Anda di halaman 1dari 46

TUGAS AKHIR MAKALAH EKONOMI MONETER

“ PERMINTAAN UANG “

( Sebagai Tugas Akhir untuk Memenuhi Mata Kuliah Ekonomi Moneter)

DISUSUN OLEH:
Muhammad Chairil (01031181722004)

Renjani Setyanengsi (01031181722007)

Ivana Amelia (01031181722020)

Widya Zahra Chairunnisa (01031181722021)

Vira Aprilia (01031181722104)

Meilina Lestari BR Sembiring (01031281722067)

Zahratunnisa (01031281722070)

Dosen Pengampu : Sri Andaiyani, SE., M.Si.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat segala pertolongan, petunjuk, serta hikmat dan kekuatan yang
Dia berikan, sehingga Kami “Kelompok I” dapat menyelesaikan Tugas
Makalah ini dengan baik. Adapun tujuan dari Membuat Makalah ini adalah
sebagai salah satu tugas akhir mata kuliah “EKONOMI MONETER” pada
jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi, Universitas Sriwijaya. Serta dapat
memperluas Wawasan dan Pengetahuan dari rekan-rekan Mahasiswa yang
lain dan pemahamanya tentang materi ini.

Oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis menyampaikan rasa


terima kasih kepada :

1. Ibu Sri Andaiyani, SE., M.Si, selaku dosen pengampu mata kuliah
Ekonomi moneter yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk
dalam menyusun tugas ini.
2. Rekan-rekan satu kelompok, atas segala kerjasama dan pertisipasinya
dalam proses terselesainya Makalah ini sehingga dapat selesai tepat
waktu.

Kami sebagai Penulis menyadari, masih banyak kekurangan –


kekurangan dalam pembuatan Tugas Makalah ini, karena keterbatasan
pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis, penulis juga menyadari
bahwa pembuatan Makalah ini akan mengalami banyak kesukaran tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk Tugas Makalah ini

Inderalaya , 14 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR............................................................................................... I

DAFTAR ISI............................................................................................................. II

BAB I

PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Masalah............................................................................................ 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 5

2.1 Uang.................................................................................................................. 5
2.1.1 Pengertian Uang............................................................................5
2.1.2 Sejarah Uang................................................................................... 4
2.1.3 Syarat-Syarat Suatu Benda Berfungsi Sebagai Uang.......5
2.1.4 Fungsi Uang..................................................................................... 7
2.1.5 Jenis –Jenis Uang...........................................................................9
2.2 Jumlah Uang Beredar................................................................................. 12
2.3 Permintaan Uang......................................................................................... 13
2.3.1 Pengertian Permintaan Uang...................................................13
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang.................13
2.4 Teori Permintaan Uang............................................................................. 14
2.4.1 Teori Permintaan Klasik.............................................................14
2.4.2 Teori Permintaan Uang Keynes...............................................18
2.4.3 Teori Permintaan Uang Setelah Keynes...............................19

BAB III

PENUTUP................................................................................................................ 21

3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 21
3.2 Saran................................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 23

LAMPIRAN.............................................................................................................. 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Dalam konsep permintaan perlu diperjelas mengenai definisi uang.


Terdapat beberapa definisi uang yang dikemukakan para ahli, uang
menurut A.C. Pigou (1949) adalah segala sesuatu yang umum
dipergunakan sebagai alat penukar sedangkan Robertson (1922)
mendefinisikan uang sebagai segala sesuatu yang umum diterima dalam
pembayaran barang-barang. Uang bagi manusia memiliki peran penting
dalam kehidupannya untuk melakukan kegiatan dalam bertransaksi
karena uang merupakan standar nilai, yaitu seluruh barang dan jasa
dapat dinilai dengan satuan uang.

Jumlah uang dalam suatu perekonomian termasuk jenis kekayaan


moneter lain, karena dipengaruhi oleh kondisi kelembagaan, peraturan
pemerintah, serta perkembangan teknologi. Pada kebijakan moneter,
permintaan uang memegang peran yang penting pula bagi
perekonomian. Telah terbukti dari aspek empiris maupun teoritis sebagai
literatur tentang permintaan uang. Menurut pendapat Friedman (1968),
kebijakan moneter dapat memberikan kontribusi dalam mencapai
stabilisasi ekonomi dengan mengendalikan besaran-besaran moneter
yang bergerak secara tidak terkendali (Sari, 2004).

Dalam kajian mengenai teori permintaan uang, ada beberapa


golongan yang berpendapat. Menurut Keynes (1936), salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat permintaan uang adalah keinginan
untuk bertransaksi. Dalam keinginan bertransaksi, hal yang berpengaruh
adalah pendapatan. Tingkat pendapatan nasional adalah merupakan
salah satu indikator tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi di
Indonesia dan juga dapat dijadikan cerminan kesejahteraan masyarakat.
Tingkat pendapatan mempengaruhi keinginan orang untuk bertransaksi.
Selain itu, tingkat bunga sangat berpengaruh terhadap perilaku
masyarakat untuk memilih memegang uang tunai atau surat-surat
berharga. Penekanan faktor tingkat bunga terhadap keinginan memegang
uang inilah yang memungkinkan analisis permintaan uang sebagai alat
untuk memperoleh keuntungan. Permintaan uang menurut Keynes, yaitu
permintaan uang sebagai alat transaksi dan permintaan uang untuk
spekulasi berjaga-jaga (Mandala & Rahardja, 2004).

1
Gambar 1: Hubungan Permintaan Uang M1 dengan Pendapatan
Nasional

Berdasarkan Gambar tersebut, pada bulan April 2008 pendapatan


nasional (Y) mengalami peningkatan sebesar 0.92 % yaitu sebesar
171,245 miliar rupiah. Berdasarkan gambar, M1 memiliki hubungan
positif dengan Y. pada bulan September 2012 hingga akhir Desember
2012, terjadi penurunan nilai Y dengan total sebesar 3,05%. Namun pada
M1 pada tahun yang sama terjadi peningkatan total sebesar 3.01 %
(Cindy, 2019).

Implikasi dari ketergantungan permintaan uang atas jumlah


pendapatan nasional adalah bahwa tingkat bunga akan bertambah bila
terjadi perubahan pendapatan nasional sebab pendapatan nasional
mempengaruhi permintaan uang. Dengan jumlah uang yang tetap,
berubahnya permintaan uang akan menyebabkan perubahan pada
tingkat bunga (Nopirin, 1992).

Pemerintah, dalam hal ini adalah Bank Indonesia dapat menempuh


suatu kebijakan moneter yang bertujuan untuk mencapai stabilitas
moneter. Tujuan tersebut tercantum dalam pasal 7 Undang-undang
Republik Indonesia No. 23 tahun 1999 yang sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 3 tahun 2004 tentang tujuan Bank Indonesia adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dengan ini diharapkan
dapat menentukan kebijakan yang tepat sehingga permintaan uang dan
penawaran uang dalam masyarakat tidak menggalami kekurangan, baik
jumlah yang diminta untuk transaksi, berjaga-jaga maupun digunakan
untuk spekulasi. Dengan berkurang jumlah uang yang diminta maka

2
dapat menghambat perekonomian negara, sebaliknya jika terjadi
kelebihan uang yang diminta akan dapat menimbulkan adanya inflasi
yang dapat menganggu aktivitas perekonomian nasional (Kristianto,
1985).

Ekonomi Indonesia saat ini optimis meningkat dengan pertumbuhan


ekonomi dan pendapatan nasional yang semakin tumbuh pesat. Salah
satu pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan
domestik yang masih akan menjadi penopang utama kinerja
perekonomian. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Hayati (2006) bahwa pada dekade 1990-an Indonesia mengalami
stagnasi perekonomian (bahkan kemerosotan ekonomi), namun seiring
berjalannya waktu dan roda perekonomian Indonesia kian membaik
yang ditunjukkan oleh meningkat pula pendapatan nasional tiap
tahunnya di awal dekade 2000-an. Sugiarto dan Sugandi (1994)
menyatakan bahwa studi tentang permintaan uang di Indonesia masih
menarik sehubungan dengan perkembangan kelembagaan di bidang
keuangan dan berbagai kebijakan akhir-akhir ini.

Dengan demikian, fenomena moneter permintaan uang menarik


untuk diteliti. Identifikasi besaran-besaran ekonomi yang mempengaruhi
permintaan uang melalui berbagai kajian teori, studi empiris dan
fenomena data yang akan menghasilkan model estimasi yang baik
merupakan manfaat tersendiri bagi pengembangan model dan teori
permintaan uang. Model estimasi permintaan dapat berperan dalam
menciptakan stabilitas moneter melalui estimasi pengadaan uang rupiah
yang menjadi kewenangan Bank Indonesia untuk mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran adalah merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan pembangunan ekonomi nasional. Sebuah perekonomian
yang kondusif memerlukan stabilitas moneter, jika stabilitas moneter
yang tercermin pada stabilitas inflasi terbangun maka transaksi bisnis
dapat direncanakan dan diperkirakan dengan baik. Bagi masyarakat,
target dan sasaran moneter tersebut dapat menjadi arah mengenai
kondisi perekonomian di 12 masa mendatang sehingga mereka dapat
melakukan perencanaan kegiatan ekonomi dengan lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Uang?
2. Apa yang dimaksud Permintaan Uang?
3. Apa saja teori yang mengkaji tentang Permintaan Uang?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi Permintaan Uang?

3
1.3 Tujuan Masalah
2. Untuk mengetahui tentang Uang.
3. Untuk mengetahui definisi Permintaan Uang.
4. Untuk mengetahui teori dalam Permintaan Uang.
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Permintaan Uang.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uang.
2.1.1 Pengertian Uang.
Robertson dalam bukunya Money menyatakan uang adalah
segala sesuatu yang umum diterima dalam pembayaran barang-
barang. Sedangkan R.S. Sayers dalam bukunya Modern Banking
menyatakan uang adalah segala sesuatu yang umum diterima
sebagai pembayaran utang. A.C. Pigou dalam bukunya the Veil of
Money menyatakan bahwa uang adalah segala sesuatu yang umum
dipergunakan sebagai alat penukar. Menurut Albert Gailor Hart
menyatakan uang adalah kekayaan dengan mana pemiliknya dapat
melunaskan utangnya dalam jumlah yang tertentu pada waktu itu
juga. (Pratama, 6:1997).

