Email : yuskimia@uinjkt.ac.id
Received: October 2015; Revised: November 2015; Accepted: November 2015; Available Online: August 2016
Abstrak
Karbon aktif banyak digunakan sebagai adsorben pada pemurnian gas, pemurnian pulp dan juga untuk
pemurnian produk pangan antara lain penjernihan minyak, pemurnian gula tebu, gula bit, gula jagung,
menghilangkan rasa dan bau air minum. Karbon aktif dapat berasal dari tumbuhan dan tulang hewan. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan profil spektrum karbon aktif asal tumbuhan dan tulang hewan
dengan menggunakan FTIR. Data hasil analisis FTIR dikombinasikan dengan analisis kemometrika untuk
mengklasifikasikan serta mengelompokan data tersebut, sehingga dapat membedakan karbon aktif dari
tumbuhan dan tulang hewan. Metode analisis FTIR yang dikombinasikan dengan analisis kemometrika melalui
pemodelan PCA (Principal Component Analysis) dan PLS-DA (Partial Least Squares-Discriminant Analysis)
mampu membedakan karbon aktif yang berasal dari tumbuhan (tempurung kelapa) dan tulang hewan (sapi dan
babi). PCA dengan total keragaman 89% mampu mengelompokkan sampel karbon aktif tumbuhan dan
tulang hewan. Model PLSDA berhasil memprediksi sampel uji berdasarkan kelompok bahan baku sampel
karbon aktif. Pembuatan model prediksi karbon aktif dengan PLS menghasilkan R 2 kalibrasi, R2 prediksi,
RMSEC, dan RMSEP masing-masing sebesar 0.9787389; 0.9662152; 0.0687364 dan 0.0928362. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa spektra FTIR dan kemometrik dapat digunakan untuk membedakan karbon
aktif yang berasal dari tumbuhan dan tulang hewan.
Kata kunci: FTIR, karbon aktif, kemometrika, PCA, PLS-DA, tulang hewan.
Abstract
Activated carbon is widely used as an adsorbent in gas purification, refining pulp, and also for the purification of
food products, among others, oil purification, refining cane sugar, beet sugar, corn sugar, eliminate the taste and
odor of drinking water. Carbon active can be derived from plant and animal bone. This study aims to analyze the
differences in spectral profile of activated carbon from plants and animal bones by using FTIR. The data
combined with the results of FTIR analysis chemometrics to classify and categorize the data, so it is clear where
the activated carbon from plants and animal bones. FTIR analysis methods combined with chemometrics
analysis through modeling PCA (Principal Component Analysis) and PLS-DA (Partial Least Squares-
Discriminant Analysis) is able to distinguish between activated carbon derived from plants (coconut shell) and
animal bones (beef and pork). PCA with total diversity of 89% were able to classify the samples of activated
carbon plant and animal bones. PLSDA models successfully predicted the test sample is based on a sample group
of activated carbon raw material. Manufacture of activated carbon predictive models with PLS calibration
generates R2, R2 predictions, RMSEC, and RMSEP respectively by 0.9787389, 0.9662152, 0.0687364 and
0.0928362. The results showed that FTIR spectra and can be used to distinguish chemometrics activated carbon
derived from plant and animal bones
DOI :http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v0i0.3146.
Copyright © 2016, Published by Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia,
P-ISSN: 2460-6065, E-ISSN: 2548-3013
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013
104
Diskriminasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Siregar, et al.
fisika-kimia contoh (Chew et al., 2004). Ide ayakan 60 mesh, setelah itu direndam dalam
utama PLS adalah menghitung nilai komponen larutan H3PO4 3 M. Lalu direndam selama 7
utama (principal component) data matriks X jam. Sampel selanjutnya disaring
dan Y dan membangun model regresi menggunakan kertas whatman, kemudian
antarnilai (dan dari data perkiraan). X adalah dicuci menggunakan air panas sampai filtrat
matriks penduga yang berisi data hasil sumber mempunyai pH netral (pH 6 sampai 7) diukur
percobaan, sedangkan Y merupakan matriks menggunakan kertas pH universal. Karbon
respons dengan data yang dapat aktif yang telah dicuci selanjutnya dikeringkan
menginformasikan tentang proses percobaan. dengan oven pada suhu 110 oC selama 3 jam
PLS mampu menganalisis data dengan jumlah sampai berat konstan (Kurniawan et al., 2014).
yang cukup banyak, memiliki tingkat
kolinearitas tinggi, sejumlah besar variable x, Pembuatan Karbon Aktif Tulang Sapi dan
dan beberapa variabel respons y (Wold et al., Tulang Babi
2001). Tulang sapi dan tulang babi maisng-
Penelitian ini diharapkan mampu masing dipotong menjadi ukuran kecil.
membedakan karbon aktif yang berasal dari Potongan-potongan tulang dicuci dengan
tumbuhan dan tulang hewan melalui akuades bertemperatur 80 oC dan dikeringkan
pendekatan metode FTIR yang dalam oven pada temperatur 105 oC selama 4
dikombinasikan dengan analisis kemometrika. jam untuk menghilangkan kandungan
lemaknya. Sebanyak tulang sapi yang telah di
2. METODE PENELITIAN oven ditimbang dan dimasukkan ke dalam
tanur dengan suhu 450 oC selama 4.5 jam.
