PENDAHULUAN
Fisiologi sel adalah bidang biologi yang berfokus pada mempelajari fungsi sel, dan
bagaimana sel berinteraksi satu sama lain dan dengan organisme yang lebih besar yang
mereka huni. Para peneliti di bidang Fisiologi sel menggunakan berbagai alat untuk
mengamati sel dan belajar lebih banyak tentang struktur dan fungsinya, seperti mikroskop
dan peralatan pencitraan yang lebih maju untuk melihat struktur di dalam sel secara lebih
rinci. Banyak kelas biologi sel dasar mencakup beberapa fisiologi sel, dan pelajar juga dapat
mengambil mata kuliah khusus dalam cabang biologi untuk mendapatkan informasi lebih
detail.
Setiap sel dalam organisme dirancang untuk bertindak sebagai unit secara mandiri yang
berfungsi mendukung organisme yang lebih besar secara keseluruhan. Fisiologi sel terlihat
pada struktur dari berbagai jenis sel, dan bagaimana fungsi sel. Ini juga terlihat pada
bagaimana sel berkumpul untuk membuat organ dan struktur lainnya, dan bagaimana sel-sel
dalam organisme bekerja sama. Semua fungsi normal sel yang tercakup dalam fisiologi sel,
seperti juga berbagai jenis sel yang dapat ditemukan dalam organisme tunggal. Beberapa
contoh topik yang dipelajari dalam fisiologi sel termasuk respirasi, pencernaan, dan
penghapusan limbah pada tingkat sel, bersama dengan membran sel, sinyal listrik antara sel-
sel, dan mekanisme kegiatan tertentu seperti kontraksi otot. Organel dalam sel juga obyek
yang menarik, seperti fungsi mereka, dan variasi dalam organel antara jenis sel dan
organisme.
Memahami fisiologi sel penting untuk memahami organisme yang lebih besar, karena
banyak kegiatan penting terjadi pada tingkat sel. Dengan mempelajari bagaimana sel-sel yang
seharusnya bekerja di bawah kondisi normal, peneliti juga dapat memudahkan untuk
mengidentifikasi kesalahan, masalah, dan kerusakan ketika sel-sel dalam organisme menjadi
abnormal. Mengidentifikasi kelainan dan penyebabnya dapat bermanfaat dalam pengobatan
dan pengelolaan penyakit, dan untuk kemajuan umum biologi sebagai ilmu.
Peneliti dalam hal ini kerja lapangan di lingkungan laboratorium. Mereka dapat bekerja
untuk perusahaan farmasi, organisasi penelitian medis, perguruan tinggi, dan lembaga
pemerintah. Fisiologi sel juga dapat memilih untuk mengkhususkan diri dalam bidang
tertentu yang menarik, seperti sel tumbuhan, replikasi sel, atau sel-sel prokariotik. Seperti
banyak ilmu, dalam rangka untuk memajukan dalam bidang fisiologi sel, biasanya diperlukan
untuk memiliki gelar master minimal, dengan banyak peneliti memegang gelar doktor
bersama dengan pelatihan pasca doktoral ekstensif.
1.2 Tujuan
Fungsi tersebut dilakukan oleh organel-organel sel. Seperti yang telah kami
jelaskan sebelumnya bahwa di dalam sitoplasma terdapat komponen-komponen
padat yang disebut organel sel yang memiliki fungsi khusus masing-masing.
Fungsi sel adalah untuk menunjang kehidupan sel tersebut. Beberapa Organel sel
antara lain :
Mitokondria, berfungsi menghasilkan energi.
Lisosom, berfungsi melakukan pencernaan dalam sel.
Ribosom, berfungsi sebagai tempat sintesis protein.
Retikulum Endoplasma, berfungsi untuk Transportasi berbagai zat di dalam
sel.
Badan golgi, berfungsi untuk sintesi protein dan berhubungan dengan kerja
ribosom dan retikulum endoplasma.
Mikrotubulus, melindungi dan mejaga bentuk sel.
Mikrofilamen, berperan dalam proses pergerakan sel.