Selain itu, pakar ekonomi Indonesia juga memberikan


pemikirannya mengenai definisi uang. Kasmir misalnya, Ia
mendefinisikan uang secara luas sebagai sesuatu yang diterima
umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau
sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. (Kasmir,
13:2011).

Sedangkan menurut Veithzal uang adalah suatu benda yang


dapat ditukarkan dengan benda lain; dapat digunakan untuk
menilai benda lain sebagai alat hitung; dapat digunakan sebagai
alat penyimpan kekayaan, dan uang dapat juga digunakan untuk
membayar utang di waktu yang akan datang. (Veithzal, dkk,
4:2007).

Berbagai definisi mengenai uang di atas, dapat disimpulkan


secara keseluruhan bahwa yang dimaksud dengan uang adalah
sesuatu yang dapat diterima umum sebagai alat pembayaran
barang maupun jasa , alat penukar, dan alat yang digunakan untuk
membayar utang.

2.1.2 Sejarah Uang.


Manusia adalah makhluk social. Pada masyarakat yang
sederhana atau masyarakat primitif setiap anggota masyarakat
selalu berusaha untuk menghasilkan segala apa yang dibutuhkan.
Seiring berkembangnya zaman, uang yang kita kenal sekarang telah

5
mengalami proses perkembangan yang panjang. Pada mulanya
masyarakat belum mengenal pertukaran karena setiap orang
memenuhi kebutuhannya dengan usaha sendiri. Manusia berburu
jika ia lapar, membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan yang
sederhana, mencari buah-buhan untuk dikonsumsi sendiri,
singkatnya apa yang mereka peroleh itulah yang di manfaatkan
untuk memenuhi kebutuhannya. Perkembangan selanjutnya
menghadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa yang
diproduksi sendiri ternyata tidak cukup uuntuk memenuhi seluruh
kebutuhannya. Untuk memperoleh barang-barang yang tidak
dapatdi hasilkan sendri, mereka mencari orang yang mau
menukarkan barang yang dimilki dengan dengan barang lain yang
dibutuhkan. Akibatnya muncullah system Barter yaitu barang yang
ditukar dengan barang. Namun pada akhirnya, banyak kesuulitan-
kesulitan yang dirsakan dengan sistem ini. Diantaranya adalah
kesulitan untuk menemukan orang yang mempunyai barang yang
diinginan dan juga mau menukarkan barang yang dimilikiinya serta
kesulitan untuk memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu
sama lainnya dengan nilai pertukaran yang seimbang atau hampir
sama dengan nliainya. (Nawazirul, 2:1986).

Untuk mengatasi, mulailah timmbullah pikiran-pikiran untuk


menggunakan benda-benda tertentu untuk digubakan sebagai alat
tukar. Benda-benda yang di tetapkan sebgai alat pertukaran itu
adalah benda-benda yang diterima oleh umum. Benda-benda yang
merupakan kebutuhan primer sehari-hari seperti garam yang oleh
orang romawi digunakan sebagai alat tukar maupun sebagai alat
pembayaran upah. Pengaruh orang romawi tersebut masih
berpengaruh sampai sekarang. Meskipun alat tukar sudah ada,
kesulitan dalam pertukaran masih ada. Kesulitan-kesulitan itu
antara lain karena benda-benda yang dijadikan alat tukar belum
mempunyai pecahan sehingga penentuan nilai uang, penyimpanan
(stonger), dan pengangkutan (transportation) menjadi sulit
dilakukan serta timbul pula kesulitan akibat kurangnya daya tahan
benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau tidak tahan
lama.Kemudian muncul yang namanya uang logam. Logam dipilh
sebagai alat tukar karna memiliki nilai yang tinggi, sehingga
digemari umum, tahan lama dan tidak mudah rusak, mudah
dipecah dan tidak mengurangi nilai, dan mudah diipindah-
pindahkan. Logam yang dijadikan alat tukar tersebuut karena
memenuhi syarat-syarat tersebut yaitu emas dan perak. Uang

6
logam, emas dan perak juga disebut uang penuh (full bodied
money) artinya, nilai intrinsic (nilai bahan) uang sama dengannilain
nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut).
(Sadono, 2006)

2.1.3 Syarat-Syarat Suatu Benda Berfungsi Sebagai Uang.


Sebagaimana diketahui bahwa apa yang menjadikan sesuatu
menjadi uang adalah sangat tergantung pada pemilihan
masyarakat, hukum, dan sejarahnya. Walaupun pemilihan tentang
apa yang menjadikan sebagai uang tergantung pada faktor-faktor
tersebut, namun demikian ada beberapa kriteria atau karakteristik
tertentu yang dapat kiranya digunakan sebagai pedoman atau
acuan sehingga mata uang tersebut dipergunakan oleh masyarakat
sebagai alat pertukaran.

Menurut pendapat Iswardono (4-6:1981) terdapat beberapa


kriteria atau karakteristik dari mata uang, yaitu:

1. Acceptability and Cognizability.

Persyaratan utama dari uang adalah dapat diterima secara


umum dan diketahui secara umum. Diterima secara umum serta
penggunaannya sebagai alat tukar, penimbun kekayaan, standar
cicilan utang berkembang secara luas, karena kegunaan atau
manfaat dari uang untuk ditukarkan dengan barang-barang dan
jasa-jasa.

2. Stability of value.

Manfaat dari sesuatu yang menjadi uang memberikan adanya


nilai uang. Oleh karena itu, diperlukan untuk menjaga nilai uang
agar tetap stabil ataupun berfluktuasi namun dalam skala kecil. Jika
tidak demikian, uang tidak akan diterima secara umum, karena
masyarakat akan mencoba menyimpan kekayaannya dalam bentuk
barang-barang yang nilainya sudah barang tentu stabil. Apabila
mata uang di suatu negara berfluktuasi dengan nilainya yang relatif
tajam, maka dampaknya masyarakat dalam suatu negara tersebut
akan mengurangi fungsinya sebagai alat penukar dan satuan hitung.

3. Elasticity of supply.

Pada prinsipnya, jumlah uang yang beredar harus dapat


mencukupi kebutuhan dunia usaha atau perekonomian suatu

7
negara. Ketidakmampuan menyediakan uang dalam kaitannya
untuk mengimbangi kegiatan perekonomian akan mengakibatkan
perdagangan mengalami kemacetan atau menjadi kurang lancar,
dan pada akhirnya dapat menyebabkan pertukaran dilakukan
seperti pada perekonomian dengan sistem barter, dimana barang
akan ditukar dengan barang yang lain secara langsung oleh para
pihak yang bertransaksi. Kondisi ini sudah barang tentu harus
selalu diantisipasi oleh bank sentral sebagai pencipta uang tunggal,
yang mana bank sentral harus mampu mencermati perkembangan
perekonomian secara berkelanjutan dengan cara tetap harus
mampu memenuhi persediaan uang yang cukup bagi
perkembangan perekonomian di masyarakat. Begitu juga
sebaliknya apabila uang yang beredar dinilai terlalu banyak
jumlahnya dibandingkan dengan kegiatan perekonomian, maka
bank sentral harus dapat mengurangi jumlah uang yang beredar.
Jadi bank sentral harus senantiasa bertugas untuk menjamin
ketersediaan uang di masyarakat agar tetap baik atau bersifat
elastis.

4. Portability.

Secara prinsip, salah satu kriteria dari uang adalah harus


mudah dibawa untuk urusan atau kegiatan sehari-hari. Bahkan
untuk kegiatan transaksi dalam jumlah nominal yang besar
diharapkan dapat dilakukan dengan uang dalam jumlah fisik yang
kecil apabila nilai nominalnya besar.

5. Durability.

Sebagaimana diketahui bersama, dalam kehidupan sehari-hari


pada umumnya uang selalu berpindah dari satu tangan ke tangan
lain dengan suatu frekuensi perpindahannya yang relatif seringkali
terjadi. Oleh karena itu, nilai fisik uang haruslah dijaga agar jangan
lekas rusak atau robek, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
penurunan nilai dan merusakkan kegunaan moneter dari uang
tersebut. Oleh karena itu, pada umumnya uang dibuat dari bahan
kertas yang memiliki daya tahan yang cukup kuat.

6. Divisibility.

Uang digunakan untuk memperlancar berbagai transaksi, baik


dalam jumlah besar maupun kecil, sehingga uang dari berbagai nilai
nominal (satuan) harus dicetak dan diedarkan untuk mencukupi

8
dan memperlancar transaksi jual beli tersebut. Untuk menjamin
dapat ditukarkannya uang dengan yang lain, semua uang harus
dijaga agar tetap nilainya.

2.1.4 Fungsi Uang.


Uang memiliki beberapa fungsi dan memainkan berbagai
peranan dalam kegiatan perekonomian. Pada dasarnya fungsi-
fungsi uang secara umum adalah sebagai berikut :

a. Alat Satuan Hitung.

Salah satu fungsi uang yang umum adalah sebagai satuan


hitung “Unit of Account”. Satuan hitung dalam hal ini dimaksudkan
sebagai alat yang digunakan untuk menunjukkan nilai dari barang-
barang dan jasa yang dijual (dibeli), besarnya kekayaan serta
menghitung besar-kecilnya kredit atau hutang. Ringkasnya uang
dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan dalam menentukan
harga barang dan jasa. Seandainya tidak ada uang, maka akan
terjadi ketidakseragaman di dalam satuan hitung. Jika seseorang
memiliki mobil dan ia mengingikan membeli rumah, maka ia harus
menilai atau mengkonversi mobilnya dalam suatu nilai tertentu dan
kemudian mencari orang yang mau menerima mobilnya sebagai
penukar rumah. Agar transaksi dapat dilakukan dengan saling
memuaskan maka rumah perlu dikonversi dalam nilai mobil.
Misalnya disimpulkan transaksi dapat terjadi dengan 3 mobil
meperoleh 1 rumah. Dengan bantuan uang, pertukaran tersebut
dapat dengan mudah dilakukan. Dalam hal ini mobil dan rumah
dinilai dalam uang dan kemudian pertukaran dapat berlangsung
pada nilai uang yang disepakati. Dengan adanya uang yang
bertindak sebagai satuan hitung maka dengan mudah ditentukan
nilai tukarnya. (Pratama, 1997).

b. Alat Penukar.

