Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ANEMIA DI


RUANG ASOKA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
dr. HARYOTO LUMAJANG

OLEH

Emila Cahya Aisyah, S.Kep


NIM 192311101012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Anemia di


Ruang Asoka RSUD dr. Haryoto Lumajang telah disetujui dan disahkan pada:
Hari, Tanggal :
Tempat : Ruang Asoka

Lumajang, November 2019

Mahasiswa

Emila Cahya Aisyah, S.Kep


NIM. 192311101012

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Fakultas Keperawatan Ruang Asparaga
Universitas Jember RSUD dr. Haryoto Lumajang

DAFTAR ISI

ii
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
1. Konsep Teori .......................................................................................... 1
A.Anatomi Fisiologi..................................................................................... 1
B.Definisi..................................................................................................... 3
C.Klasifikasi................................................................................................. 4
D.Etiologi..................................................................................................... 5
E.Manifestasi Klinis..................................................................................... 6
F.Patofisiologi.............................................................................................. 7
H.Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 8
I.Penatalaksanaan......................................................................................... 10
2. Clinical Pathway..................................................................................... 12
3. Proses Asuhan Keperawatan................................................................. 14
A. Pengkajian/Assesment............................................................................. 14
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................ 15
C. Intervensi Keperawatan........................................................................... 17
D. Evaluasi Keperawatan............................................................................. 22
E. Discharge Planning................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 23

iii
1. Konsep Teori
A. Anatomi Fisiologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang
berbeda dengan organ yang lain karena berbentuk cairan. Dalam keadaan
fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan
fungsinya sebagai pembawa oksigen. Darah merupakan suatu suspensi partikel
dalam suatu larutan kolid cair yang mengandung elektrolit dan merupakan suatu
medium pertukaran antar sel yang terfikasi dalam tubuh dan lingkaran luar (Price
dan Wilson, 2013).

Gambar 1. Sistem Hematologi


Pada umumnya, darah terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
a) 55% adalah sel plasma, cairan matriks ekstraselular yang mengandung zat-zat
terlarut
b) 45% adalah sel darah, unsur yang diedarkan yang terdiri dari sel dan fragmen-
fragmen sel. Komponen padat yang terdapat di dalam plasma darah yang
terdiri dari sel eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan
trombosit (bekuan darah) (Pearce, 2015).
Pada umumnya, sekitar 99% dari unsur yang diedarkan merupakan sel darah
merah (eritrosit), kurang dari 1% adalah sel darah putih (leukosit) dan platelet
(Tortora, 2013).
Darah arteri berwarna merah terang yang menandakan bahwa darah
teroksigenasi dengan baik. Sementara darah vena berwarna gelap karena kurang
teroksigenasi. Darah mengalir 4-5 kali lebih lambat dibandingkan air karena darah

1
4-5 kali lebih ketal dari pada air. Berat jenis darah bervariasi berkisar antara
1,054-1,065, suhu darah adalah 38oC, dan pH 7,38. Volume darah dalam tubuh
berkisar 8% dari berat badan, rata-rata mendekati 5-6 liter (Syaifuddin, 2013).
Fungsi darah adalah sebagai berikut:
a) Membawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju ke
jaringan tubuh. Darah bekerja sebagai sistem pengangkutan (sirkulasi,
distribusi dan transportasi) dari tubuh dan mengantarkan semua bahan kimia
(mineral, vitamin, hormon, enzim, dll.), oksigen, dan zat makanan, nutrisi
atau gizi yang dibutuhkan sel dan jaringan untuk melakukan aktivitas
fisiologis serta membuang karbondioksida serta hasil pembuangan sisa
metabolisme dan lainnya ke luar tubuh.
b) Mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Sel darah merah
(eritrosit) mengantarkan oksigen (O2) dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh dan mengangkut karbondioksida (CO2) dari jaringan tubuh menuju ke
paru-paru.
c) Mengangkut produk buang dari berbagai jaringan menuju ginjal untuk di
ekskresikan
d) Mengangkut hasil sekresi kelenjar endokrin (hormon) dan enzim dari organ
ke organ
e) Berperan penting dalam pengendalian suhu tubuh dengan cara mengangkut
panas dari struktur yang lebih dalam menuju ke permukaan tubuh. Pengantar
energi panas dari tempat aktif ke tempat yang tidak aktif untuk menjaga suhu
tubuh atau sebagai respons pengaktifan sistem imunitas.
f) Mengatur konsentrasi ion hydrogen dalam tubuh (keseimbangan asam dan
basa)
g) Membantu pertahanan tubuh terhadap penyakit. Sel darah putih (leukosit)
menyediakan banyak tipe sebagai pelindung, misalnya beberapa tipe yang
fagositik untuk melindungi tubuh terhadap serangan kuman dengan cara
memangsa, melawan infeksi dengan antibodi.
h) Pembekuan darah pada luka mencegah terjadinya kehilangan darah yang 8
berlebihan pada waktu luka serta mengandung faktor-faktor penting untuk
pertahanan tubuh terhadap penyakit .

