliki. Ini
berarti cara berkomunikasi seorang narasumber menjadi label harga yang utama.
Semakin banyak dan rumit kosa kata yang dapat dipahami dan diimplementasikan ke

28
dalam suatu bahasan, secara tidak langsung orang-orang akan beranggapan bahwa dia
adalah seorang narasumber yang intelek, terlepas apakah masyarakat juga memahami
dengan benar maknanya atau tidak.

4.2. Media Sosial dan Jejaring Sosial – Mediator Baru Warganet Millenial
Sejalan dengan perkembangan zaman, teknologi komunikasi pun juga berinovasi
sesuai dengan tuntutan zaman. Sebagai makhluk yang turut menjadi saksi dalam setiap
fenomena perkembangan kedua elemen besar tersebut, tentunya kita mencoba,
membandingkan, dan menikmati beragam teknologi yang ada di setiap zamannya. Di
antara sekian banyak bentuk, hasil teknologi yang sampai saat ini kita gandrungi adalah
media sosial dan jejaring sosial. Seperti yang kita tahu, media sosial dan jejaring sosial
merupakan media baru yang selalu mengikuti apa yang saat ini sedang menjadi tren
atau populer di kalangan masyarakat. Kedua media tersebut juga menjadi sarana
komunikasi kita yang utama, baik itu ketika sedang berinteraksi dengan orang-orang
yang ada dalam ruang lingkup digital kita, maupun ketika kita sedang berselancar
mengarungi arus utama informasi.
Di era berpikir kritis seperti sekarang, media sosial pun juga secara tidak
langsung menambahkan fungsinya. Fungsi tersebut adalah menjadi mediator multi arah,
baik itu horizontal (antara warganet dengan para pejabat negara) atau vertikal (sesama
masyarakat awam). Secara umum, media sosial mampu menjembatani komunikasi yang
dibangun antara satu orang dengan orang yang lainnya berdasarkan pemikiran yang
menjadi hasil dari pengamatan suatu kejadian tertentu. Sedangkan secara rinci, media
sosial mampu menyediakan ruang virtual di mana orang-orang yang berpartisipasi
dalam suatu aktivitas atau kejadian yang sama secara virtual juga dapat menyalurkan
apa yang menjadi dasar dari pemikiran kritisnya.

4.3. Pengaruh Warganet sebagai Pengamat Narasumber Politik dalam Membahas


Hasil Perkembangan Pemilu 2019
Dalam mengamati setiap bentuk komunikasi yang dikemukakan oleh narasumber
politik, khususnya ketika membahas hasil perkembangan Pemilu 2019, partisipasi
warga sangat diperlukan. Hal ini dapat menjadi pemicu sosial bagi masyarakat lainnya
untuk ikut berpikir tidak hanya secara demokratis, tapi juga secara kritis. Oleh karena
itu, masyarakat saat ini pun juga harus berperan aktif untuk selalu mengikuti obrolan
apa saja yang dibahas dalam setiap segmen terkait dengan pembahasan soal

29
perkembangan Pemilu 2019. Salah satu cara yang dapat ditempuh agar bisa menjadi
aktif dalam berpartisipasi adalah dengan menjadi masyarakat di jaringan digital. Hal ini
perlu ditempuh karena derasnya informasi yang masuk mengharuskan kita tidak hanya
untuk sekedar melihat, namun juga membandingkan antara satu narasumber dengan
narasumber lainnya, serta turut memberikan tanggapan dan respon tentang apa dan
bagaimana yang seharusnya dilakukan oleh narasumber politik dalam mengomentari
setiap perkembangan yang tampak terkait dengan Pemilu 2019. Selain itu, keterlibatan
warga secara digital juga dapat menjadi cerminan revisi politik Indonesia yang
demokratis, kritis, dan independen.

30
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat
ditarik oleh peneliti antara lain sebagai berikut:

1. Analisis komunikasi yang tercipta mampu menjadikan mereka sebagai bagian


dari anggota masyarakat yang aktif dan kritis dalam mengikuti perkembangan
Pemilu 2019.
2. Dalam membagikan hasil analisisnya kepada sesama anggota masyarakat,
jejaring sosial dan media sosial merupakan mediator yang efektif karena mampu
menciptakan arus komunikasi multi arah bagi sesama warganet. Selain itu, kedua
media digital tersebut mampu menciptakan ruang virtual bagi para warganet
dalam menyampaikan apa yang mereka ketahui terkait analisisnya terhadap
narasumber politik ketika membahas perkembangan Pemilu 2019.
3. Dalam prakteknya, partisipasi dari warganet pun memiliki andil tersendiri dalam
berkomunikasi secara politik mengenai perkembangan Pemilu 2019. Hal ini dapat
dilihat dari ramainya tanggapan dan komentar yang konstruktif sebagai
implementasi dari analisis dan pemikiran warganet yang kritis dan demokratis.
Bentuk-bentuk analisis seperti ini juga bermanfaat sebagai tolak ukur negara
dalam mengembangkan sistem politik pemerintahan Indonesia.

