Nama:
Sinthya Desty Rahmadhania
NIM:
082001700048
Mata Kuliah:
Pengelolaan Sumber Daya Air
Dosen Pengampu:
Ir. Ramadhani Yanidar, MT
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2019
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya. Sehingga saya dapat melaksanakan prakikum dan
menyelesaikan dengan baik. Sehingga tersusunlah sebuah Laporan Teknis
Analisa Hidrologi Di Kawasan Banten Sebagai Dasar Pengelolaan Sumber Daya
Air. Laporan ini saya susun dengan sistematis dan sebaik mungkin dengan
tujuan untuk memenuhi tugas Pengelolaan Sumber Daya Air. Dengan selesainya
laporan praktikum ini, maka saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Ramadhani Yanidar, MT selaku dosen matakuliah pengelolaan sumber
daya air.
2. Seluruh teman yang berkenaan saling membantu menyelesaikan
laporan teknis analisa ini.
Demikian laporan teknis analisa yang telah saya buat. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
i
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II STUDI PUSTAKA.......................................................................................................3
2.1 Pretisipasi (Hujan) ……………………………………………………….. 3
2.2 Metode Pengukuran Curah Hujan ……………………………………… 5
2.3 Debit Aliran Sungai ………………………………………………………. 10
BAB III METODE....................................................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................12
4.1 Hasil Pengamatan ………………………………………………………… 12
4.1.1 Intensitas Hujan ……………………………………………………. 12
4.1.2 Debit Andalan ………………………………………………………. 20
4.2 Pembahasan ………………………………………………………………. 29
BAB V KESIMPULAN …………………………………………………………….. 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Yn …………………………………………………………………... 8
Tabel 2.2 Nilai Sn ………………………………………………………………….. 8
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Maksimum ……………………………………….. 12
Tabel 4.2 Rata-rata Hujan Metode Aritmatik …………………………………… 12
Tabel 4.3 Luas Daerah Pelayanan ………………………………………………. 13
Tabel 4.4 Rata-rata Metode Polygon Thiessen ………………………………… 13
Tabel 4.5 Metode Gumbel ...……………………………………………………… 14
Tabel 4.6 Hasil Metode Gumbel …..……………………………………………… 15
Tabel 4.7 Metode Log Pearson III ……………………………………………….. 15
Tabel 4.8 Hasil Metode Log Pearson III ………………………………………… 16
Tabel 4.9 Metode Talbot ………………………………………………………….. 16
Tabel 4.10 Hasil Metode Talbot …………………………………………………… 17
Tabel 4.11 Metode Sherman .…………………………………………………… 17
Tabel 4.12 Hasil Metode Sherman …………………………………………… ... 18
Tabel 4.13 Metode Ishiguro .. …………………………………………………… 19
Tabel 4.14 Hasil Metode Ishiguro ……………………………………………….. 19
Tabel 4.15 Debit Sungai Opak …………………………………………………… 20
Tabel 4.16 Gradien Sungai Opak ………………………………………………... 20
Tabel 4.17 Presentase Penduduk Terlayani …………………………………… 20
Tabel 4.18 Debit Andalan ……….………………………………………………... 21
iii
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ombrometer ………………………………………………………….. 4
Gambar 2. Pluviometer …………………………………………………………… 4
Gambarl 4.1 Penentuan Luas ……………………………………….. .............. 13
iv
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Data curah hujan rata-rata untuk suatu daerah tangkapan air atau daerah
aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang sangat diperlukan oleh pakar
bidang hidrologi. Adapun fungsi dari data curah hujan rata-rata untuk berbagai
kegiatan seperti pertanian yang berguna untuk pengaturan air irigasi, mengetahui
neraca lahan, mengetahui bersarnya aliran permukaan (run off). Besarnya curah
hujan di suatu wilayah atau daerah diperlukan penakar curah hujan dalam jumlah
yang cukup untuk dapat mewakili.
1
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
Tujuan dari tugas mata kuliah pengelolaan sumber daya air (PSDA) adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui curah hujan pada wilayah Banten.
2. Untuk mengetahui intensitas hujan pada wilayah Banten.
3. Untuk mengetahui debit andalan pada Sungai Opak
4. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan pengukuran debit andalan
untuk pengelolaan perairan di DAS Opak.
