Anda di halaman 1dari 39

Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

LAPORAN TEKNIS ANALISA HIDROLOGI DI KAWASAN BANTEN


SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Nama:
Sinthya Desty Rahmadhania

NIM:
082001700048

Mata Kuliah:
Pengelolaan Sumber Daya Air

Dosen Pengampu:
Ir. Ramadhani Yanidar, MT

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA
2019
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya. Sehingga saya dapat melaksanakan prakikum dan
menyelesaikan dengan baik. Sehingga tersusunlah sebuah Laporan Teknis
Analisa Hidrologi Di Kawasan Banten Sebagai Dasar Pengelolaan Sumber Daya
Air. Laporan ini saya susun dengan sistematis dan sebaik mungkin dengan
tujuan untuk memenuhi tugas Pengelolaan Sumber Daya Air. Dengan selesainya
laporan praktikum ini, maka saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Ramadhani Yanidar, MT selaku dosen matakuliah pengelolaan sumber
daya air.
2. Seluruh teman yang berkenaan saling membantu menyelesaikan
laporan teknis analisa ini.

Demikian laporan teknis analisa yang telah saya buat. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 05 April 2019

Sinthya Desty Rahmadhania


082001700048

i
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II STUDI PUSTAKA.......................................................................................................3
2.1 Pretisipasi (Hujan) ……………………………………………………….. 3
2.2 Metode Pengukuran Curah Hujan ……………………………………… 5
2.3 Debit Aliran Sungai ………………………………………………………. 10
BAB III METODE....................................................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................12
4.1 Hasil Pengamatan ………………………………………………………… 12
4.1.1 Intensitas Hujan ……………………………………………………. 12
4.1.2 Debit Andalan ………………………………………………………. 20
4.2 Pembahasan ………………………………………………………………. 29
BAB V KESIMPULAN …………………………………………………………….. 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Nilai Yn …………………………………………………………………... 8
Tabel 2.2 Nilai Sn ………………………………………………………………….. 8
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Maksimum ……………………………………….. 12
Tabel 4.2 Rata-rata Hujan Metode Aritmatik …………………………………… 12
Tabel 4.3 Luas Daerah Pelayanan ………………………………………………. 13
Tabel 4.4 Rata-rata Metode Polygon Thiessen ………………………………… 13
Tabel 4.5 Metode Gumbel ...……………………………………………………… 14
Tabel 4.6 Hasil Metode Gumbel …..……………………………………………… 15
Tabel 4.7 Metode Log Pearson III ……………………………………………….. 15
Tabel 4.8 Hasil Metode Log Pearson III ………………………………………… 16
Tabel 4.9 Metode Talbot ………………………………………………………….. 16
Tabel 4.10 Hasil Metode Talbot …………………………………………………… 17
Tabel 4.11 Metode Sherman .…………………………………………………… 17
Tabel 4.12 Hasil Metode Sherman …………………………………………… ... 18
Tabel 4.13 Metode Ishiguro .. …………………………………………………… 19
Tabel 4.14 Hasil Metode Ishiguro ……………………………………………….. 19
Tabel 4.15 Debit Sungai Opak …………………………………………………… 20
Tabel 4.16 Gradien Sungai Opak ………………………………………………... 20
Tabel 4.17 Presentase Penduduk Terlayani …………………………………… 20
Tabel 4.18 Debit Andalan ……….………………………………………………... 21

iii
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Ombrometer ………………………………………………………….. 4
Gambar 2. Pluviometer …………………………………………………………… 4
Gambarl 4.1 Penentuan Luas ……………………………………….. .............. 13

iv
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran dan


gerakan air di alam. Meliputi berbagai bentuk air, yang termasuk perubahan-
perubahannya antara keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfer, di atas, dan
di bawah tanah. Di dalamnya tercakup air laut yang merupakan sumber dan
penyimpanan air yang mengaktifkan penghidupan di planet muka bumi ini.
Hujan merupakan proses di mana jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-
partikel air dengan diameter 0.5 mm atau lebih. Jatuhnya air sampai ke tanah
disebut juga dengan hujan, akan tetapi apabila jatuhnya tidak dapat mencapai
tanah karena menguap kembali maka disebut dengan virga. Hujan juga dapat
didefinisikan dengan uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah melalui
proses hidrologi. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi bentuk uap air
yang berasal dari awan yang terdapat di atmosfer. Bentu presipitasi air lainnya
adalah berupa salju dan es. Terjadinya hujan diperlukan titik-titik kondensasi,
amoniak, debu, dan asam belerang. Titik-titik kondensasi ini mempunyai sifat
yang dapat mengambil uap air dari udara. Satuan curah hujan dinyatakan dalam
millimeter (mm) atau inch.

Presipitasi adalah faktor utama yang mengendalikan berlangsungnya siklus


hidrologi dalam suatu wilayah DAS yang merupakan elemen utama yang perlu
diketahui mendasari pemahaman tentang kelembapan tanah, proses resapan air
tanah, dan debit aliran.
Hujan dikatakan lebat apabila intesitasnya besar dan kondisi ini sangat
berbahaya karena akan berdampak pada keberlangsungan hidup. Hujan
merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu
maupun tempat. Adapun tiga faktor utama yang merupakan mekanisme
berlangsungnya hujan yaitu:
3. Kenaikan massa uap air ke tempat yang lebih tnggi sampai saatnya
atmosfer menjadi jenuh.
4. Terjadi kondensasi atas partikel-partikel uap air di atmosfer.
5. Partiel-partikel uap air tersebut bertambah besar sejalan dengan waktu
untuk kemudian jatuh ke bumi dan permukaan laut sebagai hujan karena
gaya gravitasi.

Data curah hujan rata-rata untuk suatu daerah tangkapan air atau daerah
aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang sangat diperlukan oleh pakar
bidang hidrologi. Adapun fungsi dari data curah hujan rata-rata untuk berbagai
kegiatan seperti pertanian yang berguna untuk pengaturan air irigasi, mengetahui
neraca lahan, mengetahui bersarnya aliran permukaan (run off). Besarnya curah
hujan di suatu wilayah atau daerah diperlukan penakar curah hujan dalam jumlah
yang cukup untuk dapat mewakili.

