Oleh : M. Akhyar
A. Pendahuluan
ini mendapat tantangan berat demi kokohnya sebuah pilar penyangga bagi
kesuksesan pendidikan.
dibicarakan. Kurikulum yang jitu, memang tidak hanya muncul sekali saja,
akan tetapi muncul secara berulang kali menyesuaikan diri dalam wacana
berarti bahan pengajaran.1 Ada pula yang mengatakan kata tersebut berasal
dari bahasa Prancis courier yang berarti berlari, yang digunakan dalam
dunia atletik.2
1
Noah Webster, Webster New Twententh Centery Dicteonery, (Unabridge: Willian
Collins Publisher, 1980), hlm. 447
2
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Bandung: Jemmars, 1980), hlm. 5
3
mencapai gelar atau ijazah. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Crow and
ditetapkan.4
lulus dan berhak mendapatkan ijazah (Surat Tanda Tamat Belajar). Dengan
3
Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1990),
Edisi III, hlm. 75
4
Abdurrahman Saleh Abdullah, Educational Theory Qur’anic Out Look, (Mekkah:
Ummul Qura University, tt), hlm. 123
4
yang diinginkan.5
it set up in the school for the porpuse of disciplining children and youth in
groups way thinking and acting.6 Dalam defenisi ini jelas tampak
penekanan Smith pada aspek sosial yakni mendidik anak menjadi anggota
yang berada di dalam maupun di luar kelas yang dikelola oleh sekolah.7
dari segi sumber pelajaran yang termuat dalam kurikulum, jika sebelumnya
5
Saylor and Alexander, Curriculum Planning: for better Teaching and Learning,
(USA: Holt Rinehart and Winston, 1954), hlm. 4
6
Burhan Nurgiantoro, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah
Pengantar Teoretis dan Pelaksanaan, (Yogyakarta: BPEE, 1988), hlm. 4
7
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, al-Husna, Jakarta, 1987, hlm.
483-484
5
televisi, radio, dan sebagainya dengan cara seperti ini para siswa dapat terus
pelajaran akan tetapi meliputi seperangkat proses atau segala usaha sekolah
sebuah kurikulum tidak terlepas dari berbagai pengaruh, baik pengaruh dari
dalam (di kelas) maupun dari luar (luar kelas), dengan cara mengadopsi
a. Asas-Asas Kurikulum
sesuatu asas atau dasar yang melandasi dilakukannya kegiatan tersebut, atau
1. Dasar Filosofis
tujuan pendidikan. Filsafat suatu negara atau pandangan hidup suatu bangsa
filsafat yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.9 Dalam rangka
8
S. Nasution, Asas-Asas Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Jemmars, tt), hlm.
10. Hal ini sejalan dengan pendapat Jabir Abdul Hamid, (Kairo: Dar al-Nahdhah,
1978), hlm. 18-23
9
Sebagai contoh misalnya orang Sparta, filsafat hidupnya untuk berbakti dan
memperkuat negara dengan kemampuan fisik sehingga dalam materi pendidikan
mereka dimasukkan berbagai macam olah raga seperti renang, lari, loncat tinggi
sehingga terbentuk orang yang kuat jasmani, orang yang mampu berkelahi dengan
singa dan harimau dianggap sebagai pahlawan dalam masyarakat Sparta. Lihat Tajab,
Perbandingan Pendidikan, (Surabaya: Karta Aditama, 1994), hlm. 60
7
keadilan sosial bagi masyarakat. Beranjak dari kelima tujuan tersebut yang
tidak bisa lepas antara satu dengan yang lain. Kurikulum pendidikan
efektif.
2. Dasar Psikologis
terutama menyangkut ilmu jiwa belajar dan ilmu jiwa anak atau ilmu jiwa
perkembangan.
situasi di mana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakat, minat serta
8
setelah Rosseau melakukan penelitian ilmiah anak itu dikenal sebagai anak
permulaan abad 20, anak mendapat perhatian dan menjadi salah satu asas
anak.
3. Dasar Sosiologis
terpelihara dengan aman. Oleh karena itu kebutuhan masyarakat dalam hal
tersebut tidak jauh dari lingkungan berdirinya sekolah, oleh sebab itu
maslahat umum yang berguna demi kepentingan sekolah, anak didik dan
para siswa tamat dari sekolah tersebut, mereka dapat mengabdikan diri
4. Dasar Organisatoris
harus disampaikan kepada anak didik. Dari berbagai uraian tersebut dapat
cara menyampaikan bahan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai anak
memberikan dasar untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai
disusun.