Fungsi uang sebagai alat penukar (Medium of exchange)


mendasari adanya spesialisasi dan distribusi dalam memproduksi
suatu barang. Karena dengan adanya uang tersebut orang tidak
harus menukar barang yang diinginkan dengan barang yang
diproduksikannya tetapi langsung menjual produksinya di pasar
dan dengan uang yang diperolehnya dari hasil penjualan tersebut
dibelanjakan (dibelikan) kepada barang-barang yang
diinginkannya. (Pratama, 1997).

9
c. Penimbun Kekayaan.

Fungsi uang ini berkaitan dengan dua fungsi sebelumnya;


karena uang ternyata berfungsi sebagai alat kesatuan hitung dan
alat penukar, maka uang pada dirinya menyimpan suatu nilai,
sehingga orang ingin meyimpannya sebagai kekayaan, di samping
kekayaan-kekayaan dalam bentuk lainnya. (Pratama, 1997).

d. Standar Pencicilan utang.

Uang juga berfungsi sebagai standar untuk melakukan


pembayaran di kemudian hari, pembayaran berjangka atau
pencicilan utang. Penggunaan uang sebagai standar pencicilan
utang erat berkaitan dan bersamaan waktunya dengan penerimaan
masyarakat sebagai alat tukar maupun alat satuan hitung.
(Muchdarsyah, 8:1991).

2.1.5 Jenis – jenis Uang.


a. Uang barang (commodity money).
Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditi
atau bisa diperjualbelikan apabila barang tersebut digunakan
bukan sebagai uang. Sebagai medium of exchange terdapat tiga ciri
penting yang harus diperhatikan :

1) Kelangkaan (Scarcity).

Supply dari medium of exchange haruslah terbatas. Apabila


tidak, maka nilai pertukaran dari komoditi tersebut tidak ada.

2) Daya tahan (durability).

Jelas bahwa medium of exchange harus tahan lama dan hal


ini berhubungan dengan fungsi ketiga dari uang secara
konvensional yaitu sebagai store of value.

3) Nilai tinggi.

Sebagai medium of exchange sangatlah nyaman apabila


unit tersebut mempunyai nilai tinggi sehingga tidak
membutuhkan jumlah yang banyak (kuantitas) dalam
memerlakukan transaksi. Barang yang bisa dijadikan sebagai
uang pada zaman sekarang pada umumnya adalah logam mulia
seperti emas dan perak, karena kedua barang tersebut memiliki
nilai yang tinggi, langka, dan dapat diterima secara umum

10
sebagai alat tukar, emas dan perak ini juga dapat dipecah
menjadi bagian-bagian kecil dengan tetap mempunyai nilai
yang utuh, selain itu logam mulia juga tidak pernah susut dan
rusak yang mengakibatkan turunnya harga jual. (Adiwarman,
84-85:2010).

b. Uang logam (metalic money).

Penggunaan uang logam merupakan fase kemajuan dalam


sejarah uang. Logam pertama yang digunakan manusia sabagai alat
tukar adalah perunggu, besi, dan terakhir logam mulia emas dan
perak. Ketika volume perdagangan semakin meningkat dan meluas
yang meliputi perdagangan antar negara, muncullah penggunaan
emas dan perak sebagai uang.Pada awal penggunaan logam sebagai
alat uang, standar yang dipakai adalah timbangan. Hal ini
menimbulkan kesulitan, karena setiap akan melakukan transaksi
harus menimbang logam dulu. Melihat kesulitan itu negara
melakukan percetakan uang logam untuk mempermudah proses
transaksi. Dalam sejarah penggunaan uang logam ada dua sistem
yang dipergunakan, pertama gold standard, yaitu emas sebagai
standar nilai, kedua bimetallic (sistem dua jenis logam), yaitu emas
dan perak digunakan sebagai standar nilai. (Rozalinda, 289:2014).

c. Uang bank (bank money).

Uang bank disebut dengan istilah uang giral. yaitu uang yang
dikeluarkan oleh bank komersial melalui cek atau alat pembayaran
giro lainnya. Cek merupakan perintah yang ditunjukan oleh pemilik
deposit kepada bank untuk membayarkan kepadanya atau kepada
orang lain atau pemegangnya sejumlah uang. Uang giral in
merupakan simpanan nasaba bank yang dapat diambil setiap saat
dan dapat dipindahkan kepada orang lain untuk melakukan
pembayaran. Kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat
terhadap bank dalam memenuhi hak-hak mereka, itulah yang
mendorong orang-orang mengakui peredaran uang-uang bank. Cek
dan giro yang dikeluarkan oleh bank manapun bisa digunakan
sebagai alat pembayaran dalam transaksi barang dan jasa. Uang
jenis ini berkembang luas di negara - negara maju di mana
kesadaran terhadap sistem perbankan semakin meningkat.
(Rozalinda, 290:2014).

Kelebihan uang giral sebagai alat pembayaran adalah:

11
1) Kalau hilang dapat dilacak kembali sehingga tidak bisa
diuangkan oleh yang tidak berhak.

2) Dapat dipindah-tangankan dengan cepat dan ongkos yang


rendah.

3) Tidak diperlukan uang kembali sebab cek dapat ditulis


sesuai dengan nilai transaksi. (Mustafa, 242:2007).

d. Uang kertas (token money).

Uang kertas yang digunakan sekarang pada awalnya adalah


dalam bentuk banknote atau bank promise dalam bentuk kertas,
yaitu janji bank untuk membayar uang logam kepada pemilik
banknote ketika ada permintaan. Karena kertas ini didukung oleh
kepemilikan atas emas dan perak, masyarakat umum menerima
uang kertas ini sebagai alat tukar. Sekarang uang kertas menjadi
alat tukar yang berlaku di dunia internasional. Bahkan sekarang
uang yang dikeluarkan oleh bank sentral tidak lagi didukung oleh
cadangan emas. (Rozalinda, 291:2014)

Ada beberapa kelebihan penggunaan uang kertas dalam


perekonomian di antaranya mudah dibawa, biaya penerbitan lebih
kecil daripada uang logam, dapat dipecah dalam jumlah berapapun.
Namun pemakaian uang kertas ini mempunyai kekurang seperti
tidak terjaminnya stabilitas nilai tukar seperti halnya uang emas
dan perak yang mempunyai nilai tukar yang stabil. Disamping itu
jika terjadi percetakan uang kerta dalam jumlah yang berlebihan,
akan menimbulkan inflasi, nilai uang turun harga barang naik

2.2 Jumlah Uang Beredar.


Jumlah uang beredar adalah uang yang beredar di tangan
masyarakat. Uang beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1)
dan arti luas (M2) (Polontalo, Rotinsulu, & Maramis, 2016). M1 meliputi
uang kartal dan uang giral yang dipegang, sedangkan M2 meliputi M1 dan
uang kuasi. Uang kartal atau currency adalah uang kertas dan uang logam
yang dikeluarkan oleh otoritas moneter sebagai alat pembayaran yang
sah. Uang giral adalah simpanan milik sektor swasta domestic pada Bank
Indonesia (BI) dan Bank Umum yang setiap saat dapat ditarik untuk
ditukarkan dengan uang kartal sebesar nilai nominalnya. Uang giral
terdiri dari rekening giro rupiah milik penduduk, kewajiban segera

12
diantaranya berupa transfer dan remittance, tabungan, dan simpanan
berjangka yang telah jatuh tempo (Wahyu, 2017).

2.3 Permintaan Uang.


Konsep permintaan uang pada dasarnya mengandung makna
sebagai suatu keinginan masyarakat agar dapat mewujudkan sebagian
dari pendapatannya dalam bentuk uang kas. Kemampuan uang sebagai
alat tukar terhadap suatu barang dapat memberikan gambaran terkait
laju peredaran uang dalam masyarakat. Sedangkan laju peredaran uang
merupakan bagian penting dari kelancaran suatu kegiatan ekonomi (Ui,
Fauzie, Widodo, Nirmala, & Widodo, 2015).

2.3.1 Pengertian Permintaan Uang.


Permintaan uang adalah jumlah uang yang ingin dipegang oleh
masyarakat dan perusahaan secara keseluruhan. Permintaan uang
merupakan total permintaan uang dari seluruh rumah tangga dan
perusahaan dalam sebuah perekonomian. Menurut pandangan
ekonom klasik, uang hanya berfungsi sebagai alat tukar. Oleh
karena itu, jumlah uang yang diminta berbanding secara
proporsional dengan tingkat pendapatan masyarakat dalam suatu
perekonomian.

2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang.


a. Pendapatan Riil.
Pendapatan riil adalah pendapatan yang dihitung dengan
harga konstan. Semakin tinggi pendapatan, permintaan uang
akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh konsumsi dan
tabungan masyarakat akan bertambah seiring dengan
bertambahnya pendapatan masyarakat.

b. Tingkat Suku Bunga.


Tingkat Suku bunga adalah tingkat harga dari penggunaan
dana pinjaman. Suku bunga adalah salah satu indikator dalam
menentukan apakah seseorang akan berinvestasi atau
menabung (Boediono, 2014 : 76). Semakin tinggi suku bunga
maka permintaan uang untuk motif spekulasi akan berkurang.
Hal ini dikarenakan tingginya suku bunga akan membuat biaya
pinjaman uang untuk berspekulasi semakin bertambah besar.
Ketika tingkat suku bunga tinggi maka masyarakat akan
memilih menabung di bank daripada berspekulasi.

c. Tingkat Harga Umum.

13
Semakin tinggi tingkat harga umum maka permintaan
uang akan semakin bertambah. Karena harga barang dan jasa
akan bertambah besar dan untuk mendapatkan atau
membelinya diperlukan jumlah uang yang lebih besar sehingga
mengakibatkan permintaan uang juka semakin bertambah.

d. Fasilitas Kredit.
Semakin mudah fasilitas kredit atau cara masyarakat
meminjam uang maka akan memudahkan masyarakat
meminjam uang kepada bank sehingga semakin banyak jumlah
uang tunai yang diinginkan masyarakat. Sebaliknya, sulitnya
fasilitas kredit maka akan menurunkan keinginan masyarakat
meminjam uang. Hal ini akan mempengaruhi tingkat
permintaan uang.

