Anda di halaman 1dari 18

Focus:

ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019


Jurnal Pekerjaan Sosial

POLA ASUH ORANG TUA DAN KENAKALAN REMAJA

Adristinindya Citra Nur Utami1, Santoso Tri Raharjo2


1
Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Padjadjaran
adristinindya17001@mail.unpad.ac.id
2
Pusat Studi CSR, Kewirausahaan Sosial & Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
santoso.tri.raharjo@unpad.ac.id

ABSTRAK

Di era ini, kenakalan remaja sudah sangat sering terjadi. Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang
melanggar norma aturan dan tata hukum masyarakat yang di lakukan pada usia remaja atau transisi dari
masa anak-anak ke dewasa. Perilaku yang menyimpang dari norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja
merupakan problema yang sering terjadi pada remaja baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Jika tidak ditangani dengan baik, kenakalan remaja dapat berubah menjadi perilaku criminal dan
dapat membawa remaja tersebut ke dalam penjara. Bila ditelusuri secara mendalam perkembangan kejahatan
remaja banyak di pengaruhi dari kehidupan keluarga dan masyarakat. Keluarga memiliki peranan penting
dalam mencegah kenakalan remaja. Salah satu cara yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah
kenakalan remaja adalah dengan menggunakan pola asuh yang tepat. Pola asuh yang digunakan oleh orang
tua memberikan pengaruh pada perilaku anak. Menurut hasil assessment di LPKA Sukamiskin, Bandung,
ditemukan keterkaitan atau pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap kenakalan dan perilaku criminal
yang dilakukan oleh remaja.

Kata kunci : pola asuh, orang tua, remaja, kenakalan, criminal

ABSTRACT

In this era, juvenile delinquency is very common. Juvenile delinquency is an act that violates the norms and
rules of law of society that are done in adolescence or the transition from childhood to adulthood. Behavior
that deviates from criminal law norms committed by adolescents is a problem that often occurs in adolescents
both in the family, school, and society. If not handled properly, juvenile delinquency can turn into criminal
behavior and can bring the teenager into prison. When traced in depth the development of juvenile crime is
influenced by family life and society. Family has an important role in preventing juvenile delinquency. One way
that families can do to prevent juvenile delinquency is to use proper parenting. Parenting is used by parents
to influence children's behavior. According to the results of the assessment at Sukamiskin LPKA, Bandung, it
was found that the relationship between parents' parenting and delinquency behavior was carried out by
teenagers.

150
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

K eyw ords: parenting, parents, teenagers, delinquency, criminal

PENDAHULUAN sekitarnya. Karena karakter dan perilaku anak


dibentuk oleh lingkungan sekitarnya dan
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA)
lingkungan tersebut bisa berupa lingkungan fisik
adalah lembaga atau tempat anak menjalani masa
atau lingkungan sosial. Lingkungan sosial bisa
pidananya. LPKA berkewajiban untuk
berupa lingkungan keluarga, dan lain – lain.
menyelenggarakan pendidikan, pelatihan
keterampilan, pembinaan, dan pemenuhan lain Artikel ini disusun berdasarkan penelitian
dari anak sesuai dengan ketentuan perundang- yang dilakukan terhadap anak didik di LPKA
undangan. Hal ini mengingat anak yang dijatuhi Sukamiskin, Bandung. Metode penelitian yang
pidana berhak memperoleh pembinaan, dilakukan dalam artikel ini adalah metode
pembimbingan, pengawasan, pendampingan, penelitian studi kasus dengan survey dan
pendidikan, dan pelatihan serta hak lain sesuai wawancara mendalam dengan anak didik LPKA
dengan ketentuan peraturan perundang- Sukamiskin, Bandung.
undangan.5 Sehingga dapat didefinisikan Lembaga
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk
Pembinaan khusus Anak adalah suatu tempat anak
meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya
menjalani masa pidananya yang tetap
orang tua bahwa perilaku anak merupakan
memperhatikan hak-hak anak seperti
cerminan atau pengaruh dari perilaku orang tua
mendapatkan pembimbingan dan pembinaan bagi
dirumah, termasuk pola asuh. Serta artikel ini
anak yang bersangkutan.
ditulis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
Dalam artikel ini akan dibahas mengenai bahwa anak didik LPKA bukanlah pelaku criminal,
bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orang namun mereka adalah korban dari lingkungan
tua dalam memperlakukan anaknya sehari – hari mereka sendiri.
dapat mempengaruhi perilaku seorang anak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam artikel ini, diambil sampel yaitu salah satu
Hasil Assessm ent terhadap Anak Didik Lapas
anak didik di LPKA Sukamiskin, Bandung. Pola asuh
di LPKA Sukamiskin, Bandung
yang diterapkan oleh orang tua akan membentuk
Dari hasil assessment terhadap anak didik lapas di
perilaku anak, terlebih lagi orang tua dan rumah
LPKA Sukamiskin, Bandung, terutama anak didik
merupakan sekolah pertama bagi anak yang akan
LPKA yang menjadi fokus riset ini atau bisa disebut
membentuk karakter dan mempengaruhi perilaku
sebagai klien. Anak didik LPKA tersebut atau klien
seorang anak termasuk bagaimana seorang anak
banyak bercerita tentang kondisi keluarganya dan
mengendalikan emosi, hingga kenakalan remaja
kasus yang membuat klien sampai pada Lembaga
dan perilaku criminal yang dilakukan oleh seorang
Pembinaan Kelas Anak tersebut. Kasus yang klien
anak atau remaja. Jika seorang anak melakukan
alami yaitu membunuh nyawa seseorang pada saat
kenakalan yang sangat tidak bisa ditoleransi atau
tawuran antar kelompok atau ‘geng’. Klien
bahkan melakukan tindakan criminal, maka ada
melakukan tawuran bersama teman – temannya
sesuatu yang kurang tepat dari lingkungan di
namun yang sampai di LPKA hanya klien berdua