Alat dan Bahan Kemudian didinginkan hingga mencapai suhu
Alat yang digunakan dalam penelitian kamar. Tulang sapi dan tulang babi yang sudah
ini adalah tanur Vulcan A-550, oven Memmert, dikarbonisasi dihaluskan dan diayak
desikator, timbangan analitik Ohaus, menggunakan saringan mesh ukuran 60 mesh.
spektroskopi FTIR Perkin Elmer, kertas saring Sebanyak 10 gram tulang sapid an tulang babi
Whatman No. 41, ayakan ABM Test Sieve yang sudah dikarbonisasi dicampurkan dengan
Analys 60 mesh, grinding mill, pH indikator 100 mL CH3COOH 0.1 N. Kemudian
Merck dan alat-alat gelas. didiamkan selama 12 jam pada suhu kamar.
Bahan utama yang digunakan dalam Setelah itu disaring dan dikeringkan selama 5
penelitian ini adalah tempurung kelapa, tulang jam dalam oven pada suhu 150 oC (Rezaee et
sapi, dan tulang babi (didapatkan dari Pasar al., 2013).
Kedoya Jakarta Barat), serta karbon aktif yang
ada dipasaran merek Borneo (didapatkan dari Penetapan Kadar Air (SNI 06-3730-1995)
toko bahan kimia di daerah Ciledug, Sebanyak 1 gram karbon aktif
Tanggerang). Bahan-bahan lain yang ditempatkan dalam cawan porselin yang telah
digunakan adalah H3PO4 Merck Na2S2O3 diketahui bobot keringnya. Cawan yang berisi
Merck, I2 Merck, KBr Merck, K2Cr2O7 Merck, , sampel dikeringkan dalam oven pada
dan CH3COOH Merck, H2SO4 Sigma Aldrich, temperatur 105 °C selama 3 jam sampai
Amilum dan Akuades bobotnya konstan dan didinginkan di dalam
deksikator lalu ditimbang. Pengeringan dan
Pembuatan Karbon Aktif Tempurung penimbangan diulangi setiap satu jam sampai
Kelapa diperoleh bobot konstan. Perhitungan kadar air
Preparasi tempurung kelapa dilakukan menggunakan persamaan:
dengan cara memisahkan kotoran-kotoran
(kerikil, tanah) yang mungkin terikut
dibersihkan secara manual dengan cara
dicuci. Lalu dikeringkan dengan cara dioven
pada suhu 105 oC. Sampel yang sudah
dibersihkan dikarbonisasi menggunakan tanur
Keterangan:
pada temperatur 400 oC selama 3 jam agar
W1 = bobot sampel sesudah pemanasan (gram)
sampel menjadi arang/karbon. Karbon yang W2 = bobot sampel sebelum pemanasan (gram)
sudah terbentuk ditumbuk atau digiling dengan
grinder sampai halus kemudian diayak dengan
105
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013
Keterangan: Keterangan:
W1 = bobot sampel sesudah pemanasan (gram) A= yang hilang pada pemanasan 950oC
W2 = bobot sampel sebelum pemanasan (gram) B= Abu
Penetapan Daya Serap Iodin (SNI 06-3730- Pengujian Sampel dengan Spektroskopi
1995) FTIR
Sampel kering sebanyak 0.4 gram Penelitian menggunakan kelompok
dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang ditutup sampel karbon aktif tempurung kelapa (TK),
alumunium foil lalu ditambahkan 40 mL karbon aktif tulang sapi (TS) dan karbon aktif
larutan I2 0.1N dan dikocok selama 15 menit tulang babi (TB) dengan jumlah sampel karbon
lalu disaring. Filtrat sebanyak 10 mL dititrasi aktif untuk tiap kelompok sebanyak 5 sampel
dengan Na2S2O3 0.1 N hingga berwarna sehingga total sampel yang digunakan yaitu 15
kuning muda, kemudian ditambahkan beberapa sampel. Sebanyak 15 sampel ini akan diuji
tetes amilum 1%, titrasi dilanjutkan sampai dengan FTIR untuk dijadikan model
warna biru tepat hilang. Hal yang sama diskriminasi.