5.2. Saran
Mengacu pada penarikan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan
oleh peneliti adalah:

1. Perlunya ruang yang dibuat secara virtual yang berguna bagi masyarakat untuk
mengamati, membahas, serta bertukar pikiran dan perspektif terhadap setiap
kejadian-kejadian yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, khususnya
berita politik.
2. Perlunya pertimbangan masyarakat yang lebih mendalam mengenai keterlibatan
media sosial dan jejaring sosial sebagai mediator baru di dalam masyarakat. Hal
ini dilakukan untuk menyaring informasi-informasi yang dibutuhkan oleh
warganet dalam menganalisis bentuk komunikasi yang dikeluarkan oleh
narasumber politik terkait dengan perkembangan hasil Pemilu.
3. Pengembangan aplikasi media sosial dan jejaring sosial yang dibuat khusus untuk
memantau perkembangan politik terutama untuk berita yang bersifat sensitif
seperti Pemilu perlu dipertimbangkan secara bertahap dan khusus. Ini dilakukan
agar masyarakat mampu menyalurkan pemikiran kritisnya secara tepat guna serta
dapat menjadi pemicu sosial pemerintahan Indonesia dalam mengkaji peraturan
dan Undang-Undang yang berkenaan dengan politik di Indonesia.

31
4. Perlunya tindak lanjut pemerintah secara serius terkait dengan respon masyarakat
dalam menganalisis komunikasi yang dilakukan oleh narasumber politik ketika
membahas berita politik khususnya berita yang bersifat sensitif seperti
perkembangan hasil Pemilu 2019. Ini dapat dilakukan dengan melakukan
pendidikan dan pelatihan serta pengarahan tentang pembuatan dan penggunaan
pemikiran kritis yang tepat dalam menanggapi segala bentuk dan konten siaran
yang dikonsumsi oleh masyarakat.

32
DAFTAR PUSTAKA

APJII. (2018, March 22). Cerita di Balik Kesuksesan Pemerintah Tarif Pajak Google.
Pengguna Gen Millenial Lebih Suka Snapchat dan Instagram Ketimbang Facebook,
p. 6.
Cangara, H. (2016). Komunikasi Politik : Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
David, E. M. (2017). Pengaruh Konten Vlog dalam Youtube terhadap Pembentukan Sikap
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam
Ratulangi. Acta Diurna.
Juditha, C. (2011, Juni). Hubungan Penggunaan Situs jejaring Sosial Facebook terhadap
Perilaku Remaja di Kota Makassar. IPTEK-KOM, XIII(1).
Klapper, J. T. (1963). Mass Communication Research : An Old Road Resurveyed. Public
Opinion Quarterly, 515-527.
Littlejohn, S. W. (1999). Theories of Human Communication (6th ed.). Albuquerque:
Wadworth Publishing.
Littlejohn, S. W. (2005). Theories of Human Communication (8th ed.). Albuquerque:
Wadworth Publishing.
Morissan, Wardani, A. C., & Hamid, F. (2013). Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia.
Nasrullah, R. (2015). Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Powers, J. H. (1995). Communication Education 4 - On the Intellectual Structure of the
Human Communication Discipline.
Rubin, A. M. (1994). Media Effects : A Uses and Gratifications Perspectives.
Santoso, E., & Setiansah, M. (2010). Teori Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryanto. (2018). Pengantar Ilmu Komunikasi Politik. Bandung: Pustaka Setia.
Suzuki, K. (2007). resume. Retrieved 08 10, 2019, from gsis.kumamoto-u.ac.jp:
www.gsis.kumamoto-u.ac.jp/ksuzuki/resume/addresses/a30727.pdf
Vardiansyah, D. (2008). Filsafat Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Jakarta: Indeks.
Wiendijarti, I. (2008). Pengaruh Kredibilitas Narasumber Berita Politik terhadap Internalisasi
Nilai Berita Politik. Jurnal Ilmu Komunikasi, 33-41.
Woolley, J. K., Limperos, A. M., & Oliver, M. B. (2010). The 2008 Presidential Election, 2.0
: A Content Analysis of User-Generated Political Facebook Groups. Journal Mass
Communication and Society, XIII.

33

Anda mungkin juga menyukai