Anda di halaman 1dari 15

PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PERGURUAN TINGGI
Disusun untuk memenuhi tugas Agama

Disusun oleh:

Hany Alya Tsabita


Dewi Pusparini
Ayu Nitri Nuriah
Wawan Lesmana
Khoirul Umam
Muhammad Arya Fahrezi

INSTITUT MEDIKA DRG. SUHERMAN


2019
JL. Raya Industri, Pasirgombong, Jababeka Cikarang – Bekasi
Telp. (021) 8904160 (Hunting)
Fax. (021) 8904159 Email: info@imds.ac.id
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan
rahmat dan karunianya, makalah “Pentingnya Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi” dapat kami buat dengan sebaik-baiknya. Sebagai bahan
pembelajaran kami dengan harapan dapat diterima dan dipahami bersama.

Dalam batas-batas tertentu makalah ini memuat tentang apa saja perlu
tidaknya, penting tidaknya Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas kelompok Agama. Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna namun dalam
penyusunannya kami berusaha dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi pembuatan makalah
yang lebih baik lagi.

Akhirnya kami dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat


kesalahan dalam penulisan atau penguraian makalah kami dengan harapan dapat
diterima oleh panitia dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran
kami.

Cikarang, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 Landasan filosofis yang melatar belakangi pelaksanaan pembelajaran


Agama Islam di Perguruan Tinggi .............................................................. 3

2.2 Perlunya pembelajaran PAI di Perguruan Tinggi ..................................... 5

2.3 Metode pembelajaran PAI di Perguruan Tinggi ....................................... 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11

3.2 Saran ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Perguruan Tinggi (PT) merupakan
posisi yang amat strategis bagi masa depan bangsa karena dari PT lah
diharapkan akan muncul ahli-ahli ilmu pengetahuan umum (teknik, kedokteran,
pertanian, kimia, dsb.) yang akan menduduki posisi-posisi penting di masa
depan, baik di pemerintahan maupun di sektor swasta. Sementara itu, misi PAI
di PT adalah untuk memberikan keseimbangan mental, imtak dan akhlaq mulia
pada penguasaan iptek para mahasiswa PT. Keberhasilan PAI pada PT’
diharapkan akan menghasilkan sarjana-sarjana iptek yang, di samping ahli di
bidang keilmuannya, juga memiliki pemahaman, penghayatan dan pengamalan
agama yang mantap. Dengan kata lain, mereka akan menjadi ahli ilmu yang
saleh. Sebaliknya, kurang berhasil PAI pada PT dikhawatirkan akan
menghasilkan sarjana-sarjana iptek yang hanya ahli di bidang keilmuannya
tanpa disertai pemahaman, penghayatan dan pengamalan agama yang mantap,
atau sarjana iptek yang mempunyai kepribadian ganda (split personality) karena
mereka tidak mampu mengintegrasikan penguasaan bidang ilmunya dengan
pemahaman ajaran agamanya.
Akibat dari keadaan ini adalah bahwa PAI di PT, menjadi tak terbina
sehingga arti pentingnya pun tidak kelihatan. Ada atau tidaknya PAI di PT
seolah-olah tidak memberi dampak apa-apa bagi perilaku lulusan. Keberhasilan
PAI di PT sepenuhnya tergantung pada kreativitas masing-masing dosen agama
Islam yang bekerja di PT itu sendiri. Dosen agama yang kreatif dan berdedikasi
tinggi mungkin akan mampu menghasilkan program PAI di PT yang mampu
memberi pengaruh mendalam pada diri mahasiswanya sementara dosen agama
Islam yang kurang kreatif mungkin akan menghasilkan program PAI yang
‘seadanya’, yang hanya memenuhi kewajiban formal saja.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Landasan filosofis yang melatar belakangi pelaksanaan
pembelajaran Agama Islam di Perguruan Tinggi

1
2

2. Apa perlunya pembelajaran PAI di Perguruan Tinggi?


3. Apa metode pembelajaran PAI di Perguruan Tinggi?
1.3 Tujuan
1. Dapat memahami landasan filosofis pelaksanaan PAI di Perguruan Tinggi
2. Dapat memahami perlunya pembelajaran PAI di Perguruan Tinggi
3. Mengetahui metode apa saja yang dapat dilakukan dalam pembelajaran PAI
di Perguruan Tinggi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan filosofis yang melatar belakangi pelaksanaan pembelajaran Agama


