Hiperplasia Endometrium Jurnal PDF
Hiperplasia Endometrium Jurnal PDF
HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
II.1 Defenisi
Hiperplasia endometrium merupakan diagnosis histologi, yang ditandai dengan
proliferasi kelenjar endometrium sehingga rasio kelenjar-stroma lebih besar dibanding
endometrium yang normal.5,8
Proliferasi kelenjar tersebut sangat bervariasi baik ukuran maupun bentuk dan dapat
berupa hiperplasia atipik yang bisa berkembang menjadi atau timbul bersamaan
dengan kanker endometrium.5,8
II.2 Etiologi
Pemaparan estrogen yang terus menerus tanpa diikuti pemaparan progesteron
terhadap endometrium, dapat menyebabkan terjadinya hiperplasia endometrium. Efek
pemaparan estrogen tersebut pada sebagian kasus tergantung dari waktu dan dosis
pemaparan, tetapi tidak semua kasus berlaku demikian. Pada kasus lainnya juga
dipengaruhi oleh faktor individual dan hormon endogen maupun eksogen.5,8
Penelitian Horn dkk.( 2004 )10 menunjukkan bahwa pada kasus-kasus complex
hyperplasia sebanyak 2% akan berkembang menjadi kanker endometrium,
sedangkan pada kasus-kasus atypical hyperplasia akan berkembang menjadi
kanker endometrium sebanyak 52%.
Gambar 4. Atypical simple hyperplasia. Epitel dengan kelenjar atipik ( kiri ) hiperplasia dengan
sedikit kelenjar atipik ( kanan ).11
Hiperplasia endometrium yang jinak tidak hanya memiliki satu gambaran histopatologi,
namun menunjukkan gambaran yang dapat berubah – ubah dalam bentuk kombinasi
dan keparahannya yang mencerminkan durasi dan kuantitas pemaparan terhadap
unopposed estrogen. Gambaran histologinya memiliki karakteristik berupa remodelling
kelenjar yang iregular, dapat dijumpai trombi vaskular, peluruhan stroma ( stromal
breakdown ) dan perubahan sitologi yang menyebar acak. 12
II.4 Diagnostik
Hiperplasia endometrium merupakan diagnosis histologi oleh karena itu diperlukan
sampel jaringan endometrium untuk menegakkan diagnosanya. Dianjurkan dilakukan
biopsi endometrium untuk pada kasus-kasus :
1. Perdarahan uterus abnormal
Biopsi endometrium harus dilakukan pada setiap wanita dengan perdarahan uterus
abnormal yang dicurigai hiperplasia endometrium atau kanker endometrium.5,8
Gambar 5. Kateter suction endometrial. (A) Ujung kateter diinsersikan ke dalam fundus uteri. (B)
Saat kateter berada dalam kavum uteri, piston ditarik keluar. (C)Sambil diputer 3600, kateter ditarik
keluar dari fundus uteri dan OUI.13
Pada kasus-kasus berikut ini perlu dilakukan evaluasi diagnostik lebih lanjut untuk
memastikan ada atau tidaknya kanker endometrium :
3. Wanita postmenopause
Jika dijumpai hiperplasia endometrium pada wanita postmenopause yang tidak
obesitas dan atau tidak menggunakan terapi hormon pengganti, perlu dilakukan
pemeriksaan hormon estradiol dan estron dalam serum untuk menyingkirkan ada
tidaknya tumor ovarium yang memproduksi estrogen. Apabila kadar hormon
estrogen tersebut meningkat dapat dilakukan USG, CT scan atau MRI untuk menilai
kelenjar adrenal dan ovarium.8
Setelah pemberian terapi, jika siklus menstruasi belum kembali normal, dapat
diberikan terapi pencegahan seperti MPA 5 -10 mg perhari selama 12 sampai 14
hari setiap bulan. Dan apabila dijumpai perdarahan uterus yang abnormal ,
dilakukan biopsi ulang.5
Setelah pemberian terapi selama tiga bulan, harus dilakukan biopsi endometrium
ulang. Apabila pada pemeriksaan histopatologi hasil kuret keadaan tersebut
menetap selama tujuh hingga sembilan bulan, dapat dikatakan bahwa terapi
tersebut gagal, dan dianjurkan dilakukan tindakan histerektomi.5
Bila terjadi regresi pada endometrium setelah biopsi ulang, pemberian terapi
tergantung pada keinginan pasien tentang fungsi reproduksinya. Jika belum
menginginkan anak, dapat diberikan terapi progestin seperti megestrol acetate,
MPA, pil kontrasepsi oral, depot medroxyprogesterone acetate, atau kontrasepsi
intrauterin yang mengandung progestin. 5
Dianjurkan dilakukan biopsi endometrium ulang setiap enam hingga dua belas
bulan.5
mempertahankan mempertahankan
endometrium
Hiperplasia menetap
Normal atau
bulan
Hiperplasia
menetap
Histerektomi