dilakukan terhadap blanko. Model merupakan representasi dari
eksperimen dengan menggunakan variabel
matematis. Sampel uji yang digunakan adalah
satu sampel dengan 3 kali pengulangan uji
FTIR. Sampel uji ini akan digunakan sebagai
Keterangan: unknown sampel untuk menguji model
V : Volume Na2S2O3 yang diperlukan (mL) diskriminasi dari hasil PCA tersebut. Cara
N : Normalitas larutan Na2S2O3 (N) pengujian sampel dengan FTIR yaitu sebanyak
12.69 : Jumlah iod sesuai dengan 1 mL larutan 2 mg karbon aktif dicampur dengan 200 mg
Na2S2O3 0.1 N KBr untuk dijadikan pelet. Pelet dibuat
W : Massa sampel (gram) menggunakan hand press. Pengukuran
spektrum FTIR dilakukan pada daerah IR
tengah (4000-450 cm-1) dengan melibatkan
Bagian yang Hilang pada Pemanasan 950 pengontrol kerja berupa personal komputer.
0
C (SNI 06-3730-1995) Spektrum dihasilkan dengan kecepatan 32 kali
Sampel sebanyak 1 gram ditimbang ke dan resolusi 4 cm-1. Tampilan data spektrum
dalam cawan porselen yang sudah diketahui yang mengandung 3551 titik serapan kemudian
bobotnya, di atas cawan tersebut diletakkan diubah ke dalam format JCAM-DX untuk
lagi cawan lain yang sudah diketahui keperluan pengolahan data.
bobotnya, sehingga sampel berada diantara
kedua cawan itu. Cawan dan sampel Analisis Kemometrika
dipanaskan sampai 950 oC di dalam tanur, Data absorbansi dari uji FTIR dalam
setelah suhu tercapai cawan dan isinya format JCAMP-DX diolah dengan program
didinginkan, dalam desikator kemudian The Unscrambler versi 10.2 yang dijalankan
ditimbang. dengan sistem operasi Microsoft Windows 7.
106
Diskriminasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Siregar, et al.
107
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013
Secara keseluruhan kadar air hasil penelitian Tabel 1 menunjukan bahwa daya serap
ini relatif kecil, hal ini menunjukkan bahwa terhadap iodin yang dihasilkan dari penelitian
kandungan air terikat pada bahan baku yang ini memenuhi standar kualitas karbon aktif
dikarbonisasi lebih dahulu keluar sebelum berdasarkan SNI 06-3730-95, yaitu minimal
diaktivasi. Kandungan air karbon aktif yang 750 mg/g untuk karbon aktif bentuk serbuk.
besar dapat menurunkan kualitas dari daya Daya serap iodium yang dihasilkan dari
adsorpsi yang dimilikinya (Suhendarwati et al., tempurung kelapa sebesar 448.02-1599.72
2013 ). Menurut Pari, 1996, kadar air yang mg/g (Pambayun, et al., 2013). Daya serap iod
tinggi akan mengurangi daya serap karbon yang dihasilkan dari tulang sapi sebesar
aktif terhadap gas maupun cairan gas. 184.6947 mg/g (Syamberah et al., 2015). Daya
Penetapan kadar abu karbon aktif serap iodium yang dihasilkan oleh karbon aktif
dilakukan untuk mengetahui kandungan oksida tongkol jagung yaitu 773.85 mg/g (Alfiany et
logam dalam karbon aktif. Oksida logam al., 2013).
merupakan persenyawaan antara logam dengan Bagian yang hilang pada pemanasan 950
o
oksigen. Kadar abu diasumsikan sebagai sisa C disebut juga dengan kadar zat menguap.
mineral yang tertinggal pada saat dibakar, Kadar zat menguap merupakan hasil
karena bahan alam sebagai bahan dasar dekomposisi zat-zat penyusun karbon aktif
pembuatan karbon aktif tidak hanya akibat proses pemanasan selama karbonisasi
mengandung senyawa karbon tetapi juga dan bukan komponen penyusun karbon aktif
mengandung beberapa mineral, dimana (Pari, 2004). Karbon aktif dengan kadar zat
sebagian dari mineral ini telah hilang pada saat menguap yang tinggi akan menghasilkan asap
karbonisasi dan aktivasi, sebagian lagi pembakaran yang tinggi pula pada saat karbon
diperkirakan masih tertinggal dalam karbon aktif tersebut digunakan. Penurunan kadar zat
aktif (Suhendarwati et al., 2013). menguap seiring dengan meningkatnya
Kadar abu yang dihasilkan dari temperatur pirolisis disebabkan ketidak
penelitian ini berdasarkan tabel 1 memenuhi sempurnaan penguraian senyawa non karbon
standar kualitas karbon aktif berdasarkan SNI selama proses pirolisis. Hal ini sesuai dengan
06-3730-95, yaitu maksimal 10% untuk karbon hasil penelitian Hendra dan Darmawan
aktif bentuk serbuk. Kadar abu yang dihasilkan (2000) bahwa besarnya kadar zat menguap
dari tempurung kelapa sebesar 2.28-7.79% ditentukan oleh waktu dan temperatur
(Pambayun et al., 2013). Kadar abu yang pengarangan. Jika proses pirolisis lama dan
dihasilkan dari tulang sapi sebesar 13.33% temperaturnya ditingkatkan maka semakin
(Syamberah et al., 2015). Kadar abu dari banyak zat menguap yang terbuang, sehingga
karbon aktif sekam padi yang dihasilkan rata- akan diperoleh kadar zat menguap yang
rata 34.042% (Yusuf dan Tjahjani, 2013). semakin rendah.
