Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisiologi sel adalah bidang biologi yang berfokus pada mempelajari fungsi sel, dan
bagaimana sel berinteraksi satu sama lain dan dengan organisme yang lebih besar yang
mereka huni. Para peneliti di bidang Fisiologi sel menggunakan berbagai alat untuk
mengamati sel dan belajar lebih banyak tentang struktur dan fungsinya, seperti mikroskop
dan peralatan pencitraan yang lebih maju untuk melihat struktur di dalam sel secara lebih
rinci. Banyak kelas biologi sel dasar mencakup beberapa fisiologi sel, dan pelajar juga dapat
mengambil mata kuliah khusus dalam cabang biologi untuk mendapatkan informasi lebih
detail.

Setiap sel dalam organisme dirancang untuk bertindak sebagai unit secara mandiri yang
berfungsi mendukung organisme yang lebih besar secara keseluruhan. Fisiologi sel terlihat
pada struktur dari berbagai jenis sel, dan bagaimana fungsi sel. Ini juga terlihat pada
bagaimana sel berkumpul untuk membuat organ dan struktur lainnya, dan bagaimana sel-sel
dalam organisme bekerja sama. Semua fungsi normal sel yang tercakup dalam fisiologi sel,
seperti juga berbagai jenis sel yang dapat ditemukan dalam organisme tunggal. Beberapa
contoh topik yang dipelajari dalam fisiologi sel termasuk respirasi, pencernaan, dan
penghapusan limbah pada tingkat sel, bersama dengan membran sel, sinyal listrik antara sel-
sel, dan mekanisme kegiatan tertentu seperti kontraksi otot. Organel dalam sel juga obyek
yang menarik, seperti fungsi mereka, dan variasi dalam organel antara jenis sel dan
organisme.

Memahami fisiologi sel penting untuk memahami organisme yang lebih besar, karena
banyak kegiatan penting terjadi pada tingkat sel. Dengan mempelajari bagaimana sel-sel yang
seharusnya bekerja di bawah kondisi normal, peneliti juga dapat memudahkan untuk
mengidentifikasi kesalahan, masalah, dan kerusakan ketika sel-sel dalam organisme menjadi
abnormal. Mengidentifikasi kelainan dan penyebabnya dapat bermanfaat dalam pengobatan
dan pengelolaan penyakit, dan untuk kemajuan umum biologi sebagai ilmu.
Peneliti dalam hal ini kerja lapangan di lingkungan laboratorium. Mereka dapat bekerja
untuk perusahaan farmasi, organisasi penelitian medis, perguruan tinggi, dan lembaga
pemerintah. Fisiologi sel juga dapat memilih untuk mengkhususkan diri dalam bidang
tertentu yang menarik, seperti sel tumbuhan, replikasi sel, atau sel-sel prokariotik. Seperti
banyak ilmu, dalam rangka untuk memajukan dalam bidang fisiologi sel, biasanya diperlukan
untuk memiliki gelar master minimal, dengan banyak peneliti memegang gelar doktor
bersama dengan pelatihan pasca doktoral ekstensif.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui Anatomi Sel


2. Untuk mengetahui Fisiologi Sel
3. Untuk mengetahui Mekanisme Transport pada Sel
4. Untuk mengetahui Homeostatis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sel


Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil penyusun makhluk hidup dalam
tingkatan organisasi kehidupan. Kata Sel berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Cellula”
atau “cella” yang artinya ruang kosong. Tubuh dari organisme terdiri dari sistem
organ, sistem organ disusun oleh organ, organ dibentuk oleh jaringan, dan jaringan
dibentuk dari sel. Intinya setiap makhluk hidup memiliki sel yang menjadi penyusun
dasar tubuh mereka. Sel mengatur dan mengolah semua informasi sehingga dapat
menjalankan fungsi kehidupan pada makhluk hidup.

