Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI


DI RUANG EDELWIS RSUD MARDI WALUYO
KOTA BLITAR

Oleh :
ABDUL CHAFID MUZAKI
NIM. 40219001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA KEDIRI
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : ABDUL CHAFID MUZAKI


NIM : 40219001
INSTITUSI : INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING LAHAN

( ) ( )
Laporan Pendahuluan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada
Bayi
A. DEFINISI
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan
berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, 2013).
Menurut Ribek dkk. (2011). Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi
(dihitung satu jam setelah melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012).

B. KLASIFIKASI
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000
gram.
Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :
1. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
3. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang
dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk
masa gestasi itu.

C. ETIOLOGI
Menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran
bayi berat badan lahir rendah, yaitu:
1. Faktor genetik atau kromosom
2. Infeksi
3. Bahan toksik
4. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
5. Radiasi
6. Faktor nutrisi
7. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa
kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah
yang berhubungan, yaitu:
1. Faktor ibu
a. Paritas
b. Abortus spontan sebelumnya
c. Infertilitas
d. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun
e. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
f. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,
perokok
2. Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
b. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
b. Infeksi congenital (missal : rubella)
4. Faktor yang masih belum diketahui

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah
adalah:
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat
walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion
gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13. Nadi 100 – 140 kali / menit.
E. PATOFISIOLOGI
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur
kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat,
pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah, perokok.
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir
dengan berat 2500 gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari
30 cm kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang,
otot hipotonik lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada
umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi
mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin,
dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu,
hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia,
hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental
fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia, dan
malformasi konginetal.

F. KOMPLIKASI
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Mitayanti, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada bayi).
2. Hipoglikemia simtomatik.
3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak
tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative
yang tinggi untuk yang berikutnya.
4. Asfiksia neonetorom.
5. Hiperbulirubinemia

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3. Titer torch sesuai indikasi.
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5. Pemantauan elektrolit.
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)

H. PENATALAKSAAN
1. Medis
a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d.Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang
tepat
2. Penanganan secara umum:
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
b. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.Bayi berat rendah
harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah
yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0
C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300C untuk bayi
dengan berat kurang dari 2000 gram
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2
yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun
khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang
reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative
memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

I. WOC
(terlampir)
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis
kelamin
b. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus BBLR yaitu:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
e) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji:
f) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
g) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian
obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
2) Riwayat post natal
a) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm)
c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
d. Pola nutrisi: Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
e. Pola eliminasi: Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi,
jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah
f. Latar belakang sosial budaya: Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR
kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan
ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
g. Hubungan psikologis: Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan
rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna
sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat
mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan
BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
h. Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah dan hanya
merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukan kondisi neonatos yang
baik.
i. Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n
(36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140 x/m), untuk respirasi normal pada
bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post asfiksia berat respirasi sering tidak
teratur.
j. Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
k. Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
l. Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap
cahaya.
m. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lender.
n. Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
o. Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
p. Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
q. Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan suara
wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
r. Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus costae
pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites
atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,bising usus timbul 1-2 jam
setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI tract belum
sempurna.
s. Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
t. Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia mayir
dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
u. Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar serta
warna dari feces.
v. Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
w. Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan
syaraf pusat atau adanya patah tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Termogulasi tidak efektif
c. Defisit nutrisi
d. Ikterik neonatus
e. Resiko infeksi

