Anda di halaman 1dari 4

1.

Material dan Rules Based Standars


Materilaitas merupakan besarnya informasi akuntansi yang bergantung pada ukuran dan
sifatnya serta jika terjadi suatu kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat pos pos laporan keuangan, baik secara sendiri sendiri maupun secara
bersamaan, yang dapat mempengaruhi keputusan keputusan ekonomi pengguna laporan
keuangan.
a.Materialitas dan rules based standard
Rules based standards merupakan Standar akuntansi berbasis aturan (rule based
accounting standard) adalah sebuah sistemakuntansi di mana aturan rinci menentukan
bagaimana standar akuntansi harus diterapkan untuk berbagai kegiatan usaha. Prinsip
akuntansi yang berlaku umum di AS (GAAP) dianggap sebagai sistem berbasis aturan.
Standar ini kurang memberikan keleluasan dibandingkanstandar akuntansi berbasis
prinsip.
b. Kelemahan Standar Berbasis Peratutan (Rule Based standart)
Beberapa kelemahan dari standar yang berbasis aturan antara lain :
-Standar berbasis aturan selalu dirasa kurang lengkap.
-Karena eksplesit, standar akuntasi berbasis aturan beresiko berumur pendek karena
turbulensi perubahan lingkungan akuntansi.
-Terasa over-regulated atau berlebihan oleh pengguna standar.
-Garis Besar Haluan Standar Akuntansi (GBHSA) terbesar antara lain adalah penyusunan
standar akan standar berbasis aturan (Rule based) atau standar berbasis prinsip (Principle
based).
-Perdebatan mengenai principal based dan rules based telah berlangsung selama lebih
dari satu decade.
-Proses konvergensi IASB dengan FASB terus berjalan untuk menghilangkan perbedaan
mendasar dari dua standar akuntansi dunia tersebut.

2. Proses penentuan materialitas


Langkah pertama, yaitu mempelajari informasi informasi yang berkenaan dengan
laporan keuangan yang akan diauditnya. Auditor mengidentifikasi risiko salah saji : pada
akun mana, atau tentang pengungkapan apa, dalam laporan keuangan yang mana
( laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, dan seterusnya). Dalam langkah pertama ini,
auditor seperti membaca peta lencana, dan berusaha melokalisasi wilayah bencana.
Langkah yang kedua, auditor mengubah titik pandangnya kepada pengguna laporan
keuangan, dimana mereka menggunakan laporan keuangan untuk mebuat berbagai
macam keputusan ekonomis, seperti menanam modal dalam perusahaan tersebut,
berbisnis dengan entitas, meminjamkan uang, dan lain lain. Langkah kedua dalam proses
menetapkan besarnya materialitas besifat konseptual. Auditor tidak betul betul bertemu
dengan investor dan mengajukan pertanyaan. Proses konseptual imajinatif ini bisa disebut
dengan fictie. Contohnya seperti membaca analisis yang dibuat para analis pasar modal
tentang prospek PT Tbk ABC dan masalah yang dihadapi. Atau, auditor mempelajari
rekasi pimpinan perusahaan jika terjadi “ bencana”, seperti sanksi hukum ( tuntutan ganti
rugi korban bencana lapindo), putusan pengadilan, kehilangan pemasok penting atau
pelanggan besar.
Langkah ketiga, menentukan besarnya materialitas. Dimana terdapat ambang batas
yang disebut dengan” materialitas untuk laporan keuangan secara menyeluruh “ disingat “
overaall materiality “, dimana tidak didasarkan pada penilaan risiko audit, namun
ditentukan sepenuhnya oleh pemahaman auditor mengenai reasonable user. Secara
konseptual, materialitas menyeluruh sama dengan materialitas yang digunakan pengguna
laporan keuangan.

3. Materilaitas dalam proses audit


Terbagi menjadi 3 tahap :
a. Risk assesment ( penilaian risiko)
-Menentukan materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (overall
materiality) dan performance materiality
-Merencanakan prosedur penilaian resiko yang harus dilaksanakan
-Mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji material
b. Risk respone ( menanggapi risiko)
-Menentukan sifat,waktu, luas prosedur audit selanjutnya
-Merevisi angka material karena perubahan situasi selama audit berlangsung
c. Reporting ( pelaporan)
-Mengevaluasi salah satu yang belum di koreksi oleh entitas tersebut
-Merumuskan pendapat auditor

4. Materialitas pada dua tingkat


Konsep materialitas pada dua tingkat
-Tingkat laporan keuangan secara menyeluruh ( financial statement level)
a. Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, dengan
membuat estimasi materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara jumlah
dalam laporan keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah
pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan.
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas :
b. Pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit. Contoh panduan
kuantitatif yang digunakan dalam praktik : 1. Laporan keuangan dipandang
mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 5 % sampai 10 % dari laba
sebelum pajak. 2. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material
jika terdapat salah saji ½ % sampai 1 % dari total aktiva. 3. Laporan keuangan di
pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1 % dari total
pasiva. 4. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika
terdapat salah saji ½% sampai 1% dari pendapatan bruto.
- Tingkat saldo akun, jenis transaksi, dan pengungkapan ( account balance, class of
transactions, and disclosure level)
Pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam
saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada tingkat
saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
Hubungan Antara Materialitas Dengan Bukti Audit Materialitas Bukti Audit
Materialitas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan
auditor tentang kecukupan (kuantitas) bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan
antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun
material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar
jumlah bukti yang diperlukan ( hubungan terbalik ).

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas 1
    Tugas 1
    Dokumen2 halaman
    Tugas 1
    Desy Purwaning
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen6 halaman
    Tugas
    Desy Purwaning
    Belum ada peringkat
  • Tugaas
    Tugaas
    Dokumen4 halaman
    Tugaas
    Desy Purwaning
    Belum ada peringkat
  • Leverage
    Leverage
    Dokumen23 halaman
    Leverage
    Desy Purwaning
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen7 halaman
    Tugas
    Desy Purwaning
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen6 halaman
    Tugas
    Desy Purwaning
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen19 halaman
    Tugas
    Desy Purwaning
    Belum ada peringkat
  • Tugaa
    Tugaa
    Dokumen4 halaman
    Tugaa
    Desy Purwaning
    Belum ada peringkat
  • TUGAS
    TUGAS
    Dokumen4 halaman
    TUGAS
    Desy Purwaning
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen5 halaman
    Tugas
    Desy Purwaning
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen6 halaman
    Tugas
    Desy Purwaning
    Belum ada peringkat
  • Kertas Kerja Audit
    Kertas Kerja Audit
    Dokumen13 halaman
    Kertas Kerja Audit
    Desy Purwaning
    Belum ada peringkat