2.4 Teori Permintaan Uang.

2.4.1 Teori Permintaaan Klasik.

Teori klasik adalah teori yang mengenai penawaran dan


permintaan uang serta interaksi antara keduanya. Pada teori ini
lebih difokuskan pada hubungan antara penawaran uang dengan
jumlah uang yang beredar dengan nilai uang atau tingkat harga.
Hubungan kedua variabel dijabarkan melalui konsep teori
mengenai permintaan uang. Perubahan jumlah uang beredar atau
penawaran uang berinteraksi dengan permintaan uang yang
selanjutnya akan menentukan nilai uang.

2.4.1.1 Teori Kuantitas Sederhana (David Ricardo).


Masalah nilai uang dipecahkan oleh Ricardo, yaitu
dengan hubungan lurus antara jumlah uang dengan harga
suatu barang. Ricardo menyimpulkan bahwa hubungan
antara jumlah uang dengan nilai uang memiliki hubungan
yang terbalik. Apabila pendapat dari Ricardo
dihubungkan dengan harga, hal tersebut dapat dinyatakan
bahwa ketika jumlah dari uang naik dua kali lipat maka
harga juga akan naik dua kali lipat dan sebaliknya.

Rumus : k.p atau P = 1/k.M

Dimana :

14
M = Jumlah uang beredar
P = Tingkat harga
K = Faktor proporsional yang konstan

Teori ini menyatakan bahwa jumlah uang dan tingkat


harga memiliki hubungan yang proporsional, yaitu
dengan rumus sebagai berikut :

P= f(M)

Apabila M mengalami kenaikan maka harga juga akan


mengalami kenaikan yang sama. Dari hal tersebut untuk
menjaga kestabilan dari harga diperlukan kebijakan
untuk menjaga stabilisasi dari jumlah uang yang beredar.
Teori kuantitas ini merupakan teori yang sederhana
karena pada teori ini tidak memperhatikan atau
memperhitungkan faktor apa saja yang mempengaruhi
cepatnya peredaran uang atau velocity (V). Teori ini tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya yang terjadi
dimasyarakat.

2.4.1.2 Teori Irving Fisher.

MV=PT

Pembeli dan penjual selalu ada dalam setiap


transaksi. Jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli dan
yang diterima oleh penjual harus sama jumlahnya. Nilai
dari barang yang dijual sama dengan volume dari
transaksi (T) dikali dengan rata-rata dari barang tersebut
(P). Disisi lain, nilai dari suatru barang yang
ditransaksikan haruslah sama dengan volume uang yang
ada dimasyarakat (M) dikali dengan rata-rata perputaran
uang dari satu tangan ke tangan lain. Dalam periode
tersebut, (Vt).MVt = PT merupakan suatu identitas dan
bukannlah teori moneter. Identitas tersebut
dikembangkan oleh Fisher menjadi teori moneter sebagai
berikut :

Vt (transaction velocity of circulation) merupakan


variabel yang ditentukan oleh faktor dari kelembagaan
yang ada di masyarakat, di dalam jangka pendek hal ini
disebut konstan. T merupakan volume dari transaksi pada

15
periode tertentu yang ditentukan oleh tingkat output dari
masyarakat (pendapatan nasional). Identitas tersebut
kemudia mentransformasikan ke dalam bentuk :

Md= 1 / Vt. PT Md

Permintaan akan uang atau kebutuhan uang


dimasyarakat merupakan proporsi tertentu 1/Vt dari nilai
transaksi (PT). Persamaan tersebut menunjukkan pada
posisi keseimbangan (equilibrium) di sektor moneter.

Md = Ms

Dimana Ms adalah supply dari uang beredar yang


ditentukan oleh pemerintah, menghasilkan persamaan
sebagai berikut :

Ms = 1/Vt . PT

Persamaan tersebut merupakan persamaan dimana


dalam jangka pendek perubahan dari tingkat harga umum
(P) sama dengan perubahan dari uang beredar secara
proporsional. Pada teori ini T ditentukan oleh tingkat
output keseimbangan yang selalu berada pada posisi “full
employment” (hokum say). Vt (transaction velocity of
circulation), timbulnya permintaan akan uang diakibatkan
oleh proses dari penggunaan uang sebagai alat transaksi.
Besar kecilnya nilai dari Vt yaitu ditentukan oleh seberapa
besar proses dari transaksi yang terjadi di masyarakat
pada suatu periode.
Sebagai penyempurnaan dari teori sebelumnya,
Irving Fisher menyatakan nilai uang ditentukan oleh 3
faktor, yaitu :
1. Jumlah uang beredar (M)
2. Cepatnya peredaran uang (V)
3. Jumlah uang yang diperdagangkan atau volume
barang yang diperdagangkan (T)
Rumus Fisher, transaction equation adalah:

MV = PT atau P = MV / T

2.4.1.3 Teori Cambridge Equation Of Exchange (Cambridge).


Teori yang dikemukakan oleh Cambridge sama halnya
dengan teori lain, yaitu teori Fisher dan teori klasik

16
lainnya. Dengan berpedoman pada fungsi dari uang
sebagai alat tukar umum. Teori-teori klasik berpendapat
bahwa permintaan uang di masyarakat karena kebutuhan
alat yang likuid sebagai tujuan untuk bertransaksi.
Perbedaan dari teori ini dengan teori yang dikemukakan
oleh Fisher terutama pada perilaku dari seseorang yang
akan mengalokasikan kekayaan yang dimilikinya dalam
berbagai bentuk, salah satunya yaitu dalam bentuk uang.
Perilaku seseorang tersebut dipengaruhi oleh
pertimbangan antara untung dan rugi dari pemegang
uang.
Teori Cambridge ini lebih menekankan pada faktor-
faktor yang memengaruhi perilaku dari seseorang
(mempertimbangkan untung dan rugi) yang dihubungkan
anatar permintaan uang dengan volume transaksi yang
direncanakan. Selain dipengaruhi oleh volume transaksi
dan kelembagaan yang ada, teori Cambridge menyatakan
bahwa permintaan uang juga dipengaruhi oleh tingkat
bunga, besar kekayaan yang dimiliki masyarakat dan
ramalan atau harapan dari masyarakat pada masa yang
akan datang. Di dalam jangka pendek, teori Cambridge
memiliki anggapan bahwa antara volume transaksi,
jumlah kekayaan, dan pendapatan nasional mempunyai
hubungan yang proporsional-konstan satu sama lain.
Pada teori ini menganggap bahwa cateris paribus
permintaan uang di masyarakat adalah proporsional
dengan pendapatan nasional.

MV= kPY

Y = pendapatan nasional riil


Supply dari uang (Ms) dianggap pemerintah yang
menentukan. Pada posisi keseimbangan dapat dituliskan
sebagai berikut :

Ms = Md sehingga Ms = k PY atau P = 1/k Ms Y

Jadi, cateris paribus dari perubahan tingkat harga (P)


berubah secara proporsional dengan perubahan yang
terjadi pada volume transaksi. Teori ini tidak memiliki
terlalu banyak perbedaan dengan teori yang dikemukakan
oleh Fisher, kecuali tambahan cateris paribus pada teori
ini. Pentingnya dari perbedaan tersebut walaupun dalam

17
jangka pendek karena tidak menutup kemungkinan
bahwa faktor-faktor seperti tingkat bunga dan ekspektasi
yang berubah pada teori Cambridge. Jika faktor-faktor
tersebut berubah maka k juga akan berubah. Teori
Cambridge mengatakan bahwa jika tingkat bunga naik
maka masyarakat akan cenderung mengurangi jumlah
uang yang mereka pegang, meskipun volume transaksi
yang mereka rencanakan tetap. Demikian juga faktor
ekspektasi yang ikut mempengaruhi tingkat bunga dimasa
yang akan datang, jika tingkat bunga tersebut naik maka
orang akan cenderung mengurangi jumlah surat berharga
yang dipegangnya dan menambah jumlah uang tunai yang
dipegang dan ini pula yang dapat memengaruhi “k” dalam
jangka pendek.

2.4.2 Teori Permintaan Uang Keynes.


Keynes dalam teorinya tentang permintaan uang kas
membedakan antara motif transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi.
Jadi, dia juga mengakui adanya motif transaksi hanya saja lebih
penting pengaruhnya terhadap ekonomi adalah motif spekulasi.
Keynes sependapat dengan pemikiran Cambridge, bahwa
dimana orang memegang uang untuk tujuan transaksi tergantung
dari tingkat pendapatan. Makin tinggi tingkat pendapatan maka
makin besar keinginan akan uang kas untuk transaksi (Arwin,
Muhammad, & Masbar, 2019). Seseorang atau masyarakat yang
tingkat pendapatannya tinggi biasanya melakukan transaksi yang
lebih banyak dibandingkan dengan seseorang atau masyarakatyang
pendapatannya rendah. Namun Keynes berbeda dengan kaum
klasik dalam hal penekanan dalam motif spekulasi dan peranan
tingkat bunga dalam menentukan permintaan uang untuk
spekulasi. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini menurut
Keynes ditentukan oleh tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga
maka makin rendah keinginan masyarakat akan uang kas untuk
tujuan spekulasi.
Menurut Keynes, antisipasi terhadap pengeluaran yang
direncanakan dan yang tidak direncanakan menyebabkan
seseorang akan memegang uang tunai lebih besar dari yang
dibutuhkan untuk tujuan transaksi, yaitu untuk tujuan berjaga-jaga.
Menurutnya, jumlah uang yang dipegang untuk tujuan berjaga-jaga
tergantung dari besarnya pendapatan, semakin tinggi pendapatan
maka semakin tinggi pula uang yang dipegang untuk tujuan
berjaga-jaga. Oleh karena itu, uang dengan tujuan transaksi dan

18
berjaga-jaga dipengaruhi oleh faktor yang sama maka biasanya
kedua variabel ini sering dijadikan satu menjadi permintaan uang
untuk tujuan berjaga-jaga.

2.4.3 Teori Permintaan Uang Setelah Keynes.


Terdapat dua teori permintaan uang setelah masa Keynes, yaitu
teori permintaan uang Baumol dan Tobin serta teori permintaan
uang menurut Friedman (Rohmah, 2018).