1
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Besarnya presipitasi dapat dihitung dengan dua penangkar hujan, yaitu


pengankar hujan otomatis dan penangkar hujan tidak otomatis. Tingkat ketelitian
hasil pengukuran curah hujan dalam suatu sistem jaringan kerja tergantung tidak
hanya pada keseluruhan kerapatan alat-alat pengangkar hujan tetapi juga pada
penyebaran alat penangkar hujan. Ketelitian pengukuran dapat ditingkatkan
dengan cara mempertimbangkan pola variabilitas spasial curah hujan di suatu
tempat dan kedudukan alat penangkar. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu sebagai berikut:

1. Alat penangkar hujan ditempatkan berdasarkan klasifikasi


karakteristik topografi.
2. Ketinggian tempat.
3. Kemiringan lereng.
4. Kedudukan/arah terhadap angin.
1.2 Tujuan

Tujuan dari tugas mata kuliah pengelolaan sumber daya air (PSDA) adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui curah hujan pada wilayah Banten.
2. Untuk mengetahui intensitas hujan pada wilayah Banten.
3. Untuk mengetahui debit andalan pada Sungai Opak
4. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan pengukuran debit andalan
untuk pengelolaan perairan di DAS Opak.

2
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Presipitasi (Hujan)
Hujan merupakan gejala metorologi dan juga unsur klimatologi. Hujan yang
sampai ke permukaan tanah dapat diukur dengan jalan mengukur tinggi air hujan
tersebut dengan berdasarkan volume air hujan per satuan luas. Hasil dari
pengukuran tersebut dinamakan dengan curah hujan. Curah hujan merupakan salah
satu unsur cuaca yang datanya diperoleh dengan cara mengukurnya dengan
menggunakan alat penangkar hujan, sehingga data diketahui jumlahnya dalam
satuan millimeter (mm). Curah hujan 1 mm adalah jumlah air hujan yang jatuh di
2
permukaan per satuan luas (m ) dengan catatan tidak menguap, meresap atau
2
mengalir. Jadi, curah hujan sebanyak 1 mm setara dengan 1 liter/m (Handoko,
2003).
Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan
durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah
luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan
durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi
panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air
bagaikan ditumpahkan dari langit. Analisis curah hujan titik adalah analisa data
hujan yang dikumpulkan oleh satu stasiun sebagai individu (Asdak, 2007).

Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan yang diterima di permukaan
sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan ke dalam
tanah. Berdasarkan ukuran butiran, hujan dapat dibedakan menjadi beberapa
bagian yaitu sebagai berikut:

1. Hujan gerimis atau drizzle, dengan diameter butirannya kurang dari


0.5 mm.
2. Hujan salju atau snow, Kristal-kristal es yang temperature udaranya berada di bawah titik beku (0⁰C).

3. Hujan batu es, curahan batu es yang turun di dalam cuaca panas awan yang temperature di bawah titik beku (0 ⁰C).

4. Hujan deras atau rain, dengan curah hujan yang turun dari awan
dengan nilai temperature di atas titik beku berdiameter butiran ± 7 mm
(Anonim, 2016).

Sifat hujan merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama


rentang waktu yang ditetapkan dengan jumlah curah hujan normalnya. Sifat
hujan dibagi menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut:

1. Di atas normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap
rata-ratanya.

3
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

2. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-
ratanya.
3. Di bawah normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari
85% terhadap rata-ratanya (Suroso, 2006).
Data hujan mempunyai variasi yang sangat besar dibandingkan unsur
iklim lainnya, baik variasi menurut tempat maupun waktu. Di Indonesia
merupakan salah satu kawasan tropis di mana banyak dipengaruhi oleh
kehadiran angina pasat, angina monsunal, iklim maritim dan pengaruh berbagai
kondisi lokal. Maka cuaca dan iklim di Indonesia diduga memiliki karakteristik
khusus yang hingga kini mekanisme proses pembentukannya tidak semua orang
mengetahuinya. Secara umum, curah hujan di Indonesia didominasi oleh adanya
pengaruh beberapa fenomena, antara lain Monsum Asia-Australia, El-Nino,
sirkulasi Timur-Barat (Walker Circulation) dan sirkulasi Utara-Selatan (Hardley
Circulation) serta beberapa sirkulasi karena pengaruh lokal (Sutomo, 1996).
Variabilitas curah hujan di Indonesia sangat kompleks dan merupakan suatu
bagian chaotic dari variabilitas monsun. Monsun dan pergerakan ITCZ (Intertropical
Convergence Zone) berkaitan dengan variasi curah hujan tahunan dan semi tahunan
di Indonesia, sedangkan fenomena El-Nino dan Dipole Mode berkaitan dengan
variasi curah hujan antar tahunan di Indonesia (Handoko, 2003).

Pengukuran curah hujan dapat dilakukan menggunakan alat penakar


curah hujan yang dibagi menjadi dua macam yaitu manual raingauge/non-
automatic raingauge, dan automatic raingauge. Alat pengukur curah hujan
manual terdiri atas corong penangkap, tabung, dan gelas ukur sebagai wadah
tetes air hujan. Ombrometer diletakkan pada permukaan tanah dengan batas
antara alat dan permukaan tanah dipisahkan oleh sebuah beton atau penopang
lainnya. Kapasitas tampung hujan lebih banyak karena ukurannya yang cukup
besar dan biasanya diletakkan pada tempat-tempat tertentu sebagai media
observatorium. Pluviometer membutuhkan penyangga untuk meletakkanmya
saat digunakan menghitung curah hujan. Pada pluviometer kapasitas air hujan
dapat langsung dihitung menggunakan gelas ukur yang ada didalam pluviometer.
Namun, kapasitas pluviometer tidak sebanyak dengan ombrometer sehingga
penggunaannya tidak efektif apabila terjadi intensitas hujan yang lebat.

Gambar 1. Ombrometer Gambar 2. Pluviometer

4
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Pada pengukuran curah hujan juga perlu memperhitungkan banyaknya


alat penakar hujan. Hal tersebut dengan tujuan untuk dapat memperoleh hasil
data pengukurann hujan yang akurat. Perkiraan seberapa banyak alat yang
digunakan dalam suatu wilayah dapat ditentukan sebagai berikut:

1. Daerah dengan luas sekitar 250 ha dengan variasi topografi datar


dapat diwakili satu alat penakar hujan.
2. Daerah dengan luas antara 250 ha-50.000 ha dapat diwakili 2 atau 3
alat penakar hujan untuk mendapatkan hasil rata-rata hujan yang
dapat diolah dengan metode aljabar.
3. Daerah dengan luas 50.000 ha-120.000 ha dengan titik pengamatan
yang merata bisa mengolah hasil pengukuran hujan menggunakan
metode aljabar dengan syarat tidak ada faktor topografi yang
mempengaruhi. Sebaliknya jika titik pengamatan tidak merata maka
dapat menggunakan metode polygon theissen dalam mengolah data
hujan.
4. Daerah dengan luas lebih dari 500.000 ha maka perhitungan harus
menggunakan metode rata-rata isohyet agar hasil yang didapatkan
lebih akurat.