3. Intervensi Keperawatan
No. DIAGNOSA SLKI SIKI
1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas
Penyebab : keperawatan selama ...x... jam 1. Observasi
 Depresi pusat diharapkan pola nafas  Monitor frekuensi
pernafasan membaik dengan kriteria hasil irama,kedalaman dan
 Hambatan upaya nafas ( : upaya nafas
nyeri saat bernafas,  Dispnea menurun  Monitor pola nafas
kelemahan otot)  Penggunaan otot bantu (bradipnea, takipnea,
 Deformitas dinding nafas menurun kusmaul)
dada  Ekspirasi memanjang  Monitor kemampuan
 Deformitas tulang dada menurun batuk efektif
 Gangguan  Frekuensi nafas membaik  Monitor adanya
neuromuscular  Kedalaman nafas membaik produksi sputum
 Gangguan neurologis (  Ekskursi dada membaik  Monitor adanya
cidera kepala, kejang) sumbatan jalan nafas
 Penurunan energy  Auskultasi bunyi nafas
 Obesitas  Monitor saturasi
 Posisi tubuh yang oksigen
menghambat ekspresi  Monitor hasil x-ray
paru toraks
 Kerusakan inervasi 2. Terapeutik
diafragma  Atur interval
 Kecemasan pemantauan respirasi
DS : sesuai kondisi px
 Dispnea  Dokumentasikan hasil
DO : pemantauan
 Penurunan otot bantu 3. Edukasi
nafas  Jelaskan tujuan dan
 Ekspirasi memanjang prosedur pemantauan
 Pola nafas abnormal  Informasikan hasil
(takipnea, bradikardi, 4. Kolaborasi
kusmail)  Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2. Termogulasi tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Regulasi temperatur
Penyebab : keperawatan selama ...x... jam 1. Observasi
 Stimulasi pusat diharapkan suhu tubuh berada  Monitor suhu bayi
termogulasi para rentang normal dengan sampai stabil (36,5o C-
hipotalamus kriteria hasil : 37,5o C)
 Flaktuasi suhu  Menggigil menurun  Monitor suhu anak tiap
lingkungan  Kulit merah menurun dua jam, jika perlu
 Proses penyakit (mis.  Kejang menurun  Monitor tekanan darah,
Infeksi)  Pucat menurun frekuensi
 Proses penuaan  Suhu tubuh membaik pernapasandan nadi
 Dehidrasi  Suhu kulit membaik  Monitor warna dan
 Ketidaksesuaian  Tekanan darah membaik suhu kulit
pakaian untuk suhu  Monitor dan catat tanda
lingkungan dan gejala hipotermia
 Peningkatan kebutuhan atau hipertermia
oksigen 2. Terapeutik
 Perubahan laju  Pasang alat bantu suhu
metabolisme  Tingkatkan asupan
 Suhu lingkungan cairan dan nutrisi yang
ekstrem adekuat
 Ketidakadekuatan  Bedong bayi segera
suplai lemak subkutan setelah lahir untuk
 Berat badan ekstrem mencegah kehilangan
Ditandai dengan : panas
DS : -  Masukkan bayi BBLR
DO : kedalam plastik segera
 Kulit dingin/hangat setelah lahir
 Menggigil  Gunakan topi bayi
 Suhu tubuh fluktuatif untuk mencegah
 Pengisian kapiler >3 kehilangan panas pada
detik bayi baru lahir
 Tekanan darah  Tempatan bayi baru
meningkat lahir dibawah radiant
 Pucat warmer
 Frekuensi napas  Pertahankan
meningkat kelembaban inkubator
50% atau lebih untuk
 Takikardia
mengurangi kehilangan
 Kejang
panas
 Kulit kemerahan
 Atur suhu inkubator
sesuai kebutuhan
 Sesuaikan suhu
lingkungan dengan
kebutuhan pasien
3. Edukasi
 Jelaskan cara
pencegahan hipotermi
karena terpapar udara
dingin
 Demonstrasikan teknik
perawatan metode
kanguru untuk bayi
BBLR
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
Penyebab : keperawatan selama ...x... jam 1. Observasi
 Ketidakmampuan di harapkan asupan nutrisi  Identifikasi status
menelan makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
 Ketidakmampuan membaik dengan kriteria hasil  Identifikasi alergi dan
mencerna makanan : intoleransi makanan
 Ketidakmampuan  Kekuatan otot mengunyah  Identifikasi makanan
mengarbsorbsi nutrient meningkat yng disukai
 Peningkatan kebutuhan  Kekuatan otot menelan  Identifikasi kebutuhan
metabolism meningkat kalori dan jenis nutien
 Faktor ekonomi  Perasaan cepat kenyang  Identifikasi perlunya
 Faktor psikologis menurun penggunaan selang
Ditandai dengan :  Nyeri abdomen menurun nasogastrik
DS :  Frekuensi makan  Monitor asupan
 Cepat kenyang setelah meningkat makanan
makan  Nafsu makan meningkat  Monitor berat badan
 Kram/nyeri abdomen  Membran mukosa  Monitor hasil