Islam di Perguruan Tinggi
Landasan filosofis Pendidikan Agama Islam adalah asumsi filsafat yang
menjadi titik tolak dalam Pendidikan Agama Islam. Landasan filosofis
berkenaan dengan tujuan filosofis praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh
karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis
pendidikan adalah menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga
bidang kajian yaitu:
1. Ontologi
Secara terminologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani On atau
Ontos yang berarti “ada” dan logos yang berarti “ilmu”. Sedangkan secara
terminologi antologi adalah ilmu tentang hakekat yang ada sebagai yang ada
(The theory of being qua being). Sementara itu, Mulyadi Kartanegara
menyatakan bahwa Ontologi diartikan sebagai ilmu tentang wujud sebagai
wujud, terkadang disebut sebagai ilmu metafisika. Metafisika disebut
sebagai “induk semua ilmu” karena ia merupakan kunci untuk menelaah
peranyaan paling penting yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan,
yakni berkenaan dengan hakikat wujud.
Ontologi merupakan analisis tentang objek materi dari ilmu
pengetahuan. Berisi mengenai hal-hal yang bersifat empiris serta
mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan objek apa
yang diteliti ilmu. Dasar ontologi pendidikan adalah objek materi
pendidikan ialah sisi yang mengatur seluruh kegiatan kependidikan. Jadi
hubungan ontologi dengan pendidikan menempati posisi landasan yang
terdasar dari fondasi ilmu dimana disitulah teletak undang-undang dasarnya
dunia ilmu.
2. Epistemologi

3
4

Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang


diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos.
Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata
atau teori. Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagai
pengetahuan sistematik mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga
diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of knowledges).
Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal
muasal, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan.
Hubungan epistemologi dengan pendidikan adalah untuk
mengembangkan ilmu secara produktif dan bertanggung jawab serta
memberikan suatu gambaran-gambaran umum mengenai kebenaran yang
diajarkan dalam proses pendidikan.
3. Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios
yang berarti nilai. Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan
cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.
Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair,
dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem
seperti politik, sosial dan agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu
yang berharga yang diidamkan oleh setiap insan.
Landasan filosofis pendidikan Islam memberikan rambu-rambu yang
seharusnya dilaksanakan dalam pendidikan Islam. Filosofis pendidikan Islam
merupakan kerangka landasan yang sangat fundamental bagi sistem pendidikan
dan para pendidik. Ilmu pendidikan Islam hakikatnya bersumber dari filosofi
tentang Tuhan dan hal tersebut dapat melatih perasaan para siswa dengan
berbagai cara sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan pendekatan
terhadap seala jenis pendidikan, mereka dipengaruhi oleh nilai spiritural dan
sadar akan nilai etisreligiusitasnya. Menurut Abdurrahman an-Nahlawi,
5

“Pendidikan mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang


berpedoman pada tuntunan Allah”.
2.2 Perlunya pembelajaran PAI di Perguruan Tinggi
1. Pengertian Agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan atau kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan
yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan
manusia dan manusia serta lingkungannya. Di Indonesia ada 6 agama yang
diakui resmi oleh Pemerintah, yaitu Islam, Katolik, Kristen Protestan,
Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Sedangkan mayoritas agama di Indonesia
yaitu Islam dengan total pemeluknya mencapai 87,18% dari seluruh total
penduduk Indonesia. Lalu Kristen Protestan sebanyak 6,96%, katolik
sebanyak 2,9% , Hindu sebanyak 1,69%, Buddha sebanyak 0,72% dan
Khonghucu sebanyak 0.05%. data tersebut didapatkan dari hasil sensus
tahun 2010.
2. Pentingnya Agama dalam kampus
Agama sangat berperan penting dalam membangun pendidikan
mental dan moral. Tanpa agama pendidikan seseorang akan hancur, tidak
punya ketenangan hidup, dan pastinya tidak punya tujuan hidup yang jelas.
Selain itu agama juga merupakan sesuatu yang wajib dimiliki setiap orang.
Kita sebagai warga Indonesia seharusnya tidak mengenal Atheis atau
liberalisme karena kita diwajibkan untuk beragama sesuai dengan sila
pancasila yang pertama, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Dalam kehidupan
kampus rata-rata agama dikesampingkan. Banyak perguruan tinggi yang
hanya ingin meningkatkan kampusnya aga memiliki akreditasi yang
semakin baik, semakin dikenal luas oleh masyarakat dengan cara, misalnya
banyak memenangkan lomba-lomba dibidang akademik maupun non
akademik, menciptakan inovasi-inovasi di bidang teknologi, dan
sebagainya.
Jarang saya melihat Perguruan Tinggi yang mengedepankan ilmu agamanya
ketimbang pendidikan formalnya. Rata-rata perguruan tinggi hanya
6