2.2 Metode Pengukuran Curah Hujan

Dalam menghitung curah hujan suatu wilayah ada beberapa metode yang
dapat digunakan yaitu metode rata-rata aritmatik (aljabar), metode polygon
thiessen, dan metode isohyet.
1. Metode Aritmatik (Aljabar)
Salah satu metode pada pengukuran curah hujan yang paling sederhana
adalah metode aritmatik. Pengukuran yang dilakukan pada metode aritmatik di
beberapa stasiun atau titik pengamatan secara bersamaan. Metode aljabar akan
memperoleh hasil yang baik apabila stasiun tersebar merata di wilayah yang
menjadi lokasi pengamatan dan distribusi hujan relatif merata pada wilayah
tersebut. Syarat-syarat data curah hujan yang dappat dirata-rata dengan metode
aritmatik (aljabar) adalah sebagai berikut:
a. Daerah cukup datar.
b. Jarak antara stasiun relatif hampir sama
c. Curah hujan yang seragam.
Rumus dari pengukuran metode rata-rata aritmatik (aljabar) yaitu
sebagai berikut:
1
R= x (R1 + R2 + R3 + …..Rn)
n

Keterangan :

R = Curah hujan rerata tahunan (mm)


n = Jumlah stasiun yang digunakan
R1 R2 Rn = Curah hujan rerata tahun di tiap titik pengamatan (mm)

5
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Pada metpde aritmatik (aljabar) terdapat kelebihan maupun kekurangan.


Kelebihan dari metode aritmatik (aljabar) yaitu sebagai berikut:
1. Metode aritmatik dapat digunakan untuk daerah datar dengan
jumlah stasiun hujan yang relatif banyak.
2. Metode aritmatik sangat sederhana dan mudah digunakan.
Selain kelebihan yang terdapat pada metode aritmatik, terdapat
kekurangannya yaitu sebagai berikut:
1. Hasil dari metode aritmatik ini tidak teliti atau tidak akurat. Hal ini
dikarenakan pengukuran tinggi curah hujan tidak benar-benar merata pada
seluruh DAS (Daerah Aliran Sungai).

2. Metode Polygon Thiessen


Metode polygon thiessen digunakan pada pengukuran berdasarkan rata-rata
timbang. Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan faktor pengaruh daerah
yang mewakili oleh stasiun hujan yang disebut faktor pembobotan atau koefisien
Thiessen. Jumlah stasiun pada metode ini adalah minimal tiga stasiun. Untuk
pemilihan stasiun hujan yang dipilih harus meliputi daerah aliran sungai yang
akan dibangun. Besarnya koefisien Thiessen tergantung dari luas daerah
pengaruh stasiun hujan yang dibatasi oleh poligon-poligon yang memotong tegak
lurus pada tengah-tengah garis penghubung stasiun. Rumus dari metode polygon
thiessen adalah sebagai berikut:

Keterangan :
R = Curah hujan rata-rata tahunan (mm)
R1, R2, R3 = Curah hujan rata-rata tahunan di tiap titik pengamatan
Rn = Jumlah titik pengamatan
A1, A2 = Luas wilayah yang dibatasi polygon
A = Luas wilayah pengamatan
W1 , W2 = A
A1 A2 3
A +A +A

6
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Kelebihan dari metode polygoyn thiessen yaitu dapat dilakukan pada daerah
yang memiliki distribusi penakaran hujan yang tidak merata dan mengabaikan
efek topografi dan satu polygon diwakili oleh satu stasiun penakaran hujan.
Adapun kelemahan metode poligon theissen yaitu membutuhakan waktu yang
lebih lama karena perhitungan yang dilakukann membutuhkan ketelitian, proses
pengerjaan yang baik, dan tidak cocok untu daerah bergunung dengan intensitas
curah hujan yang tinggi.
3. Metode Isohyet
Metode isohyet merupakan metode paling teliti dari pengukuran curah hujan
dalam menghitung kedalaman hujan rata-rata pada suatu daerah. Isohyet adalah
garis yang menghubungkan titik-titik dengan kedalaman hujan yang sama. Pada
metode isohyet hujan yang merata dianggap berada di daerah antara dua garis
isohyet dan sama dengan nilai rata-rata dari kedua garis tersebut. Rumus dari
metode isohyet adalah sebagai berikut:

Keterangan :
P = Curah hujan rata-rata
P1,…Pn = Besaran curah hujan yang sama pada setiap garis isohyet.
At = Luas total wilayah (A1+A2+….+An).
Analisis frekuensi sesungguhnya merupakan prakiraan (forecasting) dalam arti
probabilitas untuk terjadinya suatu peristiwa hidrologi dalam bentuk hujan
rencana yang berfungsi sebagai dasar perhitungan perencanaan hidrologi untuk
antisipasi setiap kemungkinan yang akan terjadi. Analisis frekuensi ini dilakukan
menggunakan probability distribution dengan metode sebagai berikut:
A. Metode Gumbel

Metode Gumbel digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya untuk


analisis frekwensi banjir. Distribusi Gumbel mempunyai koefisien kemencengan
(Coefisien of skwennes) atau CS = 1,139 dan koefisien kurtosis (Coeficient
Curtosis) atau Ck< 4,002. Pada metode ini biasanya menggunakan distribusi dan
nilai ekstrim dengan distribusi dobel eksponensial.

Yt – Y n
XT = X + S x
Sn

Keterangan :

Xr = Harga rata-rata sampel data curah hujan (dalam hal ini curah hujan
harian maksimum.
S = Standar deviasi data sampel curah hujan.
Sn = Reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sampel.
YT = Reduced variat, mempunyai nilai yang berbeda pada setiap periode ulang.

7
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Yn = Reduced mean, yang tergantung pada jumlah sampel.


Xt = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang tahunan.
Tabel 2.1 Nilai Yn

Tabel 2.2 NilaiSn

B. Log Pearson III


Pada metode ini apabila akan menghasilkan persamaan garis lurus.
Persamaan dari metode ini adalah sebagai berikut:

Y = Y + k.S
Keterangan :
Y = Nilai logaritmik dari X atau log X
= Rata-rata hitung (lebih baik rata-rata geometrik) nilai Y

S = Standar deviasi nilai Y


k = Karakteristik distribusi peluang log-pearson tipe III

C. Metode Log Normal


Metode log normal merupakan hasil transformasi dari distribusi normal.