Daya serap terhadap iodin ditentukan Novicio (1998) yang diacu dalam Pari
dengan tujuan mengetahui kemampuan (2004) melaporkan bahwa meningkatnya
adsorpsi dari adsorben yang dihasilkan temperatur karbonisasi akan menguapkan
terhadap larutan berbau. Menurut (Tutik dan senyawa volatil yang masih tertinggal terutama
Faizah, 2001), daya serap karbon aktif semakin ter, hal ini akan menyebabkan jumlah pori
kuat bersamaan dengan meningkatnya yang terbentuk bertambah banyak. Kadar zat
konsentrasi dari aktivator yang ditambahkan. menguap yang dihasilkan dari penelitian
Penambahan aktivator memberikan pengaruh berdasarkan Tabel 1 ini memenuhi standar
yang kuat untuk mengikat senyawa-senyawa kualitas karbon aktif berdasarkan SNI 06-
tar keluar melewati mikro pori-pori dari 3730-95, yaitu maksimal 25% untuk karbon
karbon aktif sehingga permukaan dari karbon aktif bentuk serbuk. Nilai kadar zat mudah
aktif tersebut semakin lebar atau luas yang hilang pada pemanasan 950 oC dari karbon
mengakibatkan semakin besar pula daya serap aktif sekam padi yang dihasilkan rata-rata
karbon aktif tersebut. Semakin besar angka iod 19.734% (Yusuf dan Tjahjani, 2013). Nilai
yang dihasilkan maka semakin besar kadar zat mudah hilang pada pemanasan 950
o
kemampuan dalam mengadsorpsi adsorbat atau C dari karbon aktif pelepah kelapa sebesar
zat terlarut. 18.89% (Ramdja et al., 2008).
108
Diskriminasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Siregar, et al.
Karbon aktif murni disebut juga permukaan karbon semakin besar dan jumlah
dengan karbon terikat. Menurut Hendra dan pori arang semakin banyak sehingga diduga
Winarni (2003), kadar karbon terikat adalah mempunyai kemampuan menyerap cairan atau
fraksi karbon (C) yang terikat di dalam gas.
karbon aktif selain fraksi air, zat menguap dan
abu. Berdasarkan data dan hasil pengamatan, Deskripsi Spektra IR dari Karbon Aktif
kadar karbon aktif murni yang dihasilkan dari Karbon aktif yang terbuat dari
penelitian ini memenuhi standar kualitas tempurung kelapa, tulang sapi dan tulang babi
karbon aktif berdasarkan SNI 06-3730-95, diuji dengan menggunakan FTIR untuk
yaitu minimal 80% untuk karbon aktif bentuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung
serbuk. Kadar karbon aktif murni yang dalam masing-masing karbon aktif
dihasilkan dari pelepah kelapa sebesar 73.33% berdasarkan puncak serapan yang dihasilkan
(Ramdja et al., 2008). Menurut Pari (1996), (gambar 2). Pola spektrum yang dihasilkan
tinggi rendahnya kadar karbon aktif murni merupakan hasil serapan vibrasi dari seluruh
dipengaruhi oleh nilai kadar abu, kadar zat konstituen yang ada dalam sel, seperti pada
menguap dan senyawa hidrokarbon yang tempurung kelapa yaitu selulosa, hemiselulosa
masih menempel pada permukaan karbon dan lignin (Bledzki et al., 2010). Senyawa
aktif. Tingginya kadar karbon tersebut yang terkandung dalam tulang, berupa
menunjukkan bahwa fraksi karbon yang terikat senyawa hidroksiapatit, kolagen
di dalam karbon aktif semakin tinggi. Kondisi glikosaminoglikans, proteoglikans, dan
tersebut diduga mengakibatkan luas glikoprotein (Zhao et al., 2002).