2
B. Definisi Anemia
Anemia adalah keadaan yang menandakan adanya penurunan jumlah
eritrosit/red cell mass yang ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin,
hematokrit, dan eritrosit (red cell count). Anemia merefleksikan jumlah eritrosit
yang kurang dari normal didalam sirkulasi yang dapat menyebabkan jumlah
oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang (Smletzer, 2013).
Proses sintesis hemoglobin memerlukan ketersediaan besi dan protein yang cukup
dalam tubuh. Protein dapat berperan dalam pengangkutan besi ke sumsum tulang
untuk membentuk molekul hemoglobin yang baru (Price, 2013).

Gambar 7. Anemia
Anemia menjadi indikasi kekurangan zat besi yang paling berat dan terjadi
jika konsumsi hemoglobin jauh di bawah ambang batas yang ditentukan. Anemia
adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan
sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria
tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki
kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita
itu dikatakan anemia.
C. Klasifikasi Anemia
Menurut Mansjoer (2001) dalam Nurafif dan Kusuma (2015); Oehadian
(2012) klasifikasi anemia yaitu :
Berdasarkan morfologi dan etiologi

3
1. Anemia Mikrositik. Anemia mikrositik biasanya disertai penurunan
hemoglobin dalam eritrosit.
a) Anemia Defisiensi Besi
Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia
paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang
(ankilostomiasis). Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan
makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai
malnutrisi, baru akan terjadi anemia.
b) Anemia Penyakit Kronik
Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi,
seperti infeksi ginjal, paru-paru (abses, empiema dll), inflamasi kronik
(artritis reumatoid) dan neoplasma.
c) Thalassemia major
d) Anemia sideroblastik
2. Anemia Makrositik
Anemia makrositik. Anemia makrositik dapat disebabkan oleh peningkatan
a) Defisiensi Vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan
absorpsi vitamin yang merupakan penyakit herediter autoimun, namun di
Indonesia penyebab anemia ini adalah karena kekurangan masukan
vitamin B12 dengan gejala-gejala yang tidak berat.
b) Defisiensi Asam Folat
Anemia defisiensi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di
seluruh saluran cerna. Gejalanya yaitu perubahan megaloblastik pada
mukosa, mungkin dapat ditemukan gejala-gejala neurologis, seperti
gangguan kepribadian.
3. Anemia normositik
Anemia normositik dapat disebabkan oleh anemia pada penyakit ginjal
kronik, sindrom anemia kardiorenal akibat anemia, gagal jantung, dan
penyakit ginjal kronik.

D. Etiologi Anemia
Penyebab anemia terdiri dari:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)

4
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel
darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel-sel darah merah
karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah
merah, perdarahan, dan rendahnya kadar ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal
yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat badan menurun, letargi,
dan membran mukosa menjadi pucat.
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat.
Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan
genetik, penyakit kronik, keracunan obat, penekanan sumsum tulang (misalnya
oleh kanker), defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,
folic acid, piridoksin, vitamin C dan copperdan sebagainya. Penyebab umum dari
anemia, yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan
sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak
dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap
zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti inflamasi, dan lain-lain). Obat lainnya dapat
menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil
KB, antiarthritis, dan lain-lain).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin
B12.

5
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

E. Manifestasi Klinis Anemia


Menurut Nurafif dan Kusuma (2015) tanda-tanda Anemia meliputi:
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic
syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul
pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian
rupa di bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan
menurut organ yang terkena adalah:
a) Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
c) Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta
rambut tipis dan halus.

F. Patofisiologi Anemia
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah
merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.