8
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Untuk menghitung intensitas curah hujan, dapat digunakan beberapa rumus


empiris sebagai berikut :
1. Metode Talbot
2. Metode Sherman
3. Metode Ishiguro

1. Metode Talbot
Metode Talbot diterapkan dengan tetapan a dan b. Di mana rumus talbot
ditentukan sebagai berikut:

a
I=t+ b
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) a dan b
= Konstanta
t= Lamanya curah hujan/durasi (jam)
2. Metode Sherman

Metode Sherman diterapkan apabila jangka waktu curah hujan yang


lamanya lebih dari dua jam. Rumus metode sherman adalah sebagai berikut:

Keterangan :
I = Intensitas curah hujan a dan n
= Konstanta
t= Lamanya curah hujan
3. Metode Ishiguro

Rumus yang digunakan pada metode ishiguro adalah sebagai

berikut: Dimana:

2.1.3 Debit Aliran Sungai


Debit aliran merupakan laju air (dalam bentuk volume air) yang melewati
suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem SI besarnya
3
debti dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m /dt). Debit andalan
(dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi
yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi. Debit andalan ditentukan
untuk periode tengah–bulanan.
Pengukuran debit dengan metode kontinyu dengan menggunakan current
meter dilakukan dengan cara diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan
penurunan yang konstant dari permukaan dan setelah mencapai dasar sungai
diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama

9
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

BAB III
METODE

Pada penelitian ini diambil sampel yang terdiri atas tiga stasiun di Provinsi
Banten, yaitu Stasiun Meteorologi Budiarto, Stasiun Meteorologi Serang, dan
Stasiun Meteorologi Soekarno Hatta. Dari hasil penelitian ini, data yang
digunakan yaitu dengan pengumpulan data curah hujan per hari selama sepuluh
tahun di tiap stasiun.

Pengukuran yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut:
1. Pengukuran rata-rata curah hujan di tiga stasiun dengan dua metode
pengukuran yang berbeda. Metode untuk pengukuran rata-rata curah
hujan yaitu:
a. Metode rata-rata aritmatik (aljabar).
b. Metode polygon thiessen.
2. Debit.
Untuk mendapatkan debit, kecepatan aliran per hari selama
sepuluh tahun harus diketahui atau didapatkan dari pokja sekitar
sungai tersebut.
3. Debit minimum
Debit minimum yang telah diperoleh digunakan apabila
perencanaan pembangunan ketika musim kemarau.
Penentuan intensitas hujan di lakukan pada DAS Opak. Di Kabupaten
Bantul terdapat tiga DAS yang terdiri dari DAS Progo, DAS Opak, dan DAS Oyo.
Untuk DAS Opak terdiri atas dua belas sub-DAS yaitu sub-DAS Opak, sub-DAS
Gawe, sub-DAS Buntung, sub-DAS sub-DAS Tepung, sub-DAS Kuning, sub-DAS
Mruwe, sub-DAS Kedung Semerengan, sub-DAS Code, sub-DAS Gajah Wong,
sub-DAS Winongo, sub-DAS Bulus, sub-DAS Belik, dan sub-DAS Pilan. Secara
keseluruhan DAS di wilayah Kabupaten Bantul menempati lahan seluas
45.387,00 Ha. Salah satu fungsi dari masing masing DAS adalah untuk mengairi
areal pertanian. Untuk DAS Opak luas lahan yang diairi adalah 3.380,30 Ha.
Pada penentuan debit andalan, lokasi penelitian berada di Sungai Opak yang
terletak di dekat Kota Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Bantul. Hulu sungai ini berada di Gunung Merapi, lalu mengalir ke selatan
dengan muara menghadap ke Samudra Hindia di Pantai Samas. Sungai ini melintas
sisi barat Taman Wisata Candi Prambanan dan pernah menjadi batas alami wilayah
Kesultanan Yogyakarta dengan Kasunanan Surakarta.

10
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Intensitas Hujan
Data curah hujan maksimum yang diperoleh dari tiga stasiun di
Provinsi Banten adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Curah Hujan Maksimum

TAHUN Stasiun Curah Hujan


Budiarto Serang Soekarno Hatta
2000 10.8 84 94.5
2001 87.7 69 84.3
2001 89.3 84 88
2003 89 74 115
2004 96 92 114.5
2005 87.7 73 128.8
2006 68.1 128 61.5
2007 227.5 99 153.2
2008 75 94 316.3
2009 69.4 53 106.7

Berdasarkan data di atas, maka diperoleh rata-rata hujan menggunakan


metode aritmatik (aljabar) sebagai berikut
Tabel 4.2 Rata-rata Hujan Metode Aritmatik

TAHUN RATA-RATA
2000 95.77
2001 80.33
2002 87.10
2003 92.67
2004 100.83
2005 96.50
2006 85.87
2007 159.90
2008 161.77
2009 76.37
RATA-RATA 103.71

Pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang digunakan dalam perhitungan


analisis curah hujan rata-rata dari tiga stasiun yang telah dipilih, yaitu Stasiun

11
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Meteorologi Budiarto, Stasiun Meteorologi Serang, dan Stasiun Meteorologi


Soekarno Hatta. Luas area pelayanan masing-masing stasiun didapatkan dengan
menggunakan aplikasi Google Earth. Cara memperoleh luas daerah pengaruh dari
tiap stasiun, yaitu dengan menghubungkan masing-masing tiga stasiun tersebut.

Gambar 4.1 Penentuan Luas

Hasil yang diperoleh pada penentuan luas daerah pelayanan dengan


menggunakan Google Earth adalah sebagai berikur:
Tabel 4.3 Luas Daerah Pelayanan
2
LUAS DAERAH (km )
ST. METEOROLOGI BUDIARTO 671
ST. METEROLOGI SERANG 1829
ST. METEROROLOGI SOETTA 6618

Berdasarkan dari data curah hujan dan luas daerah pelayanan, maka
didapatkan rata-rata dengan menggunakan metode polygon thiessen sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Rata-rata Metode Polygon Thiessen

TAHUN RATA-RATA
2000 93
2001 81
2002 87
2003 105
2004 109
2005 115
2006 75
2007 148
2008 254
2009 93
RATA-RATA 116.05

12
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Berdasarkan dari hasil perhitungan curah hujan rata-rata maksimum perlu


ditentukan kemungkinan terulangnya curah hujan harian maksimum lalu
digunakan metode Gumbel, dan Log Pearson III yang bertujuan untuk
menentukan intensitas curah hujan rencana pada tahun selanjutnya, yaitu pada
2, 5, 10, 50, dan 100 kedepan.