151
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

dengan temannya. Klien pun menceritakan latar temannya sehingga tidak bertemu dengan ibunya.
belakang keluarganya. Klien seorang anak pertama Klien juga mengatakan bahwa ibunya pernah
laki – laki berusia 18 tahun atau kelas 12 SMA. Klien menghukumnya atas perbuatannya dengan cara
memiliki 3 orang adik, 2 orang adik laki – laki dan tidak memberi uang saku selama satu minggu
1 orang adik perempuan. Pada saat melakukan namun keesokan harinya klien tetap diberi uang
tawuran, klien masih duduk dibangku kelas 10 saku. Klien mengatakan selain pergi ke warnet,
SMA. Klien mengatakan klien sangat menyayangi aktivitas lainnya adalah bermain bersama teman
ketiga adiknya terutama adik bungsunya. satu kelompoknya yang tawuran bersama klien dan
pergi berkumpul bersama komunitas penyuka
Klien juga mengatakan klien sangat
graffiti di daerah Bogor. Klien mengatakan bahwa
menyayangi ibunya karena ibu dari klien sangat
ia memiliki masalah dalam mengendalikan emosi
sabra dan selalu menuruti apa yang klien mau,
sehingga ia bisa melakukan tawuran dan sampai di
termasuk menuruti kemauan klien dalam hal
LPKA Sukamiskin.
negatif. Namun, klien mengatakan bahwa klien
tidak dekat bahkan sangat jarang sekali berbicara Klien juga menceritakan bahwa ibunya
dengan ayahnya. Pada saat klien ditahan di pernah menghukumnya dengan cara klien tidak
lembaga permasyarakatan pun ayahnya hanya boleh keluar rumah untuk menemui teman – teman
bereaksi marah namun tidak mengajak klien sekelompoknya dengan tidak meminjamkan motor
berbicara. Klien pun mengatakan bahwa ia tidak agar klien tidak bisa pergi, namun klien tidak
dekat dengan satu pun anggota keluarga dari ayah kehabisan akal untuk mencari cara agar ibunya
nya seperti paman, bibi, nenek, kakek, dan lain – mau meminjamkan motornya. Dan pada akhirnya
lain. ibunya selalu menuruti kemauan klien baik itu yang
membawa dampak positif atau dampak negative,
Pada awalnya, klien ditempatkan di
serta ayahnya tidak peduli dengan apa yang klien
Lembaga Permasyarakatan di daerah Bogor,
lakukan dan jarang menghabiskan waktu dirumah.
namun, klien mengatakan bahwa satu tahun
setelah itu ia dipindahkan ke LPKA Sukamiskin, Dari hasil assessment ini, dapat
Bandung. Klien sempat penulis ajak untuk diasumsikan bahwa ada hubungan antara pola
menggambar genogram dan ecomap. Akan asuh orang tua di rumah dengan perilaku anak,
dilampirkan genogram dan ecomap klien sebagai terutama pada kenakalan dan pengendalian diri
penunjang. pada remaja karena remaja merupakan masa
peralihan dari anak – anak menuju dewasa dan
Klien juga menceritakan kesehariannya,
sering terjadi konsep atau pemahaman yang salah
klien mengatakan dulu klien sering kali bermain di
tentang peran orang tua dan pola asuh orang tua
warung internet atau warnet. Pernah sampai bolos
terhadap remaja.
sekolah dan tidak pulang kerumah hingga
beberapa hari. Klien mengatakan bahwa ibunya Metode Intervensi
sempat mencari klien ketika klien tidak pulang Karena klien memiliki masalah dalam
kerumah namun klien kadang pergi ke rumah pengendalian emosi serta klien juga menceritakan

152
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

bahwa ia sering merasa cemas dan gelisah. Maka memandang perilaku maladaptif konseli
metode intervensi yang dipilih ialah metode diakibatkan karena proses belajar yang salah,
cognitive restructuring therapy dan metode sehingga teknik yang berkembang dalam
Emotional Freedom Technique (EFT). Metode pendekatan behavioral berfokus pada perubahan
intervensi yang digunakan dalam penelitian ini perilaku yang sesuai. Berdasarkan penjelasan
ialah menggunakan teknik cognitive restructuring tersebut, maka teknik CR terlahir dari terapi
therapy dengan cara klien mengisi beberapa kognitif yang menitik beratkan pada perubahan
kuesioner untuk mengembalikan ingatannya pola pikir konseli, meskipun pada akhirnya pola
tentang betapa berharganya diri klien. pikir tersebut mempengaruhi pengambilan
keputusan yang tampak dalam perilaku atau sikap
Cognitive restructuring lahir dari terapi
yang ditunjukkan oleh konseli. Cognitive
kognitif dalam konseling yang menekankan pada
restucturing terkadang disebut juga sebagai teknik
kekuatan pikiran yang positif dan logis yang hadir
correcting cognitive distortion (mengoreksi distorsi
menjadi salah satu solusi atas permasalahan
kognitif) yang menitik beratkan pada perubahan
seseorang. Cognitive restructuring lazim digunakan
pola pikir negatif konseli terhadap masalah atau
dengan individu-individu yang pikirannya
solusi permasalahan yang dialaminya.”
terpolarisasi, menunjukkan ketakutan dan
kecemasan dalam situasi-situasi tertentu, atau Beck (1976) dalam Khairi dkk. (2017)
bereaksi berlebihan terhadap masalah- masalah menambahkan bahwa terapi kognitif meliputi
kehidupan biasa dengan menggunakan langkah- usaha memberi bantuan kepada klien agar siswa
langkah ekstrem sebagai solusi terakhir seperti dapat mengevaluasi perilaku siswa dengan kritis
bunuh diri. Maka dari itu, selain kurang dalam dengan menitik beratkan pada hal pribadi yang
pengendalian emosi, penulis memilih cognitive negatif. Dengan merekontruksi pikiran siswa
restructuring therapy karena menginat ketika klien terhadap hal-hal negatif yang bersifat pribadi
menceritakan tentang kehidupannya di LPKA, ia tersebut diharapkan siswa memiliki pola pikir baru
mengatakan bahwa klien sering merasa cemas dan yang lebih positif terhadap solusi pemecahan
gelisah, terlebih lagi klien takut dengan stigma permasalahan yang sedang dihadapi. Tujuan
masyarakat. Cognitive Restucturing Tujuan dari teknik CR
secara umum adalah untuk merubah pikiran-
Menurut Khairi dkk. (2017), “Rekontruksi
pikiran negatif terhadap permasalahan yang
kognitif merupakan salah satu teknik yang
dimiliki oleh konseli menjadi pikiran yang lebih
bermuara pada pendekatan terapi kognitif. Terapi
positif, sehingga pikiran tersebut berimplikasi
kognitif berkembang sebagai reaksi terhadap
terhadap sikap dan perilaku yang diambil oleh
pendekatan konseling perilaku (behavioral) yang
konseli.
meminimalkan atau bahkan mengabaikan
pentingnya pikiran dalam konseling. Berbagai Dombeck & Wells-Moran (2014) dalam
pendekatan konseling memiliki fokus atau cara Khairi dkk. (2017) menjelaskan bahwa teknik CR
pandang yang berbeda dalam memandang bertujuan untuk membantu mencapai respon
permasalahan konseli. Terapi behavioral emosional yang lebih baik dengan mengubah