memasukkan pelajaran agama 1sks saja bahkan tidak memasukkannya sama


sekali. Padahal agama sangan penting. Sebuah Negara akan hancur jika
tidak diatur oleh agama. Kalau dari kuliah saja sudah sedikit diajarkan ilmu-
ilmu agama bagaimana nanti ke depannya.
Setelah lulus kuliah nanti pasti banyak dari mahasiswanya yang
ingin langsung bekerja atau melanjutkan studinya di jenjang S2. Namun
jarang sekali mahasiswa setelah lulus kuliah yang ingin mendalami
agamanya. Padahal setelah lulus kuliah banyak sekali waktu luang yang
dapat digunakan untuk mendalami ilmu agama selagi mencari pekerjaan
ataupun melanjutkan ke S2. Mahasiswa setelah lulus kuliah, rata-rata hanya
fokus pada karirnya saja. Mereka takut jika tidak cepat mencari kerja maka
akan menjadi pengangguran. Tuntutan orang tua yang memaksakan
anaknya untuk bekerja, juga dapat mempengaruhi pola pikir anak menjadi
berubah.
Dalam Perguruan Tinggi rata-rata sks yang paling banyak ada pada mata
kuliah kalkulus, fisika dasar, ataupun kimia dasar. Perguruan Tinggi
biasanya memasukkan mata kuliah tersebut dengan 3sks ataupun 2sks.
3. Peran Agama dalam Perguruan Tinggi
Dalam Perguruan Tinggi agama sangat berperan penting. Agama
sebagai pengontrol pada semua kegiatan. Ibarat mobil, mobil tidak akan bisa
jalan jika tidak ada bensin di dalamnya. Begitu pula dengan agama, suatu
kegiatan apa pun tidak akan berjalan lancar dan tidak akan berjalan dengan
apa yang diinginkan jika tidak ada agama di dalam dirinya. Oleh karena itu
jadikanlah agama menjadi nomor satu sebelum memulai kegiatan.
Jika kita ingin melakukan suatu kegiatan alangkah baiknya, jika kita berniat
terlebih dahulu. Memintalah ridha kepada yang maha kuasa, karena apa pun
yang kita inginkan tergantung daripada apa yang kita niatkan. Jika niat kita
baik, maka hasilnya akan baik. Namun sebaliknya, jika niat kita buruh atau
tidak ikhlas maka hasil yang kita dapatkan akan sebanding dengan niat
tersebut.
7

