CP
CP
Ada yang bilang bahwa proses perawatan pasien adalah proses yang sarat seni
"bernilai tinggi". Kalimat di atas tidak melulu salah melihat kenyataan bahwa dalam
merawat pasien, dokter kadang memberikan pelayanan yang bervariasi sesuai
denga ilmu pengetahuan dan "rasa" yang dimilikinya. Ada kalanya, variasi ini
memang diperlukan, mengingat masing-masing pasien juga memiliki variasi
kondisi tubuh saat bereaksi terhadap obat dan penyakit yang dideritanya. Namun
tidak jarang, variasi yang diberikan malah tidak perlu dan bahkan beresiko
membebani pasien. Beban yang paling "mudah" dirasakan adalah beban biaya.
Agar kondisi seperti ini bisa dikendalikan, implementasi clinical pathway bisa
menjadi jawaban.
Clinical pathway adalah alur yang menunjukkan secara detail tahap-tahap penting
dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan. Secara sederhana dapat
dibilang bahwa clinical pathway adalah sebuah alur yang menggambarkan proses
mulai saat penerimaan pasien hingga pemulangan pasien. Clinical
pathway menyediakan standar pelayanan minimal dan memastikan bahwa
pelayanan tersebut tidak terlupakan dan dilaksanakan tepat waktu. Clinical
pathway memiliki banyak nama lain seperti: Critical care pathway, Integrated care
pathway, Coordinated care pathway, Caremaps®, atauAnticipated recovery
pathway.
Menurut dr. Hanevi Djasri, MARS, konsultan dari PMPK FK UGM, terdapat sekitar
tujuh tujuan utama implementasi clinical pathway: (1) memilih pola praktek terbaik
dari berbagai macam variasi pola praktek, (2) menetapkan standar yang diharapkan
mengenai lama perawatan dan penggunaan prosedur klinik yang seharusnya, (3)
menilai hubungan antara berbagai tahap dan kondisi yang berbeda dalam suatu
proses dan menyusun strategi untuk mengkoordinasi agar dapat menghasilkan
pelayanan yang lebih cepat dengan tahap yang lebih sedikit, (4) memberikan
informasi kepada seluruh staf yang terlibat mengenai tujuan umum yang harus
tercapai dari sebuah pelayanan dan apa peran mereka dalam proses tersebut, (5)
menyediakan kerangka kerja untuk mengumpulkan dan menganalisa data proses
pelayanan sehingga penyedia layanan dapat mengetahui seberapa sering dan
mengapa seorang pasien tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar, (6)
mengurangi beban dokumentasi klinik, (7) meningkatkan kepuasan pasien melalui
peningkatan edukasi kepada pasien (misalnya dengan menyediakan informasi yang
lebih tepat tentang rencana pelayanan).
Secara konvensional, clinical pathway ditulis dalam bentuk fomulir matrix dengan
aspek pelayanan di satu sisi, dan waktu pelayanan disisi yang lain (gambar 1).
Interval waktu biasanya dalam hitungan hari mengikuti instruksi klinik harian,
namun hal ini dapat berbeda tergantung dari perjalanan dan perkembangan
penyakit atau tindakan yang ada (misalnya clinical pathway untuk penyakit kronis
mungkin memilik interval waktu perminggu atau bulan). Umumnya clinical
pathway dikembangkan untuk diagnosa atau tindakan yang sifatnya "high-
volume", "high-risk" dan "high-cost". Clinical pathwaybanyak dikembangkan di
rumah sakit, namun saat ini secara bertahap sudah mulai diperkenalkan ke sarana
pelayanan kesehatan lain seperti nursing home dan home healthcare.
Menurut dr. Hanevi Djasri, MARS, berbagai proses dapat dilakukan untuk
menyusun clinical pathway, salah satunya terdiri dari beberapa tahap sebagai
berikut:
Setelah clinical pathway tersusun, perlu dilakukan uji coba sebelum akhirnya
diimplementasikan di rumah sakit. Saat uji coba dilakukan penilaian secara
periodik kelengkapan pengisian data dan diikuti dengan pelatihan kepada para staf
untuk menggunakan clinical pathway tersebut. Lebih lanjut, perlu juga dilakukan
analisis variasi dan penelusuran mengapa praktek dilapangan berbeda dari yang
direkomendasikan dalam clinical pathway.