153
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

kebiasaan penilaian habitual sedimikian rupa selanjutnya akan mengubah kondisi emosi kita
sehingga menjadi tidak terlalu terbias. Secara lebih (Gallo, 2003 dalam Hidayati 2009).
terperinci Bariyah (2009) menjelaskan tujuan dari
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Cognitive
teknik CR, antara lain: (1) memberikan bantuan
Restructuring Therapy merupakan suatu terapi
kepada klien agar dapat mengevaluasi perilakunya
yang menggunakan pikiran – pikiran positif yang
dengan kritis dan menitik beratkan pada hal pribadi
logis sebagai salah satu upaya pemecahan masalah
yang negatif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
atau solusi bagi individu – individu yang pikirannya
mengumpulkan informasi berkaitan dengan latar
terpolarisasi, menunjukkan ketakutan dan
belakang klien dalam menangani masalah di masa
kecemasan dalam situasi-situasi tertentu, atau
lalu dan masa kini (Doyle, 1998); (2) agar klien
bereaksi berlebihan terhadap masalah- masalah
tampil dalam mengenali dan mengamati sejauh
kehidupan biasa dengan menggunakan langkah-
mana pikiran dan perasaan pada saat itu. Konselor
langkah ekstrem sebagai solusi terakhir seperti
dapat membesar-besarkan pemikiran irasional
bunuh diri. Sedangkan EFT merupakan terapi yang
untuk membuat poinnya lebih terlihat bagi konseli;
menggunakan titik meridian pada tubuh sebagai
(3) mengubah cara berfikir klien yang salah; (4)
titik tenaga. Untuk memperbaiki kondisi pikiran,
agar klien dapat mengevaluasi perilaku siswa, yang
emosi dan perilaku.
menitikberatkan pada pribadi yang negatif.
Pola Asuh Orang Tua, Kenakalan Remaja dan
Sedangkan metode intervensi lain yang
Perilaku Kriminal
penulis gunakan adalah Emotional Freedom
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola
Technique atau biasa disebut dengan EFT. Menurut
dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Craig (1998) dalam Hidayati (2009), menjelaskan
(2008:1088) dalam Agustiawati (2014:10),
bahwa Emotional Freedom Technique atau EFT
menyatakan bahwa “pola adalah model, sistem,
merupakan suatu terapi yang menggunakan titik
atau cara kerja”, Asuh adalah “menjaga, merawat,
meridian pada tubuh sebagai titik tenaga. EFT
mendidik, membimbing, membantu, melatih, dan
adalah salah satu varian dari ilmu psikologi baru
sebagainya” Kamus Besar Bahasa Indonesia
yaitu Energy Psychology. Energy Psychology
(2008:96) dalam Agustiawati (2014:10). Casmini
merupakan seperangkat prinsip dan teknik
(dalam Agustiawati, 2014) menyebutkan bahwa:
memanfaatkan sistem energy tubuh untuk
“Pola asuh sendiri memiliki definisi bagaimana
memperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku.
orang tua memperlakukan anak, mendidik,
Ketidakseimbangan kimia dalam tubuh ikut
membimbing, dan mendisiplinkan serta
berperan dalam menimbulkan berbagai gangguan
melindungi anak dalam mencapai proses
emosi seperti depresi, stress dan cemas. Telah
kedewasaan, hingga kepada upaya
banyak bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa
pembentukan norma-norma yang diharapkan
gangguan energy tubuh ternyata juga
oleh masyarakat pada umumnya.”
berpengaruh besar dalam menimbulkan gangguan
Menurut Thoha (1996:109) dalam
emosi, dan bahwa intervensi pada sistem energy
Agustiawati (2014) menyebutkan bahwa, “Pola
tubuh dapat mengubah kondisi kimiawi otak yang

154
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

Asuh orang tua adalah merupakan suatu cara tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk
terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam siap dalam kehidupan bermasyarakat. Anak mulai
mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa bisa mengenyam dunia pendidikan dimulai dari
tanggung jawab kepada anak.” kedua orang tua atau mulai pada masa kandungan,
ayunan, berdiri, berjalan dan seterusnya. Orang
Sedangkan menurut Kohn (dalam
tualah yang bertugas mendidik dan merupakan
Agustiawati, 2014) mengemukakan:
tempat pendidikan dasar dan pendidikan pertama
“Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam
yang anak dapatkan melalu interaksi antara orang
berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat
tua dan anak sehari – hari serta melalui pola asuh
dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara
yang diterapkan oleh orang tua karakter anak akan
orang tua memberikan pengaturan kepada
terbentuk. Dalam hal ini (secara umum) baik
anak, cara memberikan hadiah dan hukuman,
potensi psikomotor, kognitif maupun potensi
cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara
afektif, disamping itu orang tua juga harus
orang tua memberikan perhatian, tanggapan
memelihara jasmaniah mulai dari memberi makan
terhadap keinginan anak.”
dan penghidupan yang layak. Maka dari itu, orang
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian
tua memegang peranan penting dalam
dari pola asuh ialah sikap atau cara yang dilakukan
pembentukan karakter dan perilaku anak.
orang tua dalam berhubungan atau berinteraksi
Pendidikan yang anak dapatkan dari orang tua
dengan anak. Dalam interaksi antara orang tua
sewaktu kecil akan berpengaruh dalam perilaku
dengan anak tersebut terdiri dari cara orang tua
anak saat remaja hingga dewasa.
merawat, menjaga, mendidik, membimbing,
Masa remaja adalah masa transisi dalam
melatih, membantu dan mendisiplinkan anak agar
rentang kehidupan manusia, menghubungkan
anak tumbuh dengan baik sesuai dengan nilai dan
masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
norma yang ada di masyarakat.
2003). Masa remaja disebut pula sebagai masa
Orang tua terdiri dari ayah, ibu serta
penghubung atau masa peralihan antara masa
saudara adik dan kakak. Orang tua atau biasa
kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode
disebut juga dengan keluarga, atau yang identik
ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial
dengan orang yang membimbing anak dalam
mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan
lingkungan keluarga. Meskipun orang tua pada
jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono,
dasarnya dibagi menjadi tiga, yaitu orang tua
1995). Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut
kandung, orang tua asuh, dan orang tua tiri. Orang
adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescare
tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari
yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk
ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah
mencapai kematangan”. Menurut Rice (dalam
ikatan perkawinan yang sah yang dapat
Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa
membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki
peralihan, ketika individu tumbuh dari masa anak-
tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan
anak menjadi individu yang memiliki kematangan.
membimbing anak-anaknya untuk mencapai

155
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

Pada masa tersebut, ada dua hal penting merupakan masa perubahan atau peralihan dari
menyebabkan remaja melakukan pengendalian masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang perubahan biologis, perubahan psikologis, dan
bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan perubahan sosial.
lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat
Karena masa remaja merupakan masa
internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja
transisi seseorang dari anak – anak menuju
yang membuat remaja relatif lebih bergejolak
kedewasaan, dimana dalam masa remaja terjadi
dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya
banyak perubahan dalam aspek fisik, psikis dan
(storm and stress period). Masa remaja adalah
juga aspek sosial. Maka kenakalan remaja bisa
masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
ditimbulkan dari perubahan yang dialami tersebut.
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara
Seperti uraian dari Kompas.com (2013) dalam
usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa
Unayah dan Sabarisman (2015), menyatakan
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering
bahwa kenakalan remaja menurut beberapa
disebut masa pubertas. Masa remaja adalah
psikolog, secara sederhana adalah segala
periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa
perbuatan yang dilakukan remaja dan melanggar
(Widyastuti, Rahmawati, Purnamaningrum; 2009).
aturan yang berlaku dalam masyarakat. Meskipun
Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana
begitu, fenomena kenakalan remaja adalah
kematangan kerangka dan seksual terjadi secara
sesuatu yang normal. Ketika seseorang beranjak
pesat terutama pada awal masa remaja. Akan
remaja, beberapa perubahan terjadi, baik dari segi
tetapi, pubertas bukanlah suatu peristiwa tunggal
fisik maupun mental. Beberapa perubahan
yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari
psikologis yang terjadi di antaranya adalah para
suatu proses yang terjadi berangsur-angsur
remaja cenderung untuk resisten dengan segala
(gradual) (Santrock, 2002). Pubertas adalah
peraturan yang membatasi kebebasannya. Karena
periode dalam rentang perkembangan ketika anak-
perubahan itulah banyak remaja melakukan hal-hal
anak berubah dari mahluk aseksual menjadi
yang dianggap nakal. Meskipun karena faktor yang
mahluk seksual. Kata pubertas berasal dari kata
sebenarnya alami, kenakalan remaja terkadang
latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih
tidak bisa ditolerir lagi oleh masyarakat. Karena itu,
menunjukkan pada perubahan fisik daripada
peran orangtua sangat berpengaruh dalam
perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu
membentuk kepribadian remaja ini.
secara seksual menjadi matang dan mampu
Sedangkan menurut Kartono (2005) dalam
memperbaiki keturunan (Hurlock, 1980). Santrock
Unayah dan Sabarisman (2015), “Kenakalan
(2002) menambahkan bahwa kita dapat
Remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan
mengetahui kapan seorang anak muda mengawali
istilah juvenile delinquency merupakan gejala
masa pubertasnya, tetapi menentukan secara
patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh
tepat permulaan dan akhirnya adalah sulit.
satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka
Masa remaja merupakan salah satu
mengembangkan bentuk perilaku yang
periode dari perkembangan manusia. Masa ini
menyimpang”.