2.4.3.1 Teori Baumol-Tobin.


Teori ini merupakan teori setelah keynes. Menurut
Baumol dan Tobin, permintaan uang dipengaruhi tiga
motif yaitu motif transaksi, berjaga jaga dan spekulasi.
a. Motif transaksi.
Baumol dan tobin mengembangkan modelnya
dengan mengasumsikan seseorang menerima
pembayaran sekali dalam satu periode dan
menghabiskannya dalam satu periode juga.
Sehingga, uang hanya akan dipegang untuk
melakukan transaksi.

b. Motif berjaga jaga.


Seseorang akan memegang uang dilandasi
dengan motif transaksi yang akan terjadi dimasa
yang akan datang. Pada saat tingkat suku bunga
meningkat maka biaya peluang memegang uang
untuk berjaga jaga akan meningkat. Biaya peluang
ini merupakan hilangnya pendapatan dari suku
bunga.

c. Motif spekulasi.
Tobin mengasumsikan bahwa setiap orang
akan berusaha menghindari resiko. Secara tidak
langsung orang akan memegang sebuah obligasi
sebagai bentuk penyimpan kekayaan dengan
harapan obligasi tersebut dapat memberikan
manfaat dimasa yang akan datang.

2.4.3.2 Teori Friedman.


Friedman mengemukakan bahwa uang pada
hakikatnya merupakan salah satu bentuk kekayaan.
Menurut (Sidiq, 2005) permintaan uang dipengaruhi oleh
faktor faktor yaitu:

19
1. Tingkat Harga
2. Suku Bunga Obligasi
3. Suku Bunga 'equities'
4. Modal Fisik dan Kekayaan
Bedasarkan faktor faktor yang telah disebutkan
diatas, teori kuantitas modern yang diungkapkan oleh
friedman dinyatakan dalam persemaan sebagai berikut:

Md= f (P, r, rFC, Y)

Dimana:
Md= Permintaan uang nominal
P= Tingkat Harga
r= suku bunga
rFC= tingkat pengembalian modal dari modal fisik
Y= pendapatan dan kekayaan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Uang bagi manusia memiliki peran penting dalam kehidupannya
untuk melakukan kegiatan dalam bertransaksi karena uang merupakan
standar nilai, yaitu seluruh barang dan jasa dapat dinilai dengan satuan
uang. Jumlah uang dalam suatu perekonomian termasuk jenis kekayaan
moneter lain, karena dipengaruhi oleh kondisi kelembagaan, peraturan
pemerintah, serta perkembangan teknologi.
Pada kebijakan moneter, permintaan uang memegang peran yang
penting pula bagi perekonomian. Model estimasi permintaan dapat
berperan dalam menciptakan stabilitas moneter melalui estimasi
pengadaan uang rupiah yang menjadi kewenangan Bank Indonesia untuk
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran adalah
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pembangunan ekonomi
nasional.
Jumlah uang beredar adalah uang yang beredar di tangan
masyarakat. Permintaan uang adalah jumlah uang yang ingin dipegang

20
oleh masyarakat dan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu,
jumlah uang yang diminta berbanding secara proporsional dengan
tingkat pendapatan masyarakat dalam suatu perekonomian.
Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan uang antara lain
adanya keinginan untuk memegang uang atau motif memegang uang;
Tingkat pendapatan riil; Tinggi rendahnya tingkat bunga;
Adanya investasi atau pengembangan usaha sehingga membutuhkan
dana/uang; dan Tingkat harga yang berlaku di pasar. Kemudian tiga
motif yang mendasari adanya permintaan terhadap uang, menurut J.M.
Keynes ialah Permintaan uang untuk transaksi, Permintaan uang untuk
berjaga-jaga, Permintaan uang untuk spekulasi.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat kami
berikan sebagai berikut:
1. Pentingnya uang di dalam perekonomian suatu negara maka
penyediaan jumlah uang harus sesuai dengan yang dibutuhkan
masyarakat. Berdasarkan jumlah permintaan uang di masyarakat
tersebut maka dapat membantu Bank Indonesia sebagai otoritas
moneter dalam hal mencetak dan mengedarkan uang ke
masyarakat.
2. Perlunya otoritas moneter dalam hal ini Bank Indonesia untuk
menerapkan suatu kebijakan guna meningkatkan proporsi uang
giral. Dinegara – Negara yang telah maju perekonomiannya,
banyak yang menggunakan uang giral sebagai alat pembayaran.

21
DAFTAR PUSTAKA

 Abilawa, M. S., & Siddiq, R. (2016). Determinan permintaan uang di


indonesia, 6(1), 54–68.

 Aini, H. B., Tan, S., & Delis, A. (2016). Analisis Permintaan Uang Riil di
Indonesia, 4(1), 1–14.

 Aristiyowati, E. S., & Falianty, T. A. (2017). Peranan Perkembangan


Inovasi Finansial Sistem Pembayaran Dalam Mempengaruhi
Permintaan Uang Di Indonesia, (32), 404–426.
https://doi.org/10.24034/j25485024.y2018.v2.i3.128

 Ui, F. E., Fauzie, S., Widodo, A., Nirmala, T., & Widodo, T. (2015).
FAKTOR-FAKTOR MAKROEKONOMI YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN UANG DI INDONESIA. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, 16(1),
610–621.

 Wahyu, M. (2017). Pengaruh Tingkat Bunga, Penggunaan Teknologi


(APMK) dan Sistem Keuangan Inklusif Terhadap Permintaan Uang
Tunai di Indonesia Periode Tahun 2012-2016.

22
23
Lampiran I

1. Kurva Permintaan Uang

Gambar 1.1

2. Pergeseran Kurva Permintaan Uang.

Gambar 2.1

24
3. Teori Keynes.
a. Kurva permintaan uang menurut motif transaksi.

Gambar 3.1

b. Kurva permintaan uang menurut motif berjaga-jaga.

Gambar 3.2

25
c. Kurva permintaan uang menurut motif spekulasi.

Gambar 3.3

26
Lampiran II

SOAL

1. Sebutkan dan jelaskan tiga motif yang mendasari adanya permintaan


terhadap uang menurut J.M. Keynes?.

2. Jelaskan yang dimaksud dengan permintaan uang?.

3. Faktor- Faktor apa saja yang memengaruhi permintaan uang?.

4. Jelaskan secara singkat mengenai Teori Friedman?.

5. Diketahui data-data sebagai berikut:


M = 5000
V = 100
T = 1000
Bila M berubah menjadi 10.000, V dan T tetap menurut teori kuantitas
Irving Fisher. Maka tingkat harga P adalah…

27
JAWABAN

1. Tiga motif yang mendasari adanya permintaan terhadap uang menurut J.M.

Keynes :

a) Permintaan uang untuk transaksi. Kita menggunakan uang untuk


membeli barang dan jasa. Permintaan uang untuk transaksi memiliki
hubungan positif dengan pendapatan. Jika pendapatan naik, maka
permintaan uang untuk transaksi juga meningkat.
b) Permintaan uang untuk berjaga-jaga. Permintaan terhadap uang bisa
saja karena orang ingin berjaga-jaga terhadap suatu peristiwa yang
tidak dikehendaki.
c) Permintaan uang untuk spekulasi. Spekulasi artinya melakukan
sesuatu tindakan atas dasar ramalan perubahan nilai harta dimasa
depan. Jadi, spekulan berharap bahwa mereka akan mendapat
keuntungan dari peningkatan harga rumah, saham, atau emas di masa
depan.

1. Konsep permintaan uang pada dasarnya mengandung makna sebagai


suatu keinginan masyarakat agar dapat mewujudkan sebagian dari
pendapatannya dalam bentuk uang kas. Kemampuan uang sebagai alat
tukar terhadap suatu barang dapat memberikan gambaran terkait laju
peredaran uang dalam masyarakat. Sedangkan laju peredaran uang
merupakan bagian penting dari kelancaran suatu kegiatan ekonomi.

Permintaan uang adalah jumlah uang yang ingin dipegang oleh


masyarakat dan perusahaan secara ke seluruhan. Permintaan uang
merupakan total permintaan uang dari seluruh rumah tangga dan
perusahaan dalam sebuah perekonomian.

Menurut pandangan ekonom klasik, uang hanya befungsi sebagai alat


tukar. Oleh karena itu, jumlah uang yang diminta berbanding secara
proporsional dengan tingkat pendapatan masyarakat dalam suatu
perekonomian.Ini artinya, Jika tingkat pendapatan masyarakat meningkat,
maka permintaan uang juga meningkat, begitu juga sebaliknya. Semakin
tinggi tingkat pendapatan, maka semakin tinggi pula permintaan
terhadap uang.

28
2. Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang.
 Pendapatan Riil.
Pendapatan riil adalah pendapatan yang dihitung dengan harga
konstan. Semakin tinggi pendapatan, permintaan uang akan semakin
besar. Hal ini disebabkan oleh konsumsi dan tabungan masyarakat
akan bertambah seiring dengan bertambahnya pendapatan
masyarakat.

 Tingkat Suku Bunga.


Tingkat Suku bunga adalah tingkat harga dari penggunaan
dana pinjaman. Suku bunga adalah salah satu indikator dalam
menentukan apakah seseorang akan berinvestasi atau menabung
(Boediono, 2014 : 76). Semakin tinggi suku bunga maka permintaan
uang untuk motif spekulasi akan berkurang. Hal ini dikarenakan
tingginya suku bunga akan membuat biaya pinjaman uang untuk
berspekulasi semakin bertambah besar. Ketika tingkat suku bunga
tinggi maka masyarakat akan memilih menabung di bank daripada
berspekulasi.

 Tingkat Harga Umum.


Semakin tinggi tingkat harga umum maka permintaan uang
akan semakin bertambah. Karena harga barang dan jasa akan
bertambah besar dan untuk mendapatkan atau membelinya
diperlukan jumlah uang yang lebih besar sehingga mengakibatkan
permintaan uang juka semakin bertambah.

 Fasilitas Kredit.
Semakin mudah fasilitas kredit atau cara masyarakat
meminjam uang maka akan memudahkan masyarakat meminjam uang
kepada bank sehingga semakin banyak jumlah uang tunai yang
diinginkan masyarakat. Sebaliknya, sulitnya fasilitas kredit maka akan
menurunkan keinginan masyarakat meminjam uang. Hal ini akan
mempengaruhi tingkat permintaan uang.