6
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada
perdarahan. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis
(keringat dingin), takikardia, sesak nafas, kolaps sirkulasi yang progresif cepat
atau syok. Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan
aliran darah yang meningkat. Angina (sakit dada), khususnya pada penderita yang
tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada
anemia berat, dapat menimbulkan payah jantung kongestif sebab otot jantung
kekurangan oksigen dengan beban kerja jantung yang meningkat. Dispnea, nafas
pendek dan cepat, lelah waktu melakukan aktivitas jasmani merupakan
manifestasi berkurangnya pengiriman O2. Sakit kepala, pusing, kelemahan dan
tinitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenisasi
pada susunan saraf pusat. Pada anemia yang berat dapat juga timbul gejala saluran
cerna yang umumnya berhubungan dengan keadaan defisiensi. Gejala-gejala ini
adalah anoreksia, nausea, konstipasi atau diare dan stomatitis.

G. Pemeriksaan Penunjang
Pengkajian dan metode diagnostik untuk pasien anemia antara lain
(Smletzer, 2013):
1. Studi hematologi komplit (misalnya: hemoglobin, hematokrit, jumlah
retikulosit, indeks sel darah merah (RBC), volume korpuskular rerata (MVC),
dan luasnye distribusi RBC (RDW)).
2. Studi zat besi (kadar besi serum, kapasitas pengikat besi total (TIBC), persen
saturasi, dan feritin)
3. Kadar vitamin B12 dan kadar folat serum haptoglobin dan kadar eritropoietin.
4. Aspirasi sum-sum tulang
5. Studi lain sebagaimana diindikasikan untuk menentukan penyakit yang
mendasari

7
Terdapat beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
pasien anemia (Nurafif dan Kusuma, 2015)
1. Pemeriksaan laboratorium
a) Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran
kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang.
b) Penentuan Indeks Eritrosit
Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dengan flowcytometri atau
menggunakan rumus:
1) Mean Corpusculer Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila
kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai
berkembang. Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik >
100 fl.
2) Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)
MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah.
Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31
pg.
3) Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan
membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35% dan
hipokrom < 30%.
c) Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer
Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual. Pemeriksaan
menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan ukuran, bentuk
inti, sitoplasma sel darah merah.
d) Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW)
Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah yang masih
relatif baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter lainnya untuk
membuat klasifikasi anemia.
e) Eritrosit Protoporfirin (EP)
EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya membutuhkan
beberapa tetes darah dan pengalaman tekniknya tidak terlalu dibutuhkan.
f) Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah
cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Besi serum dipakai

8
kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang
spesifik.
g) Serum Transferin (Tf)
Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama dengan besi
serum. Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi dan dapat
menurun secara keliru pada peradangan akut, infeksi kronis, penyakit ginjal
dan keganasan.
h) Pemeriksaan Sumsum Tulang
Masih dianggap sebagai standar emas untuk penilaian cadangan besi,
walaupun mempunyai beberapa keterbatasan. Pemeriksaan histologis sumsum
tulang dilakukan untuk menilai jumlah hemosiderin dalam sel-sel retikulum.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
a) Faal ginjal
b) Faal endokrin
c) Asam urat
d) Faal hati
e) Biakan kuman
3. Radiologi
a) Toraks
b) Bone survey
c) USG
d) linfangiografi
4. Pemeriksaan sitogenik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polimerase chain raction, FISH =
fluorescence in situ hybridization)

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia pada setiap kasus perlu diperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.
2. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efisien.
Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah:
1. Terapi gawat darurat
Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung, maka
harus segera diberikan terapi darurat dengan transfusi sel darah merah yang
dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah jantung tersebut.
2. Terapi khas untuk masing-masing anemia

9
Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat
besi untuk anemia defisiensi besi.
3. Terapi kausal
Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi
penyebab anemia. Misalnya, anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh
infeksi cacing tambang harus diberikan obat anti-cacing tambang.
4. Terapi ex-juvantivus (empiris)
Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika terapi
ini berhasil, berarti diagnosis dapat dikuatkan.
Berdasarkan Nurafif dan Kusuma (2015) penatalaksanaan anemia
ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya yaitu:
1. Anemia aplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-
10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Jika
diperlukan dapat diberikan tranfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat.
Jika tersedia dapat diberikan eritropoetin rekombinasi.
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani penyakit yang
mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Tranfusi darah diberikan jika kadar Hb kurang
dari 5 gr%.