156
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

Dan menurut Hurlock (1999), menyatakan oleh orang tua dan lingkungan sekitarnya sehingga
kenakalan remaja adalah tindakan pelanggaran berubah menjadi tindakan criminal atau kejahatan.
hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana
Hurlock (1999) dalam Adawiah (2017: 35)
tindakan tersebut dapat membuat seseorang atau
membagi pola asuh orang tua ke dalam tiga
remaja yang melakukannya masuk kedalam
macam yaitu:
penjara.
1. Pola Asuh Permissif
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kenakalan Pola asuh permisif dapat diartikan sebagai
remaja merupakan sesuatu yang normal terjadi pola perilaku orang tua dalam berinteraksi
yang disebabkan oleh terjadinya perubahan – dengan anak, yang membebaskan anak untuk
perubaan dalam aspek fisik, psikis dan sosial melakukan apa yang ingin di lakukan tanpa
sehingga remaja menjadi cenderung abai atau mempertanyakan.Pola asuh ini tidak
resisten terhadap peraturan yang ada. Dalam fase menggunakan aturan-aturan yang ketat
remaja seseorang membutuhkan peran orang tua bahkan bimbingan pun kurang diberikan,
untuk mencegah kenakalan tersebut agar tetap sehingga tidak ada pengendalian atau
dalam batas yang bisa ditoleransi. Karena pengontrolan serta tuntutan kepada anak.
kenakalan remaja dapat berubah menjadi tindakan Kebebasan diberikan penuh dan anak diijinkan
criminal yang dapat membuat seseorang yang untuk memberi keputusan untuk dirinya
melakukannya masuk kedalam penjara jika tidak sendiri, tanpa pertimbangan orang tua dan
ditangani dengan baik. berperilaku menurut apa yang diinginkannya
tanpa ada kontrol dari orang tua. Gunarsa
Kriminalitas atau perilaku criminal atau
(2002) dalam Adawiah (2017)
kejahatan bukan merupakan peristiwa herediter
mengemukakan bahwa orang tua yang
(bawaan sejak lahir, warisan). Tingkah laku
menerapkan pola asuh permissif memberikan
kriminal itu bisa di lakukan siapa saja, baik wanita
kekuasaan penuh pada anak, tanpa dituntut
maupun pria. Dapat berlangsung pada usia anak,
kewajiban dan tanggung jawab, kurang
dewasa maupun lanjut umur (Kartono Kartini,
kontrol terhadap perilaku anak dan hanya
2013: 139) dalam (Syah Putra, 2016). Kejahatan
berperan sebagai pemberi fasilitas, serta
dan tindakan kriminalitas telah menjadi masalah
kurang berkomunikasi dengan anak. Dalam
sosial tersendiri bagi hampir seluruh tatanan
pola asuh ini, perkembangan kepribadian
masyarakat dunia. Terlebih lagi pada saat sekarang
anak menjadi tidak terarah, dan mudah
ini maraknya kasus-kasus kriminalitas yang terjadi
mengalami kesulitan jika harus menghadapi
dimana pelakunya adalah seorang remaja. Pelaku
larangan-larangan yang ada di lingkungannya.
tindakan kriminal saat ini tidak hanya di dominasi
Prasetya dalam (Adawiah, 2017) menjelaskan
orang dewasa namun anak pada usia remaja juga
bahwa pola asuh permissif atau biasa disebut
suduah banyak yang melakukan tindakan kriminal.
pola asuh penelantar yaitu di mana orang tua
Tindakan criminal yang dilakukan oleh anak atau
lebih memprioritaskan kepentingannya
remaja ini merupakan tindakan yang berasal dari
sendiri, perkembangan kepribadian anak
kenakalan remaja yang tidak ditangani dengan baik

157
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

terabaikan, dan orang tua tidak mengetahui objektif jika keinginan dan pendapat anak
apa dan bagaimana kegiatan anak sehari- tidak sesuai. Dalam pola asuh ini, anak
harinya. Dariyo dalam Adawiah (2017) juga tumbuh rasa tanggung jawab, mampu
mengatakan bahwa pola asuh permissif yang bertindak sesuai dengan norma yang ada.
diterapkan orang tua, dapat menjadikan anak Dariyo (Adawiah, 2017) mengatakan bahwa
kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial pola asuh demokratis ini, di samping memiliki
yang berlaku. Namun bila anak mampu sisi positif dari anak, terdapat juga sisi
menggunakan kebebasan secara bertanggung negatifnya, di mana anak cenderung
jawab, maka dapat menjadi seorang yang merongrong kewibawaan otoritas orang tua,
mandiri, kreatif, dan mampu mewujudkan karena segala sesuatu itu harus
aktualitasnya. dipertimbangkan oleh anak kepada orang tua.
2. Pola Asuh Otoriter Dalam praktiknya di masyarakat,
Menurut Gunarsa (2002) dalam tidak digunakan pola asuh yang tunggal,
Adawiah (2017), pola asuh otoriter yaitu pola dalam kenyataan ketiga pola asuh tersebut
asuh di mana orang tua menerapkan aturan digunakan secara bersamaan di dalam
dan batasan yang mutlak harus ditaati, tanpa mendidik, membimbing, dan mengarahkan
memberi kesempatan pada anak untuk anaknya, adakalanya orang tua menerapkan
berpendapat, jika anak tidak mematuhi akan pola asuh otoriter, demokratis dan permissif.
diancam dan dihukum. Pola asuh otoriter ini Dengan demikian, secara tidak langsung tidak
dapat menimbulkan akibat hilangnya ada jenis pola asuh yang murni diterapkan
kebebasan pada anak, inisiatif dan dalam keluarga, tetapi orang tua cenderung
aktivitasnya menjadi kurang, sehingga anak menggunakan ketiga pola asuh tersebut. Hal
menjadi tidak percaya diri pada ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
kemampuannya. Senada dengan Hurlock, Dariyo (Adawiah, 2017), bahwa pola asuh
Dariyo (Adawiah, 2017), menyebutkan bahwa yang diterapkan orang tua cenderung
anak yang dididik dalam pola asuh otoriter, mengarah pada pola asuh situasional, di mana
cenderung memiliki kedisiplinan dan orang tua tidak menerapkan salah satu jenis
kepatuhan yang semu. pola asuh tertentu, tetapi memungkinkan
3. Pola Asuh Demokratis orang tua menerapkan pola asuh secara
Gunarsa (2000) dalam Adawiah fleksibel, luwes, dan sesuai dengan situasi dan
(2017) mengemukakan bahwa dalam kondisi yang berlangsung saat itu.
menanamkan disiplin kepada anak, orang tua Namun, berdasarkan hasil
yang menerapkan pola asuh demokratis assessment pada klien anak didik di LPKA,
memperlihatkan dan menghargai kebebasan orang tua klien baik ibunya maupun ayahnya
yang tidak mutlak, dengan bimbingan yang cenderung menggunakan pola asuh
penuh pengertian antara anak dan orang tua, permissive secara terus menerus, artinya,
memberi penjelasan secara rasional dan orang tua klien tidak menggunakan ketiga dari