2.2 Fungsi Sel


Seperti yang telah kami jelaskan diatas bahwa sel merupakan pengatur dan
pengontrol seluruh aktivitas tubuh makhluk hidup, baik yang disadari maupun tidak
disadari. Fungsi ini dijalankan tidak hanya oleh satu sel, namun sekelompok sel yang
membentuk jaringan, kemudian jaringan dengan tujuan yang sama akan membentuk
organ, lalu beberapa organ membentuk sistem organ, dan sistem organ membentuk
makhluk hidup (organisme). Robert Hooke merupakan ilmuan pertama yang
melakukan pengamatan sel secara tidak sengaja, ia mengamati sel gabus dari tumbuhan
oak di bawah mikroskop dan kemudian menemukan rongga-rongga kosong seperti
sarang lebah, yang kemudian dinamakan sel. Secara umum fungsi sel yang sekaligus
menjadi teori sel adalah sebagai berikut :
 Sel sebagai unit fungsional tubuh (Teori yang dikemukakan oleh Max schultze)
 Sel sebagai unit struktural tubuh (Teori yang dikemukakan oleh Mathias Jacob
Schleiden dan Theodor Schwaan)
 Sel sebagai unit pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (Rudolf Virchow)
 Sel sebagai kesatuan hereditas (pewarisan sifat) yang dapat menurunkan sifatnya
kepada keturunannya (Teori ini diperkenalkan oleh Walter Sutton dan Theodor
Boveri)
2.3 Struktur Sel dan Bagian-Bagian Sel
Secara umum sel terdiri atas 3 bagian utama, yaitu Membran sel, sitoplasma, dan
Inti sel. Sel juga memiliki komponen padat di dalam sitoplasma yang disebut organel
sel. Organel – organel sel memiliki fungsi masing-masing. Berikut adalah penjelasan
tentang Bagian-bagian Sel.

a. Membran Sel / Membran plasma


Membran sel adalah selaput tipis yang merupakan bagian terluar dari sel,
membran sel juga sering disebut plasmalema. Membran sel merupakan bagian
yang mengatur hubungan antara komponen dalam sel dengan lingkungan luar sel.
Membran sel terdiri dari lipid (lemak) berupa fosfolipid, protein, dan karbohidrat
dengan komposisi yang berbeda-beda tergantung jenis selnya. Sesuai dengan
namanya, Fosfolipid (senyawa lemak) disusun oleh fosfat yang
bersifat hidrofilik (suka air) dan lipid yang bersifat hidrofobik (takut air).
Membran sel disusun oleh setiap fosfolipid yang berpasangan (lemak)
sehingga disebut juga lipid bilayer. Protein yang dimiliki membran sel
adalah protein ekstrinsi(perifer) dan protein intrinsik (integral). Protein ekstrinsi
(perifer) adalah protein yang menempel pada lapisan luar membran, sedangkan
protein intrinsik (integral) adalah protein yang menembus membran. Ikatan antara
fosfolipid dan protein ekstrinsik akan membentuk membran yang disebut
lipoprotein. Membran sel dapat memiliki sifat semipermiabel yaitu mudah
dilewati oleh berbagai komponen, juga dapat bersifat selektif permiabel yang
artinya hanya dapat dilewati oleh ion-ion tertentu saja.

Beberapa fungsi membran sel antara lain adalah sebagai berikut :


 Melindungi dan membungkus isi sel.
 Memisahkan dan mengontrol hubungan bagian dalam sel dengan linkungan
luar.
 Mengatur pertukaran (transportasi) zat dari dalam keluar sel atau sebaliknya.
 Tempat terjadinya reaksi kimia.

b. Sitoplasma (Cairan Sel)


Sitoplasma atau cairan sel adalah matriks yang terdapat di dalam membran
sel selain inti sel (nukleus). Penyusun utama dari sitoplasma ada air yang
berfungsi sebagai pelarut dan tempat terjadinya reaksi kimia. Matriks sitoplasma
merupakan sitosol(cairan) yang bersifat koloid (bentuk campuran yang terdiri dari
2 zat yang homogen). Matriks sitoplasma dapat berubah dari fase gel (semipadat)
ke fase sol (cairan). Matriks sitoplasma memiliki sifat iritabilitas (peka terhadap
rangsangan) dan konduktivitas (mampu memindahkan atau meneruskan
rangsangan).
Beberapa fungsi sitoplasma sel antara lain adalah sebagai berikut :
 Tempat berlangsungnya reaksi kimia dan metabolisme.
 Sebagai tempat menjaga fungsi kehidupan sel.
 Menjaga keadaan di dalam sel.
 Mengatur transpor zat di dalam sel.
 Pembentukan energi.
 Tempat mengontrol pergerakan sel.

Fungsi tersebut dilakukan oleh organel-organel sel. Seperti yang telah kami
jelaskan sebelumnya bahwa di dalam sitoplasma terdapat komponen-komponen
padat yang disebut organel sel yang memiliki fungsi khusus masing-masing.
Fungsi sel adalah untuk menunjang kehidupan sel tersebut. Beberapa Organel sel
antara lain :
 Mitokondria, berfungsi menghasilkan energi.
 Lisosom, berfungsi melakukan pencernaan dalam sel.
 Ribosom, berfungsi sebagai tempat sintesis protein.
 Retikulum Endoplasma, berfungsi untuk Transportasi berbagai zat di dalam
sel.
 Badan golgi, berfungsi untuk sintesi protein dan berhubungan dengan kerja
ribosom dan retikulum endoplasma.
 Mikrotubulus, melindungi dan mejaga bentuk sel.
 Mikrofilamen, berperan dalam proses pergerakan sel.
 Kloroplas, berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis pada
tumbuhan.
 Sentrosom (Sentriol), sebagai tempat pembelahan sel.