Jika dalam Perguruan Tinggi memiliki kegiatan keagamaan yang


aktif maka kehidupan di kampus tersebut pasti jauh lebih nyaman
ketimbang kampus-kampus lain begitu pun sebaliknya karena agam dapat
menyatukan satu sama lain dan bisa saling mengingatkan satu sama lain dan
bisa saling mengingatkan untuk beribadah bersama-sama.
4. Penerapan Agama dalam kampus
Banyak sekali kegiatan keagamaan yang dapat diterapkan dalam
kehidupan kampus, salah satunya adalah kegiatan mentoring. Kegiatan
mentoring yaitu kegiatan dimana mahasiswa yang beragama islam dibentuk
beberapa kelompok untuk mendapat bimbingan keagamaan oleh dosen-
dosen. Kegiatan mentoring tersebut biasanya diisi dengan pengajian,
menghafal Alqur’an dan hadist bersama saling mengingatkan satu sama lain
untuk sholat tepat waktu, dan terkadang saling mengingatkan untuk puasa
sunah bersama-sama. Selain itu terkadang materi mentoring diisi dengan
ceramah.
Selain ceramah singkat kita juga dapat diadakan kegiatan mingguan
bersama tentang keagamaan. Jika itu bisa kita kembangkan sedikit demi
sedikit pasti menjadi kebiasaan tersendiri dan membawa pengaruh positif
bagi ke depannya.
5. Manfaat Agama Setelah Wisuda
Jika sebuah perguruan tinggi telah memiliki kegiatan keagamaan
yang aktif, pastinya mahasiswanya setelah lulus kuliah mereka tidak akan
berpikir untuk langsung cari kerja atau lanjut ke jenjang S2, melainkan
mereka berpikir bagaimana caranya untuk mengembangkan ilmu agamanya
agar lebih paham lagi. Mahasiswa yang berpikir seperti itu, biasanya
hidupnya jauh lebih tenang ketimbang teman-temannya yang sibuk mencari
kerja atau melanjutkan S2. Dalam hidup semua rezeki, jodoh, dan apa pun
itu sudah diatur oleh Allah SWT. Kita sebagai umatnya sebaiknya tidak
terlalu mengejar urusan duniawi maka tidak akan ada habisnya. Jadilah
orang-orang yang menguasai dunia, bukan orang-orang yang ingin
menguasai dikuasai dunia.
8

Setelah mahasiswa selesai kuliah, tentunya mereka memiliki waktu


luang yang panjang. Maka dari itu, dari pada waktu luang itu langsung
digunakan untuk sibuk mencari kerja, alangkah baiknya jika menggunakan
waktu luang tersebut untuk makin mendekatkan diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Misalnya seperti menghafal Alqur’an, sering mengikuti kegiatan
pengajian di masjid, mengikuti tabligh akbar, atau mengikuti kagiatan
keagamaan lainnya sesuai agama yang dianut masing-masing. Semakin kita
dekat dengan Tuhan maka akan semakin mudah jala bagi kita untuk
mencapai apa yang kita inginkan.
Untuk agama Islam, jika kita menginginkan sesuatu misalnya
mencari pekerjaan atau apapun itu, sebaiknya kita banyak-banyak
melakukan sedekah, rajin-rajin sholat dhuha, dan perbanyak sholawat.
Semua agama memiliki tujuan yang baik, tidak ada agama yang
mengajarkan yang tidak baik, pasti selalu mengajarkan yang baik-baik. Oleh
karena itu apapun agamamu kita harus saling toleransi antar umat beragama.
2.3 Metode pembelajaran PAI di Perguruan Tinggi
Hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang
bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana
proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik,
kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan
perubahan perilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka. Untuk
mencapai pembelajaran efektif, perlu dibutuhkan metode pembelajaran di
antaranya:
1. Model cooperative learning merupakan strategi pembelajaram melalui
kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan nilai karakter
diantaranya yaitu kerjasama, hormat dan santun, toleransi, kepemimpinan,
keadilan, percaya diri, kerja keras.
2. Model problem besed learning adalah model pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa
dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan
9

keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa dan


meningkatkan kepercayaan diri sendiri. Dengan nilai karakter diantara
berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, kejujuran, kerja keras, kemandirian,
tanggung jawab, kerja sama, ingin tahu, cinta ilmu
3. Model contextual learning adalah konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara hubungan yang
dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan nilai
karakter di antaranya peduli sosial dan lingkungan, kerja keras,
kemandirian, tanggung jawab, berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, ingin
tahu, cinta ilmu, kejujuran, religius.
4. Metode Quantum teaching merupakan proses pembelajaran dengan
menyediakan latar belakang dan strategi untuk meningkatkan proses
belajar mengacar menjadi menyenangkan. Pembelajaran quantum teaching
mencakup petunjuk untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif
merancang pengajaran, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar.
Dengan menerapkan metode pembelajaran di atas diharapkan mahasiswa
lebih memahami materi tidak hanya dipelajari namun nantinya dapat
diterapkan di kehidupan sehingga proses pembelajaran tersebut dapat dibilang
efektif.
Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran adalah penggunaan
metode-metode pembelajaran efektif dan sesuai dengan peserta didiknya agar
dalam pembelajaran yang dilakukan dapat lebih variatif dan berjalan lancar.
Penggunaan model pembelajaran ini juga disesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan sehingga kesesuaian antara keduanya dan semua komponen menjadi
tepat guna. Misalnya saja dengan model cooperative learning, model problem
based learning, model contextual learning dan model quontum teaching
sehingga pembelajaran menjadi efektif dan membuat mahasiswa menjadi aktif.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran dosen harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga mahasiswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan
10