0 .92 8
0 .90
0 .85
0 .80
0 .75
A
0 .70
0 .65
0 .60
0 .53 6
4 00 0.0 3 00 0 2 00 0 1 50 0 1 00 0 4 00 .0
1 /cm
Gambar 2. Spektra IR karbon aktif tempurung kelapa (biru), tulang sapi (hijau), dan tulang babi (hitam)
109
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013
Gambar 3. Plot Line pektra IR karbon aktif tempurung kelapa, tulang sapi dan tulang babi
Gugus fungsi yang dihasilkan dapat dihasilkan oleh tumbuhan (tempurung kelapa)
digunakan sebagai penciri dari karbon aktif dan tulang hewan (sapi dan babi) (gambar 3).
tersebut. Menurut Bani et al., 2013, gugus Hal ini menunjukkan bahwa instrumentasi
fungsi yang terdapat pada karbon aktif FTIR sudah mampu membedakan spektrum
tempurung kelapa adalah gugus C=O pada karbon aktif antara tumbuhan dan tulang
bilangan gelombang 1751.24 cm-1, gugus hewan, tetapi tidak mampu membedakan
C=C pada bilangan gelombang 1542.95 cm-1, spektrum antara karbon aktif tulang sapi dan
gugus C-C pada bilangan gelombang 1155.28 tulang babi, sehingga diperlukan metode yang
cm-1, dan gugus C-H pada bilangan gelombang mampu membedakan spektrum karbon aktif
885.27 cm-1. Gugus fungsi yang terdapat pada tulang sapi dan tulang babi tersebut.
karbon aktif tulang hewan yaitu O-H Gambar 3 merupakan Plot Line dari
stretching vibration pada bilangan gelombang seluruh sampel karbon aktif yang berjumlah 15
3431.05 cm-1, C=O stretchingvibration antara sampel.Plot Line digunakan untuk evaluasi
bilangan gelombang 1800 dan 1650 cm-1, dan secara visual untuk melihat spektrum pada
C-O stretching vibration diantara bilangan bilangan gelombang yang manakah yang dapat
gelombang 1600 dan 1400 cm-1 (Rezaee et al. dijadikan penciri untuk pembuatan model
2013). diskriminasi. Spektra IR karbon aktif
Bilangan gelombang 3431-3420 cm-1 dikelompokan berdasarkan sumber asalnya
diduga terdapat gugus O-H stretching (tumbuhan dan tulang hewan) dengan metode
vibration yang biasa ditemukan pada senyawa PCA. PCA mereduksi variabel-variabel yang
hidroksiapatit yang terdapat pada tulang dimiliki oleh spektrum menjadi beberapa
hewan.Diperkirakan terdapat gugus C-O variabel utama saja. Proses reduksi ini dapat
stretching vibration pada bilangan gelombang menyebabkan karbon aktif terkelompokkan
antara 1600-1400 cm-1 (Rezaee et al., 2013). berdasarkan korelasi informasi variabel yang
Pada bilangan gelombang 1036 cm-1 diduga dimiliki dalam grup. Semakin dekat sampel
terdapat gugus fosfat (PO4) stretching dengan sampel lain maka akan semakin besar
vibration dan 602-564 cm-1 terdapat gugus kemiripan di antara sampel-sampel tersebut.
fosfat (PO4) bending vibration (Dahlan et al., Metode ini belum dapat mengelompokkan
2006). spektra sampel awal atau tanpa prapemrosesan
(gambar 4). Hal ini disebabkan karena pada
Eksploratori Data Analisis dengan PCA dan spektra awal masih dipengaruhi oleh
PLS-DA dari Spektra IR Karbon Aktif pergeseran garis dasar dan derau (noise) yang
Spektrum yang dihasilkan oleh karbon dihasilkan detektor. Pengaruh tersebut dapat
aktif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan diatasi dengan melakukan prapemrosesan
yang sangat signifikan puncak serapan yang spektra yang meliputi koreksi garis dasar
110
Diskriminasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Siregar, et al.
Gambar 4. Score Plot PCA (A) spektra asli (tanpa prapemrosesan), (B) spektra dengan prapemrosesan (data
seluruh bilangan gelombang), (C) spektra dengan prapemrosesan dan segmentasi 3900-3000 cm-1,
(D) spektra dengan prapemrosesan dan segmentasi 1500-400 cm-1
111
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013
Gambar 4 menunjukan pengelompokan karbon contoh yang sedikit, selain itu juga mampu
aktif berdasarkan perbedaan sumber asalnya melakukan tes secara independen (Stchur et
dapat dilakukan dengan baik menggunakan al., 2002). Model dikatakan baik apabila nilai
data spektrum prapemrosesan. Pengelompokan R2 dari kalibrasi dan validasi silang tidak
karbon aktif dengan data spektrum asli dan berjauhan, yaitu 0.978739 dengan 0.966215.
data spektrum hasil prapemrosesan juga Suatu model PLS dikategorikan sebagai model
memperlihatkan pengaruh segmentasi yang dapat dipercaya bila nilai parameter yang
spektrum dalam analisis PCA. Zou et al., dihasilkan, di antaranya berupa nilai korelasi
(2005) menyatakan bahwa segmentasi selain dan nilai galat, serupa untuk setiap tahapan
meningkatkan mutu analisis spektrum IR pembuatan model. Korelasinya (R) harus
melalui pengurangan wilayah spektrum yang bernilai tinggi sedangkan galatnya bernilai
banyak mengandung derau (noise) juga dapat rendah (Baranska et al., 2005).