c. Inti Sel (Nukleus)


Inti sel adalah bagian yang umumnya berbentuk bulat atau lonjong dan
sering terletak di tengah sel atau di tepi sel. Nukleus merupakan bagian terpenting
dari kehidupan sel. Nukleus memiliki fungsi utama sebagai pusat pengendali
segala aktivitas sel. Nukleus sel dilindungi oleh sebuah dinding yang menyerupai
membran sel. Struktur pelindung ini disebut membran inti.

Terdapat beberapa bagian nukleus, yaitu :


1. Nukleolus (Anak Inti)
Nukleolus merupakan struktur berbentuk bulat yang disusun oleh filamen dan
butiran-butiran komponen. Anak inti mengandung RNA, DNA dan bebrapa
protein yang berfungsi dalam perakitan ribosom.
Secara umum fungsi dari Nukleus (Inti Sel) adalah sebagai berikut :
 Sebagai pusat pengatur dan pengendali segala aktivitas sel.
 Tempat penyimpanan informasi genetik organisme tersebut.
 Memulai dan mengakhiri suatu tindakan yang dilakukan oleh sel.
 Tempat terjadinya sebagian proses pembelahan sel.

2. Nukleoplasma (Cairan Inti)


Nukleoplasma merupakan caira kental menyerupai jeli yang mengandung
protein, ion, enzim dan komponen lainnya. Nukleoplasma memiliki struktur
dan fungsi yang kompleks karena banyaknya kandungan komponen yang
dimiliki.

3. Kromatin
Kromatin merupakan untaian benang-benang halus yang terdapat di dalam
inti sel. Kromatin mengandung DNA, yaitu substansi yang menyimpan segala
informasi genetik suatu makhluk hidup. Saat terjadinya pembelahan sel,
kromatin akan memendek, menebal, dan melingkar membentuk kromosom.

2.4 Mekanisme Transport

Pengertian Mekanisme Transpor pada Membran

Mekanisme transpor pada membran adalah proses keluar masuknya molekul melewati
membran sel. Berbagai macam molekul, seperti glukosa, oksigen, dan karbondioksida
senantiasa harus melewati membran sel untuk keluar-masuk sel dalam proses metabolisme.

Bagian luar bersifat hidrofilik, sementara bagian dalam bersifat hidrofobik. Sifat kimia
membran sel tersebut, berpengaruh terhadap molekul-molekul yang bergerak melewatinya.
Untuk lebih mendalaminya, berikut ini disajikan berbagai macam jenis-jenis mekanisme
membran sel dan perbandingannya.

Mekanisme Transpor pada Sel

Ada banyak macam dari mekanisme transpor pada sel, yang terbagi dalam dua kelompok
besar yaitu :
1. Transpor Pasif

Merupakan mekanisme transpor yang tidak memerlukan energi dan terjadi secara spontan.
terjadi akibat perbedaan konsentrasi antara zat dengan pelarutnya. Bergerak dari konsentrasi
zat yang lebih tinggi (Hipertonis) ke konsentrasi zat yang lebih rendah (Hipotonis). Transpor
pasif meliputi Difusi dan Osmosis.

a. Difusi

Merupakan pergerakan acak molekul dari konsentrasi tinggi (Hipertonis) ke konsentrasi yang
lebih rendah (Hipotonis). Mekanisme transpor ini meliputi berbagai zat (padat, cair, gas).
Difusi bertujuan untuk mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat dengan pelarutnya.
Selain itu, difusi juga berperan dalam peristiwa pertukaran materi dari suatu sel dengan
lingkungannya. Kecepatan difusi bergantung pada beberapa aspek, diantaranya adalah:

1. Wujud Materi : Semakin besar ikatan antar molekul, makin lama difusi terjadi (padat lebih
sulit melakukan difusi)

2. Suhu : Semakin tinggi suhu, maka ikatan antar molekul akan cepat terputus. Hal itu
menyebabkan difusi menjadi cepat.

3. Ukuran Molekul : Molekul yang berukuran kecil akan lebih mudah untuk melintasi suatu
membran dari pada molekul yang besar pada suhu yang sama.