158
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

pola asuh menurut Hurlock berdasarkan sepanjang rentang kehidupannya. Inilah problem
situasi. Namun cenderung menggunakan pola sosial yang menerpa beberapa remaja di Indonesia
asuh submissive secara terus menerus. sekarang ini, yaitu tingkah laku menyimpang yang
dimaksud sebagai kenakalan remaja. Adapun
Faktor–faktor yang Dapat mempengaruhi
penyebab masalah kenakalan remaja diakibatkan
Kenakalan Remaja dan Perilaku Kriminal Remaja
dari berbagai macam persoalan, bisa akibat dari
Kenakalan remaja menurut beberapa
salah orang tua didalam cara mendidik atau
psikolog, secara sederhana adalah segala
orangtua yang terlampau sibuk dengan
perbuatan yang dilakukan remaja dan melanggar
pekerjaannya, juga dapat dikarenakan tidak
aturan yang berlaku dalam masyarakat. Meskipun
tepatnya saat memilih teman/lingkungan
begitu, fenomena kenakalan remaja adalah
pergaulan hingga dapat mengakibatkan
sesuatu yang normal. Ketika seseorang beranjak
terjerumusnya didalam pergaulan yang salah
remaja, beberapa perubahan terjadi, baik dari segi
ataupun akibat dari individunya sendiri karena
fisik maupun mental. Beberapa perubahan
krisis identitas.
psikologis yang terjadi di antaranya adalah para
Sarwono (1998) dalam Unayah dan
remaja cenderung untuk resisten dengan segala
Sabarisman (2015), mengatakan bahwa keluarga
peraturan yang membatasi kebebasannya. Karena
merupakan lingkungan primer pada setiap individu.
perubahan itulah banyak remaja melakukan hal-hal
Sebelum anak mengenal lingkungan yang luas, ia
yang dianggap nakal. Meskipun karena faktor yang
terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya.
sebenarnya alami, kenakalan remaja terkadang
karena itu sebelum anak-anak mengenal norma-
tidak bisa ditolerir lagi oleh masyarakat. Karena itu,
norma dan nilai-nilai masyarakat, pertama kali
peran orangtua sangat berpengaruh dalam
anak akan menyerap norma-norma dan nilai-nilai
membentuk kepribadian remaja ini. (Kompas.com
yang berlaku di keluarganya untuk dijadikan bagian
2013) dalam Unayah dan Sabarisman (2015).
dari kepribadiannya.Orang tua berperan penting
Sayangnya, tidak semua orangtua mengetahui
dalam emosi remaja, baik yang memberi efek
bagaimana bersikap terhadap perubahan anaknya.
positif maupun negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
Banyak orang tua berusaha untuk memahaminya,
orang tua masih merupakan lingkungan yang
akan tetapi para orangtua justru membuat seorang
sangat penting bagi remaja dan merupakan faktor
remaja semakin nakal. Misalnya, dengan semakin
penentu utama dalam penyebab kenakalan
mengekang kebebasan anak tanpa
remaja.
memberikannya hak untuk membela diri.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku Salah satu faktor lainnya yang juga harus
anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan diperhatikan adalah peer group remaja tersebut.
terkadang bertindak melawan mereka. Sehingga Teman sepermainan memegang peran penting
sering terjadi konflik keluarga, pemberontakan/ dalam meningkatnya angka kriminalitas di
perlawanan, depresi, dan galau/ resah. Munculnya kalangan remaja. Sebagaimana yang dikatakan
tindakan berisiko ini, sangat umum terjadi pada oleh Sutherland (1961), bahwa tindakan kriminal
masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di bukan lah sesuatu yang alamiah namun dipelajari,

159
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

hal ini lah yang menyebabkan pentingnya untuk 1. Hubungan buruk atau dingin antara ayah
melihat teman sepermainan remaja tersebut. dan ibu
2. Terdapat gangguan fisik atau mental dalam
Sementara menurut Rauf (2002) dalam
keluarga
Unayah dan Sabarisman (2015) menyatakan
3. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh
bahwa perilaku tindakan kriminalitas dapat
kedua orang tua atau oleh kakek/nenek
dipengaruhi oleh tiga kutub, yaitu:
4. Campur tangan atau perhatian yang
a. Kutub keluarga (rumah tangga)
berlebihan dari orang tua kepada anak
Keluarga merupakan lingkungan primer bagi
5. Sikap orang tua yang dingin dan tak acuh
anak karena keluarga merupakan pendidikan
terhadap anak
pertama bagi anak terutama dalam proses
6. Orang tua yang jarang di rumah atau
mengetahui dan belajar mematuhi nilai – nilai
terdapatnya isteri lain
dan norma yang ada. Dalam berbagai
7. Kurang stimuli kognitif atau sosial
penelitian yang telah dilakukan dikemukakan
8. Lain-lain misalnya menjadi anak angkat,
bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam
dirawat di rumah sakit, kehilangan orang
lingkungan sosial keluarga yang kurang
tua, dan sebagainya.
sehat/disharmonis keluarga, maka resiko anak
untuk mengalami gangguan kepribadian b. Kutub sekolah
menjadi kepribadian antisosial dan berperilaku Kondisi sekolah yang tidak baik dapat
menyimpang, lebih besar dibandingkan mengganggu belajar-mengajar anak didik, yang
dengan anak/ remaja yang dibesarkan dalam pada gilirannya dapat memberikan peluang pada
keluarga yang sehat/harmonis (sakinah). anak didik untuk berperilaku menyimpang. Kondisi
Kriteria kondisi keluarga kurang sehat sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain:
tersebut menurut para ahli adalah, antara
1. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak
lain: 1) keluarga tidak utuh (broken home by
memadai
death, separation, divorce), 2) Kesibukan
2. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang
orang tua, ketidakberadaan dan
tidak memadai
ketidakbersamaan orang tua dan anak di
rumah, 3) Hubungan interpersonal antar 3. Kuantitas dan kualitas pengajar
anggota keluarga (ayahibu-anak) yang tidak ekstrakulikuler yang kurang memadai
baik (buruk), 4) Substitusi ungkapan kasih dalam hal membimbing dan membina anak
sayang orang tua kepada anak, dalam bentuk didiknya
materi daripada kejiwaan (psikologis). Selain
4. Kesejahteraan guru yang tidak memadai
daripada kondisi keluarga tersebut diatas,
5. Kurikulum sekolah yang perlu ditinjau
berikut adalah rincian kondisi keluarga yang
kembali
merupakan sumber stres pada anak dan
remaja: 6. Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain
sebagainya