Kloroplas, berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis pada
tumbuhan.
Sentrosom (Sentriol), sebagai tempat pembelahan sel.
3. Kromatin
Kromatin merupakan untaian benang-benang halus yang terdapat di dalam
inti sel. Kromatin mengandung DNA, yaitu substansi yang menyimpan segala
informasi genetik suatu makhluk hidup. Saat terjadinya pembelahan sel,
kromatin akan memendek, menebal, dan melingkar membentuk kromosom.
Mekanisme transpor pada membran adalah proses keluar masuknya molekul melewati
membran sel. Berbagai macam molekul, seperti glukosa, oksigen, dan karbondioksida
senantiasa harus melewati membran sel untuk keluar-masuk sel dalam proses metabolisme.
Bagian luar bersifat hidrofilik, sementara bagian dalam bersifat hidrofobik. Sifat kimia
membran sel tersebut, berpengaruh terhadap molekul-molekul yang bergerak melewatinya.
Untuk lebih mendalaminya, berikut ini disajikan berbagai macam jenis-jenis mekanisme
membran sel dan perbandingannya.
Ada banyak macam dari mekanisme transpor pada sel, yang terbagi dalam dua kelompok
besar yaitu :
1. Transpor Pasif
Merupakan mekanisme transpor yang tidak memerlukan energi dan terjadi secara spontan.
terjadi akibat perbedaan konsentrasi antara zat dengan pelarutnya. Bergerak dari konsentrasi
zat yang lebih tinggi (Hipertonis) ke konsentrasi zat yang lebih rendah (Hipotonis). Transpor
pasif meliputi Difusi dan Osmosis.
a. Difusi
Merupakan pergerakan acak molekul dari konsentrasi tinggi (Hipertonis) ke konsentrasi yang
lebih rendah (Hipotonis). Mekanisme transpor ini meliputi berbagai zat (padat, cair, gas).
Difusi bertujuan untuk mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat dengan pelarutnya.
Selain itu, difusi juga berperan dalam peristiwa pertukaran materi dari suatu sel dengan
lingkungannya. Kecepatan difusi bergantung pada beberapa aspek, diantaranya adalah:
1. Wujud Materi : Semakin besar ikatan antar molekul, makin lama difusi terjadi (padat lebih
sulit melakukan difusi)
2. Suhu : Semakin tinggi suhu, maka ikatan antar molekul akan cepat terputus. Hal itu
menyebabkan difusi menjadi cepat.
3. Ukuran Molekul : Molekul yang berukuran kecil akan lebih mudah untuk melintasi suatu
membran dari pada molekul yang besar pada suhu yang sama.
4. Konsentrasi : Semakin besar perbedaan konsentrasi antara zat dan pelarutnya, atau
perbedaan konsentrasi zat pada dua tempat yang berbeda, menyebabkan semakin besar rata-
rata difusinya.
b. Difusi terfasilitasi
Merupakan mekanisme transpor yang dibantu oleh protein-protein tertentu dalam membran
plasma. Protein-protein tersebut membentuk struktur menyerupai saluran-saluran, sehingga
molekul bisa melintasi membran plasma. Beberapa protein ada yang berikatan dengan suatu
molekul dan melintasi membran plasma. Bentuk protein yang demikian disebut sebagai
protein pembawa (Carrier Protein). Protein pembawa/ transpor juga merentangkan membran
sel sehingga menyediakan suatu mekanisme untuk pergerakan molekul. Difusi terfasilitasi
melibatkan difusi dari molekul polar dan ion melewati membran dengan bantuan protein
transpor. Difusi terfasilitasi juga merupakan transpor pasif karena hanya mempercepat proses
difusi dan tidak merubah arah gradien konsentrasi.
c. Osmosis
Osmosis merupakan difusi air melalui selaput semipermeabel. Air akan bergerak dari daerah
yang mempunyai konsentrasi larutan rendah ke daerah yang mempunyai konsentrasi larutan
tinggi. Tekanan osmosis dapat diukur dengan suatu alat yang disebut osmometer. Air akan
bergerak dari daerah dengan tekanan osmosis rendah ke daerah dengan tekanan osmosis
tinggi. Sel akan mengerut jika berada pada lingkungan yang mempunyai konsentrasi larutan
lebih tinggi. Hal ini terjadi karena air akan keluar meninggalkan sel secara osmosis.
