Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan

Ilmu Kimia, 1(2), November 2015, 103-116

Available online at Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/valensi

Karakterisasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan


Menggunakan FTIR dan Analisis Kemometrika
Yusraini Dian Inayati Siregar1, Rudi Heryanto2, Adi Riyadhi1, Tri Heny Lestari1, Nurlela1
1
Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatulla Jakarta
2
Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor

Email : yuskimia@uinjkt.ac.id

Received: October 2015; Revised: November 2015; Accepted: November 2015; Available Online: August 2016

Abstrak

Karbon aktif banyak digunakan sebagai adsorben pada pemurnian gas, pemurnian pulp dan juga untuk
pemurnian produk pangan antara lain penjernihan minyak, pemurnian gula tebu, gula bit, gula jagung,
menghilangkan rasa dan bau air minum. Karbon aktif dapat berasal dari tumbuhan dan tulang hewan. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan profil spektrum karbon aktif asal tumbuhan dan tulang hewan
dengan menggunakan FTIR. Data hasil analisis FTIR dikombinasikan dengan analisis kemometrika untuk
mengklasifikasikan serta mengelompokan data tersebut, sehingga dapat membedakan karbon aktif dari
tumbuhan dan tulang hewan. Metode analisis FTIR yang dikombinasikan dengan analisis kemometrika melalui
pemodelan PCA (Principal Component Analysis) dan PLS-DA (Partial Least Squares-Discriminant Analysis)
mampu membedakan karbon aktif yang berasal dari tumbuhan (tempurung kelapa) dan tulang hewan (sapi dan
babi). PCA dengan total keragaman 89% mampu mengelompokkan sampel karbon aktif tumbuhan dan
tulang hewan. Model PLSDA berhasil memprediksi sampel uji berdasarkan kelompok bahan baku sampel
karbon aktif. Pembuatan model prediksi karbon aktif dengan PLS menghasilkan R 2 kalibrasi, R2 prediksi,
RMSEC, dan RMSEP masing-masing sebesar 0.9787389; 0.9662152; 0.0687364 dan 0.0928362. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa spektra FTIR dan kemometrik dapat digunakan untuk membedakan karbon
aktif yang berasal dari tumbuhan dan tulang hewan.

Kata kunci: FTIR, karbon aktif, kemometrika, PCA, PLS-DA, tulang hewan.

Abstract

Activated carbon is widely used as an adsorbent in gas purification, refining pulp, and also for the purification of
food products, among others, oil purification, refining cane sugar, beet sugar, corn sugar, eliminate the taste and
odor of drinking water. Carbon active can be derived from plant and animal bone. This study aims to analyze the
differences in spectral profile of activated carbon from plants and animal bones by using FTIR. The data
combined with the results of FTIR analysis chemometrics to classify and categorize the data, so it is clear where
the activated carbon from plants and animal bones. FTIR analysis methods combined with chemometrics
analysis through modeling PCA (Principal Component Analysis) and PLS-DA (Partial Least Squares-
Discriminant Analysis) is able to distinguish between activated carbon derived from plants (coconut shell) and
animal bones (beef and pork). PCA with total diversity of 89% were able to classify the samples of activated
carbon plant and animal bones. PLSDA models successfully predicted the test sample is based on a sample group
of activated carbon raw material. Manufacture of activated carbon predictive models with PLS calibration
generates R2, R2 predictions, RMSEC, and RMSEP respectively by 0.9787389, 0.9662152, 0.0687364 and
0.0928362. The results showed that FTIR spectra and can be used to distinguish chemometrics activated carbon
derived from plant and animal bones

Keywords: FTIR, activated carbon, chemometrics, animal bones, PCA, PLS-DA.

DOI :http://dx.doi.org/10.15408/jkv.v0i0.3146.

Copyright © 2016, Published by Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia,
P-ISSN: 2460-6065, E-ISSN: 2548-3013
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013

1. PENDAHULUAN Infra Red). Spektroskopi FTIR merupakan


teknik analisis yang sangat berguna dan
Saat ini diperkirakan konsumsi karbon banyak dimanfaatkan dalam analisa berbagai
aktif dunia mencapai 300.000 ton/tahun dan produk pangan dikarenakan analisanya relatif
10.12% bahan bakunya berasal dari arang cepat, hasil pengukuran yang akurat,
tempurung kelapa (BPTP Jambi, 2006). preparasinya yang tidak terlalu rumit dan
Karbon atau arang aktif adalah suatu padatan mudah dikerjakan oleh siapa saja tanpa perlu
berpori yang mengandung 85-95% karbon, keahlian khusus (Hashim et al., 2010).
dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung Spektroskopi FTIR mampu membedakan
karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi spektrum dari dua sampel yang berbeda
(Chand et al., 2005). Karbon aktif banyak berdasarkan karakteristik struktur
digunakan sebagai adsorben pada pemurnian intramolekulernya dimana kemampuan
gas, pemurnian pulp, penjernihan minyak, menyerap cahaya dari suatu senyawa akan
katalis, dan juga untuk pemurnian produk berbeda bergantung pada sifat fisikokimia,
pangan antara lain pembersihan larutan gula ikatan antar atom dalam senyawa dan
tebu, gula bit, gula jagung, menghilangkan rasa karakteristik gugus fungsinya (Kumosinski dan
dan bau air minum, pemurnian minyak nabati, Farrell, 1993). Pola spektrum IR yang
dan minuman alkohol (Wijayanti, 2009). kompleks menyebabkan interpretasi secara
Karbon aktif dapat dibuat dari berbagai langsung dan visual menjadi tidak
bahan seperti tempurung kelapa, tulang dan mudah.Teknik kemometrika seperti analisis
batubara (Manocha, 2003), tongkol jagung multivariat dapat digunakan untuk
(Alfiany et al., 2013), sekam padi (Yusuf dan memudahkannya (Gad et al., 2012).
Tjahjani, 2013), tulang ayam (Maftuhin et al., Keuntungan dari penggunaan
2014), tulang sapi (Rezaee et al., 2013) dan teknik kemometrika untuk interpretasi
tulang ikan (Lokapuspita et al., 2012). spektrum IR adalah kemampuannya dalam
Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan mengaitkan profil spektrum dengan informasi
cara mendeteksi sumber karbon aktif untuk tersembunyi yang dikandung oleh sampel (Zou
menentukan sumber asal dan kehalalan produk et al., 2005). FTIR yang dikombinasikan
karbon aktif, karena karbon aktif dari sumber dengan kemometrika mampu membedakan
yang berbeda memiliki komposisi kimia yang sumber asal jahe (Purwakusumah et al., 2014),
berbeda pula. Tempurung kelapa memiliki memprediksi kadar flavonoid total tempuyung
komposisi kimia yaitu selulosa, hemiselulosa (Rohaeti et al., 2011), mengidentifikasi
dan lignin (Bledzki et al., 2010), sedangkan keberadaan lemak babi dalam bakso daging
pada tulang komposisi kimianya berupa sapi (Rohman et al., 2011) dan untuk kendali
hidroksiapatit, kolagen, glikosaminoglikan, mutu simplisia kumis kucing (Marlina, 2013).
proteoglikan, dan glikoprotein (Zhao et al., Kemometrika biasa digunakan untuk
2002). menemukan korelasi statistik antara data
Gugus fungsi yang terdapat pada karbon spektrum dan informasi yang telah diketahui
aktif tempurung kelapa yaitu gugus C=O pada dari suatu contoh. Metode kemometrika
bilangan gelombang 1751.24 cm-1, gugus C=C memungkinkan penggunaan model analisis
pada bilangan gelombang 1542.95 cm-1, gugus multivariat dalam penerapannya, yaitu model
C-C pada bilangan gelombang 1155.28 cm-1, yang melibatkan lebih dari satu masukan
dan gugus C-H pada bilangan gelombang (variabel x) untuk menghasilkan suatu efek
885.27 cm-1 (Bani et al. 2013). Menurut tertentu (variabel y). PCA dan PLS-DA
Rezaee et al., (2013), gugus fungsi yang merupakan contoh model multivariat. PCA
terdapat pada karbon aktif tulang hewan yaitu merupakan suatu teknik multivariat untuk
O–H stretching vibration pada bilangan mereduksi dimensi variabel dengan tidak
gelombang 3431.05 cm-1, C=O stretching kehilangan informasi. Prinsip PCA adalah
vibration antara bilangan gelombang 1800 dan mencari komponen utama yang merupakan
1650 cm-1, dan C–O stretching vibration kombinasi linear dari peubah asli (Varmuza,
diantara bilangan gelombang 1600 dan 1400 2002). PCA memudahkan visualisasi
cm-1. pengelompokan data, evaluasi awal kesamaan
Analisis yang sering digunakan dalam antarkelompok atau kelas, dan menemukan
identifikasi karakteristik gugus fungsi adalah faktor atau alasan di balik pola yang teramati
dengan spektroskopi FTIR (Fourier Transform melalui korelasi dengan sarana kimia atau