4. Konsentrasi : Semakin besar perbedaan konsentrasi antara zat dan pelarutnya, atau
perbedaan konsentrasi zat pada dua tempat yang berbeda, menyebabkan semakin besar rata-
rata difusinya.

b. Difusi terfasilitasi

Merupakan mekanisme transpor yang dibantu oleh protein-protein tertentu dalam membran
plasma. Protein-protein tersebut membentuk struktur menyerupai saluran-saluran, sehingga
molekul bisa melintasi membran plasma. Beberapa protein ada yang berikatan dengan suatu
molekul dan melintasi membran plasma. Bentuk protein yang demikian disebut sebagai
protein pembawa (Carrier Protein). Protein pembawa/ transpor juga merentangkan membran
sel sehingga menyediakan suatu mekanisme untuk pergerakan molekul. Difusi terfasilitasi
melibatkan difusi dari molekul polar dan ion melewati membran dengan bantuan protein
transpor. Difusi terfasilitasi juga merupakan transpor pasif karena hanya mempercepat proses
difusi dan tidak merubah arah gradien konsentrasi.

c. Osmosis

Osmosis merupakan difusi air melalui selaput semipermeabel. Air akan bergerak dari daerah
yang mempunyai konsentrasi larutan rendah ke daerah yang mempunyai konsentrasi larutan
tinggi. Tekanan osmosis dapat diukur dengan suatu alat yang disebut osmometer. Air akan
bergerak dari daerah dengan tekanan osmosis rendah ke daerah dengan tekanan osmosis
tinggi. Sel akan mengerut jika berada pada lingkungan yang mempunyai konsentrasi larutan
lebih tinggi. Hal ini terjadi karena air akan keluar meninggalkan sel secara osmosis.

Sebaliknya jika sel berada pada lingkungan yang hipotonis (konsentrasi rendah) sel akan
banyak menyerap air, karena air berosmosis dari lingkungan ke dalam sel. Jika sel-sel
tersebut adalah sel tumbuhan, maka akan terjadi tekanan turgor apabila dalam lingkungan
hipotonis. Sebaliknya jika sel tumbuhan beradapada lingkungan hipertonis, dapat mengalami
plasmolisis yaitu terlepasnya sel dari dinding sel.

2. Transpor Aktif

Pada transpor aktif diperlukan energi dari dalam sel untuk melawan gradien konsentrasi
(Hipotonis->Hipertonis). Transpor aktif sangat diperlukan untuk memelihara keseimbangan
molekul-molekul di dalam sel. Sumber energi untuk transpor aktif adalah ATP (adenosin
trifosfat). Transpor aktif hampir sama dengan difusi terfasilitasi. Namun berbeda pada protein
pembawa (carrier protein) saat transpor aktif, yang harus menggunakan energi agar bisa
melakukan transportasi melawan konsentrasi.

Transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Transpor Aktif Primer

Jenis mekanisme transpor aktif ini memerlukan energi dalam bentuk ATP secara langsung
untuk membawa molekul melawan gradien konsentrasi. Akibat adanya transpor aktif primer
ini membuat terjadinya potensi membran.

Contoh dari Transpor aktif primer ini adalah transpor ion K yang masuk ke dalam sel, dan
menjaga gradien konsentrasi ion K dalam sel lebih besar dari pada di luar sel. Sebaliknya
terjadi pada ion Na yang dijaga konsentrasi didalam sel lebih rendah dari pada diluar sel.
Mekanisme transpor ini juga sering disebut sebagai Sodium-Potassium pump

2. Transpor Aktif Sekunder

Memiliki energi yang bebas dipakai karena mekanisme ini menggunakan energi secara
berkala. Energi yang tersimpan dalam mekanisme ini dalam bentuk gradien konsentrasi ion.
Pada transpor aktif sekunder, terjadinya bergantung kepada potensi membran yang ada dan
bergantung pada adanya transpor aktif sekunder.

Contoh dari transpor aktif adalah transpor asam amino dan glukosa melewati membran
plasma dengan suatu protein khusus. Pada glukosa, disebut sebagai GLUT-4 (Glucose
Transporter 4). Pengangkutan tersebut berbarengan dengan difusinya molekul ion Na+ yang
menggunakan transpor aktif primer yang memungkinkan adanya potensi membran untuk
mendukung adanya transpor aktif sekunder. Ada beberapa sub mekanisme transpor aktif
sekunder, diantaranya adalah :

o Transpor aktif sekunder co-Transport.

yang disebut sebagai co-transpor pada proses transpor aktif sekunder adalah ketika
pendistribusian masuk sel molekul asam amino dan glukos menggunakan protein khusus dan
berbarengan dengan masuknya ion nartium kedalam sel. Hal tersebut menyediakan potensial
membran, mengingat transppor natrium merupakan transpor aktif primer. Hal tersebut terus
terjadi meskipun konsentrasi glukosa dan asam amino dalam sel lebih tinggi. Karena molekul
glukosa dan asam amino tersebut masuk karena menggunakan sebagian energi datri transpor
natrium.