Sebaliknya jika sel berada pada lingkungan yang hipotonis (konsentrasi rendah) sel akan
banyak menyerap air, karena air berosmosis dari lingkungan ke dalam sel. Jika sel-sel
tersebut adalah sel tumbuhan, maka akan terjadi tekanan turgor apabila dalam lingkungan
hipotonis. Sebaliknya jika sel tumbuhan beradapada lingkungan hipertonis, dapat mengalami
plasmolisis yaitu terlepasnya sel dari dinding sel.
2. Transpor Aktif
Pada transpor aktif diperlukan energi dari dalam sel untuk melawan gradien konsentrasi
(Hipotonis->Hipertonis). Transpor aktif sangat diperlukan untuk memelihara keseimbangan
molekul-molekul di dalam sel. Sumber energi untuk transpor aktif adalah ATP (adenosin
trifosfat). Transpor aktif hampir sama dengan difusi terfasilitasi. Namun berbeda pada protein
pembawa (carrier protein) saat transpor aktif, yang harus menggunakan energi agar bisa
melakukan transportasi melawan konsentrasi.
Jenis mekanisme transpor aktif ini memerlukan energi dalam bentuk ATP secara langsung
untuk membawa molekul melawan gradien konsentrasi. Akibat adanya transpor aktif primer
ini membuat terjadinya potensi membran.
Contoh dari Transpor aktif primer ini adalah transpor ion K yang masuk ke dalam sel, dan
menjaga gradien konsentrasi ion K dalam sel lebih besar dari pada di luar sel. Sebaliknya
terjadi pada ion Na yang dijaga konsentrasi didalam sel lebih rendah dari pada diluar sel.
Mekanisme transpor ini juga sering disebut sebagai Sodium-Potassium pump
Memiliki energi yang bebas dipakai karena mekanisme ini menggunakan energi secara
berkala. Energi yang tersimpan dalam mekanisme ini dalam bentuk gradien konsentrasi ion.
Pada transpor aktif sekunder, terjadinya bergantung kepada potensi membran yang ada dan
bergantung pada adanya transpor aktif sekunder.
Contoh dari transpor aktif adalah transpor asam amino dan glukosa melewati membran
plasma dengan suatu protein khusus. Pada glukosa, disebut sebagai GLUT-4 (Glucose
Transporter 4). Pengangkutan tersebut berbarengan dengan difusinya molekul ion Na+ yang
menggunakan transpor aktif primer yang memungkinkan adanya potensi membran untuk
mendukung adanya transpor aktif sekunder. Ada beberapa sub mekanisme transpor aktif
sekunder, diantaranya adalah :
yang disebut sebagai co-transpor pada proses transpor aktif sekunder adalah ketika
pendistribusian masuk sel molekul asam amino dan glukos menggunakan protein khusus dan
berbarengan dengan masuknya ion nartium kedalam sel. Hal tersebut menyediakan potensial
membran, mengingat transppor natrium merupakan transpor aktif primer. Hal tersebut terus
terjadi meskipun konsentrasi glukosa dan asam amino dalam sel lebih tinggi. Karena molekul
glukosa dan asam amino tersebut masuk karena menggunakan sebagian energi datri transpor
natrium.
Dalam counter transpor berlangsung pertukaran partikel, yaitu ketika molekul ion natrium
masuk kedalam sel, ada molekul yang akan seketika itu juga keluar dari sel. Semisal adalah
Na-Ca exchange yang terjadi ketika 1 ion Ca ditranspor keluar sel, maka akan ada 3 molekul
Na yang akan masuk ke dalam sel. Selain Na-Ca, ada pula NA-H, yang akan mentranspor 1
ion Natrium ketika beberapa jumlah hidrogen keluar dalam sel. Dalam kasus ini, transpor
aktif sekunder counter transpor telah berjasa mengatur kadar PH dalam sel.