104
Diskriminasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Siregar, et al.

fisika-kimia contoh (Chew et al., 2004). Ide ayakan 60 mesh, setelah itu direndam dalam
utama PLS adalah menghitung nilai komponen larutan H3PO4 3 M. Lalu direndam selama 7
utama (principal component) data matriks X jam. Sampel selanjutnya disaring
dan Y dan membangun model regresi menggunakan kertas whatman, kemudian
antarnilai (dan dari data perkiraan). X adalah dicuci menggunakan air panas sampai filtrat
matriks penduga yang berisi data hasil sumber mempunyai pH netral (pH 6 sampai 7) diukur
percobaan, sedangkan Y merupakan matriks menggunakan kertas pH universal. Karbon
respons dengan data yang dapat aktif yang telah dicuci selanjutnya dikeringkan
menginformasikan tentang proses percobaan. dengan oven pada suhu 110 oC selama 3 jam
PLS mampu menganalisis data dengan jumlah sampai berat konstan (Kurniawan et al., 2014).
yang cukup banyak, memiliki tingkat
kolinearitas tinggi, sejumlah besar variable x, Pembuatan Karbon Aktif Tulang Sapi dan
dan beberapa variabel respons y (Wold et al., Tulang Babi
2001). Tulang sapi dan tulang babi maisng-
Penelitian ini diharapkan mampu masing dipotong menjadi ukuran kecil.
membedakan karbon aktif yang berasal dari Potongan-potongan tulang dicuci dengan
tumbuhan dan tulang hewan melalui akuades bertemperatur 80 oC dan dikeringkan
pendekatan metode FTIR yang dalam oven pada temperatur 105 oC selama 4
dikombinasikan dengan analisis kemometrika. jam untuk menghilangkan kandungan
lemaknya. Sebanyak tulang sapi yang telah di
2. METODE PENELITIAN oven ditimbang dan dimasukkan ke dalam
tanur dengan suhu 450 oC selama 4.5 jam.
Alat dan Bahan Kemudian didinginkan hingga mencapai suhu
Alat yang digunakan dalam penelitian kamar. Tulang sapi dan tulang babi yang sudah
ini adalah tanur Vulcan A-550, oven Memmert, dikarbonisasi dihaluskan dan diayak
desikator, timbangan analitik Ohaus, menggunakan saringan mesh ukuran 60 mesh.
spektroskopi FTIR Perkin Elmer, kertas saring Sebanyak 10 gram tulang sapid an tulang babi
Whatman No. 41, ayakan ABM Test Sieve yang sudah dikarbonisasi dicampurkan dengan
Analys 60 mesh, grinding mill, pH indikator 100 mL CH3COOH 0.1 N. Kemudian
Merck dan alat-alat gelas. didiamkan selama 12 jam pada suhu kamar.
Bahan utama yang digunakan dalam Setelah itu disaring dan dikeringkan selama 5
penelitian ini adalah tempurung kelapa, tulang jam dalam oven pada suhu 150 oC (Rezaee et
sapi, dan tulang babi (didapatkan dari Pasar al., 2013).
Kedoya Jakarta Barat), serta karbon aktif yang
ada dipasaran merek Borneo (didapatkan dari Penetapan Kadar Air (SNI 06-3730-1995)
toko bahan kimia di daerah Ciledug, Sebanyak 1 gram karbon aktif
Tanggerang). Bahan-bahan lain yang ditempatkan dalam cawan porselin yang telah
digunakan adalah H3PO4 Merck Na2S2O3 diketahui bobot keringnya. Cawan yang berisi
Merck, I2 Merck, KBr Merck, K2Cr2O7 Merck, , sampel dikeringkan dalam oven pada
dan CH3COOH Merck, H2SO4 Sigma Aldrich, temperatur 105 °C selama 3 jam sampai
Amilum dan Akuades bobotnya konstan dan didinginkan di dalam
deksikator lalu ditimbang. Pengeringan dan
Pembuatan Karbon Aktif Tempurung penimbangan diulangi setiap satu jam sampai
Kelapa diperoleh bobot konstan. Perhitungan kadar air
Preparasi tempurung kelapa dilakukan menggunakan persamaan:
dengan cara memisahkan kotoran-kotoran
(kerikil, tanah) yang mungkin terikut
dibersihkan secara manual dengan cara
dicuci. Lalu dikeringkan dengan cara dioven
pada suhu 105 oC. Sampel yang sudah
dibersihkan dikarbonisasi menggunakan tanur
Keterangan:
pada temperatur 400 oC selama 3 jam agar
W1 = bobot sampel sesudah pemanasan (gram)
sampel menjadi arang/karbon. Karbon yang W2 = bobot sampel sebelum pemanasan (gram)
sudah terbentuk ditumbuk atau digiling dengan
grinder sampai halus kemudian diayak dengan