10
2. Clinical Pathway
Etiologi
1. Genetik 4. Defisiensi kofaktor eritropoesis (Fe, B12, asam foat)
2. Perdarahan 5. Kerusakam sumsum tulang
3. Hemolitik

Genetik Perdarahan Defisiensi kofaktor eritropoesis Penekanan sumsum tulang

Gangguan Peningkatan kehilangan Penurunan jumlah sel


oembentukan eritrosit Defisiensi Vit B12, asam folat Defisiensi zat besi eritropoetin di sumsum
molekul globin tulang

Penurunan eritrosit Mitosis menurun Gangguan pengikatan zat besi Gangguan eritropoesis
Jumlah Hb dalam komponen darah
dalam eritrosit
rendah Gangguan mutasi Penurunan kualitas dan jumlah Hb Pansitopenia

Penurunan produksi sel darah merah

Penurunan jumlah eritrosit

Penurunan kadar Hb Pertahanan sekunder tidak adekuat

Risiko
Kompensasi Jantung Kompensasi paru-paru Kompensasi tubuh Efek Gastrointestinal infeksi

12
Beban kerja dan curah Peningkatan frekuensi Pembentukan eritrosit oleh Gangguan penyerapan
jantung meningkat nafas sumsum tulang meningkat nutrisi dan defisiensi folat

Takikardi, angina, Dyspneu (kesulitan nafas) Hiperplasia sumsum Glositis berat (lidah
iskemia miokardium tulang meradang), diare, Diare
kehilangan nafsu makan
Penurunan transpor O2
Ketidakefektifan Deformitas tulang
perfusi jaringan perifer Intake nutrisi turun (anoreksia)
Hipoksia
Gangguan citra tubuh
Nyeri akut Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Ketidakefektifan Suplai O2 jaringan menurun Tidur tidak nyenyak Gangguan pola tidur
pola nafas

Metabolisme sel turun Cemas

Penurunan pembentukan ATP Ansietas Blok fikiran Defisiensi pengetahuan

Penurunan produsi energi

Intoleransi Kelemahan fisik Defisit perawatan diri


aktivitas

13
3. Proses Keperawatan
A. Pengkajian/Assesment
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan. Kehilangan produtivitas, penurunan semangat
untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/takipnea, dispnea pada bekerja atau istirahat. menarik diri,
apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot dan
penurunan kekuatan, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,
berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; menstruasi berat; CHF (akibat
kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi
(takikardia kompensasi).
Tanda : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Abnormalis EKG, takikardia, Bunyi jantung murmur
sistolik. Ekstremitas pucat pada kulit dan membran mukosa (konjungtiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. kuku mudah patah, berbentuk seperti
sendok (koikologikia). Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban
secara premature (Doenges, 2014).
3. Integritas ego
Tanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,
misalnya penolakan transfusi darah.
Gejala : depresi.
4. Eleminasi
Gejala : sindrom malabsorpsi, feses dengan darah segar, melena. Diare atau
konstipasi. Penurunan haluaran urine
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukkan
produk sereal tinggi. Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.
6. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, sensasi manjadi dingin.

14
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala.
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea dan dispnea.
9. Seksualitas
Gejala : Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan
dinding vagina pucat.

B.Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung ditandai dengan
hilang atau terbatasnya aliran darah ke arah miokardium dan nekrosis dari
miokardium, resi wajah nyeri (meringis), skala nyeri, fokus pada diri sendiri,
dan perubahan posisi untuk menghindari nyeri.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan dispnea, fase ekspansi memanjang, penggunaan otot bantu
pernafasan, penurunan kapasitas vital, pernafasan bibir, pernafasan cuping
hidung, pola nafas abnormal, dan takipnea.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan ditandai dengan penurunan berat badan (20%) atau
lebih dari berat badan ideal, bising usus hiperaktif, ketidakmampuan
memakan makanan, kurang informasi, kurang minat pada makanan, membran
mukosa pucat, dan nyeri abdomen.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan dispnea setelah beraktivitas,
keletihan, dan ketidaknyamanan setelah beraktivitas.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuan
ditandai dengan kurang pengetahuan dan perilaku tidak tepat.

15
C.Intervensi Keperawatan
No. Diagno Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
sa
1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Manajemen nyeri (1400)
akut diharapkan kontrol nyeri dapat meningkat dengan kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi,
Kontrol nyeri (1605)
(00132) karakteristik, durasi, dan intensitas nyeri)
No. Indikator Awal Akhir Keterangan 2. Observasi adanya petunjuk nonverbal nyeri
Mengenali kapan 1. Tidak pernah
1. 3. Pastikan analgesik dipantau dengan ketat
nyeri terjadi menunjukkan
4. Jelaskan pada pasien terkait nyeri yang dirasakan
Menggunakan
2. Jarang
Terapi relaksasi (6040)
tindakan
2. menunjukkan
5. Gambarkan rasional dan manfaat relaksasi seperti nafas
pengurangan
3. Kadang-kadang
dalam dan musik
dengan analgesik
menujukkan
Menggunakan 6. Dorong pasien mengambil posisi nyaman
4. Sering
pengurangan Pemberian analgesik (2210)
3. menunjukkan
nyeri tanpa 7. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan
5. Secara konsisten
analgesik nyeri sebelum mengobati pasien
Melaporkan menunjukkan 8. Cek adanya riwayat alergi obat
9. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan
4. nyeri yang
frekuensi obat analgesik yang diresepkan
terkontrol

2. Ketidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Manajemen jalan nafas (3140)
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
efektifa diharapkan status pernapasan meningkat dengan kriteria hasil:
2. Monitor status pernafasan dan oksigensi
Status pernapasan (0415)
17
n pola No. Indikator Awal Akhir Keterangan 3. Motivasi pasien untuk bernafas pelan
1. Frekuensi 1. Deviasi berat dari Monitor pernafasan (3350)
nafas
4. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan kesulitan
(00032) Pernapasan kisaran
bernafas
2. Irama
normal/sangat 5. Catat pergerakan dada, kesimetrisan, dan penggunaan
pernapasan
berat otot bantu nafas
3. Retraksi dinding
2. Deviasi cukup dari 6. Monitor suara nafas
dada 7. Monitor pola nafas (bradipneu, takipneu, hiperventilasi,
4. Penggunaan otot kisaran
kusmaul)
bantu normal/berat 8. Monitor saturasi oksigen
3. Deviasi sedang Monitor tanda-tanda vital (6680)
pernapasan
9. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
5. Suara napas dari kisaran
pernafasan dengan tepat
tambahan normal/dukup
4. Deviasi ringan dari
kisaran
normal/ringan
5. Tidak ada deviasi
dari kisaran
normal/tidak ada
3. Ketidak Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam pasien diharapkan dapat Manajemen nutrisi (1100)
seimba memenuhi status nutrisi (1004) dengan kriteria hasil : 1. Monitor intake makanan dan cairan pasien
ngan Skala 2. Ciptakan lingkungan yang optimal saat mengonsumsi
No Indikator Keterangan skala
Awal Akhir
nutrisi 1. Asupan gizi makanan (bersih dan bebas dari bau yang menyengat)
kurang 3. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit
18
dari 2. Asupan makanan 1. Sangat pasien (yang tidak berbahaya bagi kesehatan pasien)
kebutuh menyimpang dari 4. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
an rentang normal 5. Beri dukungan (kesempatan untuk membicarakan
tubuh 2. Banyak perasaan) untuk meningkatkan peningkatan makan
(00002) menyimpang dari 6. Anjurkan pasien menjaga kebersihan mulut
rentang normal 7. Kolaborasi pemberian obat
3. Cukup
menyimpang dari
rentang normal
4. Sedikit
menyimpang dari
rentang normal
5. Tidak menyimpang
dari rentang
normal

4. Intolera Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Manajemen energi (0180)
1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
nsi diharapkan toleransi aktivitas meningkat dengan kriteria hasil:
keletihan
aktivita Toleransi terhadap aktivitas (0005)
2. Monitor intake dan asupan nutrisi
s No. Indikator Awal Akhir Keterangan 3. Konsultasi dengan ahli gizi terkait cara peningkatan
(00092) Saturasi oksigen 1.Sangat terganggu energi dari asupan makanan
1. 2.Banyak terganggu
saat beraktivitas 4. Monitor/catat waktu dan lama waktu istirahat tidur

19
Frekuensi nadi 3.Cukup terganggu pasien
2. 4.Sedikit terganggu 5. Anjurkan tidur siang jika diperlukan
saat beraktivitas
5.Tidak terganggu 6. Anjurkan aktivitas fisik (misal ambilasi, ADL) sesuai
Frekuensi
dengan kemampuan (energi) pasien
3. pernapasan saat Terapi latihan: ambulasi (0221)
beraktivitas 7. Beri pasien pakaian yang tidak mengekang
Kemudahan 8. Anjurkan pasien menggunakan alas kaki agar tidak
4. dalam melakukan cidera
9. Dorong untuk duduk di tempat tidur, di samping tempat
ADL
tidur (menjutai), atau di kursi, sesuai toleransi pasien
10. Bantu pasien untuk duduk di sisi tempat tidur untuk
memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh.