menurunkan hasil analisis melalui eliminasi Hasil PLS-DA menunjukan bahwa data
informasi penting yang dimiliki spektrum. tersebut sudah mencukupi dengan 15 sampel
Pengelompokan karbon aktif dapat terjadi untuk dijadikan model karena datanya tidak
sebagai hasil identifikasi PCA terhadap variasi overfitting. Overfitting adalah suatu keadaan di
komposisi konstituen kimia sampel yang dapat mana jumlah parameter yang masuk ke dalam
disebabkan adanya perbedaan sumber bahan model terlalu besar dibandingkan dengan
baku (asal sampel). ukuran data yang digunakan untuk
Pemisahan yang paling baik dan total membangun model. Model tersebut
variasi yang tinggi dari analisis PCA yang akan menghasilkan galat yang sangat kecil untuk
digunakan sebagai model PLS-DA. Hasil dari data kalibrasi namun galat yang besar untuk
score plot pada Gambar 4(B) yang akan data validasi (Naes et al., 2002). Model yang
dijadikan model PLS-DA. Pengelompokkan overfitting menghasilkan terlalu banyak variasi
sampel dengan PLS-DA dilakukan terhadap 2 yang spesifik untuk proses kalibrasi dan
matriks, yaitu data absorbansi hasil analisis melibatkan jumlah komponen yang terlalu
FTIR sebagai matriks X dan matriks respon tinggi. Kondisi overfitting menyebabkan
untuk setiap sampel sebagai matriks Y. penurunan kemampuan prediksi model.Model
Respon 1 untuk sampel anggota kelompok dan regresi yang baik dapat dilihat dari nilai R2,
0 untuk sampel bukan anggota kelompok. RMSE, dan kemiringan garis regresi pada hasil
Keabsahan model kalibrasi yang kalibrasi dan prediksi. Model regresi semakin
terbentuk diuji dengan pendekatan statistik bagus jika nilai R2 besar, RMSE kecil, dan
secara internal melalui validasi silang dengan kemiringan garis (slope) mendekati 1 (450)
menghapus satu standar pada suatu waktu. (Naes et al. 2002). Tabel 3 memperlihatkan
Validasi silang adalah pengamatan yang dibagi bahwa model diskriminasi dari karbon aktif
menjadi dua set data, salah satu sampel tulang sapi (KA TS), tempurung kelapa (KA
kalibrasi diambil dari model kalibrasi PLS dan TK), dan tulang babi (KA TB) dapat
sampel sisa yang digunakan untuk membangun dikategorikan baik yaitu karena R2 mendekati
PLS Model. Sampel kemudian dihitung 1, dan RMSE (Root Mean Square Error)
menggunakan regresi PLS baru.Cara ini mendekati 0, kemiringan garis (slope)
diulang, sehingga setiap sampel mendapat mendekati 1 (450) dan nilai offset yang kecil.
gilirannya (Miller dan Miller, 2005). Teknik Gambar 5 memperlihatkan garis regresi dari
validasi silang bermanfaat untuk menentukan salah satu sampel karbon aktif.
jumlah komponen yang optimal dari jumlah
112
Diskriminasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Siregar, et al.
Gambar 5. Model Kalibrasi dan Prediksi menggunakan PLS-DA Karbon Aktif Tulang Sapi
Model kalibrasi yang dihasilkan Hasil nilai prediksi pada model PLS-DA
digunakan untuk memprediksi sumber asal karbon aktif pasaran ditunjukan pada Tabel 5
karbon aktif yang ada dipasaran. y1 adalah yang memperlihatkan bahwa sampel uji karbon
karbon aktif tulang sapi akan bernilai satu, aktif yang ada dipasaran memiliki nilai
sedangkan karbon aktif tempurung kelapa dan prediksi mendekati 1 ketika dibandingkan
tulang babi akan bernilai nol. y2 adalah dengan karbon aktif tempurung kelapa. Hal ini
karbon aktif tempurung kelapa akan bernilai dapat disimpulkan bahwa sampel uji karbon
satu, sedangkan karbon aktif tulang sapi dan aktif yang ada dipasaran tersebut sumber
tulang babi akan bernilai nol. y3 adalah karbon asalnya atau bahan bakunya berasal dari
aktif tulang babi akan bernilai satu, sedangkan tempurung kelapa. Nilai yang diprediksi jauh
untuk karbon aktif tulang sapi dan tempurung dari nilai satu karena mungkin karbon aktif
kelapa akan bernilai nol. Sampel dikatakan yang biasa ada dipasaran tidak menggunakan
berhasil diprediksi ketika nilai prediksi sampel proses aktivasi sehingga perbedaan perlakuan
mendekati 1. yang digunakan untuk model dan prediksi
113
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013
yang menyebabkan nilai prediksi jauh dari Chand, Bansal, Roop, Meenakshi Goyal. 2005.
nilai satu. Activated Carbon Adsorpsion. United States
of America (USA): Lewis Publisher.