Hasil dari analisis dengan menggunakan metode gumbel diperoleh data


sebagai berikut:
Tabel 4.5 Metode Gumbel
TAHUN CURAH RATA- RR – Rata- (RR – Rata- (RR – Rata-
2 3
HUJAN RATA Rata Rata) Rata)
2000 95.77 106.75 -10.98 120.59 -1324.29
2001 80.33 106.75 -26.41 697.74 -18430.74
2002 87.10 106.75 -19.65 386.05 -7585.16
2003 92.67 106.75 -14.08 198.29 -2792.19
2004 100.83 106.75 -5.91 34.99 -206.93
2005 96.50 106.75 -10.25 105.02 -1076.31
2006 85.87 106.75 -20.88 436.04 -9150.8
2007 159.90 106.75 53.15 2825.12 150160.33
2008 161.77 106.75 55.02 3027.04 166543.11
2009 76.37 106.75 -30.38 923.02 -28043.15
JUMLA 1037.10 20.01
H
RATA- 103.71 2.00
RATA
SD 10.73
Cs 1.32

Pada perhitungan distribusi hujan di Provinsi Banten menggunakan


metode gumbel pada periode 2, 5, 10, 50, dan 100 kedepan adalah sebagai
berikut:
Dengan menggunakan rumus:

Y t – Yn
XT = X + S x Sn

13
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Tabel 4.6 Hasil Metode Gumbel


PUH Yt Xn Sn Sd R Xt
2 0.3665 0.4952 0.9496 10.73 10.734679 9.27979991
5 1.4999 0.4952 0.9496 10.73 10.734679 22.09223165
10 2.2502 0.4952 0.9496 10.73 10.734679 30.57393938
50 3.9019 0.4952 0.9496 10.73 10.734679 49.24545298
100 4.6001 0.4952 0.9496 10.73 10.734679 57.13820022
RATA-RATA 168.3296242
ST DEV 4.324730232

Hasil dari analisis dengan menggunakan metode log pearson III diperoleh
data sebagai berikut:
Tabel 4.7 Metode Log Pearson III
CURAH Log
TAHUN Log Xi - X (Log Xi - X)^2 (Log Xi - X)^3
HUJAN Xi
2000 95.77 1.98 -0.02 0.0004 -0.0000078
2001 80.33 1.90 -0.10 0.0092 -0.0008894
2002 87.10 1.94 -0.06 0.0037 -0.0002275
2003 92.67 1.97 -0.03 0.0012 -0.0000398
2004 100.83 2.00 0.00 0.0000 0.0000000
2005 96.50 1.98 -0.02 0.0003 -0.0000045
2006 85.87 1.93 -0.07 0.0045 -0.0003040
2007 159.90 2.20 0.20 0.0411 0.0083387
2008 161.77 2.21 0.21 0.0432 0.0089761
2009 76.37 1.88 -0.12 0.0140 -0.0016498
JUMLAH 1037.10 20.01 0.0141920
RATA-
103.71 2.00
RATA
SD 10.73 0.1143
Cs 1.32

Pada perhitungan distribusi hujan di Provinsi Banten menggunakan metode


log pearson III pada periode 2, 5, 10, 50, dan 100 kedepan adalah sebagai berikut:

Dengan menggunakan rumus:

Y =Y + k.S

14
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Tabel 4.8 Hasil Metode Log Pearson III


PUH Yt Kx SD Xt Rt
2 2.00 -0.195 0.1143 1.98 95.23
5 2.00 0.732 0.1143 2.08 121.55
10 2.00 1.34 0.1143 2.15 142.64
50 2.00 2.626 0.1143 2.30 200.10
100 2.00 3.149 0.1143 2.36 229.64
RATA- RATA 157.83
ST DEV 9.36

Berdasarkan dari hasil perhitungan analisis frekuensi curah hujan


rencana, standar deviasi yang terkecil didapatkan pada metode gumbel. Maka
dari hasil analisis frekuensi pada metode gumbel dijadikan nilai R24 untuk
menentukan estimasi curah hujan pada Provinsi Banten.

Untuk menentukan estimasi curah hujan terdapat tiga metode yang


digunakan, yaitu:

1. Metode Talbot
2. Metode Sherman
3. Metode Ishiguro

Dari hasil perhitungan estimasi curah hujan dengan metode talbot


adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Metode Talbot
Metode Talbot
Tahun (T) a b
2 242.11 1.54
5 596.29 2.80
10 844.08 3.68
50 1429.10 5.77
100 1693.51 6.711

Pada perhitungan distribusi hujan di Provinsi Banten menggunakan


metode talbot pada periode 2, 5, 10, 50, dan 100 kedepan adalah sebagai
berikut:

15
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Dengan menggunakan rumus:

a
I=t+ b

Tabel 4.10 Hasil Metode Talbot

Intensitas Hujan (mm/jam) pada t (menit)


1 5 10 15 20 25
2 95.25 37.01 20.98 14.64 11.24 9.12
5 157.04 76.48 46.60 33.50 26.16 21.45
10 180.29 97.22 61.59 45.18 35.64 29.43
50 211.06 132.68 90.62 68.80 55.45 46.44
100 219.61 144.60 101.34 78.00 63.40 53.40
Sehingga diperoleh grafik sebagai berikut:

METODE TALBOT
300.00
200.00
100.00
0.00
0 10 20 30
Series1 Series2 Series3
Series4 Series5

Grafik 4.1 Hasil Intensitas Hujan terhadap Waktu Metode Talbot

Berdasarkan dari grafik 4.1 dapat disimpulkan bahwa semakin lama


waktu intensitas hujan yang turun, maka semakin kecil intensitas hujan yang
diperoleh. Begitupun sebaliknya, bahwa semakin cepat waktu intensitas hujan
yang turun, maka semakin besar intensitas hujan yang diperoleh.