160
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

c. Kutub masyarakat (kondisi lingkungan sosial) 8. Memperoleh informasi tentang pernikahan dan
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak mempersiapkan diri untuk berkeluarga.
sehat atau rawan dapat menjadi faktor yang
9. Mendapatkan penilaian bahwa dirinya mampu
kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku
bersikap tepat sesuai dengan pandangan
menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat
ilmiah.
dibagi dalam dua bagian, yaitu faktor kerawanan
Mengingat tugas-tugas perkembangan
msyarakat dan faktor daerah rawan (gangguan
tersebut sangat kompleks dan relatif berat bagi
kamtibmas).
remaja, maka untuk dapat melaksanakan tugas-
Tugas Perkembangan Remaja
tugas tersebut dengan baik, remaja masih sangat
Tugas-tugas perkembangan masa remaja
membutuhkan bimbingan dan pengarahan supaya
menurut Havighurst dalam Putro (2017), sebagai
dapat mengambil langkah yang tepat sesuai
berikut:
dengan kondisinya. Di samping tugas-tugas
1. Menerima kenyataan terjadinya perubahan fisik perkembangan, remaja masih mempunyai
yang dialaminya dan dapat melakukan peran kebutuhan-kebutuhan yang tentu saja menuntut
sesuai dengan jenisnya secara efektif dan pemenuhan secepatnya sesuai darah mudanya
merasa puas terhadap keadaan tersebut. yang bergejolak. Kebutuhan-kebutuhan tersebut,
menurut Edward dalam Putro (2017) adalah
2. Belajar memiliki peranan sosial dengan teman
meliputi:
sebaya, baik teman sejenis maupun lawan jenis
(1) kebutuhan untuk mencapai sesuatu,
sesuai dengan jenis kelamin masing-masing.
(2) kebutuhan akan rasa superior, ingin menonjol,
3. Mencapai kebebasan dari ketergantungan
ingin terkenal,
terhadap orangtua dan orang dewasa lainnya.
(3) kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan,
4. Mengembangkan kecakapan intelektual dan
konsep-konsep tentang kehidupan (4) kebutuhan akan keteraturan,
bermasyarakat.
(5) kebutuhan akan adanya kebebasan untuk
5. Mencari jaminan bahwa suatu saat harus menentukan sikap sesuai dengan
mampu berdiri sendiri dalam bidang ekonomi kehendaknya,
guna mencapai kebebasan ekonomi.
(6) kebutuhan untuk menciptakan hubungan
6. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu persahabatan,
pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan
(7) adanya keinginan ikut berempati,
kesanggupannya.
(8) kebutuhan mencari bantuan dan simpati,
7. Memahami dan mampu bertingkah laku yang
(9) keinginan menguasai tetapi tidak ingin
dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
dikuasai,
normanorma dan nilai-nilai yang berlaku.
(10) menganggap diri sendiri rendah,

161
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

(11) adanya kesediaan untuk membantu orang masyarakat. Orang tua juga merupakan
lain, lingkungan primer bagi anak karena orang tua
merupakan tempat belajar atau pendidikan
(12) kebutuhan adanya variasi dalam kehidupan,
pertama bagi anak terutama dalam pendidikan
(13) adanya keuletan dalam melaksanakan tugas,
karakter serta mematuhi dan memahami nilai dan
(14) kebutuhan untuk betgaul dengan lawan jenis, norma yang ada yang dapat mempengaruhi
dan perilaku seorang anak.

(15) adanya sikap suka mengkritik orang lain. Menurut Hurlock (1999) dalam Adawiah
(2017: 35), terdapat 3 macam pola asuh yang ada
Intensitas kebutuhan-kebutuhan di atas
yaitu pola asuh permissive, pola asuh otoriter dan
tidak semua sama antara individu yang satu
pola asuh demokratis, ketiga pola asuh tersebut
dengan yang lain, karena kondisi pribadi yang
memiliki peran dalam mempengaruhi perilaku anak
berbeda, situasi lingkungan yang berlainan, dan
dan remaja. Pola asuh permissive yang
ada individu yang ingin segera kebutuhannya
menekankan pada kebebasan anak tanpa adanya
terpenuhi, namun kenyataannya banyak yang tidak
pemberian tanggung jawab dari orang tua
terpenuhi. Dari uraian ini nampak bahwa tugas
cenderung mempengaruhi perkembangan
perkembangan dan kebutuhan merupakan sesuatu
kepribadian anak menjadi tidak terarah, dan
yang muncul pada periode tertentu dalam rentang
mudah mengalami kesulitan jika harus
kehidupan remaja. Apabila tugas dan kebutuhan
menghadapi larangan-larangan yang ada di
dapat terpenuhi, maka membawa kebahagiaan dan
lingkungannya. Lalu, pola asuh otoriter yang
kesuksesan dalam menuntaskan tugas-tugas
bersifat orang tua menerapkan aturan dan batasan
perkembangan berikutnya. Sebaliknya apabila
yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi
gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan
kesempatan pada anak untuk berpendapat
pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan
mempengaruhi kepribadian anak menjadi anak
penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan
yang kurang percaya diri serta memiliki inisiatif
dalam menuntaskan tugas-tugas perkembangan
yang kurang. Selain itu, pola asuh demokrasi yang
peridode - periode berikutnya.
bersifat memberi kebebasan kepada anak namun
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap
tidak mutlak, dan melakukan diskusi dua arah
Perilaku Anak dan Remaja
dengan memberikan penjelasan yang jelas kepada
Pola asuh orang tua merupakan sikap atau
anak jika ada sesuatu yang kurang sesuai dari
cara yang dilakukan orang tua dalam berhubungan
anak, memberikan pengaruh bagi perilaku anak
atau berinteraksi dengan anak. Dalam interaksi
yaitu anak cenderung merongrong kewibawaan
antara orang tua dengan anak tersebut terdiri dari
otoritas orang tua, karena segala sesuatu itu harus
cara orang tua merawat, menjaga, mendidik,
dipertimbangkan oleh anak kepada orang tua.
membimbing, melatih, membantu dan
Namun, dalam praktiknya di masyarakat
mendisiplinkan anak agar anak tumbuh dengan
tidak ada orang tua yang mutlak menetapkan
baik sesuai dengan nilai dan norma yang ada di
hanya satu pola asuh selama mereka mendidik

162
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

anak. Orang tua dapat menggunakan kombinasi situasional. Sehingga klien memiliki kesulitan
dari ketiga pola asuh tersebut atau menggunakan dalam memahami nilai dan norma yang ada, klien
berbagai macam dari pola asuh tersebut secara juga cenderung berlaku semauya terbukti dari
situasional. Tetapi, tidak menutup kemungkinan pernyataannya bahwa ia suka bermain game di
juga jika ada orang tua yang hanya menggunakan warnet dan pernah tidak pulang ke rumah selama
satu macam pola asuh sepanjang hidupnya selama beberapa hari padahal ibunya mencari klien.
mereka mendidik anak karena alasan tertentu. Terlebih lagi teman – teman klien mendukung klien
dalam melakukan kenakalan. Jadi, pola asuh orang
Remaja merupakan masa transisi atau
tua dapat mempengaruhi perilaku anak dan
peralihan dari masa anak – anak ke masa dewasa.
remaja, tetapi faktor lingkungan terutama peer
Dalam masa remaja, terjadi banyak perubahan
group pun memiliki pengaruh bagi perilaku anak
dalam diri seseorang, yaitu perubahan fisik, psikis,
dan remaja.
dan sosial. Maka, sering kali remaja mengalami
pergolakan dalam diri nya dan melakukan Kenakalan dan Perilaku Kriminal anak
kenakalan remaja. Pola asuh dan penanganan dari sebagai Pengaruh dari Pola Asuh Orang Tua
orang tua yang kurang tepat terhadap kenakalan Kenakalan remaja merupakan sesuatu
remaja dapat menyebabkan beberapa masalah yang normal terjadi yang disebabkan oleh
diantaranya adalah remaja melakukan kenakalan terjadinya perubahan – perubaan dalam aspek
lebih dari yang ia lakukan sebelumnya, dan remaja fisik, psikis dan sosial sehingga remaja menjadi
dapat melakukan hal lain yang dapat cenderung abai atau resisten terhadap peraturan
membahayakan dirinya sendiri. Terlebih lagi jika ia yang ada. Dalam fase remaja seseorang
memiliki teman yang mendukung dalam membutuhkan peran orang tua untuk mencegah
melakukan kenakalan tersebut. Maka dari itu, kenakalan tersebut agar tetap dalam batas yang
peran dan pola asuh yang tepat dari orang tua bagi bisa ditoleransi. Karena kenakalan remaja dapat
remaja memiliki pengaruh dalam mengurangi berubah menjadi tindakan criminal yang dapat
kenakalan remaja. Begitu juga sebaliknya, peran membuat seseorang yang melakukannya masuk
dan pola asuh yang kurang tepat dapat kedalam penjara jika tidak ditangani dengan baik.
mendukung seseorang untuk melakukan kenakalan Orang pertama atau lingkungan pertama yang
remaja. dapat mencegah kenakalan remaja agar tidak
berubah menjadi lebih parah ke arah tindak
Dari hasil assessment terhadap klien yaitu
criminal pada remaja adalah orang tua salah
salah satu anak didik di LPKA Sukamiskin,
satunya dengan menerapkan pola asuh yang tepat.
Bandung, klien menyatakan bahwa ibu nya selalu
Sayangnya tidak semua orang tua dapat menyikapi
menuruti kemauan klien baik itu positif atau
hal ini dengan tepat.
negative. Sedangkan ayahnya bersikap cuek dan
tidak peduli terhadap apa yang dilakukan klien. Remaja merupakan masa transisi atau
Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa orang peralihan dari masa anak – anak ke masa dewasa.
tua klien menggunakan pola asuh permissive dan Dalam masa remaja, terjadi banyak perubahan
tidak menggunakan pola asuh lain secara dalam diri seseorang, yaitu perubahan fisik, psikis,