105
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013

Penetapan Kadar Abu (SNI 06-3730-1995)


Sebanyak 2 gram karbon aktif
ditempatkan dalam cawan porselin yang telah
dikeringkan dalam oven dan diketahui bobot
Keterangan:
keringnya.Cawan yang berisi sampel ditanur W1= bobot sampel semula
pada temperatur 800 °C selama 3 jam. W2= bobot sampel setelah pemanasan
Didinginkan di dalam deksikator lalu
ditimbang. Penimbangan diulangi setiap satu
jam sampai diperoleh bobot konstan. Karbon Aktif Murni (SNI 06-3730-1995)
Perhitungan kadar abu menggunakan Prinsipnya dihitung dari contoh dengan
persamaan: mengurangi abu dan yang hilang pada
pemanasan 950 oC.

Karbon aktif murni (%) = 100- (A+B)

Keterangan: Keterangan:
W1 = bobot sampel sesudah pemanasan (gram) A= yang hilang pada pemanasan 950oC
W2 = bobot sampel sebelum pemanasan (gram) B= Abu

Penetapan Daya Serap Iodin (SNI 06-3730- Pengujian Sampel dengan Spektroskopi
1995) FTIR
Sampel kering sebanyak 0.4 gram Penelitian menggunakan kelompok
dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang ditutup sampel karbon aktif tempurung kelapa (TK),
alumunium foil lalu ditambahkan 40 mL karbon aktif tulang sapi (TS) dan karbon aktif
larutan I2 0.1N dan dikocok selama 15 menit tulang babi (TB) dengan jumlah sampel karbon
lalu disaring. Filtrat sebanyak 10 mL dititrasi aktif untuk tiap kelompok sebanyak 5 sampel
dengan Na2S2O3 0.1 N hingga berwarna sehingga total sampel yang digunakan yaitu 15
kuning muda, kemudian ditambahkan beberapa sampel. Sebanyak 15 sampel ini akan diuji
tetes amilum 1%, titrasi dilanjutkan sampai dengan FTIR untuk dijadikan model
warna biru tepat hilang. Hal yang sama diskriminasi.
dilakukan terhadap blanko. Model merupakan representasi dari
eksperimen dengan menggunakan variabel
matematis. Sampel uji yang digunakan adalah
satu sampel dengan 3 kali pengulangan uji
FTIR. Sampel uji ini akan digunakan sebagai
Keterangan: unknown sampel untuk menguji model
V : Volume Na2S2O3 yang diperlukan (mL) diskriminasi dari hasil PCA tersebut. Cara
N : Normalitas larutan Na2S2O3 (N) pengujian sampel dengan FTIR yaitu sebanyak
12.69 : Jumlah iod sesuai dengan 1 mL larutan 2 mg karbon aktif dicampur dengan 200 mg
Na2S2O3 0.1 N KBr untuk dijadikan pelet. Pelet dibuat
W : Massa sampel (gram) menggunakan hand press. Pengukuran
spektrum FTIR dilakukan pada daerah IR
tengah (4000-450 cm-1) dengan melibatkan
Bagian yang Hilang pada Pemanasan 950 pengontrol kerja berupa personal komputer.
0
C (SNI 06-3730-1995) Spektrum dihasilkan dengan kecepatan 32 kali
Sampel sebanyak 1 gram ditimbang ke dan resolusi 4 cm-1. Tampilan data spektrum
dalam cawan porselen yang sudah diketahui yang mengandung 3551 titik serapan kemudian
bobotnya, di atas cawan tersebut diletakkan diubah ke dalam format JCAM-DX untuk
lagi cawan lain yang sudah diketahui keperluan pengolahan data.
bobotnya, sehingga sampel berada diantara
kedua cawan itu. Cawan dan sampel Analisis Kemometrika
dipanaskan sampai 950 oC di dalam tanur, Data absorbansi dari uji FTIR dalam
setelah suhu tercapai cawan dan isinya format JCAMP-DX diolah dengan program
didinginkan, dalam desikator kemudian The Unscrambler versi 10.2 yang dijalankan
ditimbang. dengan sistem operasi Microsoft Windows 7.

106
Diskriminasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Siregar, et al.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN proses karbonisasi, membatasi pembentukan