Dari hasil perhitungan estimasi curah hujan dengan metode sherman


adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11 Metode Sherman
Metode Sherman
Tahun (T) log a a n
2 1.97 92.45 0.73
5 2.22 167.78 0.66
10 2.30 201.03 0.62
50 2.40 250.15 0.55
100 2.42 264.68 0.52

16
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Pada perhitungan distribusi hujan di Provinsi Banten menggunakan


metode sherman pada periode 2, 5, 10, 50, dan 100 kedepan adalah sebagai
berikut:
Dengan menggunakan rumus:

Tabel 4.12 Hasil Metode Sherman


Intensitas Hujan (mm/jam) pada t (menit)
1 5 10 15 20 25
2 95.25 37.01 20.98 14.64 11.24 9.12
5 157.04 76.48 46.60 33.50 26.16 21.45
10 180.29 97.22 61.69 45.18 35.64 29.43
50 211.06 132.68 90.62 68.80 55.45 46.44
100 219.61 144.60 101.34 78.00 63.40 53.40
Sehingga diperoleh grafik sebagai berikut:

METODE SHERMAN
300
200
100
0
0 10 20 30

Series1 Series2 Series3


Series4 Series5

Grafik 4.2 Hasil Intensitas Hujan terhadap Waktu Metode Sherman

Berdasarkan dari grafik 4.2 dapat disimpulkan bahwa semakin lama


waktu intensitas hujan yang turun, maka semakin kecil intensitas hujan yang
diperoleh. Begitupun sebaliknya, bahwa semakin cepat waktu intensitas hujan
yang turun, maka semakin besar intensitas hujan yang diperoleh.

Dari hasil perhitungan estimasi curah hujan dengan metode ishiguro


adalah sebagai berikut:

17
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Tabel 4.13 Metode Ishiguro

Tahun (T) a b
2 36.57 -0.66
5 88.43 -0.52
10 123.74 -0.42
50 204.64 -0.19
100 240.28 -0.09

Pada perhitungan distribusi hujan di Provinsi Banten menggunakan


metode ishiguro pada periode 2, 5, 10, 50, dan 100 kedepan adalah sebagai
berikut:
Dengan menggunakan rumus:

Tabel 4.14 Hasil Metode Ishiguro

1 5 10 15 20 25
2 109.09 23.2722 14.64149 11.397976 9.604299 8.43485649
5 184.029 51.5137 33.45982 26.368676 22.37164 19.7359598
10 213.271 68.1292 45.12017 35.833928 30.535762 27.0165478
50 252.248 99.9534 68.81938 55.543802 47.774431 42.532881
100 262.837 111.745 78.1025 63.445619 54.779195 48.8949965

Sehingga diperoleh grafik sebagai berikut:

METODE ISHIGURO
300
250
200
150
100
50
0
0 10 20 30
Series1 Series2 Series3
Series4 Series5

Grafik 4.3 Hasil Intensitas Hujan terhadap Waktu Metode Ishiguro

18
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Berdasarkan dari grafik 4.3 dapat disimpulkan bahwa semakin lama


waktu intensitas hujan yang turun, maka semakin kecil intensitas hujan yang
diperoleh. Begitupun sebaliknya, bahwa semakin cepat waktu intensitas hujan
yang turun, maka semakin besar intensitas hujan yang diperoleh.
4.1.2 Debit Andalan
Data debit minimum dan maksimum Sungai Opak pada tahun 1995 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.15 Debit Sungai Opak

3 3
No. Debit Minimum (m /s) Debit Maksimum (m /s)
1. 1.10 228.00

Berdasarkan data debit sungai yang diperoleh, maka probabiltas dapat


dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

m
P= x 100%
(n + 1)

Untuk memperoleh debit andalan dari Sungai Opak, maka diperlukan


gradien yang harus dicari yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.16 Gradien Sungai Opak
GRADIEN 44.26%

m= 0 12.70

GRADIEN 45.08%

m= 0 12.40

GRADIEN 46.17%

m= 0 12.40

Tabel 4.17 Presentase Penduduk Terlayani

Debit Debit Debit Konsumsi


Persentase 3 (l/h) Penduduk
(m /s) (l/s) (l/org/hari) Terlayani

44.26% 12.70 12700 1097280000 150 1.64592E+11

45.08% 12.40 12400 1071360000 150 1.60704E+11

19
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Debit Debit Konsumsi Penduduk


3
Persentase (m /s) (l/s) Debit (l/h) (l/org/hari) Terlayani
46.17% 12.40 12400 1071360000 150 1.60704E+11

Tabel 4.18 Debit Andalan


3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-
1 228.00 0.27% 184 10.80 50.27%
2 222.00 0.55% 185 10.80 50.55%
3 208.00 0.82% 186 10.60 50.82%
4 191.00 1.09% 187 10.60 51.09%
5 182.00 1.37% 188 10.60 51.37%
6 160.00 1.64% 189 10.60 51.64%
7 156.00 1.91% 190 10.60 51.91%
8 152.00 2.19% 191 10.50 52.19%
9 150.00 2.46% 192 10.40 52.46%
10 149.00 2.73% 193 10.10 52.73%
11 145.00 3.01% 194 10.00 53.01%
12 136.00 3.28% 195 10.00 53.28%
13 135.00 3.55% 196 9.99 53.55%
14 119.00 3.83% 197 9.94 53.83%
15 102.00 4.10% 198 9.94 54.10%
16 95.70 4.37% 199 9.83 54.37%
17 94.40 4.64% 200 9.71 54.64%
18 94.40 4.92% 201 9.69 54.92%
19 93.00 5.19% 202 9.69 55.19%
20 86.80 5.46% 203 9.68 55.46%
21 86.10 5.74% 204 9.50 55.74%
22 83.80 6.01% 205 9.46 56.01%