Mekanisme transpor pada membran secara aktif terjadi karena molekul tidak bisa dilewatkan
secara langsung melewati fosfolipid bilayer atau karena jumlah molekul di luar sel yang lebih
sedikit. Molekul yang mengalami kesulitan untuk melewati membran sel umumnya terjadi
karena interaksi antara membran sel yang memiliki ekor bagian dalam yang bersifat
hidrofobik non polar dengan molekul yang bersifat hidrofilik dan atau polar. Selain itu,
ukuran molekul yang besar juga merupakan faktor penghambat untuk melewati membran sel.
Transpor membran secara aktif sendiri terdiri dari beberapa macam, antara lain:
a. Pompa ATP
Mekanisme pompa ATP terjadi akibat perubahan pada protein membran yang mengalami
perubahan bentuk sehingga memungkinkan molekul bisa melewatinya untuk keluar atau
masuk sel. Perubahan konformasi itu sendiri terjadi dengan penggunaan ATP.
b. Kotranspor
Kotranspor adalah transpor zat yang mengaktifkan transpor zat lain melewati membran
plasma. Kotransport dibedakan menjadi dua, yaitu simport dan antiport. Disebut simport
apabila kedua jenis zat memiliki arah pergerakan yang sama, dan disebut antiport apabila
arah pergerakannya berlawanan. Contoh mekanisme kotranspor, berupa pompa potasium dan
sodium.
c. Endositosis
Merupakan proses masuknya partikel atau sel kecil ke dalam suatu sel. Membran pada
awalnya membentuk lekukan karena desakan dari pertikel yang akan masuk tersebut.
Setelah lekukan terlepas, maka akan membentuk vesikel yang kalau it berbentuk nutrisi akan
langsung masuk ke sistem didalam sel, namun jika benda asing akan langsung dicerna
lisosom dengan menggunakan enzim pencernaan lain. Ada beberapa macam endositosis,
diantaranya adalah:
Phagocytosis
Disebut sebagai proses penelanan yang kerap kali dijumpai pada amoeba dan leukosit.
Membran memiliki peran untuk sangat peka terhadap benda, nutrisi atau benda asing yang
akan masuk sel. Sehingga seketika itu juga akan membentuk lekukan yang akan menelan
partikel tersebut.
Partikel yang terselubung oleh membran itu kemudian membentuk vesikel yang akan
melepaskan diri dan menuju kedalam sel.
Pinocytosis
Reseptor membran plasma akan menempel sehingga terjadi lekukan. Lekukan lama-kelamaan
semakin dalam dan membentuk kantung. Kantung yang terlepas akan berada dalam
sitoplasma. Kantung ini disebut gelembung pinositosis. Gelembung pinositosis akan
mengerut dan pecah menjadi gelembung kecil-kecil kemudian bergabung menjadi gelembung
yang lebih besar. Pinositosis biasanya disebut sebagai peminuman zat yang bentuknya cair.
Pinocytosis Terfasilitasi
Proses yang hampir sama dengan pinositosis, hanya saja pada saat gelembung pinositosis
kecil meninggalkan permukaan membran, vesikel akan langsung bergabung dan berikatan
dengan protein pembawa yang terbentuk bersama vesikel.
d. Eksositosis
Contoh :
Pengeluaran bahan-bahan untuk membentuk kitin, yang digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan dinding sel jamur.
Selain penggunaan energi. Perbedaan lain antara transpor membran pasif dan aktif adalah
arah pergerakan zat yang ditranspor terhadap gradien konsentrasinya. Pada mekanisme
transpor pasif, arah pergerakan zat terhadap konsentrasinya adalah dari tinggi ke rendah.