tar, membantu dekomposisi senyawa organik,
Karbon aktif yang dibuat berasal dari dehidrasi air yang terjebak dalam rongga-
tumbuhan (tempurung kelapa) dan tulang rongga karbon, membantu menghilangkan
hewan (sapi dan babi). Pembuatan karbon aktif endapan hidrokarbon yang dihasilkan serta
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu dehidrasi, melindungi permukaan karbon (Alfiany et al.,
karbonisasi dan aktivasi (Juliandini, 2008). 2013). Sifat-sifat dari bahan yang diaktivasi
Karbon aktif yang dibuat pada penelitian ini secara kimia dipengaruhi juga oleh jumlah
ditunjukan pada Gambar 1. bahan aktif yang ditambahkan dan jenis bahan
pengaktif yang digunakan (Jankowska et al.,
1991).
Aktivator yang ditambahkan pada
karbon aktif tempurung kelapa adalah larutan
H3PO4 3 M, sedangkan pada karbon aktif
tulang sapi dan babi, aktivator yang digunakan
adalah larutan CH3COOH 1 N. Unsur-unsur
mineral dari persenyawaan kimia yang
ditambahkan tersebut akan meresap ke dalam
(A) (B) (C) karbon dan membuka permukaan yang semula
tertutup oleh komponen kimia sehingga
Gambar 1. Karbon aktif tempurung kelapa (A), volume dan diameter pori bertambah besar.
tulang sapi (B), dan tulang babi (C) Pemilihan jenis aktivator akan berpengaruh
terhadap kualitas karbon aktif. Masing-masing
jenis aktivator akan memberikan pengaruh
Secara visual karbon aktif yang berasal yang berbeda-beda terhadap luas permukaan
dari tempurung kelapa memiliki warna hitam maupun volume pori-pori karbon aktif yang
yang lebih pekat dan tekstur yang lebih halus dihasilkan (Kurniawan et al., 2014).
dibandingkan dengan karbon aktif yang berasal
dari tulang hewan. Hal ini diduga disebabkan Karakteristik Karbon Aktif
oleh komposisi kimia yang dikandung oleh Karakterisasi karbon aktif bertujuan
masing-masing sampel sehingga berpengaruh untuk mengetahui bahwa karbon aktif yang
terhadap warna dan tekstur karbon aktif yang dibuat untuk penelitian sesuai dengan karbon
dihasilkan. aktif yang ada dipasaran, dengan mengacu
Sampel tempurung kelapa dan tulang pada SNI 06-3730-1995 tentang arang aktif
hewan dibersihkan dengan cara dicuci dengan teknis. Karakterisasi yang diujikan pada
akuades. Proses pencucian pada tempurung penelitian ini yaitu kadar air, kadar abu, daya
kelapa bertujuan untuk memisahkan kotoran, serap terhadap iodin, bagian yang hilang pada
seperti tanah dan kerikil yang mungkin pemanasan 950 oC, dan karbon aktif murni.
menempel pada permukaan tempurung kelapa, Hasil uji karakterisasi karbon aktif secara
sedangkan pada sampel tulang sapi dan babi, umum ditunjukkan pada tabel 1.
proses pencucian ini menggunakan akuades Penetapan kadar air dan abu pada
panas bertujuan untuk menghilangkan penelitian ini dilakukan dengan metode
kandungan lemak dan potongan sisa protein. gravimetri. Penetapan kadar air bertujuan
Proses dehidrasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat higroskopis karbon
untuk menghilangkan kandungan air pada aktif. Tabel 1 menunjukan bahwa kadar air
sampel. Sampel yang sudah didehidrasi yang dihasilkan dari penelitian ini memenuhi
dipotong kecil-kecil untuk menyempurnakan standar kualitas karbon aktif berdasarkan SNI
dan meratakan proses pirolisis (Pujiarti dan 06-3730-1995, yaitu maksimal 15% untuk
Sutapa, 2005). Perbedaan temperatur karbon aktif bentuk serbuk. Kadar air yang
karbonisasi yang digunakan pada sampel dihasilkan dari tempurung kelapa sebesar
dikarenakan jenis dan kandungan sampel yang 0.382-1.619% (Pambayun et al., 2013). Kadar
berbeda. air yang dihasilkan dari tulang sapi sebesar
Proses aktivasi karbon aktif dilakukan 7.99% (Syamberah et al., 2015). Kadar air
dengan metode kimia. Metode ini berfungsi karbon aktif sekam padi yang dihasilkan rata-
untuk mendegradasi molekul organik selama rata 5.022% (Yusuf dan Tjahjani, 2013).

107
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013

Secara keseluruhan kadar air hasil penelitian Tabel 1 menunjukan bahwa daya serap
ini relatif kecil, hal ini menunjukkan bahwa terhadap iodin yang dihasilkan dari penelitian
kandungan air terikat pada bahan baku yang ini memenuhi standar kualitas karbon aktif
dikarbonisasi lebih dahulu keluar sebelum berdasarkan SNI 06-3730-95, yaitu minimal
diaktivasi. Kandungan air karbon aktif yang 750 mg/g untuk karbon aktif bentuk serbuk.
besar dapat menurunkan kualitas dari daya Daya serap iodium yang dihasilkan dari
adsorpsi yang dimilikinya (Suhendarwati et al., tempurung kelapa sebesar 448.02-1599.72
2013 ). Menurut Pari, 1996, kadar air yang mg/g (Pambayun, et al., 2013). Daya serap iod
tinggi akan mengurangi daya serap karbon yang dihasilkan dari tulang sapi sebesar
aktif terhadap gas maupun cairan gas. 184.6947 mg/g (Syamberah et al., 2015). Daya
Penetapan kadar abu karbon aktif serap iodium yang dihasilkan oleh karbon aktif
dilakukan untuk mengetahui kandungan oksida tongkol jagung yaitu 773.85 mg/g (Alfiany et
logam dalam karbon aktif. Oksida logam al., 2013).
merupakan persenyawaan antara logam dengan Bagian yang hilang pada pemanasan 950
o
oksigen. Kadar abu diasumsikan sebagai sisa C disebut juga dengan kadar zat menguap.
mineral yang tertinggal pada saat dibakar, Kadar zat menguap merupakan hasil
karena bahan alam sebagai bahan dasar dekomposisi zat-zat penyusun karbon aktif
pembuatan karbon aktif tidak hanya akibat proses pemanasan selama karbonisasi
mengandung senyawa karbon tetapi juga dan bukan komponen penyusun karbon aktif
mengandung beberapa mineral, dimana (Pari, 2004). Karbon aktif dengan kadar zat
sebagian dari mineral ini telah hilang pada saat menguap yang tinggi akan menghasilkan asap
karbonisasi dan aktivasi, sebagian lagi pembakaran yang tinggi pula pada saat karbon
diperkirakan masih tertinggal dalam karbon aktif tersebut digunakan. Penurunan kadar zat
aktif (Suhendarwati et al., 2013). menguap seiring dengan meningkatnya
Kadar abu yang dihasilkan dari temperatur pirolisis disebabkan ketidak
penelitian ini berdasarkan tabel 1 memenuhi sempurnaan penguraian senyawa non karbon
standar kualitas karbon aktif berdasarkan SNI selama proses pirolisis. Hal ini sesuai dengan
06-3730-95, yaitu maksimal 10% untuk karbon hasil penelitian Hendra dan Darmawan
aktif bentuk serbuk. Kadar abu yang dihasilkan (2000) bahwa besarnya kadar zat menguap
dari tempurung kelapa sebesar 2.28-7.79% ditentukan oleh waktu dan temperatur
(Pambayun et al., 2013). Kadar abu yang pengarangan. Jika proses pirolisis lama dan
dihasilkan dari tulang sapi sebesar 13.33% temperaturnya ditingkatkan maka semakin
(Syamberah et al., 2015). Kadar abu dari banyak zat menguap yang terbuang, sehingga
karbon aktif sekam padi yang dihasilkan rata- akan diperoleh kadar zat menguap yang
rata 34.042% (Yusuf dan Tjahjani, 2013). semakin rendah.
Daya serap terhadap iodin ditentukan Novicio (1998) yang diacu dalam Pari
dengan tujuan mengetahui kemampuan (2004) melaporkan bahwa meningkatnya
adsorpsi dari adsorben yang dihasilkan temperatur karbonisasi akan menguapkan
terhadap larutan berbau. Menurut (Tutik dan senyawa volatil yang masih tertinggal terutama
Faizah, 2001), daya serap karbon aktif semakin ter, hal ini akan menyebabkan jumlah pori
kuat bersamaan dengan meningkatnya yang terbentuk bertambah banyak. Kadar zat
konsentrasi dari aktivator yang ditambahkan. menguap yang dihasilkan dari penelitian
Penambahan aktivator memberikan pengaruh berdasarkan Tabel 1 ini memenuhi standar
yang kuat untuk mengikat senyawa-senyawa kualitas karbon aktif berdasarkan SNI 06-
tar keluar melewati mikro pori-pori dari 3730-95, yaitu maksimal 25% untuk karbon
karbon aktif sehingga permukaan dari karbon aktif bentuk serbuk. Nilai kadar zat mudah
aktif tersebut semakin lebar atau luas yang hilang pada pemanasan 950 oC dari karbon
mengakibatkan semakin besar pula daya serap aktif sekam padi yang dihasilkan rata-rata
karbon aktif tersebut. Semakin besar angka iod 19.734% (Yusuf dan Tjahjani, 2013). Nilai
yang dihasilkan maka semakin besar kadar zat mudah hilang pada pemanasan 950
o
kemampuan dalam mengadsorpsi adsorbat atau C dari karbon aktif pelepah kelapa sebesar
zat terlarut. 18.89% (Ramdja et al., 2008).