o Transpor aktif sekunder counter Transport. (Exchange)

Dalam counter transpor berlangsung pertukaran partikel, yaitu ketika molekul ion natrium
masuk kedalam sel, ada molekul yang akan seketika itu juga keluar dari sel. Semisal adalah
Na-Ca exchange yang terjadi ketika 1 ion Ca ditranspor keluar sel, maka akan ada 3 molekul
Na yang akan masuk ke dalam sel. Selain Na-Ca, ada pula NA-H, yang akan mentranspor 1
ion Natrium ketika beberapa jumlah hidrogen keluar dalam sel. Dalam kasus ini, transpor
aktif sekunder counter transpor telah berjasa mengatur kadar PH dalam sel.

Mekanisme transpor pada membran secara aktif terjadi karena molekul tidak bisa dilewatkan
secara langsung melewati fosfolipid bilayer atau karena jumlah molekul di luar sel yang lebih
sedikit. Molekul yang mengalami kesulitan untuk melewati membran sel umumnya terjadi
karena interaksi antara membran sel yang memiliki ekor bagian dalam yang bersifat
hidrofobik non polar dengan molekul yang bersifat hidrofilik dan atau polar. Selain itu,
ukuran molekul yang besar juga merupakan faktor penghambat untuk melewati membran sel.

Transpor membran secara aktif sendiri terdiri dari beberapa macam, antara lain:

a. Pompa ATP

Mekanisme pompa ATP terjadi akibat perubahan pada protein membran yang mengalami
perubahan bentuk sehingga memungkinkan molekul bisa melewatinya untuk keluar atau
masuk sel. Perubahan konformasi itu sendiri terjadi dengan penggunaan ATP.
b. Kotranspor

Kotranspor adalah transpor zat yang mengaktifkan transpor zat lain melewati membran
plasma. Kotransport dibedakan menjadi dua, yaitu simport dan antiport. Disebut simport
apabila kedua jenis zat memiliki arah pergerakan yang sama, dan disebut antiport apabila
arah pergerakannya berlawanan. Contoh mekanisme kotranspor, berupa pompa potasium dan
sodium.

c. Endositosis

Merupakan proses masuknya partikel atau sel kecil ke dalam suatu sel. Membran pada
awalnya membentuk lekukan karena desakan dari pertikel yang akan masuk tersebut.

Setelah lekukan terlepas, maka akan membentuk vesikel yang kalau it berbentuk nutrisi akan
langsung masuk ke sistem didalam sel, namun jika benda asing akan langsung dicerna
lisosom dengan menggunakan enzim pencernaan lain. Ada beberapa macam endositosis,
diantaranya adalah:

 Phagocytosis

Disebut sebagai proses penelanan yang kerap kali dijumpai pada amoeba dan leukosit.
Membran memiliki peran untuk sangat peka terhadap benda, nutrisi atau benda asing yang
akan masuk sel. Sehingga seketika itu juga akan membentuk lekukan yang akan menelan
partikel tersebut.

Partikel yang terselubung oleh membran itu kemudian membentuk vesikel yang akan
melepaskan diri dan menuju kedalam sel.

 Pinocytosis

Reseptor membran plasma akan menempel sehingga terjadi lekukan. Lekukan lama-kelamaan
semakin dalam dan membentuk kantung. Kantung yang terlepas akan berada dalam
sitoplasma. Kantung ini disebut gelembung pinositosis. Gelembung pinositosis akan
mengerut dan pecah menjadi gelembung kecil-kecil kemudian bergabung menjadi gelembung
yang lebih besar. Pinositosis biasanya disebut sebagai peminuman zat yang bentuknya cair.

 Pinocytosis Terfasilitasi

Proses yang hampir sama dengan pinositosis, hanya saja pada saat gelembung pinositosis
kecil meninggalkan permukaan membran, vesikel akan langsung bergabung dan berikatan
dengan protein pembawa yang terbentuk bersama vesikel.
d. Eksositosis

Merupakan proses keluarnya partikel atau zat dari suatu sel

Contoh :

Pengeluaran bahan-bahan untuk membentuk kitin, yang digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan dinding sel jamur.