4. SIMPULAN Chew OS, Hamdan MR, Ismail Z, Ahmad MN.
2004. Assessment of herbal medicine by
Kesimpulan yang didapat dari penelitian chemometrics: Assisted Interpretation of
ini adalah metode analisis FTIR yang FTIR Spectra. J Anal Chem Acta, in press
dikombinasikan dengan analisis kemometrika
melalui pemodelan PCA dan PLS-DA mampu Dahlan K, Sari YW, Yuniarti E, Soejoko DS. 2006.
membedakan karbon aktif yang berasal dari Karakterisasi gugus fosfatdan karbonat
tumbuhan (tempurung kelapa) dan tulang dalam tulang tikus dengan fourier transform
hewan (sapi dan babi). PCA mereduksi infrared (FT-IR) spectroscopy. Jurnal sains
materi Indonesia.
variabel-variabel yang dimiliki oleh spektrum
menjadi beberapa variabel utama saja. Proses Fessenden dan Fessenden.1986. Kimia Organik
reduksi ini dapat menyebabkan karbon aktif Jilid 1.Ed Ke-3. Pudjaatmaka AH,
terkelompokkan berdasarkan korelasi penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
informasi variabel yang dimiliki dalam grup.
Pengelompokkan juga dilakukan Gad HA, Ahmady SH, Abou Shoer MI, Al-Azizi
dengan PLS-DA dan sampel uji (karbon aktif MM. 2012. Application of chemometrics in
pasaran) dapat diprediksi berdasarkan asalnya authentication of herbal medicines: A
(tumbuhan atau tulang hewan). Pembuatan Review. Phytochemical Analysis. 24:1-24.
model prediksi karbon aktif dengan PLS
Hashim DM, Che Man YB, Norakasha R, Shuhaimi
menghasilkan model yang sangat baik karena
M, Salah Y, Syahariza ZA. 2010. Potential
menghasilkan R2 yang mendekati 1 dan RMSE use of fourier transform infra red
yang mendekati nol untuk model kalibrasi spectroscopy for differentiation of bovine
maupun prediksinya. and porcine gelatins. Food chemistry.
118: 856-860.
DAFTAR PUSTAKA
Hendra, Darmawan, 2000. Pengaruh bahan baku,
Alfiany H, Bahri S, Nurakhirawati. 2013. Kajian jenis perekat dan tekanan kempa terhadap
penggunaan arang aktif tongkol jagung kualitas briket arang. Bogor (ID): Puslitbang
sebagai adsorben logam Pb dengan beberapa Hasil Hutan Bogor.
aktivator asam. Jurnal Natural Science. 2(3):
75-86. ISSN: 2338-0950. Hendra D, Winarni I. 2003. Sifat fisis dan kimia
briket arang campuran limbah kayu gergajian
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 06-3730- dan sebetan kayu.
1995: Arang Aktif Teknis. Jakarta (ID): Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 2(31): 211-
Badan Standardisasi Nasional. 226.
Bani M, Santjojo DH, Masruroh. 2013. Pengaruh Jankowska H, Swiatkowski A, Choma J. 1991.
suhu reaksi reduksi terhadap pemurnian Active Carbon 1st Ed. New York (USA):
karbon berbahan dasar tempurung kelapa. Ellis Horwood.
Jurnal Natural B. 2(2).
Juliandini F, TrihadiningrumY. 2008. Uji
Baranska W. 2005. Quality control of kemampuan karbon aktif dari limbah kayu
harpagophytum procumbensand its related dalam sampah kota untuk penyisihan fenol.
phytopharmaceutical products by means of Surabaya (ID): Seminar Nasional
NIR-FT-Raman spectroscopy. Biopolymers. Manajemen Teknologi VII. ISBN: 9798-979-
77:1-8. 99735-4-2.
Bledzki AK, Mamun AA, Volk J. 2010. Barley husk Kumosinski TF, Farrell JrHM. 1993. Determination
and coconut shell reinforced polypropylene of the global secondary structure of proteins
composites: The effect of fibre physical, by fourier transforrn infrared (FTIR)
chemical and surface properties. Composites spectroscopy. Trends in Food Sci. dan
Science and Technology. 70: 840-846. Technol. 6(4): 169- 175.
114
Diskriminasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Siregar, et al.