suatu proses aktif dari sipembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan


proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah dosen tentang
pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan
dengan hakikat belajar.
Saat ini masih banyak dosen yang menggunakan metode ceramah yang
berkepanjangan dalam proses pembelajaran sehingga terkadang membuat
mahasiswa bosan akan mata kulian tersebut. Akibatnya tidak sampai di situ,
dosen yang seharusnya mendidik mahasiswa untuk mempunyai karakter yang
baik malah menanamkan sifat pasif pada mahasiswa karena mahasiswa hanya
sebagai pendengar saja. Padahal kemampuan softskill sangat dibutuhkan
mahasiswa ketika nantinya mereka menginjak dunia kerja, karena tidak semua
mata kuliah yang diajarkan di kampus nantinya dipakai dalam dunia kerja.
Menjadi sebuah kesalahan bila dalam proses pembelajaran tidak mengajarkan
kemampuan softskill. Tentu saja mahasiswa berharap banyak kepada dosen
pengampu mata kuliah untuk sepenuh hati dalam mendidik dan menanamkan
karakter yang baik kepada mahasiswa karena kamilah nantinya yang akan
menjadi generasi penerus bangsa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama sebagai pranata sosial berperan sangat penting dalam mempengaruhi
perilaku para penganutnya dalam kehidupan sehari-hari. Peranan penting agama
dan nilai-nilai agama ini antara lain terlihat dalam mata kuliah Pendidikan
Agama. Mata kuliah ini merupakan pendamping yang penting bagi mahasiswa
agar bertumbuh dan kokoh dalam moral dan karakter agamawinya sehingga ia
dapat berkembang menjadi cendekiawan yang tinggi moralnya dan benar serta
baik perilakunya. Perilaku kehidupan beragama di Indonesia masih kuat
dibayang-bayangi tradisiformalisme dan keberagamaan belum mempunyai
kekuatan untuk mengoreksi distorsi moral dalam kehidupan sosial. Musuh
agama tidak hanya maksiat, tetapi juga korupsi dan kekerasan. Dari hari ke hari
kita semakin biasa mendengar dan melihat pembakaran, pengrusakan,
pengeroyokan, pembunuhan, dan teror bom.
Sementara itu, masyarakat semakin apatis terhadap pemberantasan korupsi
yang masih berputar-putar pada isu. Sebagai bangsa yang dikenal religius,
seharusnya keberagaman mempunyai kontribusi untuk mengurangi kejahatan
sosial di sekitar kita. Nyatanya, belum ada tanda-tanda demikian. Sebuah
pekerjaan rumah yang besar.
3.2 Saran
Pendidikan agama islam sebagaimana telah di tetapkan sebagai mata kuliah
wajib pada perguruan tinggi, diharapkan dapat mengembangkan sistem,
metode, materi dan dosen yang berkompetensi pada pengajaran. Sehingga
diharapkan kedudukan pendidikan agama islam sebagai mata kuliah
pengembang kepribadian di perguruan tinggi, mampu menghasilkan mahasiswa
yang berakhlak mulia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Perguruan Tinggi Agama Islam, Buku Pendidikan Agama Islam Di


Perguruan Tinggi Umum, Depag. RI, 1988
Arifin, Kapita Selecta Pendidikan Umum dan Agama, Semarang: Toha Putra,
1986.

12

Anda mungkin juga menyukai