3. Friedman mengemukakan bahwa uang pada hakikatnya merupakan salah


satu bentuk kekayaan. Menurut (Sidiq, 2005) permintaan uang
dipengaruhi oleh faktor faktor yaitu:
1. Tingkat Harga
2. Suku Bunga Obligasi
3. Suku Bunga 'equities'
4. Modal Fisik dan Kekayaan

29
Bedasarkan faktor faktor yang telah disebutkan diatas, teori kuantitas
modern yang diungkapkan oleh friedman dinyatakan dalam
persemaan sebagai berikut:

Md= f (P, r, rFC, Y)

Dimana:
Md= Permintaan uang nominal
P= Tingkat Harga
r= suku bunga
rFC= tingkat pengembalian modal dari modal fisik
Y= pendapatan dan kekayaan

4. Diketahui :
M = 5000

V = 100

T = 1000

Ditanya :

P? (M = 10.000)

Jawab :

MV = PT

10.000 x 100 = P x 100

P = 1000

30
Lampiran III

STUDI KASUS:

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG


DI INDONESIA PERIODE 2001-2015 DENGAN PENDEKATAN ERROR
CORRECTION MODEL (ECM)

(Saparuddin Mukhtar et.,al 2018)

Dalam perekonomian suatu negara atau wilayah, uang sangat memiliki


peranan yang sangat penting. Kesehatan perekonomian dapat tercermin dari
jumlah uang yang beredar dalam masyarakatnya. uang yang harus selalu
berputar dalam perekonomian, apabila terhambat maka perekonomian pun
akan menjadi redup. Agar fungsi uang ini bisa tetap berjalan seperti
sebagaimana mestinya, maka dibutuhkan suatu kebijakan oleh otoritas
moneter. Di Indonesia sendiri pernah mengalami krisis yang tergolong sangat
parah yakni pada tahun 1997 yang tidak saja berdampak pada industri
perbankan nasional tetapi juga menyeret perekonomian ke dalam
pertumbuhan ekonomi yang lambat (BI, 2017). Tidak sedikit bank-bank yang
sakit secara finansial tumbang dalam badai hempasan badai krisis tersebut.
Krisis moneter setidaknya berdampak langsung terhadap permintaan uang.

Pada tahun 2007 kebijakan moneter menghadapi tantangan dari


kuatnya dampak gejolakperekonomian global dan ekses likuiditas di pasar
uang domestik. Bank Indonesia menurunkanBI Rate untuk kemudian
dipertahankan tetap sampai mendekati akhir tahun. Kebijakan tersebut
diterjemahkan ke dalam operasional kebijakan moneter melalui pengelolaan
likuiditas dalam bentuk operasi pasar terbuka dan berbagai instrumen lain.
BI Rate telah ditransmisikan secara efektif dipasar finansial dan telah
menimbulkan optimisme pelaku ekonomi di sektor riil. Kondisi tersebut
didukung oleh memadainya likuiditas di perekonomian meskipun di pasar
uang masih mengalami peningkatan ekses likuiditas.

Perekonomian Indonesia yang berubah cepat dan semakin terbuka,


telah menyebabkan paradigma lama sistem pengendalian moneterdengan
sasaran kuantitas (monetary aggregates targetting) tersebut menjadi
semakin kurang relevan (Aulia, 2008). Adapun Tujuan penelitian untuk
mengetahui hubungan antara Produk Domestik Bruto dengan permintaan
uang; hubungan antara suku bunga dengan permintaan uang; hubungan

31
antara inflasi dengan permintaan uang; hubungan antara PDB, suku bunga,
dan inflasi terhadap permintaan uang.

Dalam penelitian ini menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi


permintaan uang di Indonesia dengan menggunakan Error Correction Model.
Error Correction Model adalah salah satu bentuk model yang digunkan untuk
mengetahui pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel bebas
terhadap variabel terikat. Sehingga dengan pendekatan korelasional ini, akan
dapat dilihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (PDB, Suku
Bunga, dan inflasi), yang mempengaruhi dan diberi simbol X1, X2 dan X3 dan
variabel terikat (permintaan uang) yang dipengaruhi dan diberi simbol Y.
Sedangkan dalam menganalisis data, dilakukan estimasi parameter model
regresi yang akan digunakan. Pengolahan datanya dilakukan dengan
menggunakan program E-Views.

Hasil dari uji coba tersebut maka dalam jangka pendek estimasinya
yaitu: variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap permintaan
uang. Sehingga perubahan inflasi 1% akan menyebabkan perubahan
permintaan uang sebesar 0,6274. Sedangkan variabel suku bunga
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan uang. Sama
halnya variabel PDB yang juga tidak berpengaruh signifikan terhadap
permintaan uang. Ini menunjukkan bahwa masyarakat masih belum yakin
dan percaya terhadap sistem penyimpanan uang di bank, atau keadaan inflasi
yang sensitif terhadap permintaan uang dikarenakan kebutuhan masyarakat
akan uang cenderung banyak untuk memenuhi harga kebutuhan yang
dipengaruhi oleh inflasi.

Sedangkan hasil estimasi jangka panjang sebagai berikut: variabel


inflasi bepengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan uang.
Perubahan yang terjadi pada variabel inflasi sebesar 1% akan mengakibatkan
kenaikan permintaan uang sebesar 0,3276%. Lalu variabel suku bunga
berpengaruh negatif dan signifikan dimana setiap perubahan suku bunga
sebesar 1% akan berdampak pada perubahan permintaan uang sebesar
2,8632%. Hal ini sesuai dengan teori uang dengan motif spekulasi dimana
suku bunga sangat mempegaruhi minat dan keinginan masyarakat untuk
menambah nilai uang yang dimiliki dengan cara menyimpan uang di bank
dan mendapatkan keuntungan atau dengan mengubah uang menjadi bentuk
yang lain seperti saham, obligasi dan lain sebagainya. Dan untuk variabel PDB
berpengaruh signifikan juga terhadap permintaan uang, dimana setiap
perubahan PDB sebesar 1% akan berdampak pula terhadap permintaan uang
sebesar 1,4285%. Hal ini menunjukan bahwa PDB yang berpengaruh
signifikan terhadap permintaan uang sesuai dengan motif uang sebagai

32
berjaga-jaga. Dimana masyarakat dengan pendapatan yang besar akan
cenderung menyiapkan uang untuk berjaga-jaga yang besar pula.

33
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG
DI INDONESIA PERIODE 2010.1 – 2017.4

(Fahrurrazi Polontalo et.,al 2018)

Kegiatan ekonomi tidak terlepas dari adanya interaksi dalam pasar,


yang dimana mempertemukan antara permintaan dan penawaran. Untuk
mewadahi kegiatan teserbut dibutuhkan suatu alat transaksi yang
mempunyai nilai yang dapat mengukur harga dari suatu barang atau jasa
tersebut. Kehadiran uang sudah melembaga dalam masyarakat, sehingga
segala aktivitas masyarakat dipengaruhi, diukur dan banyak ditentukan oleh
uang. Bagi perekonomian uang seperti darah yang mengalir dalam tubuh
manusia ketika terhambat maka fungsi organ tubuh tidak akan berjalan
sebagai mana mestinya dan manusia akan menjadi sakit karenanya. Uang
yang beredar pada masyarakat yaitu uang kartal, uang giral, dan uang kuasi.
Dalam perkembangannya, jumlah uang yang beredar yang ada di Indonesia
tidak tertutup kemungkinan untuk mengalami kenaikan atau penurunan
jumlah uang beredar. Dengan mengetahui jumlah permintaan uang di
masyarakat maka dapat membantu Bank Indonesia sebagai otoritas moneter
dalam hal mencetak dan mengedarkan uang ke masyarakat. Dengan melihat
hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa permintaan uang mempunyai
peranan yang penting terutama berkaitan dengan pemilihan kebijakan
moneter yang dilakukan oleh bank sentral.

Jumlah Uang Beredar Uang beredar dapat didefinisikan dalam arti


sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang
masyarakat dan uang giral, sedangkan M2 meliputi M1, dan uang kuasi. Uang
kartal/currency adalah uang kertas dan uang logam yang dikeluarkan oleh
otoritas moneter sebagai alat pembayaran yang sah. Uang giral adalah
simpanan milik sektor swasta domestik pada Bank Indonesia (BI) dan Bank
Umum (BPR saat ini tidak dapat menghimpun dana dalam bentuk giro) yang
setiap saat dapat ditarik untuk. ditukarkan dengan uang kartal sebesar nilai
nominalnya. Uang giral terdiri dari rekening giro rupiah milik penduduk,
kewajiban segera diantaranya berupa transfer dan remittance, tabungan, dan
simpanan berjangka yang telah jatuh tempo. Dalam hal ini tidak termasuk
giro yang diblokir.

Produk Domestik Bruto (PDB). Pertumbuhan Domestik Bruto


(PDB) adalah nilai pasar semua barang serta jasa yang diroduksi oleh suatu
negara pada janggka waktu periode tertentu.Pengertian Produk Domestik
Bruto (PDB) adalah salah satu cara menghitung pendapatan nasional.

34
Pertumbuhan Domestik Bruto berbeda dengan produk nasional bruto karena
memasukkan pendapatanpendapatan yang berasal dari faktor produksi luar
negeri yang bekerja di negera tersebut. Pada intinya, Pertumbuhan Produk
Domestik Bruto adalah nilai moneter dari seluruh produksi barang yang
diproduksi oleh negara pada periode tertentu.

Tingkat Bunga. Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang
diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang
membeli atau menjual produknya. Bunga bagi bank juga dapat diartikan
sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan)
dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (Kasmir , 2014 :
154).

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara


umum dan terus menerus (Sukirno, 2000). Akan tetapi bila kenaikan harga
hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila
kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari
harga barang-barang lain. (Boediono, 1998).

Metode Analisis Model penelitian yang digunakan dalam penelitian


ini adalah ECM (Error Correction Model).ECM merupakan teknik untuk
mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka
panjang yaitu untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan produk domestik
bruto dan pertumbuhan tingkat bunga terhadap pertumbuhan jumlah
tabungan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
analisis sekunder. Pengelolahan data dalam penelitian ini menggunakan
program Microsoft Excel 2010 dan Eviews 8.