Kurniawan R, Lutfi M, Agung WN. 2014. Pujiarti P, Sutapa JPG. 2005. Mutu arang aktif dari
Karakterisasi luas permukaan bet limbah kayu mahoni (Swietenia
(braunanear, emmelt dan teller) karbon aktif macrophyllaking) sebagai bahan penjernih
dari tempurung kelapa dan tandan kosong air. J.Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. 3(2).
kelapa sawit dengan aktivasi asam fosfat
(H3PO4). Jurnal Keteknikan Pertanian Purwakusumah ED, Rafi M, Syafitri UD,
Tropis dan Biosistem. 2(1): 15-20. Nurcholis W, Adzkiya MAZ. 2014.
Identifikasi dan autentikasi jahe merah
Lokapuspita G, Hayati M, Purwanto. 2012. menggunakan kombinasi spektroskopi FTIR
Pemanfaatan limbah ikan nila sebagai dan kemometrik. Agritech. 34(1).
fishbone hydroxyapatite pada proses
adsorpsi logam berat krom pada limbah cair. Ramdja AF, Halim M, Handi Jo. 2008. Pembuatan
Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri. 1(1): karbon aktif dari pelepah kelapa (Cocus
379-388. nucifera). Jurnal Teknik Kimia. 15(2).
Maftuhin TA, Hanifah, Anita S. 2014. Potensi Rezaee A, Rangkooy H, Jonidi A, Jafari A,
pemanfaatan tulang ayam sebagai adsorben Khavanin A. 2013. Surface modification of
kation timbal dalam larutan. Jurnal Fakultas bone char for removal of formaldehyde
MIPA. Universitas Riau. from air. Journal Applied Surface Science.
286: 235–239.
Manocha SM. 2003. Porous carbons. Journal
Sadhana. 28:1-2. Rohman A, Sismindari, Erwanto Y, and Che Man
YB. 2011. Analysis of pork adulteration in
Marlina Elin. 2013. Aplikasi kemometrik untuk beef meatball using fourier transform
kendali mutu simplisia kumis kucing infrared (FTIR) spectroscopy. Meat Science.
(Orthosiphon aristalus). [skripsi]. Bogor 88: 91–95.
(ID): Departemen Kimia. Institut Pertanian
Bogor. Rohaeti E, Heryant R, Rafi M, Wahyuningrum A,
dan Darusman LK. 2011. Prediksi kadar
Naes T, Isaksson T, Fearn T, Davies T. 2002. A user flavonoid total tempuyung (Sonchus arvensis
friendly guide to multivariate calibration L.) menggunakan kombinasi spektroskopi IR
and classification. Chichester (UK): NIR dengan regresi kuadrat terkecil parsial.
Publication Jurnal Kimia. 5(2).
Novicio LP, Hata, Kajimoto T, Imamura Y, Ishihara Stchur P, Cleveland D, Zhou J, Michel RG. 2002. A
S. 1998. Removal of mercury from aqueous review of recent aplications of near infrared
solutions of mercuric chloride using wood spectroscopy and of the caracteristics of
powder carbonized at high temperature. novel Pbs CCD array based NIR
Journal of Wood Research. 85: 48-55. spectrometers. App Spect Rev. 37:383-428
Pambayun GS, Yulianto, Remigius YE, Suhendarwati L, Suharto B, Susanawati LD. 2013.
Rachimoellah M, Putri, Endah MM. 2013. Pengaruh konsentrasi larutan kalium
Pembuatan karbon aktif dari arang hidroksida padaabu dasar ampas tebu
tempurung kelapa dengan aktivator ZnCl2 teraktivasi. Jurnal Sumberdaya Alam dan
dan Na2CO3 sebagai adsorben untuk Lingkungan.
mengurangi kadar fenol dalam air limbah.
Jurnal Teknik POMITS. 2(1): ISSN: 2337- Syamberah, Anita S, Hanifa TA. 2015. Potensi
3539. arang aktif dari tulang sapi sebagai adsorben
ion besi, tembaga, sulfat dan sianida dalam
Pari G. 1996. Kualitas arang aktif dari 5 jenis larutan. JOM FMIPA. 2(1).
kayu. Buletin Penelitian Hasil Hutan. 14:
60-68. Varmuza K. 2002. Applied chemometrics: from
chemical data to relevant information.
Pari G. 2004. Kajian struktur arang aktif dari Cairo (EGP): 1st Converence on Chemistry.
serbuk gergaji kayu sebagai adsorben
formaldehida kayu lapis. [disertasi]. Bogor Wijayanti R. 2009. Arang aktif dari ampas tebu
(ID): Program Pascasarjana, Institut sebagai adsorben pada pemurnian minyak
Pertanian Bogor. goreng bekas. [tesis]. Bogor (ID): Program
Pasca Sarjana, Bidang Ilmu Kimia, Institut
Pertanian Bogor.
115
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013
116