108
Diskriminasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Siregar, et al.

Tabel 1. Hasil uji karakterisasi karbon aktif

Karakterisasi KA TK KA TS KA TB SNI 06-3730-1995


Kadar Air 2.4 2.2 1.2 Maks. 15 %
Kadar Abu 2.4 3.2 3.6 Maks. 10 %
o
Pemanasan 950 C 18.80 16.46 17.40 Maks. 25 %
Karbon Aktif Murni 78.80 80.34 79.00 Min. 65 %
Daya Serap Terhadap Iodin 1701.876 1788.832 1468.596 Min. 750 mg/g

Karbon aktif murni disebut juga permukaan karbon semakin besar dan jumlah
dengan karbon terikat. Menurut Hendra dan pori arang semakin banyak sehingga diduga
Winarni (2003), kadar karbon terikat adalah mempunyai kemampuan menyerap cairan atau
fraksi karbon (C) yang terikat di dalam gas.
karbon aktif selain fraksi air, zat menguap dan
abu. Berdasarkan data dan hasil pengamatan, Deskripsi Spektra IR dari Karbon Aktif
kadar karbon aktif murni yang dihasilkan dari Karbon aktif yang terbuat dari
penelitian ini memenuhi standar kualitas tempurung kelapa, tulang sapi dan tulang babi
karbon aktif berdasarkan SNI 06-3730-95, diuji dengan menggunakan FTIR untuk
yaitu minimal 80% untuk karbon aktif bentuk mengetahui gugus fungsi yang terkandung
serbuk. Kadar karbon aktif murni yang dalam masing-masing karbon aktif
dihasilkan dari pelepah kelapa sebesar 73.33% berdasarkan puncak serapan yang dihasilkan
(Ramdja et al., 2008). Menurut Pari (1996), (gambar 2). Pola spektrum yang dihasilkan
tinggi rendahnya kadar karbon aktif murni merupakan hasil serapan vibrasi dari seluruh
dipengaruhi oleh nilai kadar abu, kadar zat konstituen yang ada dalam sel, seperti pada
menguap dan senyawa hidrokarbon yang tempurung kelapa yaitu selulosa, hemiselulosa
masih menempel pada permukaan karbon dan lignin (Bledzki et al., 2010). Senyawa
aktif. Tingginya kadar karbon tersebut yang terkandung dalam tulang, berupa
menunjukkan bahwa fraksi karbon yang terikat senyawa hidroksiapatit, kolagen
di dalam karbon aktif semakin tinggi. Kondisi glikosaminoglikans, proteoglikans, dan
tersebut diduga mengakibatkan luas glikoprotein (Zhao et al., 2002).

0 .92 8

0 .90

0 .85

0 .80

0 .75

A
0 .70

0 .65

0 .60

0 .53 6
4 00 0.0 3 00 0 2 00 0 1 50 0 1 00 0 4 00 .0
1 /cm

Gambar 2. Spektra IR karbon aktif tempurung kelapa (biru), tulang sapi (hijau), dan tulang babi (hitam)

109
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013

Gambar 3. Plot Line pektra IR karbon aktif tempurung kelapa, tulang sapi dan tulang babi

Gugus fungsi yang dihasilkan dapat dihasilkan oleh tumbuhan (tempurung kelapa)
digunakan sebagai penciri dari karbon aktif dan tulang hewan (sapi dan babi) (gambar 3).
tersebut. Menurut Bani et al., 2013, gugus Hal ini menunjukkan bahwa instrumentasi
fungsi yang terdapat pada karbon aktif FTIR sudah mampu membedakan spektrum
tempurung kelapa adalah gugus C=O pada karbon aktif antara tumbuhan dan tulang
bilangan gelombang 1751.24 cm-1, gugus hewan, tetapi tidak mampu membedakan
C=C pada bilangan gelombang 1542.95 cm-1, spektrum antara karbon aktif tulang sapi dan
gugus C-C pada bilangan gelombang 1155.28 tulang babi, sehingga diperlukan metode yang
cm-1, dan gugus C-H pada bilangan gelombang mampu membedakan spektrum karbon aktif
885.27 cm-1. Gugus fungsi yang terdapat pada tulang sapi dan tulang babi tersebut.
karbon aktif tulang hewan yaitu O-H Gambar 3 merupakan Plot Line dari
stretching vibration pada bilangan gelombang seluruh sampel karbon aktif yang berjumlah 15
3431.05 cm-1, C=O stretchingvibration antara sampel.Plot Line digunakan untuk evaluasi
bilangan gelombang 1800 dan 1650 cm-1, dan secara visual untuk melihat spektrum pada
C-O stretching vibration diantara bilangan bilangan gelombang yang manakah yang dapat
gelombang 1600 dan 1400 cm-1 (Rezaee et al. dijadikan penciri untuk pembuatan model
2013). diskriminasi. Spektra IR karbon aktif
Bilangan gelombang 3431-3420 cm-1 dikelompokan berdasarkan sumber asalnya
diduga terdapat gugus O-H stretching (tumbuhan dan tulang hewan) dengan metode
vibration yang biasa ditemukan pada senyawa PCA. PCA mereduksi variabel-variabel yang
hidroksiapatit yang terdapat pada tulang dimiliki oleh spektrum menjadi beberapa
hewan.Diperkirakan terdapat gugus C-O variabel utama saja. Proses reduksi ini dapat
stretching vibration pada bilangan gelombang menyebabkan karbon aktif terkelompokkan
antara 1600-1400 cm-1 (Rezaee et al., 2013). berdasarkan korelasi informasi variabel yang
Pada bilangan gelombang 1036 cm-1 diduga dimiliki dalam grup. Semakin dekat sampel
terdapat gugus fosfat (PO4) stretching dengan sampel lain maka akan semakin besar
vibration dan 602-564 cm-1 terdapat gugus kemiripan di antara sampel-sampel tersebut.
fosfat (PO4) bending vibration (Dahlan et al., Metode ini belum dapat mengelompokkan
2006). spektra sampel awal atau tanpa prapemrosesan
(gambar 4). Hal ini disebabkan karena pada
Eksploratori Data Analisis dengan PCA dan spektra awal masih dipengaruhi oleh
PLS-DA dari Spektra IR Karbon Aktif pergeseran garis dasar dan derau (noise) yang
Spektrum yang dihasilkan oleh karbon dihasilkan detektor. Pengaruh tersebut dapat
aktif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan diatasi dengan melakukan prapemrosesan
yang sangat signifikan puncak serapan yang spektra yang meliputi koreksi garis dasar