Interpretasi Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Pertumbuhan


Jumlah Uang Beredar

Secara teori, pendapatan riil dalam negeri memiliki pengaruh positif


terhadap permintaan uang, yang artinya ketika terjadi peningkatan
pendapatan riil akan, permintaan uang juga akan naik. Berdasarkan hasil
penelitian, dalam jangka pendek pendapatan riil atau variabel PDB
berpengaruh positif sesuai dengan teori namun tidak signifikan secara
statistic terhadap permintaan uang atau variabel jumlah uang beredar pada
tahun 2010:Q1 – 2017:Q4. Ini sesuai dengan hasil penelitian Oni Setiadi
(2013), Arief Widodo (2015), dan Halia Butra aini (2016) yang menyatakan
bahwa dalam jangka pendek variabel PDB tidak signifikan terhadap variabel
jumlah uang beredar. Tetapi, hasil penelitian dari Hida Supriyanto (2014)
menyatakan bahwa dalam jangka pendek variabel PDB berpengaruh
signifikan terhadapvariabel jumlah uang beredar. Ini bisa berarti bahwa

35
disaat terjadi kenaikan pendapatan riil pada jangka pendek belum secara
langsung mempengaruhi masyarakat untuk melakukan permintaan uang.

Dalam jangka panjang, berdasarkan hasil penelitian variabel produk


domestik bruto berpengaruh positif sesuai dengan teori dan signifikan
terhadap variabel jumlah uang beredar. Hal Ini sesuai dengan penelitian dari
Oni Setiadi (2013), Arief Widodo (2015), Halia Butra Aini (2016), dan Hilda
Supriyanto (2014) yang menyatakan bahwa variabel PDB berpengaruh positif
sesuai dengan teori dan signifikan terhadap variabel jumlah uang beredar.
Pendekatan teori klasik oleh para ekonom beraliran klasik juga beranggapan
bahwa permintaan uang murni didasarkan pada kebutuhan untuk melakukan
transaksi. Dari teori ini melahirkan kesimpulan bahwa permintaan uang
untuk kebutuhan transaksi sangat tergantung pada tingkat pendapatan.

Interpretasi Pengaruh Inflasi Terhadap Jumlah Uang Beredar

Berdasarkan teori, inflasi berpengaruh positif terhadap permintaan


uang, yang berarti jika terjadi kenaikan pada inflasi akan mempengaruhi
permintaan uang untuk naik. Berdasarkan hasil penelitian, dalam jangka
pendek variabel inflasi berpengaruh positif sesuai dengan teori namun tidak
signifikan terhadap variabel jumlah uang beredar. ini tidak sesuai dengan
penelitian dari Arif Widodo (2015) dan Oni Setiadi (2013) yang menyatakan
bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel
jumlah uang beredar. Ini bisa berarti bahwa dalam jangka pendek ketika
terjadi kenaikan inflasi masyarakat belum langsung melakukan permintaan
uang.

Dalam jangka panjang, berdasarkan hasil penelitian variabel inflasi


berpengaruh positif terhadap variabel jumlah uang beredar sesuai dengan
teori tetapi variabel inflasi tidak signifikan terhadap variabel jumlah uang
beredar. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian dari Arif Widodo
(2015) dan Oni Setiadi (2013) yang menyatakan bahwa dalam jangka
panjang variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah
uang beredar. Ini bisa terjadi bahwa dalam jangka panjang ketika terjadi
kenaikan inflasi masyarakat lebih memilih untuk menunda dalam melakukan
konsumsi, dan memilih untuk melakukan konsumsi ketika inflasi turun.

PERANAN PERKEMBANGAN INOVASI FINANSIAL SISTEM PEMBAYARAN


DALAM MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

36
(Endah Siska Aristiyowati dan Telisa Aulia Falianty, 2018)

Inovasi finansial adalah tindakan menciptakan dan mempopulerkan


instrument finansial baru, serta institusi, market dan teknologi finansial yang
baru, inovasi finan- sial juga telah menjadi economic landscape dalam
beberapa dekade terakhir (Tufano, 2003). Dalam penelitiannya, Tufano
(2003) menyebutkan bahwa terdapat dua tipe atau kategori inovasi finansial
yaitu inovasi dari sisi produk dan inovasi dari sisi proses.

Inovasi finansial dari sisi produk antara lain yaitu instrumen keuangan
dengan contoh produk derivative. Sedangkan untuk inovasi finansial dari sisi
proses terdiri dari beberapa kategori yaitu kategori pertama adalah cara
inovatif untuk mendistribusikan produk keuangan seperti sekuritisasi dan
credit scoring, kategori kedua yaitu metode inovatif untuk transaksi finansial
atau keuangan seperti business reporting, dan electronic financial analysis.
Kategori ketiga yaitu new payment techniques atau teknik pembayaran baru
yang mencakup sistem pembayaran berupa ATM, internet banking,
debitataucredit card, e-money, dan e-bills pay.

Salah satu inovasi finansial yang termasuk kategori proses dan


berkembang pesat dalam dua dekade terakhir ini adalah inovasi finansial
dalam sistem pembayaran. Inovasi finansial sistem pembayaran di Indonesia
terdiri dari Sistem Pembayaran Nilai besar yang meliputi Real Time Gross
Settlement (RTGS) dan Kliring, kemudian Sistem Pembayaran retail yang
terdiri dari instrumen ATM atau Debit Card, Credit Card, E-money, direct
debit, credit transfer dengan infrastruktur yaitu mesin ATM, EDC, Inter- net
dan mobile banking serta branchless banking. Tipe inovasi sistem
pembayaran juga disebut sebagai sistem pembayaran non tunai.

Penggunaan sistem pembayaran telah digunakan secara luas terutama


dalam tiga sampai lima tahun terakhir. Instrumen sistem pembayaran yang
meliputi alat pem- bayaran menggunakan kartu, mengalami peningkatan
cukup pesat yaitu untuk nilai transaksi kartu debet pada tahun 2016 adalah
sebesar Rp 155,4 triliun, atau me- ningkat sebesar 237% dari tahun 2009,
nilai transaksi kartu kredit tahun 2016 adalah sebesar Rp 26.3 triliun,
meningkat sebesar 171% dari tahun 2009, kemudian nilai transaksi e-money
pada tahun 2016 adalah Rp749 miliar atau meningkat sebesar 3.361 % dari
tahun 2009. Disamping itu dalam dua belas tahun terakhir juga terdapat
penurunan komposisi currency (Uang kartal di luar Bank Umum dan BPR)

37
yang merupakan komponen dari M1 (uang dalam arti sempit) dari sebesar
44.3% % di tahun 2004 menjadi 41,06% di tahun 2016.

Perkembangan inovasi keuangan berbasis teknologi pada sektor


perbankan memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan
produk perbankan yang lebih mudah digunakan oleh nasabah dan
mengurangi biaya dalam melakukan transaksi perbankan. Namun,
perkembangan inovasi finansial di sektor perbankan memiliki pengaruh pada
permintaan uang. Estimasi fungsi permintaan uang menggunakan
pendekatan teori money demand tradisional dengan tidak mengikutsertakan
variabel inovasi finansial, dapat membuat money demand misspecified,
kemudian penetapan mekanisme kebijakan moneter juga bergantung kepada
stabilitas dan predictability dari fungsi demand for money (Arrau dan
Gregorio, 1993). Oleh karena itu, penelitian mengenai pengaruh inovasi
finansial sistem pembayaran terhadap permintaan uang (currency dan M1)
sangat penting dilakukan mengingat perannya dalam proses penetap- an
kebijakan moneter.

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu mengidentifikasi interaksi dinamis


inovasi finansial sistem pembayaran terhadap permintaan currency, dan
permintaan uang dalam arti sempit (M1), serta mengindentifikasi proxy atau
indikator yang sesuai untuk mengukur inovasi finansial sistem pembayaran.
Penelitian ini sangat dibutuhkan agar pembuat kebijakan dapat menetapkan
instrumen dan kebijakan moneter yang tepat dengan telah
mempertimbangkan kemajuan teknologi yang termasuk ke dalam inovasi
finansial sistem pembayaran.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan


bahwa secara umum perkembangan inovasi finansial sistem pembayaran
dapat mempengaruhi currency, dan permintaan uang dalam arti sempit (M1)
untuk periode tahun 2007 sampai dengan tahun 2017. Pengaruh per-
kembangan inovasi finansial sistem pem- bayaran terhadap permintaan
currency serta permintaan uang dalam arti sempit (M1) dapat dijelaskan
sebagai berikut:

Pertama, hasil estimasi pengaruh ino- vasi finansial sistem


pembayaran terhadap currency dan M1 dimana pengaruh inovasi finansial
sistem pembayaran terhadap currency dan M1 adalah negatif, sesuai dengan
Teori Baumol (1952) dan Tobin (1956) dan teori yang disampaikan Lippi dan
Secchi (2009) yang menyatakan bahwa dengan adanya peningkatan teknologi
dapat mengurangi biaya transaksi sehingga currency dan M1 yang
dibutuhkan juga menurun.

38
Ketiga, perkembangan inovasi finansial sistem pembayaran
menurunkan perminta- an M1, hal ini sesuai dengan hasil estimasi yaitu
dengan menggunakan proxy volume transaksi, peningkatan penggunaan
electro- nic money menurunkan permintaan akan M1, kemudian dengan
menggunakan proxy rasio inovasi sistem pembayaran terhadap GDP ,
peningkatan penggunaan kartu kredit dan electronic money menurunkan
permintaan M1, selanjutnya dengan menggunakan proxy nilai transaksi,
peningkatan penggunaan A TM atau kartu debet menurunkan per- mintaan
M1, dan dengan menggunakan proxy rasio inovasi sistem pembayaran ter-
hadap M1, peningkatan penggunaan kartu kredit menurunkan permintaan
akan M1.

Ketiga, perkembangan inovasi finansial sistem pembayaran


menurunkan perminta- an M1, hal ini sesuai dengan hasil estimasi yaitu
dengan menggunakan proxy volume transaksi, peningkatan penggunaan
electro- nic money menurunkan permintaan akan M1, kemudian dengan
menggunakan proxy rasio inovasi sistem pembayaran terhadap GDP ,
peningkatan penggunaan kartu kredit dan electronic money menurunkan
permintaan M1, selanjutnya dengan menggunakan proxy nilai transaksi,
peningkatan penggunaan A TM atau kartu debet menurunkan per- mintaan
M1, dan dengan menggunakan proxy rasio inovasi sistem pembayaran ter-
hadap M1, peningkatan penggunaan kartu kredit menurunkan permintaan
akan M1.