Perbandingan Mekanisme Transpor pada Membran

Selain penggunaan energi. Perbedaan lain antara transpor membran pasif dan aktif adalah
arah pergerakan zat yang ditranspor terhadap gradien konsentrasinya. Pada mekanisme
transpor pasif, arah pergerakan zat terhadap konsentrasinya adalah dari tinggi ke rendah.
Sebab pada mekanisme transpor ini tidak ada pengeluaran energi. Sedangkan pada
mekanisme transpor aktif, zat yang ditranspor bergerak dari gradien konsentrasi rendah ke
tinggi. Hal ini dimungkinkan sebab ada penggunaan energi. Selain itu, perbedaan lainnya
adalah penggunaan karakteristik molekul yang ditranspor. Molekul bermuatan seperti ion dan
yang berukuran besar hanya ditranspor secara aktif karena tidak bisa menembus fosfolipid
bilayer.

2.4 Homeostasis berasal dari bahasa Yunani : homeo berarti “sama”, stasis “mem
pertahankan keadaan”, sehingga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala kondisi yang dihadapi. Istilah ini
digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir
selalu konstan di lingkungan dalam.

Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang


mengontrol fungsi tubuh dan memantau organ tubuh. Untuk sebagian besar mekanisme ini
dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin dan tidak mencakup perilaku sadar. Tubuh membuat
penyesuaian dalam frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh,
keseimbangan cairan dan elektrolit, sekresi hormon dan tingkat kesadaran yang semuanya
ditujukan untuk memberi kontribusi bagi homeostasis.
DASAR-DASAR HOMEOSTASIS

Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon mengajukan 4 postulat yang
mendasari homeostasis, yaitu:

1. Peran system saraf dalam mempertahankan kesesuaian lingkungan dalam dengan


kehidupan.

2. Adanya kegiatan pengendalian yang bersifat tonik.

3. Adanya pengendalian yang bersifat antagonistik.

4. Suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh berbeda.

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTAHANKAN SECARA HOMEOSTATIS

Faktor-faktor lingkungan internal yang harus dipertahankan secara homeostasis, yaitu :

 Konsentrasi molekul zat-zat gizi.

Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk digunakan sebagai bahan
bakar metabolic untuk menghasilkan energi. Energy kemudian digunakan untuk menunjang
aktifitas-aktifitas khusus dan untuk mempertahankan hidup.

 Konsentrasi O2 dan CO2

Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik sebanyak mungkin
energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel. CO2 yang dihasilkan selama reaksi-reaksi
tersebut berlangsung harus diseimbangkan dengan CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga
CO2 pembentuk asam ini tidak meningkatkan keasaman di lingkungan internal.

 Konsentrasi zat-zat sisa

Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir yang berefek toksik bagi sel
apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.
 pH.

Diantara efek-efek paling mencolok dari p[erubahan keasaman lingkungan cairan internal
adalah perubahan mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan perubahan aktifitas
enzim di semua sel.

 Konsentrasi air,garam-garam, dan elektrolit-elektrolit lain

Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel (lingkungan
internal) mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau keluar sel, konsentrasi keduanya
diatur secara ketat untuk mempertahankan volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat
berfungsi secara normal apabila mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki
bermacam-macam fungsi fital lainnya. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur
bergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstra sel yang relative konstan.

 Suhu.

Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel akan
mengalami perlambatanaktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin dan yang lebih
buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu apabila suhunya terlalu
panas.

 Volume dan tekanan.

Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus dipertahankan pada
tekanan darah dan volume yang adekuat agar penghubung vital antara sel dan lingkungan
eksternal ini dapat terdistribusi ke seluruh tubuh.

KONTRIBUSI BERBAGAI SISTEM BAGI HOMEOSTASIS

Homeostasis sangat penting bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan pada gilirannya, setiap
sel, melalui aktifitas khususnya masing-masing, turut berperan sebagai bagian dari system
tubuh untuk memelihara lingkungan internal yang digunakan bersama oleh semua sel.
Terdapat sebelas system tubuh utama, kontribusi terpenting mereka untuk homeostasis
dicantumkan sebagai berikut:

1. Sistem Sirkulasi.

Merupakan system transportasi yang membawa berbagai zat, misalnya zat gizi, O2, CO2, zat-
zat sisa,elektrolit, dan hormone dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya.

2. Sistem Pencernaan

Menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat gizi yang dapat diserap ke dalam
plasma untuk didistribusikan ke seluruh sel. Sel ini juga memindahkan air dan elektrolit dari
lingkungan eksternal ke lingkungan internal. System ini mengeluarkan sisa-sisa makanan
yang tidak dicerna ke lingkungan eksternal melalui tinja.

3. Sistem Respirasi

Mengambil O2 dari udara dan mengeluarkan CO2 ke lingkungan eksternal. Dengan


menyesuaikan kecepatan pengeluaran CO2 pembentuk asam, system respirasi juga penting
untuk mempertahankan pH lingkungan internal yang sesuai.