23 83.50 6.28% 206 9.45 56.28%

20
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-

24 81.30 6.56% 207 9.40 56.56%

25 74.50 6.83% 208 9.27 56.83%

26 71.60 7.10% 209 9.27 57.10%

27 70.20 7.38% 210 9.18 57.38%

28 69.60 7.65% 211 9.04 57.65%

29 69.40 7.92% 212 9.01 57.92%

30 63.50 8.20% 213 8.70 58.20%

31 63.20 8.47% 214 8.63 58.47%

32 62.90 8.74% 215 8.46 58.74%

33 62.30 9.02% 216 8.34 59.02%

34 57.50 9.29% 217 8.33 59.29%

35 56.40 9.56% 218 8.29 59.56%

36 55.80 9.84% 219 8.20 59.84%

37 55.50 10.11% 220 8.19 60.11%

38 55.00 10.38% 221 8.17 60.38%

39 54.30 10.66% 222 8.12 60.66%

40 53.70 10.93% 223 8.10 60.93%

41 51.90 11.20% 224 8.09 61.20%

42 50.60 11.48% 225 8.04 61.48%

43 49.90 11.75% 226 7.96 61.75%

44 49.60 12.02% 227 7.79 62.02%

45 49.30 12.30% 228 7.62 62.30%

46 48.50 12.57% 229 7.51 62.57%

47 47.70 12.84% 230 7.28 62.84%

48 47.50 13.11% 231 7.24 63.11%

49 47.30 13.39% 232 7.24 63.39%

50 46.30 13.66% 233 6.71 63.66%

21
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-

51 46.30 13.93% 234 6.46 63.93%

52 45.50 14.21% 235 6.46 64.21%

53 45.40 14.48% 236 6.45 64.48%

54 45.10 14.75% 237 6.43 64.75%

55 45.00 15.03% 238 6.43 65.03%

56 44.90 15.30% 239 6.20 65.30%

57 43.90 15.57% 240 5.87 65.57%

58 43.30 15.85% 241 5.66 65.85%

59 42.70 16.12% 242 5.65 66.12%

60 42.30 16.39% 243 5.65 66.39%

61 41.80 16.67% 244 5.51 66.67%

62 41.70 16.94% 245 5.46 66.94%

63 41.00 17.21% 246 5.40 67.21%

64 40.70 17.49% 247 5.26 67.49%

65 40.30 17.76% 248 5.25 67.76%

66 39.50 18.03% 249 5.24 68.03%

67 38.60 18.31% 250 5.23 68.31%

68 38.40 18.58% 251 5.23 68.58%

69 38.10 18.85% 252 5.22 68.85%

70 37.50 19.13% 253 5.07 69.13%

71 37.30 19.40% 254 5.06 69.40%

72 36.70 19.67% 255 5.06 69.67%

73 35.90 19.95% 256 4.94 69.95%

74 35.50 20.22% 257 4.88 70.22%

75 35.30 20.49% 258 4.88 70.49%

76 35.00 20.77% 259 4.39 70.77%

22
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-

77 34.70 21.04% 260 4.23 71.04%

78 34.10 21.31% 261 4.18 71.31%

79 33.60 21.58% 262 4.11 71.58%

80 33.00 21.86% 263 3.81 71.86%

81 32.00 22.13% 264 3.78 72.13%

82 31.80 22.40% 265 3.67 72.40%

83 31.30 22.68% 266 3.56 72.68%

84 30.40 22.95% 267 3.33 72.95%

85 29.60 23.22% 268 3.33 73.22%

86 28.80 23.50% 269 3.07 73.50%

87 28.50 23.77% 270 2.94 73.77%

88 28.50 24.04% 271 2.66 74.04%

89 28.10 24.32% 272 2.61 74.32%

90 27.80 24.59% 273 2.48 74.59%

91 26.70 24.86% 274 2.47 74.86%

92 26.60 25.14% 275 2.46 75.14%

93 26.00 25.41% 276 2.43 75.41%

94 25.80 25.68% 277 2.37 75.68%

95 25.70 25.96% 278 2.26 75.96%

96 25.60 26.23% 279 2.25 76.23%

97 25.50 26.50% 280 2.24 76.50%

98 25.40 26.78% 281 2.23 76.78%

99 25.10 27.05% 282 2.23 77.05%

100 24.00 27.32% 283 2.22 77.32%

101 23.80 27.60% 284 2.19 77.60%

102 23.58 27.87% 285 2.16 77.87%

23
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-

103 23.50 28.14% 286 2.15 78.14%

104 23.10 28.42% 287 2.13 78.42%

105 22.90 28.69% 288 2.10 78.69%

106 22.70 28.96% 289 2.09 78.96%

107 22.50 29.23% 290 2.09 79.23%

108 21.60 29.51% 291 2.02 79.51%

109 21.40 29.78% 292 1.90 79.78%

110 21.40 30.05% 293 1.90 80.05%

111 21.10 30.33% 294 1.87 80.33%

112 21.00 30.60% 295 1.87 80.60%

113 21.00 30.87% 296 1.86 80.87%

114 20.80 31.15% 297 1.86 81.15%

115 20.70 31.42% 298 1.82 81.42%

116 20.20 31.69% 299 1.81 81.69%

117 19.90 31.97% 300 1.81 81.97%

118 19.50 32.24% 301 1.81 82.24%

119 19.50 32.51% 302 1.80 82.51%

120 19.30 32.79% 303 1.80 82.79%

121 19.20 33.06% 304 1.79 83.06%

122 18.90 33.33% 305 1.78 83.33%

123 18.50 33.61% 306 1.75 83.61%

124 18.30 33.88% 307 1.75 83.88%

125 18.30 34.15% 308 1.73 84.15%

126 17.80 34.43% 309 1.72 84.43%

127 17.70 34.70% 310 1.71 84.70%

128 16.80 34.97% 311 1.71 84.97%

129 16.60 35.25% 312 1.71 85.25%

24
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-

130 16.30 35.52% 313 1.71 85.52%

131 16.20 35.79% 314 1.70 85.79%

132 15.70 36.07% 315 1.70 86.07%

133 15.70 36.34% 316 1.70 86.34%

134 15.70 36.61% 317 1.64 86.61%

135 15.10 36.89% 318 1.64 86.89%

136 15.00 37.16% 319 1.63 87.16%

137 14.90 37.43% 320 1.62 87.43%

138 14.80 37.70% 321 1.62 87.70%

139 14.50 37.98% 322 1.62 87.98%

140 14.50 38.25% 323 1.62 88.25%

141 14.30 38.52% 324 1.61 88.52%

142 14.20 38.80% 325 1.61 88.80%

143 14.10 39.07% 326 1.57 89.07%

144 14.00 39.34% 327 1.50 89.34%

145 13.80 39.62% 328 1.49 89.62%

146 13.70 39.89% 329 1.46 89.89%

147 13.70 40.16% 330 1.46 90.16%

148 13.60 40.44% 331 1.43 90.44%

149 13.50 40.71% 332 1.42 90.71%

150 13.50 40.98% 333 1.39 90.98%

151 13.30 41.26% 334 1.39 91.26%

152 13.20 41.53% 335 1.38 91.53%

153 13.20 41.80% 336 1.38 91.80%

154 13.10 42.08% 337 1.37 92.08%

155 13.00 42.35% 338 1.37 92.35%

156 12.90 42.62% 339 1.37 92.62%

25
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

3 3
Data Debit (m /s) Probabilitas Data Debit (m /s) Probabilitas
ke- ke-

157 12.90 42.90% 340 1.36 92.90%

158 12.80 43.17% 341 1.35 93.17%

159 12.80 43.44% 342 1.35 93.44%

160 12.70 43.72% 343 1.35 93.72%

161 12.70 43.99% 344 1.33 93.99%

162 12.70 44.26% 345 1.29 94.26%

163 12.50 44.54% 346 1.28 94.54%

164 12.40 44.81% 347 1.26 94.81%

165 12.40 45.08% 348 1.25 95.08%

166 12.40 45.36% 349 1.24 95.36%

167 12.40 45.63% 350 1.24 95.63%

168 12.40 45.90% 351 1.24 95.90%

169 12.40 46.17% 352 1.23 96.17%

170 12.30 46.45% 353 1.22 96.45%

171 12.00 46.72% 354 1.21 96.72%

172 12.00 46.99% 355 1.18 96.99%