Sebab pada mekanisme transpor ini tidak ada pengeluaran energi. Sedangkan pada
mekanisme transpor aktif, zat yang ditranspor bergerak dari gradien konsentrasi rendah ke
tinggi. Hal ini dimungkinkan sebab ada penggunaan energi. Selain itu, perbedaan lainnya
adalah penggunaan karakteristik molekul yang ditranspor. Molekul bermuatan seperti ion dan
yang berukuran besar hanya ditranspor secara aktif karena tidak bisa menembus fosfolipid
bilayer.
2.4 Homeostasis berasal dari bahasa Yunani : homeo berarti “sama”, stasis “mem
pertahankan keadaan”, sehingga dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi segala kondisi yang dihadapi. Istilah ini
digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir
selalu konstan di lingkungan dalam.
Ahli ilmu faal Amerika Serikat Walter Cannon mengajukan 4 postulat yang
mendasari homeostasis, yaitu:
4. Suatu sinyal kimia dapat mempunyai pengaruh yang berbeda di jaringan tubuh berbeda.
Sel-sel membutuhkan pasokan molekul nutrient yang tetap untuk digunakan sebagai bahan
bakar metabolic untuk menghasilkan energi. Energy kemudian digunakan untuk menunjang
aktifitas-aktifitas khusus dan untuk mempertahankan hidup.
Sel membutuhkan O2 untuk melakukan reaksi-reaksi kimia yang menarik sebanyak mungkin
energi dari molekul nutrien digunakan oleh sel. CO2 yang dihasilkan selama reaksi-reaksi
tersebut berlangsung harus diseimbangkan dengan CO2 yang dikeluarkan oleh paru, sehingga
CO2 pembentuk asam ini tidak meningkatkan keasaman di lingkungan internal.
Berbagai reaksi kimia menghasilkan proiduk-produk akhir yang berefek toksik bagi sel
apabila dibiarkan tertimbun melebihi batas tertentu.
pH.
Diantara efek-efek paling mencolok dari p[erubahan keasaman lingkungan cairan internal
adalah perubahan mekanisme pembentuk sinyal listrik di sel saraf dan perubahan aktifitas
enzim di semua sel.
Karena konsentrasi relative garam (NaCl) dan air di dalam cairan ekstrasel (lingkungan
internal) mempengaruhi berapa banyak air yang masuk atau keluar sel, konsentrasi keduanya
diatur secara ketat untuk mempertahankan volume sel yang sesuai. Sel-sel tidak dapat
berfungsi secara normal apabila mereka membengkak atau menciut. Elektrolit lain memiliki
bermacam-macam fungsi fital lainnya. Sebagai contoh denyut jantung yang teratur
bergantung pada konsentrasi kalium di cairan ekstra sel yang relative konstan.
Suhu.
Sel-sel tubuh berfungsi secara optimal dalam rentan suhu yang sempit. Sel-sel akan
mengalami perlambatanaktifitas yang hebat apabila suhunya terlalu dingin dan yang lebih
buruk protein-protein structural dan enzimatiknya akan terganggu apabila suhunya terlalu
panas.
Komponen sirkulasi pada lingkungan internal, yaitu plasma, harus dipertahankan pada
tekanan darah dan volume yang adekuat agar penghubung vital antara sel dan lingkungan
eksternal ini dapat terdistribusi ke seluruh tubuh.
Homeostasis sangat penting bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan pada gilirannya, setiap
sel, melalui aktifitas khususnya masing-masing, turut berperan sebagai bagian dari system
tubuh untuk memelihara lingkungan internal yang digunakan bersama oleh semua sel.
Terdapat sebelas system tubuh utama, kontribusi terpenting mereka untuk homeostasis
dicantumkan sebagai berikut:
1. Sistem Sirkulasi.
Merupakan system transportasi yang membawa berbagai zat, misalnya zat gizi, O2, CO2, zat-
zat sisa,elektrolit, dan hormone dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya.
2. Sistem Pencernaan
Menguraikan makanan menjadi molekul-molekul kecil zat gizi yang dapat diserap ke dalam
plasma untuk didistribusikan ke seluruh sel. Sel ini juga memindahkan air dan elektrolit dari
lingkungan eksternal ke lingkungan internal. System ini mengeluarkan sisa-sisa makanan
yang tidak dicerna ke lingkungan eksternal melalui tinja.