4. Sistem Kemih

Mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari plasma melalui urine, bersama
zat-zat sisa selain CO2.

5. Sistem Rangka

Memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ-organ. System ini juga
berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium, suatu elektrolit yang konsentrasinya dalam
plasma harus dipertahankandalam rentang yang sangat sempit. Bersama dengan system otot ,
system rangka juga memungkinkan timbulnya gerakan tubuh dan bagian-bagiannya.

6. Sistem Otot

Menggerakkan tulang-tulang yang melekat kepadanya. Dari sudut pandang homeostasis


semata-mata, sistem ini memungkinkan individu mendekati makanan dan menjauhi bahaya.
Selain itu, panas yang dihasilkan oleh kontraksi otot penting untuk mengatur suhu. Karena
berada di bawah kontrol kesedaran, individu mampu menggunakan otot rangka untuk
melakukan bermacam gerakan sesuai keinginan. Gerakan-gerakan tersebut, berkisar dari
keterampilan motorik halus yang diperlukan, misalnya untuk menjahit sampai gerakan-
gerakan kuat yang diperlukan untuk mengangkat beban, tidak selalu diarahkan untuk
mempertahankan homeostasis.
7. Sistem Integument

Berfungsi sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegahcairan internal keluar dari
tubuhdan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. System ini juga penting dalam
mengatur suhu tubuh. Jumlah panas yang dikeluarkan dari permukaan tubuh ke lingkungan
eksternal dapat disesuaikan dengan mengatur produksi keringat dan dengan mengatur aliran
darah hangat ke kulit.

8. Sistem Imun

Mempertahankan tubuh dari seranganbenda asing dan sel-sel tubuh yang telah menjadi
kanker. System ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan penggantian sel yang tua
atau cedera.

9. Sistem Saraf

Merupakan salah satu dari dua system pengatur atau control utama tubuh. Secara umum,
system ini mengontrol dan mengkoordinasikan aktifitas tubuhyang memerlukan respon cepat.
System ini sangat penting terutama untuk mendeteksidan mencetuskan reaksi terhadap
berbagai perubahan di lingkungan internal. Selain itu, system ini akan bertanggung jawab
atas fungsi lain yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan
homeostasis, misalnya kesadaran, ingatan, dan kreatifitas.

10. Sistem Endokrin

Merupakan system kontrol utainnya. Secara umum, kelenjar-kelenjarpenghasil hormone pada


system endokrin mengatur aktifitas yang lebih mementingkan daya tahan (durasi) daripada
kecepatan. System ini terutama penting untuk mengontrol konsentrasi zat-zat gizi dan dengan
menyesuaikan fungsi ginjal, mengontrol volume serta komposisi elektrolit lingkungan
internal.

11. Sistem Reproduksi

System ini tidak esensial bagi homeostasis, sehingga tidak penting bagi kelangsungan hidup
individu. Akan tetapi, system ini penting bagi kelangsungan hidupsuatu spesies.

SISTEM CONTROL HOMEOSTASIS

Untuk mempertahankan homeostasis, tubuh harus mampu mendeteksi penyimpangan-


penyimpangan yang terjadi pada faktor-faktor lingkungan internal yang perlu dijaga dalam
retang yang sempit. Tubuh juga harus mampu mengontrol berbagai sistem tubuh yang
bertanggung jawab untuk menyesuaikan faktor-faktor itu.

Sebagai contoh, untuk mempertahankan konsentrasi CO2 di cairan ekstrasel pada kadar yang
optimal, tubuh harus mampu mendeteksi adanya perubahan pada konsentrasi CO2 dan
kemudian dengan tepat mengubah aktifitas pernapasan, sehingga konsentrasi CO2 kembali ke
tingkat yang diinginkan.

Sistem control yang beroperasi untuk mempertahankan homeostasis dapat dikelompokkan


menjadi dua kelas, yaitu:

o Control intrinsik

Control intrinsik (local, intrinsic berarti ”di dalam”) terdapat di dalam atau inheren bagi organ
yang bersangkutan. Sebagai contoh, sewaktu suatu otot yang beraktifitas menggunakan O2
dan mengeluarkan CO2 untuk menghasilkan energy yang diperlukan untuk menjalankan
aktifitas kontraktilnya, konsentrasi O2 turun dan CO2 meningkat di dalam otot tersebut.