163
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

dan sosial. Maka, sering kali remaja mengalami dilakukan orang tua dalam berhubungan atau
pergolakan dalam diri nya dan melakukan berinteraksi dengan anak. Dalam interaksi antara
kenakalan remaja. Pola asuh dan penanganan dari orang tua dengan anak tersebut terdiri dari cara
orang tua yang kurang tepat terhadap kenakalan orang tua merawat, menjaga, mendidik,
remaja dapat menyebabkan beberapa masalah membimbing, melatih, membantu dan
diantaranya adalah remaja melakukan kenakalan mendisiplinkan anak agar anak tumbuh dengan
lebih dari yang ia lakukan sebelumnya, dan remaja baik sesuai dengan nilai dan norma yang ada di
dapat melakukan hal lain yang dapat masyarakat.
membahayakan dirinya sendiri. Terlebih lagi jika ia
Orang tua adalah komponen keluarga
memiliki teman yang mendukung dalam
yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil
melakukan kenakalan tersebut. Maka dari itu,
dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang
peran dan pola asuh yang tepat dari orang tua bagi
dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua
remaja memiliki pengaruh dalam mengurangi
memiliki tanggung jawab untuk mendidik,
kenakalan remaja. Begitu juga sebaliknya, peran
mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk
dan pola asuh yang kurang tepat dapat
mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan
mendukung seseorang untuk melakukan kenakalan
anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
remaja bahkan melakukan kenakalan remaja pada
Orang tualah yang bertugas mendidik dan
tingkat yang lebih parah yaitu tindak kriminal. Jadi,
merupakan tempat pendidikan dasar atau
tindak criminal yang dilakukan oleh remaja dapat
pendidikan pertama yang anak dapatkan melalu
berasal dari kenakalan remaja yang tidak disikapi
interaksi antara orang tua dan anak sehari – hari
dengan baik oleh lingkungannya. Kenakalan
serta melalui pola asuh yang diterapkan oleh orang
remaja membutuhkan penanganan yang tepat dari
tua karakter anak akan terbentuk. Masa remaja
orang tua salah satunya dengan cara pola asuh
disebut pula sebagai masa penghubung atau masa
yang tepat mengingat bahwa orang tua merupakan
peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa
lingkungan primer bagi anak nya dan remaja pun
dewasa. Pada masa tersebut, ada dua hal penting
masih membutuhkan peran orang tua dalam
menyebabkan remaja melakukan pengendalian
hidupnya. Meski begitu, tidak menutup
diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang
kemungkinan kenakalan remaja dan tindak
bersifat eksternal, yaitu adanya perubahan
criminal yang dilakukan oleh remaja dipengaruhi
lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat
oleh lingkungan pertemanan atau peer group nya.
internal, yaitu karakteristik di dalam diri remaja
Namun, orang tua tetap memiliki peran dalam
yang membuat remaja relatif lebih bergejolak
terjadinya kenakalan remaja dan tindakan criminal
dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya
yang dilakukan oleh remaja.
(storm and stress period). Kenakalan remaja
merupakan sesuatu yang normal terjadi yang
PENUTUP
disebabkan oleh terjadinya perubahan – perubaan
Berdasarkan data yang sudah dipaparkan
dalam aspek fisik, psikis dan sosial sehingga
sebelumnya, pola asuh ialah sikap atau cara yang
remaja menjadi cenderung abai atau resisten

164
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

terhadap peraturan yang ada. Dalam fase remaja yang kurang percaya diri serta memiliki inisiatif
seseorang membutuhkan peran orang tua untuk yang kurang. Selain itu, pola asuh demokrasi yang
mencegah kenakalan tersebut agar tetap dalam bersifat memberi kebebasan kepada anak namun
batas yang bisa ditoleransi. Karena kenakalan tidak mutlak, dan melakukan diskusi dua arah
remaja dapat berubah menjadi tindakan criminal dengan memberikan penjelasan yang jelas kepada
yang dapat membuat seseorang yang anak jika ada sesuatu yang kurang sesuai dari
melakukannya masuk kedalam penjara jika tidak anak, memberikan pengaruh bagi perilaku anak
ditangani dengan baik. Kriminalitas atau perilaku yaitu anak cenderung merongrong kewibawaan
criminal atau kejahatan bukan merupakan otoritas orang tua, karena segala sesuatu itu harus
peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, warisan). dipertimbangkan oleh anak dan juga orang tua.
Tingkah laku kriminal itu bisa di lakukan siapa saja,
Namun, dalam praktiknya di masyarakat
baik wanita maupun pria. Dapat berlangsung pada
tidak ada orang tua yang mutlak menetapkan
usia anak, dewasa maupun lanjut umur (Kartono
hanya satu pola asuh selama mereka mendidik
Kartini, 2013: 139) dalam (Syah Putra, 2016).
anak. Orang tua dapat menggunakan kombinasi
Sementara menurut Rauf (2002) dalam Unayah
dari ketiga pola asuh tersebut atau menggunakan
dan Sabarisman (2015) menyatakan bahwa
berbagai macam dari pola asuh tersebut secara
perilaku tindakan kriminalitas dan kenakalan
situasional. Tetapi, tidak menutup kemungkinan
remaja dapat dipengaruhi oleh tiga kutub, yaitu:
juga jika ada orang tua yang hanya menggunakan
kutub keluarga, kutub sekolah dan kutub
satu macam pola asuh sepanjang hidupnya selama
lingkungan masyarakat.
mereka mendidik anak karena alasan tertentu.
Menurut Hurlock (1999) dalam Adawiah Namun, berdasarkan hasil assessment pada klien
(2017: 35), terdapat 3 macam pola asuh yang ada anak didik di LPKA Sukamiskin, Bandung,
yaitu pola asuh permissive, pola asuh otoriter dan ditemukan keterkaitan antara pola asuh orang tua
pola asuh demokratis, ketiga pola asuh tersebut terhadap perilaku anak terutama kenakalan remaja
memiliki peran dalam mempengaruhi perilaku anak dan perilaku criminal yang dilakukan oleh remaja.
dan remaja. Pola asuh permissive yang Klien berusia 18 tahun kesehariannya suka bermain
menekankan pada kebebasan anak tanpa adanya game di warnet hingga beberapa hari tidak pulang
pemberian tanggung jawab dari orang tua ke rumah. Pada suatu hari klien melakukan
cenderung mempengaruhi perkembangan tawuran hingga menghabisi nyawa seorang
kepribadian anak menjadi tidak terarah, dan lawannya dan ditahan di LPKA Sukamiskin,
mudah mengalami kesulitan jika harus Bandung. Menurut hasil assessment, orang tua
menghadapi larangan-larangan yang ada di klien cenderung menggunakan pola asuh
lingkungannya. Lalu, pola asuh otoriter yang permissive selama ia mendidik klien dari kecil
bersifat orang tua menerapkan aturan dan batasan hingga remaja. Ibunya selalu menuruti kemauan
yang mutlak harus ditaati, tanpa memberi klien tidak peduli kemauan tersebut bersifat positif
kesempatan pada anak untuk berpendapat atau negative, sedangkan ayah nya cenderung
mempengaruhi kepribadian anak menjadi anak tidak peduli dengan anaknya. Seperti yang