2
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Presipitasi (Hujan)
Hujan merupakan gejala metorologi dan juga unsur klimatologi. Hujan yang
sampai ke permukaan tanah dapat diukur dengan jalan mengukur tinggi air hujan
tersebut dengan berdasarkan volume air hujan per satuan luas. Hasil dari
pengukuran tersebut dinamakan dengan curah hujan. Curah hujan merupakan salah
satu unsur cuaca yang datanya diperoleh dengan cara mengukurnya dengan
menggunakan alat penangkar hujan, sehingga data diketahui jumlahnya dalam
satuan millimeter (mm). Curah hujan 1 mm adalah jumlah air hujan yang jatuh di
2
permukaan per satuan luas (m ) dengan catatan tidak menguap, meresap atau
2
mengalir. Jadi, curah hujan sebanyak 1 mm setara dengan 1 liter/m (Handoko,
2003).
Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan
durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah
luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan
durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi
panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air
bagaikan ditumpahkan dari langit. Analisis curah hujan titik adalah analisa data
hujan yang dikumpulkan oleh satu stasiun sebagai individu (Asdak, 2007).
Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima di permukaan
sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan ke dalam
tanah. Berdasarkan ukuran butiran, hujan dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian yaitu sebagai berikut:
3. Hujan batu es, curahan batu es yang turun di dalam cuaca panas awan yang temperature di bawah titik beku (0 ⁰C).
4. Hujan deras atau rain, dengan curah hujan yang turun dari awan
dengan nilai temperature di atas titik beku berdiameter butiran ± 7 mm
(Anonim, 2016).
1. Di atas normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap
rata-ratanya.
3
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
2. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-
ratanya.
3. Di bawah normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari
85% terhadap rata-ratanya (Suroso, 2006).
Data hujan mempunyai variasi yang sangat besar dibandingkan unsur
iklim lainnya, baik variasi menurut tempat maupun waktu. Di Indonesia
merupakan salah satu kawasan tropis di mana banyak dipengaruhi oleh
kehadiran angina pasat, angina monsunal, iklim maritim dan pengaruh berbagai
kondisi lokal. Maka cuaca dan iklim di Indonesia diduga memiliki karakteristik
khusus yang hingga kini mekanisme proses pembentukannya tidak semua orang
mengetahuinya. Secara umum, curah hujan di Indonesia didominasi oleh adanya
pengaruh beberapa fenomena, antara lain Monsum Asia-Australia, El-Nino,
sirkulasi Timur-Barat (Walker Circulation) dan sirkulasi Utara-Selatan (Hardley
Circulation) serta beberapa sirkulasi karena pengaruh lokal (Sutomo, 1996).
Variabilitas curah hujan di Indonesia sangat kompleks dan merupakan suatu
bagian chaotic dari variabilitas monsun. Monsun dan pergerakan ITCZ (Intertropical
Convergence Zone) berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan dan semi tahunan
di Indonesia, sedangkan fenomena El-Nino dan Dipole Mode berkaitan dengan
variasi curah hujan antar tahunan di Indonesia (Handoko, 2003).
4
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
Dalam menghitung curah hujan suatu wilayah ada beberapa metode yang
dapat digunakan yaitu metode rata-rata aritmatik (aljabar), metode polygon
thiessen, dan metode isohyet.
1. Metode Aritmatik (Aljabar)
Salah satu metode pada pengukuran curah hujan yang paling sederhana
adalah metode aritmatik. Pengukuran yang dilakukan pada metode aritmatik di
beberapa stasiun atau titik pengamatan secara bersamaan. Metode aljabar akan
memperoleh hasil yang baik apabila stasiun tersebar merata di wilayah yang
menjadi lokasi pengamatan dan distribusi hujan relatif merata pada wilayah
tersebut. Syarat-syarat data curah hujan yang dappat dirata-rata dengan metode
aritmatik (aljabar) adalah sebagai berikut:
a. Daerah cukup datar.
b. Jarak antara stasiun relatif hampir sama
c. Curah hujan yang seragam.
Rumus dari pengukuran metode rata-rata aritmatik (aljabar) yaitu
sebagai berikut:
1
R= x (R1 + R2 + R3 + …..Rn)
n
Keterangan :
5
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
Keterangan :
R = Curah hujan rata-rata tahunan (mm)
R1, R2, R3 = Curah hujan rata-rata tahunan di tiap titik pengamatan
Rn = Jumlah titik pengamatan
A1, A2 = Luas wilayah yang dibatasi polygon
A = Luas wilayah pengamatan
W1 , W2 = A
A1 A2 3
A +A +A
6
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
Kelebihan dari metode polygoyn thiessen yaitu dapat dilakukan pada daerah
yang memiliki distribusi penakaran hujan yang tidak merata dan mengabaikan
efek topografi dan satu polygon diwakili oleh satu stasiun penakaran hujan.