Melalui kerja langsung pada otot polos di dinding pembuluh darah yang mengaliri otot-otot
tersebut, perubahan-perubahan kimiawi local tersebut menyebabkan otot polos melemas dan
pembuluh terbuka lebar untuk mengakomodasikan peningkatan aliran darah ke otot tersebut.
Mekanisme local ini ikut berperan mempertahankan kadar O2 dan CO2 yang optimal di
dalam lingkungan cair internal yang mengelilingi sel-sel otot tersebut.

o Control ekstrinsik

Control ekstrinsik (extrinsic berarti “di luar”), yaitu mekanisme pengatur yang dicetuskan di
luar suatu organ untuk mengubah aktifitas organ tersebut. Control ekstrinsik berbagai organ
dan system dilaksanakan oleh system saraf dan endokrin, dua sistem kontrol utama pada
tubuh.

Control ekstrinsik memungkinkan pengaturan beberapa organ sekaligus untuk mencapai


suatu tujuan bersama; sebaliknya, control intrinsic berfungsi untuk melayani organ tempat
control tersebut bekerja. Mekanisme pengaturan keseluruhan yang terkoordinasikan penting
untuk mempertahankan keadaan stabil dinamis lingkungan internal secara keseluruhan.

HOMEOSTASIS FISIOLOGIS

Homeostasis fisiologis dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh sistem endokrin dan
saraf otonom. Prosesnya terjadi melalui empat cara, yaitu :

 Self Regulation

Sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat. Contohnya : proses pengaturan
fungsi organ tubuh

 Kompensasi

Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan yang terjadi didalamnya. Misalnya
apabila secara tiba – tiba lingkungan menjadi dingin, maka pembuluh darah perifer akan
mengalami konstriksi dan merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan
kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tubuh tetap
stabil, pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi ancaman
terhadap tubuh, dan peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh.

 Umpan Balik Negatif

Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan abnormal, tubuh
secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan
penyimpangan yang terjadi.

 Umpan Balik untuk Mengoreksi Ketidakseimbangan Fisiologis

Contoh, apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses peningkatan denyut
jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh.

TAHAPAN-TAHAPAN HOMEOSTASIS

Homeostasis terdiri dari 3 tahap:

a. Homeostasis primer.

Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi homeostasis primer.
Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan
menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat trombosit.

Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika homeostasis
primer belum cukup untuk mengkompensasi luka, maka akan berlanjut menuju homeostasis
sekunder.

b. Homeostasis Sekunder.

Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi dan
sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis
sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi.

Homeostasis sekunder ini mencakup pembentukan jaring-jaring fibrin. Homeostasis sekunder


ini bersifat delayed dan long-term response. Kalau proses ini sudah cukup untuk menutup
luka, maka proses berlanjut ke homeostasis tersier.
c. Homeostasis Tersier.

Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan.
Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.

Ketidakseimbangan Homeostatis

Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secar benar, homeostasis terganggu dan
semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi memperoleh lingkungan yang optimal
tempat mereka hidup dan berfungsi. Muncul beberapa keadaan patofisiologis. Patofisiologis
mengacu kepada abnormalitas fungsional tubuh (perubahan fisiologi) yang berkaitan dengan
penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi
memungkinkan kelangsungan hidup, timbul kematian.

Hampir semua penyakit merupakan kegagalan tubuh mempertahankan homeostasis.


Keberadaan seseorang dilingkungan sangat dingin tanpa pakaian dan perlindungan dapat
berakibat fatal jika tubuhnya gagal mempertahankan suhu sehingga suhu tubuh turun. Hal ini
disebabkan oleh terganggunya proses-proses enzimatik sel yang sangat bergangtung pada
suhu tertentu.

Contoh lain adalah kaehilangan darah dalam jumlah yang kecil mungkin tidak fatal karena
tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara meningkatkan
tekanan darah mereabsorpsi cairan di ginjal dsb. Tetapi bila kehilangan darah terjadi dalam
jumlah yang besar, upaya untuk mengkompensasi tubuh mungkin tidak memadai sehingga
berakibat fatal.

Tanggung jawab dokter dan para medis adalah untuk perawatan intensif untuk pasien-pasien
yang gawat. Berbagai indicator homeostasis akan dipantau di unit intensif seperti frekuensi
denyut jantung, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan mengatur
keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit adalah untuk mengambil alih fungsi homeostasis yang
tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah sahingga tidak mampu
melakukan proses homeostasis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.sridianti.com/pengertian-fisiologi-sel.html

https://artikelbermutu.com/2014/10/pengertian-sel-dalam-biologi.html

http://www.ilmudasar.com/2016/04/Pengertian-Fungsi-Struktur-Bagian-Bagian-Sel-Adalah.html

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Homeostasis

https://biologi12.wordpress.com/tag/homeostasis/

https://sharingandchatting.wordpress.com/cool-stuff/mekanisme-transpor-pada-sel/

Anda mungkin juga menyukai