5. Defisie Setelah dilakukan perawatan selama 1x24 jam diharapkan Pengajaran: individu (5606)
1. Bina hubungan baik
nsi pengetahuan proses penyakit meningkat dengan kriteria hasil:
Pengetahuan : Proses Penyakit (1803) 2. Pertimbangan kesiapan pasien untuk belajar
pengeta 3. Tentukan kemampuan pasien untuk mempelajari
No. Indikator Awal Akhir Keterangan
huan 1. Faktor penyebab 1. Tidak ada informasi (tingkat pengetahuan, status fisiologi,
(00126) dan faktor yang pengetahuan kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi, dan adaptasi
2. Pengetahuan terhadap penyakit)
berkontribusi
2. Efek fisiologis terbatas 4. Berikan lingkungan yang kondusif
3. Pengetahuan Pengajaran: proses penyakit (5602)
penyakit 5. Kaji tingkat pengetahuan terkait dengan proses
3. Tanda dan gejala sedang
penyakit
penyakit 6. Jelaskan mengenai penyakit yang dialami
7. Jelaskan tanda dan gejala yang umum terjadi pada

20
4. Tanda dan gejala 4. Pengetahuan penyakit pasien
8. Identifikasi perubahan kondisi fisik pasien
komplikasi banyak
9. Berikan informasi kepada pasien sesuai dengan yang
5. Pengetahuan
penyakit
dibutuhkan
sangat banyak

21
D.Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan secara sistematis dan periodik setelah
pasien diberikan intervensi dengan berdasarkan pada berdasarkan pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan implementasi keperawatan.
Evaluasi keperawatan ditulis dengan format SOAP, yaitu:
1. S (subjektif) yaitu respon pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. O (objektif) yaitu data pasien yang diperoleh oleh perawat setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
3. A (analisis) yaitu masalah keperawatan pada pasien apakah sudah teratasi,
teratasi sebagian, belum teratasi, atau timbul masalah keperawatan baru
4. P (planning) yaitu rencana intervensi dihentikan, dilanjutkan, ditambah, atau
dimodifikasi

E. Discharge Planning
Berdasarkan Nurafif dan Kusuma (2015) discharge planning yang dapat
dilakukan pada pasien dengan anemia yaitu:
1.Menjalani diet dengan gizi yang seimbang
2. Asupan zat besi yang terlalu berlebihan dapat membahayakan.
3. Makan-makanan yang tinggi asam folat dan vitamin B12 seperti ikan, produk
susu, daging, kacang-kacangan, sayuran berwarna hijau tua, jeruk, dan biji-
bijian.
4. Batasi minum alkohol dan pada ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi asam
folat untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi asam folat.
5. Pastikan untuk menggunakan sepatu atau sandal untuk menghindari resiko
kecacingan.
6. Hindari pemaparan berlebihan terhadap minyak, insektisida, zat kimia dan zat
toksik lainnya karena dapat menyebabkan anemia.
7. Konsultasi kembali jika gejala anemia menetap dan untuk mengetahui faktor
penyebab.

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2013. Breast Cancer. Atlanta: American Cancer


Society.

22
Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochteman, C. M. Wagner. 2015. Nursing
Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Bulechek, G. M., H. K. Butcher, J. M. Dochteman, C. M. Wagner. 2015. Nursing
Outcomes Classification (NOC). Edisi 6. Jakarta: EGC.
Dacie dan Lewis. 2012. Practical Haematology. 11ed. Elsevier. Churchill
Livingstone.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A., C,(2014).Rencana Asuhan
Keperawatan pedoman untuk Perencanaan Keperawatan
Pasien.Edisi:3.Jakarta:EGC
Dorland, W.A.N. 2012. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 28. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Gallagher, M. L. 2008. The Nutrients and Their Metabolism. In: Mahanan LK,
Escott-Stump S. Krause Food, Nutrition, and Diet Therapy. Philadelphia:
Saunders.
Irianto. 2013. Mikrobiologi Medis (Medical Microbiology). Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Kiswari, R. 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga.
Nanda Internasional 2015. Diagnosis Keperawatan 2015-2017. Oxford: Willey
Backwell.
Nurarif, A.H dan H. Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction
Publishing.
Oehadian, A. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia.
Pearce, E. 2015. Anatomi and Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Price, A dan L. Wilson. 2013. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C. dan B. G. Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner Suddarth. Edisi 12 Volume 2. Jakarta: EGC.
Sofro, A.S.M. 2012. Darah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

23
Syaifuddin. 2013. Atlas Berwarna Tiga Bahasa Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
Tortora G. J. 2013. Principles of Anatomy and Physiology. 14th ed. John Wiley &
Sons.

24

Anda mungkin juga menyukai