Adapun kelemahan metode poligon theissen yaitu membutuhakan waktu yang
lebih lama karena perhitungan yang dilakukann membutuhkan ketelitian, proses
pengerjaan yang baik, dan tidak cocok untu daerah bergunung dengan intensitas
curah hujan yang tinggi.
3. Metode Isohyet
Metode isohyet merupakan metode paling teliti dari pengukuran curah hujan
dalam menghitung kedalaman hujan rata-rata pada suatu daerah. Isohyet adalah
garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang sama. Pada
metode isohyet hujan yang merata dianggap berada di daerah antara dua garis
isohyet dan sama dengan nilai rata-rata dari kedua garis tersebut. Rumus dari
metode isohyet adalah sebagai berikut:
Keterangan :
P = Curah hujan rata-rata
P1,…Pn = Besaran curah hujan yang sama pada setiap garis isohyet.
At = Luas total wilayah (A1+A2+….+An).
Analisis frekuensi sesungguhnya merupakan prakiraan (forecasting) dalam arti
probabilitas untuk terjadinya suatu peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan
rencana yang berfungsi sebagai dasar perhitungan perencanaan hidrologi untuk
antisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi. Analisis frekuensi ini dilakukan
menggunakan probability distribution dengan metode sebagai berikut:
A. Metode Gumbel
Yt – Y n
XT = X + S x
Sn
Keterangan :
Xr = Harga rata-rata sampel data curah hujan (dalam hal ini curah hujan
harian maksimum.
S = Standar deviasi data sampel curah hujan.
Sn = Reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel.
YT = Reduced variat, mempunyai nilai yang berbeda pada setiap periode ulang.
7
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
Y = Y + k.S
Keterangan :
Y = Nilai logaritmik dari X atau log X
= Rata-rata hitung (lebih baik rata-rata geometrik) nilai Y
8
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
1. Metode Talbot
Metode Talbot diterapkan dengan tetapan a dan b. Di mana rumus talbot
ditentukan sebagai berikut:
a
I=t+ b
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) a dan b
= Konstanta
t= Lamanya curah hujan/durasi (jam)
2. Metode Sherman
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan a dan n
= Konstanta
t= Lamanya curah hujan
3. Metode Ishiguro
berikut: Dimana:
9
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
BAB III
METODE
Pada penelitian ini diambil sampel yang terdiri atas tiga stasiun di Provinsi
Banten, yaitu Stasiun Meteorologi Budiarto, Stasiun Meteorologi Serang, dan
Stasiun Meteorologi Soekarno Hatta. Dari hasil penelitian ini, data yang
digunakan yaitu dengan pengumpulan data curah hujan per hari selama sepuluh
tahun di tiap stasiun.
10
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Intensitas Hujan
Data curah hujan maksimum yang diperoleh dari tiga stasiun di
Provinsi Banten adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Maksimum
TAHUN RATA-RATA
2000 95.77
2001 80.33
2002 87.10
2003 92.67
2004 100.83
2005 96.50
2006 85.87
2007 159.90
2008 161.77
2009 76.37
RATA-RATA 103.71
11
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
Berdasarkan dari data curah hujan dan luas daerah pelayanan, maka
didapatkan rata-rata dengan menggunakan metode polygon thiessen sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Rata-rata Metode Polygon Thiessen
TAHUN RATA-RATA
2000 93
2001 81
2002 87
2003 105
2004 109
2005 115
2006 75
2007 148
2008 254
2009 93
RATA-RATA 116.05
12
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
Y t – Yn
XT = X + S x Sn
13
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
Hasil dari analisis dengan menggunakan metode log pearson III diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.7 Metode Log Pearson III
CURAH Log
TAHUN Log Xi - X (Log Xi - X)^2 (Log Xi - X)^3
HUJAN Xi
2000 95.77 1.98 -0.02 0.0004 -0.0000078
2001 80.33 1.90 -0.10 0.0092 -0.0008894
2002 87.10 1.94 -0.06 0.0037 -0.0002275
2003 92.67 1.97 -0.03 0.0012 -0.0000398
2004 100.83 2.00 0.00 0.0000 0.0000000
2005 96.50 1.98 -0.02 0.0003 -0.0000045
2006 85.87 1.93 -0.07 0.0045 -0.0003040
2007 159.90 2.20 0.20 0.0411 0.0083387
2008 161.77 2.21 0.21 0.0432 0.0089761
2009 76.37 1.88 -0.12 0.0140 -0.0016498
JUMLAH 1037.10 20.01 0.0141920
RATA-
103.71 2.00
RATA
SD 10.73 0.1143
Cs 1.32
Y =Y + k.S
14
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
1. Metode Talbot
2. Metode Sherman
3. Metode Ishiguro
15
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
a
I=t+ b
METODE TALBOT
300.00
200.00
100.00
0.00
0 10 20 30
Series1 Series2 Series3
Series4 Series5
16
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