3. Sistem Respirasi
4. Sistem Kemih
Mengeluarkan kelebihan garam, air, dan elektrolit lain dari plasma melalui urine, bersama
zat-zat sisa selain CO2.
5. Sistem Rangka
Memberi penunjang dan proteksi bagi jaringan lunak dan organ-organ. System ini juga
berfungsi sebagai tempat penyimpanan kalsium, suatu elektrolit yang konsentrasinya dalam
plasma harus dipertahankandalam rentang yang sangat sempit. Bersama dengan system otot ,
system rangka juga memungkinkan timbulnya gerakan tubuh dan bagian-bagiannya.
6. Sistem Otot
Berfungsi sebagai sawar protektif bagian luar yang mencegahcairan internal keluar dari
tubuhdan mikroorganisme asing masuk ke dalam tubuh. System ini juga penting dalam
mengatur suhu tubuh. Jumlah panas yang dikeluarkan dari permukaan tubuh ke lingkungan
eksternal dapat disesuaikan dengan mengatur produksi keringat dan dengan mengatur aliran
darah hangat ke kulit.
8. Sistem Imun
Mempertahankan tubuh dari seranganbenda asing dan sel-sel tubuh yang telah menjadi
kanker. System ini juga mempermudah jalan untuk perbaikan dan penggantian sel yang tua
atau cedera.
9. Sistem Saraf
Merupakan salah satu dari dua system pengatur atau control utama tubuh. Secara umum,
system ini mengontrol dan mengkoordinasikan aktifitas tubuhyang memerlukan respon cepat.
System ini sangat penting terutama untuk mendeteksidan mencetuskan reaksi terhadap
berbagai perubahan di lingkungan internal. Selain itu, system ini akan bertanggung jawab
atas fungsi lain yang lebih tinggi yang tidak seluruhnya ditujukan untuk mempertahankan
homeostasis, misalnya kesadaran, ingatan, dan kreatifitas.
System ini tidak esensial bagi homeostasis, sehingga tidak penting bagi kelangsungan hidup
individu. Akan tetapi, system ini penting bagi kelangsungan hidupsuatu spesies.
Sebagai contoh, untuk mempertahankan konsentrasi CO2 di cairan ekstrasel pada kadar yang
optimal, tubuh harus mampu mendeteksi adanya perubahan pada konsentrasi CO2 dan
kemudian dengan tepat mengubah aktifitas pernapasan, sehingga konsentrasi CO2 kembali ke
tingkat yang diinginkan.
o Control intrinsik
Control intrinsik (local, intrinsic berarti ”di dalam”) terdapat di dalam atau inheren bagi organ
yang bersangkutan. Sebagai contoh, sewaktu suatu otot yang beraktifitas menggunakan O2
dan mengeluarkan CO2 untuk menghasilkan energy yang diperlukan untuk menjalankan
aktifitas kontraktilnya, konsentrasi O2 turun dan CO2 meningkat di dalam otot tersebut.
Melalui kerja langsung pada otot polos di dinding pembuluh darah yang mengaliri otot-otot
tersebut, perubahan-perubahan kimiawi local tersebut menyebabkan otot polos melemas dan
pembuluh terbuka lebar untuk mengakomodasikan peningkatan aliran darah ke otot tersebut.
Mekanisme local ini ikut berperan mempertahankan kadar O2 dan CO2 yang optimal di
dalam lingkungan cair internal yang mengelilingi sel-sel otot tersebut.
o Control ekstrinsik
Control ekstrinsik (extrinsic berarti “di luar”), yaitu mekanisme pengatur yang dicetuskan di
luar suatu organ untuk mengubah aktifitas organ tersebut. Control ekstrinsik berbagai organ
dan system dilaksanakan oleh system saraf dan endokrin, dua sistem kontrol utama pada
tubuh.