Keempat, proxy yang sesuai untuk mengukur hubungan antara inovasi


finan- sial sistem pembayaran dengan permintaan uang dalam arti sempit
(M1) berdasarkan speed of adjustment yang tercepat adalah menggunakan
nilai transaksi, menggunakan volume transaksi, serta rasio inovasi finansial
sistem pembayaran terhadap GDP .

ANALISIS PERMINTAAN UANG RIIL DI INDONESIA

(Halia Butra Aini et.,al 2016)

39
Uang beredar sering dikaitkan dengan suku bunga, pertumbuhan
ekonomi, dan perkembangan harga. Fenomena yang terjadi di Indonesia
menunjukan pada saat jumlah uang beredar meningkat cenderung
mendorong kenaikan harga barang- barang secara umum, sehingga
mengakibatkan inflasi. Sebaliknya, ketika jumlah uang beredar menurun,
kegiatan ekonomi akan melambat yang berujung pada penurunan tingkat
produksi yang kemudian diikuti kenaikan harga barang.

Perkembangan historis perkonomian Indonesia, menunjukan ketika


permintaan uang tidak terkendali, mengakibatkan memburuknya
perekonomian secara menyeluruh. Peningkatan jumlah uang beredar yang
berlebihan menyebabkan peningkatan harga yang terjadi melebihi tingkat
harga yang diharapkan, sehingga akan mengganggu laju pertumbuhan
ekonomi. Begitu pula sebaliknya, jika peningkatan jumlah uang beredar
menurun akan menyebabkan kelesuan perekonomian, dan jika hal tersebut
terjadi, maka tingkat kesejahteraan masyarakat akan menurun .
Perekonomian dapat berkembang apabila jumlah uang beredar selaras
dengan permintaan uang.

Pertumbuhan ekonomi memerlukan pertumbuhan uang atau


likuiditas yang cukup. Namun laju pertumbuhan uang yang terlalu cepat
dapat memberikan dampak kurang baik dalam perekonomian. Perubahan
jumlah uang beredar dapat mempengaruhi kestabilan harga. Pertumbuhan
jumlah uang beredar yang terlalu cepat tanpa diimbangi pertambahan
produksi dapat menyebabkan inflasi. Berlimpahnya jumlah beredar yang
melebihi kebutuhan untuk transaksi akan mendorong masyarakat untuk
melakukan spekulasi terhadap valuta asing yang akan dapat menimbulkan
pelemahan nilai rupiah. Tetapi sebaliknya, apabila peningkatan produksi
lebih cepat dari pada pertumbuhan jumlah uang beredar akan
mengakibatkan deflasi. Hal tersebut akan mengakibatkan pendapatan dunia
usaha akan menurun dan akan berdampak negatif pada pertumbuhan
ekonomi.

Penelitian yang penulis lakukan memiliki tujuan sebagai berikut: 1.


Menganalisis dinamika peredaran uang dalam perekonomian di Indonesia. 2.
Mengestimasi pengaruh shock variable variable produk domestik bruto,
inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga terhadap permintaan uang riil di
Indonesia. 3. Menganalisis hubungan saling keterkaitan antar variabel
variable produk domestik bruto, inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga
terhadap permintaan uang riil di Indonesia.

40
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif runtut waktu (time
series) berupa data per bulan (monthly) yang dikumpulkan dari tahun
2011:M1 s.d. 2015:M12 dengan pertimbangan kekinian dan pada masa
tersebut sudah dapat mewakili dinamika perekonomian Indonesia terbaru.
Sumber data yang didapat dari masing-masing variabel adalah Bank
Indonesia dan Badan Pusat Statistik.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


metode analisis statistik dengan persamaan model VECM (vector error
correction model) yang terdiri dari pengujian awal variabel dengan
menggunakan uji akar unit yang menggunakan uji Augmented Dickey Fuller.
Jika data stasioner ditingkat level maka dilanjutkan dengan persamaan VAR
biasa (unrestricted VAR) yang terdiri dari dua persamaan guna menentukan
ordo VAR yang optimal dan dilanjutkan dengan uji kointegrasi menggunakan
metode Johansen. Tahap terakhir adalah melakukan estimasi- estimasi yang
menyertai metode VAR dan VECM, yaitu uji kausalitas, fungsi respon terhadap
shock (Impulse Response Function/IRF), dan dekomposisi varian (Forecast
Error Variance Decomposition/FEVD)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan searah antara


permintaan uang riil terhadap tingkat suku bunga, antara PDB terhadap Kurs
dan tingkat suku bunga, antara Inflasi terhadap Kurs. Terakhir, terdapat
hubungan dua arah antara PDB dan permintaan uang riil, hubungan dua arah
antara Inflasi dan permintaan uang riil, hubungan dua arah antara PDB dan
Inflasi, hubungan dua arah antara tingkat suku bunga dan Inflasi serta
hubungan dua arah antara tingkat suku bunga dan Kurs.

Hasil penelitian ini juga menunjukan PDB tidak signifikan


mempengaruhi permintaan uang. Variabel Kurs berpengaruh positif dan
signifikan mempengaruhi permintaan uang riil dalam jangka pendek.
Sedangkan tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
permintaan uang riil. Permintaan uang riil di Indonesia dalam jangka panjang
dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh variabel PDB. Sedangkan
variabel Kurs dan suku bunga berpengaruh negatif.

41
STRUCTURAL BREAKS DAN KETIDAKSTABILAN PERMINTAAN UANG DI
INDONESIA

(Deviyantini, Sugema, & Irawan, 2017)

Permintaan uang mengacu pada jumlah uang yang dipegang oleh


seseorang dalam periode tertentu untuk membiayai transaksi keuangan
mereka (Dritsakis, 2012). Jumlah permintaan uang di suatu negara
cenderung berfluktuasi dari waktu ke waktu bergantung pada aktivitas dari
para pelaku ekonomi di negara tersebut. Di Indonesia, pertumbuhan uang
cenderung bersifat fluktuatif. Kondisi tersebut merupakan dampak dari
terjadinya krisis finansial global yang muncul akibat terjadinya krisis
subprime mortgage di Amerika Serikat. Berdasarkan hal tersebut, otoritas
moneter perlu mempertimbangkan faktor internasional, disamping faktor
domestik sebagai faktor yang memengaruhi kuantitas permintaan uang
domestik di negara yang bersangkutan.

Mengingat begitu banyaknya faktor-faktor yang memengaruhi


permintaan uang pada negara dengan sistem perekonomian terbuka, hal ini
tentunya akan memengaruhi kestabilan fungsi permintaan uang. Di sisi lain,
stabilitas permintaan uang mempunyai peran penting dalam menentukan
kebijakan moneter di suatu negara. Apabila fungsi permintaan uang tidak
stabil, maka hal ini akan memengaruhi efektivitas kebijakan moneter di
negara tersebut.

Selain karena banyaknya faktor yang memengaruhi fungsi permintaan


uang, ketidakstabilan fungsi permintaan uang, secara teknis juga dapat
disebabkan oleh perubahan struktural yang terjadi dalam fungsi permintaan
uang tersebut. Pada suatu analisis dengan penggunaan periode yang cukup
panjang terdapat fenomena maupun peristiwa yang dapat menimbulkan
suatu guncangan bagi perekonomian. Guncangan tersebut dapat berasal dari
dalam negeri ataupun dunia internasional. Oleh sebab itu, seringkali terdapat
breaks pada titik-titik waktu tertentu.

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui


stabilitas model permintaan uang di Indonesia dengan mempertimbangkan
keberadaaan structural breaks. Di sisi lain, penelitian ini juga akan melihat
penyebab dari perubahan struktural yang menyebabkan fungsi permintaan
unag menjadi tidak stabil. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

42
adalah uji akar unit dengan menggunakan Zivot and Andrews Test (ZA Test)
dan Augmented Dickey Fuller Test (ADF Test). ZA Test digunakan untuk
mengetahui periode breaks yang terjadi pada masing-masing variabel.
Sementara itu, untuk menentukan order of integration digunakan ADF Test.
Dalam uji kointegrasi untuk mennetukan keseimbangan jangka panjang,
dalam penelitian ini akan menggunakan Gregory and Hansen Test (GH Test)
yang melibatkan breaks ke dalam proses analisisnya. Apabila, dari hasil uji
diperoleh bukti bahwa fungsi permintaan uang tidak memiliki hubungan
keseimbangan jangka panjang, atau dengan kata lain tidak stabil, maka akan
digunakan state space model, khususnya model Time Varying Parameter
(TVP).

Berdasarkan hasil ZA test dan GH test, dapat diketahui bahwa breaks


yang terjadi secara umum akibat dari ketidakseimbangan yang terjadi dalam
perekonomian global. Negara Indonesia merupakan negara dengan sistem
perekonomian terbuka. Namun, dari segi perekonomian, Indonesia termasuk
negara kecil, sehingga kondisi perekonomiannya sangat rentan terhadap
guncangan eksternal. Oleh karena itu, kondisi perekonomian global akan
sangat memengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, hasil
dari state space model dengan teknik Kalman Filter juga memperkuat kondisi
tersebut.

Hasil menunjukkan bahwa penyebab dari perubahan struktural yang


berdampak pada ketidakstabilan permintaan uang di Indonesia ada tiga
variabel, diantaranya yaitu, suku bunga luar negeri, nilai tukar, dan inflasi.
Namun, apabila dilihat dari grafik evolusi koefisien ketiga variabel tersebut,
ketidakstabilan koefisien yang paling terlihat adalah pada nilai tukar.
Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating
exchange rate). Dengan sistem nilai tukar tersebut, nilai tukar rupiah akan
sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar valuta asing. Dengan demikian,
pemerintah Indonesia, khususnya dalam hal ini otoritas moneter, perlu
memperhatikan hal tersebut dengan cara memperkuat kestabilan
perekonomian di Indonesia agar tidak mudah terpengaruh oleh guncangan-
guncangan eksternal.

43

Anda mungkin juga menyukai