METODE SHERMAN
300
200
100
0
0 10 20 30
17
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
Tahun (T) a b
2 36.57 -0.66
5 88.43 -0.52
10 123.74 -0.42
50 204.64 -0.19
100 240.28 -0.09
1 5 10 15 20 25
2 109.09 23.2722 14.64149 11.397976 9.604299 8.43485649
5 184.029 51.5137 33.45982 26.368676 22.37164 19.7359598
10 213.271 68.1292 45.12017 35.833928 30.535762 27.0165478
50 252.248 99.9534 68.81938 55.543802 47.774431 42.532881
100 262.837 111.745 78.1025 63.445619 54.779195 48.8949965
METODE ISHIGURO
300
250
200
150
100
50
0
0 10 20 30
Series1 Series2 Series3
Series4 Series5
18
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
3 3
No. Debit Minimum (m /s) Debit Maksimum (m /s)
1. 1.10 228.00
m
P= x 100%
(n + 1)
m= 0 12.70
GRADIEN 45.08%
m= 0 12.40
GRADIEN 46.17%
m= 0 12.40
19
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
20
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-
21
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-
22
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-
23
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-
24
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-
25
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-
26
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
200.00
150.00
100.00
50.00
0.00
0.00% 100.00% 200.00% 300.00% 400.00%
27
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
4.2 Pembahasan
Intensitas curah hujan merupakan jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam
tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun
waktu air hujan terkonsentrasi. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda
terganatung dari lamanya curah hujan dan frekuensi terjadinya.
Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan
durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah
luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan
durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi
panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi artinya sejumlah besar volume air
bagaikan ditumpahkan dari langit.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi curah hujan yaitu sebagai
berikut:
1. Fakor garis lintang menyebabkan perbedaan kuantitas curah hujan.
Semakin rendah garis lintang maka semakin tinggi potensi curah hujan
yang diterima karena daerah lintang rendah suhunya lebih besar
dibandingkan dengan suhu daerah lintang tinggi. Suhu yang tinggi
menyebabkan penguapan juga tinggi kemudian akan menjadi hujan
dengan melalu kondensasi.
2. Faktor ketinggian tempat.
3. Arah angin.
4. Faktor luas daratan
Metode yang digunakan untuk menghitung rata-rata curah hujan, yaitu
metode aritmatik (aljabar) dan metode polygon thiessen. Pada umumnya, metode
ini digunakan untuk daerah dengan variasi hujan yang sekecil mungkin.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa rata-rata curah hujan dengan metode
aritmatik (aljabar) sebesar 103.71 mm. Berdasarkan dari hasil pengamatan, hujan
rata-rata hujan tersebut termasuk ke dalam kategori hujan lebat yang
dikemukakan oleh BMKG karena curah hujan tersebut di atas 50 mm per hari.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa rata-rata curah hujan dengan metode
thiessen sebesar 116.05 mm. Berdasarkan dari hasil pengamatan, hujan rata-rata
hujan tersebut termasuk ke dalam kategori hujan lebat yang dikemukakan oleh
BMKG karena curah hujan tersebut di atas 50 mm per hari.
Metode gumbel dan metode log pearson III digunakan untuk menentukan
periode ulang hujan. Periode ulang hujan bertujuan untuk memprediksi curah
hujan pada periode ulang hujan yang terlah ditentukan. Pada metode gumbel
didapatkan bahwa rata-rata curah hujan sebesar 168.32 mm. Dan pada metode
log pearson III didapatkan bahwa rata-rata curah hujan sebesar 157.83 mm.
28
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
29
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
BAB V
KESIMPULAN
30
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
DAFTAR PUSTAKA
Aldrian, E, Budiman, dan Mimin Karmini. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan
Iklim di Indonesia. Jakarta: Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara
Kedeputian Bidang Klimatologi.
Suroso, 2006. Analisis Curah Hujan untuk Membuat Kurva Intensity- Duration
Frequency (IDF). Vol. 3. Purwakarta: Universitas Jenderal Sudirman.
LAMPIRAN
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048
Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/cgi-sisda/debitdat?040870002