HOMEOSTASIS FISIOLOGIS
Homeostasis fisiologis dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh sistem endokrin dan
saraf otonom. Prosesnya terjadi melalui empat cara, yaitu :
Self Regulation
Sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat. Contohnya : proses pengaturan
fungsi organ tubuh
Kompensasi
Tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan yang terjadi didalamnya. Misalnya
apabila secara tiba – tiba lingkungan menjadi dingin, maka pembuluh darah perifer akan
mengalami konstriksi dan merangsang pembuluh darah bagian dalam untuk meningkatkan
kegiatan (misalnya menggigil) yang dapat menghasilkan panas sehingga suhu tubuh tetap
stabil, pelebaran pupil untuk meningkatkan persepsi visual pada saat terjadi ancaman
terhadap tubuh, dan peningkatan keringat untuk mengontrol kenaikan suhu tubuh.
Proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal. Dalam keadaan abnormal, tubuh
secara otomatis akan melakukan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan
penyimpangan yang terjadi.
Contoh, apabila seseorang mengalami hipoksia akan terjadi proses peningkatan denyut
jantung untuk membawa darah dan oksigen yang cukup ke sel tubuh.
TAHAPAN-TAHAPAN HOMEOSTASIS
a. Homeostasis primer.
Jika terjadi desquamasi dan luka kecil pada pembuluh darah, akan terjadi homeostasis primer.
Homeostasis primer ini melibatkan tunika intima pembuluh darah dan trombosit. Luka akan
menginduksi terjadinya vasokonstriksi dan sumbat trombosit.
Homeostasis primer ini bersifat cepat dan tidak tahan lama. Karena itu, jika homeostasis
primer belum cukup untuk mengkompensasi luka, maka akan berlanjut menuju homeostasis
sekunder.
b. Homeostasis Sekunder.
Jika terjadi luka yang besar pada pembuluh darah atau jaringan lain, vasokonstriksi dan
sumbat trombosit belum cukup untuk mengkompensasi luka ini. Maka, terjadilah hemostasis
sekunder yang melibatkan trombosit dan faktor koagulasi.
Homeostasis tersier ini bertujuan untuk mengontrol agar aktivitas koagulasi tidak berlebihan.
Homeostasis tersier melibatkan sistem fibrinolisis.
Ketidakseimbangan Homeostatis
Jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secar benar, homeostasis terganggu dan
semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi memperoleh lingkungan yang optimal
tempat mereka hidup dan berfungsi. Muncul beberapa keadaan patofisiologis. Patofisiologis
mengacu kepada abnormalitas fungsional tubuh (perubahan fisiologi) yang berkaitan dengan
penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi
memungkinkan kelangsungan hidup, timbul kematian.
Contoh lain adalah kaehilangan darah dalam jumlah yang kecil mungkin tidak fatal karena
tubuh masih mampu mengkompensasi kehilangan tersebut dengan cara meningkatkan
tekanan darah mereabsorpsi cairan di ginjal dsb. Tetapi bila kehilangan darah terjadi dalam
jumlah yang besar, upaya untuk mengkompensasi tubuh mungkin tidak memadai sehingga
berakibat fatal.
Tanggung jawab dokter dan para medis adalah untuk perawatan intensif untuk pasien-pasien
yang gawat. Berbagai indicator homeostasis akan dipantau di unit intensif seperti frekuensi
denyut jantung, tekanan darah, frekuensi pernapasan, suhu tubuh, kimia darah, dan mengatur
keluarnya cairan tubuh. Tujuan unit adalah untuk mengambil alih fungsi homeostasis yang
tidak dapat dilaksanakan oleh pasien yang sedang sakit parah sahingga tidak mampu
melakukan proses homeostasis sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sridianti.com/pengertian-fisiologi-sel.html
https://artikelbermutu.com/2014/10/pengertian-sel-dalam-biologi.html
http://www.ilmudasar.com/2016/04/Pengertian-Fungsi-Struktur-Bagian-Bagian-Sel-Adalah.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Homeostasis
https://biologi12.wordpress.com/tag/homeostasis/
https://sharingandchatting.wordpress.com/cool-stuff/mekanisme-transpor-pada-sel/