173 12.00 47.27% 356 1.18 97.27%

174 11.90 47.54% 357 1.17 97.54%

175 11.90 47.81% 358 1.12 97.81%

176 11.80 48.09% 359 1.11 98.09%

177 11.50 48.36% 360 1.11 98.36%

178 11.20 48.63% 361 1.10 98.63%

179 11.10 48.91% 362 1.10 98.91%

180 11.10 49.18% 363 1.10 99.18%

181 10.90 49.45% 364 1.10 99.45%

182 10.80 49.73% 365 1.10 99.73%

183 10.80 50.00%

26
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Berdasarkan dari hasil perhitungan diperoleh probabilitas maksimal Sungai


3
Opak sebesar 99.73% dengan debit 1.10 m /s. Sehingga diperoleh grafik
sebagai berikut:

DEBIT ANDALAN SUNGAI


250.00

200.00

150.00

100.00

50.00

0.00
0.00% 100.00% 200.00% 300.00% 400.00%

Grafik 4.4 Debit Andalan Sungai

Dalam menentukan debit andalan ini bertujuan untuk memprediksi debit


minimal yang akan tersedia pada saat musim kemarau tiba. Berdasarkan hasil
perhitungan, debit andalan memiliki probabilitas sebesar 99.73%.

27
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

4.2 Pembahasan

Intensitas curah hujan merupakan jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam
tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun
waktu air hujan terkonsentrasi. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda
terganatung dari lamanya curah hujan dan frekuensi terjadinya.
Intensitas curah hujan yang tinggi pada umumnya berlangsung dengan
durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan yang meliputi daerah
luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung dengan
durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi
panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi artinya sejumlah besar volume air
bagaikan ditumpahkan dari langit.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi curah hujan yaitu sebagai
berikut:
1. Fakor garis lintang menyebabkan perbedaan kuantitas curah hujan.
Semakin rendah garis lintang maka semakin tinggi potensi curah hujan
yang diterima karena daerah lintang rendah suhunya lebih besar
dibandingkan dengan suhu daerah lintang tinggi. Suhu yang tinggi
menyebabkan penguapan juga tinggi kemudian akan menjadi hujan
dengan melalu kondensasi.
2. Faktor ketinggian tempat.
3. Arah angin.
4. Faktor luas daratan
Metode yang digunakan untuk menghitung rata-rata curah hujan, yaitu
metode aritmatik (aljabar) dan metode polygon thiessen. Pada umumnya, metode
ini digunakan untuk daerah dengan variasi hujan yang sekecil mungkin.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa rata-rata curah hujan dengan metode
aritmatik (aljabar) sebesar 103.71 mm. Berdasarkan dari hasil pengamatan, hujan
rata-rata hujan tersebut termasuk ke dalam kategori hujan lebat yang
dikemukakan oleh BMKG karena curah hujan tersebut di atas 50 mm per hari.
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa rata-rata curah hujan dengan metode
thiessen sebesar 116.05 mm. Berdasarkan dari hasil pengamatan, hujan rata-rata
hujan tersebut termasuk ke dalam kategori hujan lebat yang dikemukakan oleh
BMKG karena curah hujan tersebut di atas 50 mm per hari.
Metode gumbel dan metode log pearson III digunakan untuk menentukan
periode ulang hujan. Periode ulang hujan bertujuan untuk memprediksi curah
hujan pada periode ulang hujan yang terlah ditentukan. Pada metode gumbel
didapatkan bahwa rata-rata curah hujan sebesar 168.32 mm. Dan pada metode
log pearson III didapatkan bahwa rata-rata curah hujan sebesar 157.83 mm.

28
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

Untuk menentukan intensitas curah hujan dapat menggunakan metode


talbot, sherman, dan ishiguro. Dari ketiga metode tersebut, hasil yang didapatkan
berbeda-beda. Hasil yang didapatkan tergantung pada lamanya hujan yang
turun. Semakin besar intensitas curah hujan yang turun, maka waktunya semakin
cepat. Begitupun sebaliknya, semakin kecil intensitas curah hujan yang turun,
maka waktunya semakin lama.

29
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan dari analisis adalah


sebagai berikut:
1. Pada analisis frekuensi curah hujan rencana menggunakan metode
gumbel karena memiliki standar deviasi terkecil.
2. Semakin lama waktu intensitas hujan yang turun, maka semakin kecil
intensitas hujan yang diperoleh.
3. Debit andalan bertujuan untuk memprediksi debit minimal yang akan
tersedia pada saat musim kemarau tiba.
4. Luasan di suatu DAS dianggap bahwa hujan adalah sama dengan yang
terjadi pada stasiun yang terdekat, sehingga hujan yang tercatat dapat
mewakili luasan tersebut.

30
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

DAFTAR PUSTAKA

Aldrian, E, Budiman, dan Mimin Karmini. 2011. Adaptasi dan Mitigasi Perubahan
Iklim di Indonesia. Jakarta: Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara
Kedeputian Bidang Klimatologi.

Anonim. 2016. http://anadventureinmylife.blogspot.co.id/2016/03/makalah-alat-


pengukur-curah-hujan.html. (diakses pada 05 April 2019).

Asdak, Chay. 2007. Hidrologi. Bandung: Gadjah Mada University Press.

Handoko, 2003. Klimatologi Dasar. Bogor: FMIPA, IPB.

Suroso, 2006. Analisis Curah Hujan untuk Membuat Kurva Intensity- Duration
Frequency (IDF). Vol. 3. Purwakarta: Universitas Jenderal Sudirman.

Sutomo, Tetet. 1996. Meteorologi I. Bandung: ITB


Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

LAMPIRAN
Sinthya Desty Rahmadhania - 082001700048

DEBIT SUNGAI OPAK TAHUN 1995

Sumber: http://www.kelair.bppt.go.id/cgi-sisda/debitdat?040870002

Anda mungkin juga menyukai