110
Diskriminasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Siregar, et al.

(baseline), normalisasi, dan penghalusan (spektrum tanpa prapemrosesan) maupun


(smoothing). Teknik prapemrosesan ini dapat spektrum dengan prapemrosesan. Segmentasi
meningkatkan kemampuan PCA untuk ini dilakukan untuk melihat keberadaan
mengelompokkan sampel tanpa kehilangan konstituen-konstituen kunci yang berperan
informasi yang besar dengan total variasi secara signifikan dalam analisis kemometrik.
(jumlah PC1 dan PC2) yang diperoleh adalah Hasil analisis PCA dikatakan baik bila
89%. dengan jumlah komponen utama yang sedikit
Score plot pada gambar 4 (A) dan (B) mampu menggambarkan total variasi yang
merupakan score plot yang menggunakan besar. Score plot pada gambar 4 (C) dan (D)
seluruh data absorbansi dari seluruh sampel merupakan score plot yang menggunakkan
karbon aktif. Tetapi pada gambar (A) tanpa daerah segmentasi 3900-3000 cm-1 dan 1500-
melalui prapemrosesan, sedangkan pada 450 cm-1 serta keduanya melalui
gambar (B) melalui prapemrosesan. Gambar prapemrosesan terlebih dahulu. Gambar (C)
(B) menunjukkan total variasi yang cukup dan (D) menunjukkan total variasi yang cukup
tinggi yaitu sebesar 98%, tetapi tidak terjadi besar yaitu 95% dan 97% tetapi pemisahan
pemisahan antar kelompok sampel karbon aktif yang kurang baik karena pada gambar (C) ada
tempurung kelapa, tulang sapi dan tulang babi. beberapa sampel pengulangan karbon aktif
Gambar (B) menunjukkan total variasi sebesar tulang babi yang tidak mengelompok sehingga
89% serta pemisahan yang cukup baik karena menghasilkan pemisahan yang kurang
karbon aktif terpisah menjadi tiga kelompok sempurna. Hal yang sama juga terjadi pada
berdasarkan sumebr asal sampelnya. gambar (D) yaitu sampel karbon aktif
Aanalisis PCA juga dilakukan terhadap tempurung kelapa tidak mengelompok
spektrum pada kisaran bilangan gelombang berdasarkan sumber asalnya.
tertentu (segmentasi), baik pada spektrum asli

Gambar 4. Score Plot PCA (A) spektra asli (tanpa prapemrosesan), (B) spektra dengan prapemrosesan (data
seluruh bilangan gelombang), (C) spektra dengan prapemrosesan dan segmentasi 3900-3000 cm-1,
(D) spektra dengan prapemrosesan dan segmentasi 1500-400 cm-1

111
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013

Gambar 4 menunjukan pengelompokan karbon contoh yang sedikit, selain itu juga mampu
aktif berdasarkan perbedaan sumber asalnya melakukan tes secara independen (Stchur et
dapat dilakukan dengan baik menggunakan al., 2002). Model dikatakan baik apabila nilai
data spektrum prapemrosesan. Pengelompokan R2 dari kalibrasi dan validasi silang tidak
karbon aktif dengan data spektrum asli dan berjauhan, yaitu 0.978739 dengan 0.966215.
data spektrum hasil prapemrosesan juga Suatu model PLS dikategorikan sebagai model
memperlihatkan pengaruh segmentasi yang dapat dipercaya bila nilai parameter yang
spektrum dalam analisis PCA. Zou et al., dihasilkan, di antaranya berupa nilai korelasi
(2005) menyatakan bahwa segmentasi selain dan nilai galat, serupa untuk setiap tahapan
meningkatkan mutu analisis spektrum IR pembuatan model. Korelasinya (R) harus
melalui pengurangan wilayah spektrum yang bernilai tinggi sedangkan galatnya bernilai
banyak mengandung derau (noise) juga dapat rendah (Baranska et al., 2005).
menurunkan hasil analisis melalui eliminasi Hasil PLS-DA menunjukan bahwa data
informasi penting yang dimiliki spektrum. tersebut sudah mencukupi dengan 15 sampel
Pengelompokan karbon aktif dapat terjadi untuk dijadikan model karena datanya tidak
sebagai hasil identifikasi PCA terhadap variasi overfitting. Overfitting adalah suatu keadaan di
komposisi konstituen kimia sampel yang dapat mana jumlah parameter yang masuk ke dalam
disebabkan adanya perbedaan sumber bahan model terlalu besar dibandingkan dengan
baku (asal sampel). ukuran data yang digunakan untuk
Pemisahan yang paling baik dan total membangun model. Model tersebut
variasi yang tinggi dari analisis PCA yang akan menghasilkan galat yang sangat kecil untuk
digunakan sebagai model PLS-DA. Hasil dari data kalibrasi namun galat yang besar untuk
score plot pada Gambar 4(B) yang akan data validasi (Naes et al., 2002). Model yang
dijadikan model PLS-DA. Pengelompokkan overfitting menghasilkan terlalu banyak variasi
sampel dengan PLS-DA dilakukan terhadap 2 yang spesifik untuk proses kalibrasi dan
matriks, yaitu data absorbansi hasil analisis melibatkan jumlah komponen yang terlalu
FTIR sebagai matriks X dan matriks respon tinggi. Kondisi overfitting menyebabkan
untuk setiap sampel sebagai matriks Y. penurunan kemampuan prediksi model.Model
Respon 1 untuk sampel anggota kelompok dan regresi yang baik dapat dilihat dari nilai R2,
0 untuk sampel bukan anggota kelompok. RMSE, dan kemiringan garis regresi pada hasil
Keabsahan model kalibrasi yang kalibrasi dan prediksi. Model regresi semakin
terbentuk diuji dengan pendekatan statistik bagus jika nilai R2 besar, RMSE kecil, dan
secara internal melalui validasi silang dengan kemiringan garis (slope) mendekati 1 (450)
menghapus satu standar pada suatu waktu. (Naes et al. 2002). Tabel 3 memperlihatkan
Validasi silang adalah pengamatan yang dibagi bahwa model diskriminasi dari karbon aktif
menjadi dua set data, salah satu sampel tulang sapi (KA TS), tempurung kelapa (KA
kalibrasi diambil dari model kalibrasi PLS dan TK), dan tulang babi (KA TB) dapat
sampel sisa yang digunakan untuk membangun dikategorikan baik yaitu karena R2 mendekati
PLS Model. Sampel kemudian dihitung 1, dan RMSE (Root Mean Square Error)
menggunakan regresi PLS baru.Cara ini mendekati 0, kemiringan garis (slope)
diulang, sehingga setiap sampel mendapat mendekati 1 (450) dan nilai offset yang kecil.
gilirannya (Miller dan Miller, 2005). Teknik Gambar 5 memperlihatkan garis regresi dari
validasi silang bermanfaat untuk menentukan salah satu sampel karbon aktif.
jumlah komponen yang optimal dari jumlah

Tabel 3. Nilai Parameter Model Kalibrasi dan Validasi Karbon Aktif

112
Diskriminasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Siregar, et al.

Gambar 5. Model Kalibrasi dan Prediksi menggunakan PLS-DA Karbon Aktif Tulang Sapi

Tabel 5. Nilai prediksi pada model PLS-DA karbon aktif pasaran

Model kalibrasi yang dihasilkan Hasil nilai prediksi pada model PLS-DA
digunakan untuk memprediksi sumber asal karbon aktif pasaran ditunjukan pada Tabel 5
karbon aktif yang ada dipasaran. y1 adalah yang memperlihatkan bahwa sampel uji karbon
karbon aktif tulang sapi akan bernilai satu, aktif yang ada dipasaran memiliki nilai
sedangkan karbon aktif tempurung kelapa dan prediksi mendekati 1 ketika dibandingkan
tulang babi akan bernilai nol. y2 adalah dengan karbon aktif tempurung kelapa. Hal ini
karbon aktif tempurung kelapa akan bernilai dapat disimpulkan bahwa sampel uji karbon
satu, sedangkan karbon aktif tulang sapi dan aktif yang ada dipasaran tersebut sumber
tulang babi akan bernilai nol. y3 adalah karbon asalnya atau bahan bakunya berasal dari
aktif tulang babi akan bernilai satu, sedangkan tempurung kelapa. Nilai yang diprediksi jauh
untuk karbon aktif tulang sapi dan tempurung dari nilai satu karena mungkin karbon aktif
kelapa akan bernilai nol. Sampel dikatakan yang biasa ada dipasaran tidak menggunakan
berhasil diprediksi ketika nilai prediksi sampel proses aktivasi sehingga perbedaan perlakuan
mendekati 1. yang digunakan untuk model dan prediksi

113
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013

yang menyebabkan nilai prediksi jauh dari Chand, Bansal, Roop, Meenakshi Goyal. 2005.
nilai satu. Activated Carbon Adsorpsion. United States
of America (USA): Lewis Publisher.
4. SIMPULAN Chew OS, Hamdan MR, Ismail Z, Ahmad MN.
2004. Assessment of herbal medicine by
Kesimpulan yang didapat dari penelitian chemometrics: Assisted Interpretation of
ini adalah metode analisis FTIR yang FTIR Spectra. J Anal Chem Acta, in press
dikombinasikan dengan analisis kemometrika
melalui pemodelan PCA dan PLS-DA mampu Dahlan K, Sari YW, Yuniarti E, Soejoko DS. 2006.
membedakan karbon aktif yang berasal dari Karakterisasi gugus fosfatdan karbonat
tumbuhan (tempurung kelapa) dan tulang dalam tulang tikus dengan fourier transform
hewan (sapi dan babi). PCA mereduksi infrared (FT-IR) spectroscopy. Jurnal sains
materi Indonesia.
variabel-variabel yang dimiliki oleh spektrum
menjadi beberapa variabel utama saja. Proses Fessenden dan Fessenden.1986. Kimia Organik
reduksi ini dapat menyebabkan karbon aktif Jilid 1.Ed Ke-3. Pudjaatmaka AH,
terkelompokkan berdasarkan korelasi penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.
informasi variabel yang dimiliki dalam grup.
Pengelompokkan juga dilakukan Gad HA, Ahmady SH, Abou Shoer MI, Al-Azizi
dengan PLS-DA dan sampel uji (karbon aktif MM. 2012. Application of chemometrics in
pasaran) dapat diprediksi berdasarkan asalnya authentication of herbal medicines: A
(tumbuhan atau tulang hewan). Pembuatan Review. Phytochemical Analysis. 24:1-24.
model prediksi karbon aktif dengan PLS
Hashim DM, Che Man YB, Norakasha R, Shuhaimi
menghasilkan model yang sangat baik karena
M, Salah Y, Syahariza ZA. 2010. Potential
menghasilkan R2 yang mendekati 1 dan RMSE use of fourier transform infra red
yang mendekati nol untuk model kalibrasi spectroscopy for differentiation of bovine
maupun prediksinya. and porcine gelatins. Food chemistry.
118: 856-860.
DAFTAR PUSTAKA
Hendra, Darmawan, 2000. Pengaruh bahan baku,
Alfiany H, Bahri S, Nurakhirawati. 2013. Kajian jenis perekat dan tekanan kempa terhadap
penggunaan arang aktif tongkol jagung kualitas briket arang. Bogor (ID): Puslitbang
sebagai adsorben logam Pb dengan beberapa Hasil Hutan Bogor.
aktivator asam. Jurnal Natural Science. 2(3):
75-86. ISSN: 2338-0950. Hendra D, Winarni I. 2003. Sifat fisis dan kimia
briket arang campuran limbah kayu gergajian
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 06-3730- dan sebetan kayu.
1995: Arang Aktif Teknis. Jakarta (ID): Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 2(31): 211-
Badan Standardisasi Nasional. 226.

Bani M, Santjojo DH, Masruroh. 2013. Pengaruh Jankowska H, Swiatkowski A, Choma J. 1991.
suhu reaksi reduksi terhadap pemurnian Active Carbon 1st Ed. New York (USA):
karbon berbahan dasar tempurung kelapa. Ellis Horwood.
Jurnal Natural B. 2(2).
Juliandini F, TrihadiningrumY. 2008. Uji
Baranska W. 2005. Quality control of kemampuan karbon aktif dari limbah kayu
harpagophytum procumbensand its related dalam sampah kota untuk penyisihan fenol.
phytopharmaceutical products by means of Surabaya (ID): Seminar Nasional
NIR-FT-Raman spectroscopy. Biopolymers. Manajemen Teknologi VII. ISBN: 9798-979-
77:1-8. 99735-4-2.

Bledzki AK, Mamun AA, Volk J. 2010. Barley husk Kumosinski TF, Farrell JrHM. 1993. Determination
and coconut shell reinforced polypropylene of the global secondary structure of proteins
composites: The effect of fibre physical, by fourier transforrn infrared (FTIR)
chemical and surface properties. Composites spectroscopy. Trends in Food Sci. dan
Science and Technology. 70: 840-846. Technol. 6(4): 169- 175.

114
Diskriminasi Karbon Aktif Asal Tumbuhan dan Tulang Hewan Siregar, et al.

Kurniawan R, Lutfi M, Agung WN. 2014. Pujiarti P, Sutapa JPG. 2005. Mutu arang aktif dari
Karakterisasi luas permukaan bet limbah kayu mahoni (Swietenia
(braunanear, emmelt dan teller) karbon aktif macrophyllaking) sebagai bahan penjernih
dari tempurung kelapa dan tandan kosong air. J.Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis. 3(2).
kelapa sawit dengan aktivasi asam fosfat
(H3PO4). Jurnal Keteknikan Pertanian Purwakusumah ED, Rafi M, Syafitri UD,
Tropis dan Biosistem. 2(1): 15-20. Nurcholis W, Adzkiya MAZ. 2014.
Identifikasi dan autentikasi jahe merah
Lokapuspita G, Hayati M, Purwanto. 2012. menggunakan kombinasi spektroskopi FTIR
Pemanfaatan limbah ikan nila sebagai dan kemometrik. Agritech. 34(1).
fishbone hydroxyapatite pada proses
adsorpsi logam berat krom pada limbah cair. Ramdja AF, Halim M, Handi Jo. 2008. Pembuatan
Jurnal Teknologi Kimia Dan Industri. 1(1): karbon aktif dari pelepah kelapa (Cocus
379-388. nucifera). Jurnal Teknik Kimia. 15(2).

Maftuhin TA, Hanifah, Anita S. 2014. Potensi Rezaee A, Rangkooy H, Jonidi A, Jafari A,
pemanfaatan tulang ayam sebagai adsorben Khavanin A. 2013. Surface modification of
kation timbal dalam larutan. Jurnal Fakultas bone char for removal of formaldehyde
MIPA. Universitas Riau. from air. Journal Applied Surface Science.
286: 235–239.
Manocha SM. 2003. Porous carbons. Journal
Sadhana. 28:1-2. Rohman A, Sismindari, Erwanto Y, and Che Man
YB. 2011. Analysis of pork adulteration in
Marlina Elin. 2013. Aplikasi kemometrik untuk beef meatball using fourier transform
kendali mutu simplisia kumis kucing infrared (FTIR) spectroscopy. Meat Science.
(Orthosiphon aristalus). [skripsi]. Bogor 88: 91–95.
(ID): Departemen Kimia. Institut Pertanian
Bogor. Rohaeti E, Heryant R, Rafi M, Wahyuningrum A,
dan Darusman LK. 2011. Prediksi kadar
Naes T, Isaksson T, Fearn T, Davies T. 2002. A user flavonoid total tempuyung (Sonchus arvensis
friendly guide to multivariate calibration L.) menggunakan kombinasi spektroskopi IR
and classification. Chichester (UK): NIR dengan regresi kuadrat terkecil parsial.
Publication Jurnal Kimia. 5(2).

Novicio LP, Hata, Kajimoto T, Imamura Y, Ishihara Stchur P, Cleveland D, Zhou J, Michel RG. 2002. A
S. 1998. Removal of mercury from aqueous review of recent aplications of near infrared
solutions of mercuric chloride using wood spectroscopy and of the caracteristics of
powder carbonized at high temperature. novel Pbs CCD array based NIR
Journal of Wood Research. 85: 48-55. spectrometers. App Spect Rev. 37:383-428

Pambayun GS, Yulianto, Remigius YE, Suhendarwati L, Suharto B, Susanawati LD. 2013.
Rachimoellah M, Putri, Endah MM. 2013. Pengaruh konsentrasi larutan kalium
Pembuatan karbon aktif dari arang hidroksida padaabu dasar ampas tebu
tempurung kelapa dengan aktivator ZnCl2 teraktivasi. Jurnal Sumberdaya Alam dan
dan Na2CO3 sebagai adsorben untuk Lingkungan.
mengurangi kadar fenol dalam air limbah.
Jurnal Teknik POMITS. 2(1): ISSN: 2337- Syamberah, Anita S, Hanifa TA. 2015. Potensi
3539. arang aktif dari tulang sapi sebagai adsorben
ion besi, tembaga, sulfat dan sianida dalam
Pari G. 1996. Kualitas arang aktif dari 5 jenis larutan. JOM FMIPA. 2(1).
kayu. Buletin Penelitian Hasil Hutan. 14:
60-68. Varmuza K. 2002. Applied chemometrics: from
chemical data to relevant information.
Pari G. 2004. Kajian struktur arang aktif dari Cairo (EGP): 1st Converence on Chemistry.
serbuk gergaji kayu sebagai adsorben
formaldehida kayu lapis. [disertasi]. Bogor Wijayanti R. 2009. Arang aktif dari ampas tebu
(ID): Program Pascasarjana, Institut sebagai adsorben pada pemurnian minyak
Pertanian Bogor. goreng bekas. [tesis]. Bogor (ID): Program
Pasca Sarjana, Bidang Ilmu Kimia, Institut
Pertanian Bogor.

115
Jurnal Kimia VALENSI, Vol 1, No. 2, November 2015 [103-116] P-ISSN : 2460-6065, E-ISSN : 2548-3013

Wold S, Sjostrom M, Eriksson L. 2001. and histological evaluation of biomimetic


PLSregression: a basic tool of chemometrics. three dimensional HA/chitosan-gelatin
Chem Intel Lab Syst. 58:109-130. network composite scaffolds. Biomaterials.
23: 3227-3234.
Yusuf MA, Tjahjani S. 2013. Adsorpsi ion Cr (VI)
oleh arang aktif sekam padi. UNESA Journal Zou HB, Yang GS, Qin ZR. 2005. Progress in
of Chemistry. 2(1). quality control of herbal medicine with IR
fingerprint spectra. Analytical Letters. 38:
Zhao F, Yin Y, Lu WW, Leong JC, Zhang W, 1457-1475.
Zhang J, Zhang M, Yao K. 2002. Preparation

116

Anda mungkin juga menyukai