 Nafsu makan menurun membaik pemeriksaan
DO : laboratorium
 Berat badan menurun 2. Terapeutik
minimal 10 % di bawah  Lakukan oral hygiene
rentang ideal sebelum makan, jika
perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet (
piramida makanan)
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi
kalori dan protein
 Berikan suplemen
makanan jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan posisi duduk
jika perlu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan.
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk memberikan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan jika perlu
4. Ikterik Neonatus Setelah dilakukan tindakan Fototerapi Neonatus
Penyebab : keperawatan selama ...x... jam 1. Observasi
 Penurunan berat badan di harapkan integritas kulit  Monitor ikterik pada
abnormal (>7-8% pada dan jaringan membaik dengan sklera dan kulit bayi
bayi baru lahir yang kriteria hasil :  Identifikasi kebutuhan
menyusu ASI, >15 %  Elastisitas meningkat cairan sesuai dengan
pada bayi cukup bulan)  Hidrasi meningkat usia gestasi dan berat
 Pola makan tidak  Perfusi jaringan meningkat badan
ditetapkan dengan baik  Kerusakan jaringan  Monitor suhu dan tanda
menurun
 Kesulitan transisi ke vital setiap 4 jam sekali
 Kerusakan lapisan kulit
kehidupan ekstra uterin menurun  Monitor efek samping
 Usia kurang dari 7 hari  Suhu kulit membaik fototerapi (mis.
 Keterlambatan  Tekstur membaik hipertermi, diare, rush
pengeluaran feses pada kulit, penurunan
(mekonium) berat badan lebih dari 8-
Ditandai dengan : 10%)
DS : - 2. Terapeutik
DO : -  Siapkan lampu
 Profil darah abnormal fototerapi dan inkubator
(hemolisis, bilirubin atau kotak bayi
serum total >2mg/dL,  Lepaskan pakaian bayi
bilirubin serum total pada kecuali popok
rentang risiko tinggi  Berikan penutup mata
menurut usia pada (eye protector/biliband)
normogram spesifik pada bayi
waktu)  Ukur jarak antara lampu
 Membran mukosa kuning dan permukaan kulit
 Kulit kuning bayi (30 cm atau
 Sklera kuning tergantung spesifikasi
Kondisi Klinis Terkait lampu fototerapi)
 Neonatus
 Bayi prematur  Biarkan tubuh bayi
terpapar sinar fototerapi
secara berkelanjutan
 Ganti segera alas dan
popok bayi jika
BAB/BAK
 Gunakan linen
berwama putih agar
mematulkan cahaya
sebanyak mungkin
3. Edukasi
 Anjurkan ibu menyusui
sekitar 20-30 menit
 Anjurkan ibu menyusui
sesering mungkin
4. Kolaborasí
 Koiaborasi
pemeriksaan darah vena
bilirubin direk dan
indirek
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
Penyebab : keperawatan selama …x... 1.Observasi
 Penyakit kronis jam diharapkan resiko infeksi  Monitor tanda dan
 Efek prosedur invasive menurun dengan kriteria hasil gejala infeksi lokal dan
 Malnutrisi : sistemik
 Peningkatan paparan  Kebersihan badan 2.Terapeutik
organism pathogen membaik  Batasi jumlah
lingkungan  Nafsu makan membaik pengunjung
 Ketidakadekuatan  Demam menurun  Berikan perawatan kulit
pertahanan tubuh  Kemerahan menurun pada area edema
primer  Nyeri menurun  Cuci tangan sebelum
 Ketidakadekuatan  Bengkak menurun dan sesudah kontak
pertahanan tubuh  Vesikel membaik dengan px dan
sekunder lingkungan px
Ditandai dengan :  Pertahankan teknik
DS : - aseptik pada px
DO : - beresiko tinggi
3.Edukasi
 Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
 Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
 Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
4.Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, Volume 3 Edisi 20. Jakarta:EGC.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 2012-


2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike
Budhi Subekti. Jakarta: EGC.

Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.

Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai
Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar:
Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.

Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku


Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai