Chapter II PDF
Chapter II PDF
Hutan Mangrove
sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di
suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai
dengan reaksi tanah anaerob. Secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan
sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama di pantai
yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas dari
suatu habitat mangrove. Mangrove merupakan ekosistem hutan yang unik karena
baik sumberdaya kayunya maupun sumberdaya biota air (udang, kepiting, ikan)
yang biasanya hidup dan berkembang biak di hutan mangrove (Santono, et al.,
2005).
geografi mangrove yakni Asia dan Oseania, kedua zona tersebut memiliki
keanekaragaman tumbuhan, satwa dan jasad renik yang lebih besar dibanding
negara-negara lainnya. Hal ini terjadi karena keadaan alamnya yang berbeda dari
satu pulau ke pulau lainnya, bahkan dari satu tempat ketempat lainnya dalam
tempat hidupnya yang khas itu, menumbuhkan berbagai ekosistem yang masing-
Menurut Santono et al., (2005) terdapat variasi yang nyata dari luas total
ekosistem mangrove Indonesia, yakni berkisar antara 2,5 juta – 4,25 juta ha.
Perbedaan jumlah luasan ini lebih banyak disebabkan oleh perbedaan metodologi
pengukuran luas hutan mangrove yang dilakukan oleh berbagai pihak. Walaupun
Luas hutan mangrove Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar,
merupakan mangrove yang terluas di dunia melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria
(1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha). Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang
luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan
tempat bermuara sungai-sungai besar, yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai
barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama
ditepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai
barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai
dengan adanya proses sedimentasi dan atau penaikan permukaan air laut.
3. Presisi metoda penafsiran luas hutan yang lebih baik dari metoda yang
digunakan sebelumnya.
Menurut Davis, Claridge & Natarina (1995) dalam FPPB (2009), hutan
Hutan mangrove sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100
jenis burung hidup disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan
semipalmatus)
atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan
3. Pengendapan lumpur
racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat
pada partikel lumpur. Dengan hutan mangrove, kualitas air laut terjaga
Sifat fisik hutan mangrove cenderung memperlambat aliran air dan terjadi
pertanian.
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau
bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas
7. Transportasi
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi
Hutan mangrove memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun
mangrove.
dalamnya.
bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan mangrove lebih
Secara garis besar manfaat hutan mangrove dapat dibagi dalam dua bagian
a. Hasil berupa kayu (kayu konstruksi, kayu bakar, arang, serpihan kayu
diantaranya:
Hasil hutan mangrove non kayu ini sampai dengan sekarang belum banyak
sumberdaya hutan mangrove non kayu di Indonesia sangat besar dan dapat
Tumbuhan Nipah
mangrove atau daerah pasang surut dekat tepi laut. Di beberapa negara lain,
tumbuhan ini dikenal dengan nama (dalam bahasa Inggris) Attap palm
satu-satunya anggota genus Nypa. Juga merupakan satu-satunya jenis palma dari
wilayah mangrove. Fosil serbuk sari palma ini diketahui dari sekitar 70 juta tahun
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Genus : Nypa
(Ditjenbun, 2006).
terendam oleh lumpur. Hanya roset daunnya yang muncul di atas tanah, sehingga
panjang 13 m. Perakaran nipah ini hanya terletak dalam lumpur yang sifatnya labil
maka rumpun-rumpun nipah dapat dihanyutkan oleh air sampai ke laut (Mangrove
atau hampir tegak, menjulang hingga 9 m di atas tanah. Panjang tangkainya 1-1,5
m; dengan kulit yang mengkilap dan keras, berwarna hijau pada yang muda dan
bagian dalamnya lunak seperti gabus. Anak daun berbentuk pita memanjang dan
meruncing di bagian ujung, memiliki tulang daun yang di sebut lidi (seperti pada
daun kelapa). Panjang anak daun dapat mencapai 100 cm dan lebar daun 4-7 cm.
Daun nipah yang sudah tua berwarna hijau, sedangkan daunnya yang masih muda
berwarna kuning, menyerupai janur kelapa. Banyaknya anak daun dalam tiap
bunga betina terkumpul di ujung membentuk bola dan bunga jantan tersusun
dalam malai serupa untai, merah, jingga atau kuning pada cabang di bawahnya.
Setiap untai mempunyai 4-5 bulir bunga jantan yang panjangnya mencapai 5 cm.
serbuk sari tetap tersembul keluar. Bunga nipah betina berbentuk bulat peluru dan
cm. Tandan bunga inilah yang dapat disadap untuk diambil niranya. Empat hingga
lima bulan sejak keluarnya bunga nipah, tandan bunga tersebut dapat disadap.
Pada saat ini pengisian biji sedang aktif, maka bila dilakukan penyadapan pasti
Centre, 2009).
Buah tipe buah batu dengan mesokarp bersabut, bulat telur terbalik dan
kelompok rapat menyerupai bola berdiameter sekitar 30 cm. Struktur buah mirip
buah kelapa, dengan eksokarp halus, mesokarp berupa sabut, dan endokarp keras
antara 8-13 cm dan berbentuk kerucut. Dalam satu tandan, buahnya dapat
mencapai antara 30-50 butir, berdempetan satu dengan yang lainnya membentuk
kumpulan buah bundar. Buah yang masak gugur ke air dan mengapung mengikuti
arus pasang surut atau aliran air hingga tersangkut di tempat tumbuhnya. Kerap
kali buah telah berkecambah senyampang dihanyutkan arus ke tempat yang baru
aliran sungai yang memasok lumpur ke pesisir. Palma ini dapat tumbuh di
wilayah yang berair agak tawar, sepanjang masih terpengaruh pasang-surut air
sesuai, tegakan nipah membentuk jalur lebar tak terputus di belakang lapisan
hutan mangrove, kurang lebih sejajar dengan garis pantai. Nipah mampu bertahan
hidup di atas lahan yang agak kering atau yang kering sementara air surut
Manfaat Nipah
Daun nipah yang telah tua banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk
membuat atap rumah yang daya tahannya mencapai 3-5 tahun. Daun nipah yang
masih muda mirip janur kelapa, dapat dianyam untuk membuat dinding rumah
yang disebut kajang. Daun nipah juga dapat dianyam untuk membuat tikar, tas,
topi dan aneka keranjang anyaman. Di Sumatra, pada masa silam daun nipah yang
muda (dinamai pucuk) dijadikan daun rokok yaitu lembaran pembungkus untuk
melinting tembakau setelah dikelupas kulit arinya yang tipis, dijemur kering,
rokok. Beberapa naskah lama Nusantara juga menggunakan daun nipah sebagai
Tangkai daun dan pelepah nipah dapat digunakan sebagai bahan kayu
bakar yang baik. Pelepah daun nipah juga mengandung selulosa yang bisa
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp (bubur kertas). Lidinya dapat
niranya, yakni cairan manis yang diperoleh dari tandan bunga yang belum mekar.
Nira yang dikeringkan dengan dimasak dipasarkan sebagai gula nipah (palm
sugar). Dari hasil oksidasi gula nipah dapat dihasilkan cuka (Mangrove
semacam tuak yang dinamakan tuba (dalam bahasa Filipina). Fermentasi lebih
lanjut dari tuba akan menghasilkan cuka. Di Malaysia, nira nipah dibuat sebagai
bahan baku etanol yang dapat dijadikan bahan bakar nabati pengganti bahan bakar
minyak bumi. Etanol yang dapat dihasilkan adalah sekitar 11,000 liter/ha/tahun,
Umbut nipah dan buah yang muda dapat dimakan. Biji buah nipah yang
muda, yang disebut tembatuk, mirip dengan kolang-kaling (buah atep), dan juga
diberi nama attap chee ("chee" berarti "biji" menurut dialek China tertentu).
Sedangkan buah yang sudah tua bisa ditumbuk untuk dijadikan tepung. Di
Kalimantan arang dari akar nipah digunakan untuk obat sakit gigi dan sakit kepala
Pemanasan global
dikenal dengan gas rumah kaca, yang terus bertambah di udara. Hal tersebut
serta pembakaran hutan. Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri,
yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari. Sementara
“atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap tahun, jumlah
akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah dan itu berarti
spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara maju dan 78% dari
energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan
pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air, khususnya
hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil,
baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan dengan
bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan
menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20% dan mengubah iklim mikro
Karbon Hutan
1. Biomassa : massa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu tajuk
2. Nekromasa: massa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih
3. Bahan organik tanah: sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan manusia)
telah menjadi bagian dari tanah. Ukuran partikel biasanya lebih kecil dari 2
mm.
Nekromasa. Batang pohon mati baik yang masih tegak atau telah tumbang
dari C dan harus di ukur pula agar diperoleh estimasi penyimpanan C yang
akurat.
Serasah. Serasah meliputi bagian tanaman yang telah gugur berupa daun
tanah bisa cukup lama. Pada tanah hutan biomassa akar lebih didominasi
oleh akar-akar besar (diameter > 2 mm), sedangkan pada tanah pertanian
lebih didominasi oleh akar-akar halus yang lebih pendek daur hidupnya.
Bahan organik tanah. Sisa tanaman, hewan dan manusia yang ada di
Peranan hutan sebagai penyerap karbon mulai menjadi sorotan pada saat
peningkatan suhu udara atau biasa disebut sebagai pemanasan global. Penyebab
dan suhu bumi menjadi lebih panas (Adinugroho, et al., (2009) dalam
Bako, 2009).
pemanasan global adalah karbondioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida
(N2O). Dengan kontribusinya lebih dari 55% terhadap pemanasan global, CO2
lebih besar. Tanpa adanya GRK, atmosfer bumi akan memiliki suhu 300 C lebih
dingin dari kondisi saat ini. Namun demikian seperti yang diuraikan di atas,
peningkatan konsentrasi GRK saat ini berada pada laju yang sangat
bantuan cahaya matahari dan air dari tanah, vegetasi yang berklorofil mampu
besar atau makin tinggi. Pertumbuhan ini akan berlangsung terus sampai vegetasi
tersebut secara fisiologis berhenti tumbuh atau dipanen. Secara umum hutan
dengan “net growth” (terutama dari pohon-pohon yang sedang berada pada fase
dengan pertumbuhan yang kecil hanya menyimpan stock karbon tetapi tidak dapat
menyerap CO2 berlebih/ekstra. Dengan adanya hutan yang lestari maka jumlah
karbon (C) yang disimpan akan semakin banyak dan semakin lama. Oleh karena
itu, kegiatan penanaman vegetasi pada lahan yang kosong atau merehabilitasi
cadangan karbon yang telah ada dengan: mengelola hutan lindung, mengendalikan
mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang dapat diperbaharui secara
langsung maupun tidak langsung (angin, biomassa, aliran air), radiasi matahari,
atau aktivitas panas bumi (Lasco et al., (2004) dalam Bako, 2009).
cadangan kayu pada hutan yang ada dengan penanaman pohon atau mengurangi
Model adalah rangkuman atau penyederhanaan dari suatu sistem (Hall &
Day, 1976 dalam Onrizal, 2004), sehingga hanya faktor dominan atau komponen
yang relevan saja dari masalah yang dianalisis yang diikutsertakan dalam
akibat (Jorgensen, 1988, Grant et al., 1997 dalam Onrizal 2004). Permodelan
adalah pengembangan analisis ilmiah dalam beberapa cara, yang berarti bahwa
ekosistem sebenarnya (Hall & Day, 1976 dalam Onrizal, 2004). Sementara itu
berinteraksi menurut proses tertentu (Gasperz, 1992, Odum, 1992 dalam Onrizal,
2004).
produk dari produksi biomassa yang dibentuk dikurangi dengan total yang hilang
melalui jaringan akar halus, cabang, dan daun, serta karena penyakit, sisanya
tergabung dalam struktur dan tersimpan di dalam pohon. Penyerapan air akan
melalui persamaan dengan tinggi dan diameter (Boer & Ginting, 1996 ;
Onrizal, 2004).
keberadaan model tersebut, yakni adanya korelasi yang tinggi antar peubah-
peubah penciri. Berbagai model biomassa tegakan hutan yang telah dibangun
didasarkan fungsi dimensi pohon (diameter dan tinggi) dengan analisis regresi
Onrizal, 2004).
karbon dapat diduga melalui persamaan regresi alometrik dari biomassa pohon
yang didasarkan pada fungsi dari diameter pohon. Hilmi (2003) dalam Onrizal
Rhizophora spp dan Bruguiera spp., dimana kandungan karbon pohon merupakan
fungsi diameter dan atau tinggi pohon, dan fungsi dari biomassa pohon dengan
yang diduga oleh satu atau lebih peubah bebas, yang dalam hal ini diwakili oleh
pohon atau biomassa pohon dengan diameter dan tinggi total pohon, yang disebut
sebagai peubah bebas. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam suatu persamaan
menggunakan diameter pohon yang diukur setinggi dada (Dbh) yang diukur 1,3 m
dari permukaan tanah sebagai dasar. Persamaan empirik untuk biomassa total W
alometrik disusun, hanya diperlukan mengukur Dbh (atau parameter lain yang
Penaksiran biomassa total untuk seluruh pohon dalam transek ukur dapat
dikonversi menjadi biomassa dalam satuan ton per hektar (Hairiah, et al., 2001).
kayu pada hutan yang ada dengan penanaman pohon atau mengurangi pemanenan
kayu, dan (c) mengembangkan hutan dengan jenis pohon yang cepat tumbuh
(Sedjo & Salomon, (1988) dalam Rahayu, et al., (2003). Karbon yang diserap
oleh tanaman disimpan dalam bentuk biomasa kayu, sehingga cara yang paling
karbon lainnya. Cadangan karbon di atas permukaan tanah terdiri dari tanaman
hidup (batang, cabang, daun, tanaman menjalar, tanaman epifit dan tumbuhan
bawah) dan tanaman mati (pohon mati tumbang, pohon mati berdiri, daun,
cabang, ranting, bunga, buah yang gugur, arang sisa pembakaran). Cadangan
organisme tanah dan bahan organik tanah. Pemanenan hasil kayu (kayu bangunan,
pulp, arang atau kayu bakar), resin, buah-buahan, daun untuk makanan ternak
belum tentu demikian jika kita perhitungkan dalam skala global. Demikian juga
halnya dengan hilangnya bahan organik tanah melalui erosi. Beberapa penilaian
contoh, memperhitungkan lama hidup alat-alat rumah tangga yang terbuat dari
kayu yang tetap tersimpan dalam bentuk kayu untuk jangka waktu yang lama dan
tidak menjadi sumber emisi karbon. Canadell (2002) dalam Rahayu, et al., (2003)
permukaan tanah bukan karbon yang ada dalam tanah, karena jumlah bahan
organik tanah yang relatif lebih kecil dan masa keberadaannya singkat.
Letak Geografis
pada ketinggian ± 1 meter dari permukaan laut dengan topografi landai. Kondisi
berikut:
d. Memiliki tipe lahan rawa pasut dan bentuk lahan dataran lumpur antar
Iklim
Secanggang di tumbuhi hutan mangrove yang lebat dengan lebar 400 m dari tepi
tambak dan pemukiman. Salah satu wilayah Kabupaten Langkat yang mengalami
Tersebar pada desa Sungai Ular dengan luas hutan 607 ha, yang rusak 303,5 ha;
desa Secanggang luas hutan 956 ha, rusak 949,4 ha; desa Karang Gading luas
hutan 775,2 ha, rusak 542,6 ha; desa Kuala Besar 1659 ha, rusak 995,4 ha; dan
desa Jaring Alus luas hutan 1.068 ha, rusak 640,8 ha (Pemda Kabupaten Langkat,
Kondisi iklim di pengaruhi oleh sistem angin muson yang berubah arah
sesuai dengan kedudukan matahari terhadap bumi. Curah hujan rata-rata yang
jatuh di lokasi ini adalah 3.268 mm/tahun. Suhu rata-rata berada pada kisaran
280C. Musim kemarau yang dibawa oleh Angin Muson Timur jatuh pada bulan