10
Asas-asas penyusunan kurikulum menurut Syaibany meliputi: agama,
filsafat, psikologis dan kemasyarakatan. Penambahan asas tersebut untuk
membedakan antara kurikulum secara umum dengan penyusunan kurikulum
11
Hal ini dimaksudkan agar kurikulum yang disusun relevan dan tidak
hadis, ushul fiqh, nahu, saraf, balaghah, adab, dan sebagainya.11 Jadi, harus
mengandung juga segala ilmu yang bermanfaat dalam agama dan dunia
menghalang mempelajari ilmu mana pun yang berguna, selama kajian itu
Dalam rangka pendekatan kurikulum, paling tidak ada dua sisi yang
Kedua sisi ini bila dipadukan akan membentuk suatu komunitas keilmuan
yang luar biasa. Inilah yang selama ini seolah terlupakan dalam benak para
faraidh, ilmu waris, kalam, tasawuf, dan sebagainya. Sedangkan ilmu yang
penalaran aql yang terdiri dari aritmatika, geometri, sosial budaya, politik,
yang diambil dari ayat-ayat al-Qur’ân sebagai sumber utama bagi akidah
dilaksanakan harus seiring sejalan, saling mengikat dan tak bisa dipisahkan,
12
Muhammad al-Ghazâli, Qadhâya al- Mar’ah; Baina al-Taqâlîd al Râkidah al-
Wâfidah, Mesir: Dâr al Syurûq, 1994
13
Hal ini juga telah disepakati dalam Sidang Konferensi Internasional
tentang Pendidikan Islam tahun 1980 di Universitas King Abdul Aziz Jeddah.
13
Oleh sebab itu, konsekuensinya adalah bahwa apa pun ilmu yang
jalan lain yang akan menggantikannya suatu saat, sesuai dengan arus
juga melalui jalur penalaran dan budaya yang berkembang. Ia tidak mau
14
Al-Qur’an merupakan pegangan hidup (falsafah abadi) umat Islam, dan
menjadi kerangka pijakan berfikir dari dulu hingga masa dating. Ia merupakan tiang
utama dari seluruh prinsip kehidupan, budaya dan etika (moral). Al-Qur’an juga
menjadi landasan abadi sistem ekonomi, sosial, basis moral dan landasan pendidikan
secara universal.
15
Ibn Khaldûn, al-Muqaddimah, Damaskus: Dâr al-Fikr, t.t., hlm. 340
14
dengan konteks yang ada. Ibn Khaldun juga mengatakan bahwa konstruksi
juga semakin laju, tatkala keimanan dan pemikiran tidak sejalan lagi, maka
disatukan lagi.
bahwa tradisi aslinya telah dikacau oleh tradisi Barat. Tradisi Barat
cara mencarinya; alat mencarinya ialah indera, akal dan hati. Klasifikasinya
kurikulum pendidikan Islam, juga harus berakar dari konsep ilmu ini,
karena dengan aplikasi kedua sumber ilmu tadi, semua pemecahan dan
adanya jalinan kerja sama antara guru, kepala sekolah, masyarakat dan
pemerintah.
ilmu merupakan sub sistem yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan
adalah kandungan pendidikan, atau dengan kata lain, materi atau isi yang
ditanamkan. Hal ini mengacu pada ilmu itu sendiri, walau isi pendidikan
tetapi juga keterampilan dan sikap.18 Tetapi dalam konsepsi Naquib al-Attas
maupun diri kita sendiri adalah sebuah kata dalam buku besar yang
17
Syed Muhammad Naquib al- Attas, The Concept of Education in Islam; a Form
W ok for an Islamic Philosophy of Education,(Kuala Lumpur: ABIM, 1980), hlm. 13
18
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta, al-Husna, 1987),
328
19
Syed Muhammad Naquib al-Attas, op.cit., hlm.16
20
Ibid.
17
lagi berarti symbol atau lambing, sebab ia dibuat pada hakikatnya, yakni
mendapatkan pengetahuan.21
sebagai sampainya makna sesuatu pada jiwa dan sampainya jiwa pada
makna sesuatu.
harapan, karena itu apa yang direncanakan dalam kurikulum yang sifatnya
1. Aspek jasmani
21
Ibid.
22
Iskandar Wiryokusumo, dan Usman Mulyadi, Dasar - dasar Pengembangan
Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 93
18
pengetahuan
kemacetan yang ada. Dengan fisik yang kuat, kita bisa mengajak manusia
23
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Mutiara, 1966), hlm.
5. Selanjutnya Kuntowijoyo dalam Paradigma Islam mengatakan bahwa dalam Islam
tak dikenal dikotomi antara domain duniawi dan domain agama. Konsep tentang
agama dalam Islam bukan semata-mata teologi, sehingga serba pemikiran
teologi bukanlah karakter Islam, lihat Kuntowijoyo, Paradigma Islam; Interpretasi u
ntuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1988), hlm. 167
19
kepada pola piker pendidik, di mana penggunaan pola piker ini, barang
sangat dominan sekali. Ruh merupakan bagiann yang paling mulia dari
manusia, karena ruh adalah tiupan dari Allah SWT dan harus dididik
kompetensi tertentu.
20
d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lain
2. Keunggulan KBK
masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses
24
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003), hlm. 42
21
(transfer of knowledge).
sekolah dengan menyandang predikat yang paling tinggi (the high quality)
jawab sekolah dengan mengadakan berbagai kerja sama, baik antara pihak
25
Ibid., hlm. 181-182
23
sekolah dengan orang tua, sekolah dengan masyarakat, bahkan jalinan kerja
E. Prinsip-Prinsip Kurikulum
yaitu:
agama Islam, keutamaan cita-cita kemauan yang baik sesuai dengan ajaran
Islam.
agama, bahasa, kemanusiaan, fisik, praktis, profesional, seni rupa dan lain
sebagainya.
ilmu syariat lebih besar, maka aspek spritual tidak boleh melampaui aspek
penting yang lain dalam kehidupan, juga tidak boleh melampaui ilmu, seni
dan kegiatan yang harus diadakan untuk individu dan masyarakat. Ini
akhirat, serta mengakui pentingnya jasmani dan jiwa. Oleh sebab itu kaum
kemampuan dan kebutuhan belajar, begitu juga dengan alam sekitar, baik
yang bersifat fisik maupun sosial di mana pelajar itu hidup dan berinteraksi
Dengan memelihara prinsip ini, kurikulum akan lebih sesuai dengan sifat
semula, jadi pelajar lebih memenuhi kebutuhannya dan lebih sejalan dengan
yakni penyatuan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan
26
Ibid., hlm. 520-523
27
Hilda Thaba, Curriculum Development Theory and Practice, (New York: Harcourt,
Brace & World, 1962), hlm. 520
26
dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar mengajar serta evaluasi hasil
belajar.
yang memperoleh gaji dari negara atau yayasan pribadi dan mengemban
28
Syed Sajjad Husain & Syed Ali Ashraf, Crisin in Muslim Education, terj.
Fadhlan Mudhafir, (Jakarta: al-Mawardi Prima, 2000), hlm. 142
27
tetapi juga orang yang arif, orang saleh yang perilakunya dapat
dan yang diizinkan. Semua kebudayaan yang sudah membudaya itu harus
29
Iskandar Wiryokusumo & Usman Mulyadi, DasarDasar Pengembangan
Kurikulum, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. 7-8-
28
sekolah atau lembaga pendidikan sebagai pusat budaya sosial yang berperan
30
Louay Safi, The Foundation of Knowledge; A Comparative Study in Islamic and
Western Methods of Inquiry, (Malaysia: International Islamic University, 1993), hlm. 171
29
itu kurikulum amat berperan aktif sebagai kontrol sosial dan menekankan
pada unsur berpikir kritis di mana nilai-nilai sosial yang tidak sesuai dengan
Corak hubungan yang kita anggap sebagai bahaya terbesar yang perlu
segera dihadapi. Selama pendidik tetap sebagai orang tak berwajah, sebagai
Maka di samping buku teks dan jenis pendidikan yang benar, kita juga
yang segera menjadi daya tarik bagi para pelajar dari lingkungan yang
sangat luas, yang lebih banyak mempelajari apa yang mereka lihat dan
perlengkapan dari pada watak dan kepribadian pendidik. Kita percaya inilah
maka sebagian besar problem pendidikan akan segera hilang. Untuk itu
pula, dalam hal ini penting sekali kajian-kajian dari pengalaman belajar dan
yang kuat, KBK merupakan salah satu jembatan bagi para siswa yang
namun yang paling penting diingat adalah bahwa kurikulum tersebut harus
tetap mengacu kepada asas-asas, sumber dan pijakan dasar religius (wahyu)
F. Kesimpulan
mata pelajaran akan tetapi meliputi seperangkat proses atau segala usaha
untuk itulah KBK dipromosikan sebagai jembatan bagi anak didik yang
kawan sebayanya
Qur’an, ilmu-ilmu hadits, ilmu faraidh, ilmu waris, kalam, tasawuf, dan
zaman.
33
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1988)
Rakesarasin, 1990)
Rosdakarya, 2003)
1988)
34
University, 1993)
ABIM, 1980)
Syed Sajjad Husain & Syed Ali Ashraf, Crisin in Muslim Education, terj.