165
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

dipaparkan sebelumnya, pola asuh permisif DAFTAR PUSTAKA


menekankan pada kebebasan anak tanpa adanya
Adawiah, R. (2017). POLA ASUH ORANG TUA DAN
pemberian tanggung jawab dari orang tua
IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN
cenderung mempengaruhi perkembangan
ANAK. Jurnal Pendidikan______________
kepribadian anak menjadi tidak terarah, dan
Kewarganegaraan: Volume 7, Nomor 1,
mudah mengalami kesulitan jika harus
Mei 2017, 33-48.
menghadapi larangan-larangan yang ada di
Agustiawati, I. (2014). Pengaruh pola asuh
lingkungannya. Larangan tersebut termasuk nilai
orangtua terhadap prestasi belajar siswa
dan norma yang ada di masyarakat yang sifatnya
pada mata pelajaran Akuntansi kelas XI
melarang. Klien tidak bisa mematuhi nilai dan
IPS di SMA Negeri 26 Bandung.
norma di masyarakat sehingga melakukan hal
repository.upi.edu, 10-37.
tersebut. Selain itu, dalam usia klien yang
merupakan remaja memang sangat Ayun, Q. (2017). POLA ASUH ORANG TUA DAN
memungkinkan untuk terjadi kenakalan dan METODE PENGASUHAN DALAM
membutuhkan peran orang tua yang tepat MEMBENTUK KEPRIBADIAN ANAK. Vol. 5
termasuk pola asuh yang tepat. Disini kurang No.1. IAIN Salatiga, Jawa Tengah.
terlihat peran dari orang tua dalam mencegah
Bakri, Z. (2013, Agustus 19). GAMBARAN POLA
kenakalan klien sehingga terjadi lah tindakan
ASUH ORANG TUA TENTANG KEJADIAN
criminal dari klien dengan dukungan dari
KRIMINAL PADA REMAJA DI LEMBAGA
lingkungan pertemanannya.
PEMASYARAKATAN KELAS I MAKASSAR.

UCAPAN TERIMA KASIH Della. (2012, Juni 14). COGNITIVE BEHAVIOUR


THERAPY UNTUK MENINGKATKAN SELF
Dengan disusunnya artikel ini, penulis
ESTEEM PADA MAHASISWA UNIVERSITAS
ingin mengucapkan terima kasih. Pertama saya
INDONESIA YANG MENGALAMI DISTRES
ingin mengucapkan terima kasih kepada Lembaga
PSIKOLOGIS.
Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Sukamiskin,
Bandung, beserta staff dan anak didik LPKA yang digilib.uinsby. (n.d.). Retrieved from___________
telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk digilib.uinsby.ac.id:
melakukan riset sekaligus praktik disana sehingga http://digilib.uinsby.ac.id/1883/5/Bab%20
artikel ini bisa disusun. Selain itu, penulis juga 2.pdf
mengucapkan terima kasih kepada teman – teman
eprints.uny. (n.d.). Retrieved from_____________
sekelompok yang melakukan praktikum di LPKA
eprints.uny.ac.id:
yang tidak bisa disebutkan satu – persatu karena
https://eprints.uny.ac.id/7679/3/bab%20
selama praktikum selalu melakukan kerja sama dan
2%20-%2005103241021.pdf
diskusi dengan baik.
Eriza, D. (2018, Juli 11). PERANAN PETUGAS LPKA
(LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK)
KLAS II BANDAR LAMPUNG DALAM

166
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 2 No: 1 Hal: 150 - 167 Juli 2019
Jurnal Pekerjaan Sosial

PEMBINAAN ANAK DIDIK TINDAK PIDANA Putra, R. S. (2016). KRIMINALITAS DI KALANGAN


KRIMINAL. REMAJA (STUDI TERHADAP REMAJA
PELAKU PENCABULAN DI LEMBAGA
etheses.uin-malang. (n.d.). Retrieved from
PEMASYARAKATAN ANAK KELAS II B
etheses.uin-malang.ac.id:___________
PEKANBARU). JOM FISIP Vol. 3 No. 1 –
http://etheses.uin-
Februari 2016, 1-14.
malang.ac.id/1713/5/06410033_Bab_2.pd
f Putro, K. Z. (2017). Memahami Ciri dan Tugas
Perkembangan Masa Remaja. APLIKASIA:
Hidayati, N. O. (2009, Juli 17). PENGARUH
Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, 25-32.
EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (EFT)
TERHADAP PENINGKATAN HARGA DIRI repository.radenintan. (n.d.). Retrieved from
NARAPIDANA PEREMPUAN DI LEMBAGA repository.radenintan.ac.id:___________
PERMASYARAKATAN KELAS IIA BOGOR. http://repository.radenintan.ac.id/1669/5/
Bab_II.pdf
Hidayati, N. O., Hamid, Y. A., & Hariyati, T. S.
(2011). PENGARUH EMOTIONAL Unayah, N., & Sabarisman, M. (2015, 9 Juni).
FREEDOM TECHNIQUE (EFT)TERHADAP FENOMENA KENAKALAN REMAJA DAN
PENINGKATAN HARGA DIRI NARAPIDANA KRIMINALITAS. pp. 121-140.
PEREMPUAN DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KELAS IIA BOGOR.
Jurnal Unpad Vol.13 No.2, 1-2.

IAIN Tulungagung. (n.d.). Retrieved from


repo.iain-tulungagung: http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/6194/5/BAB%202.pdf

Khairi, A. M., Fadillah, F., & Triyono. (2017).


COGNITIVE RESTRUCTURING SEBAGAI
UPAYA PREVENTIF BUNUH DIRI SISWA DI
SEKOLAH. PROCEEDING SEMINAR DAN
LOKAKARYA NASIONAL REVITALISASI
LABORATORIUM DAN JURNAL ILMIAH
DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM
BIMBINGAN DAN KONSELING BERBASIS
KKNI (pp. 10-19). Malang: IAIN Surakarta.

Marlina, I. (2014, April 7). PENGARUH POLA ASUH


ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN
EMOSI SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II
KECAMATAN UMBULHARJO YOGYAKARTA.

167

Anda mungkin juga menyukai