Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM SAINS TANAH

PENETAPAN BAHAN ORGANIK TANAH

Oleh:
Andi Nur Abdul Aziz (181510501009)
Nahyu Kulla Af’iddah (181510501102)
Hasbi Rusydan R. (181510501154)

GOLONGAN/KELOMPOK
B/1A

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah memiliki peranan penting dalam kehidupan mahkluk hidup seperti
tempat tumbuhnya tanaman, sebagai penyimpan air, dan tempat hidup dan
berpijaknya makhluk hidup lainnya. Tanah sebagai tempat tumbuhnya tanaman
harus memiliki beberapa syarat yang dapat mendukung pertumbuhannya, salah
satunya yaitu kadar unsur hara atau bahan organik tanah. Bahan organik tanah
merupakan hasil dari dekomposisi mahkluk hidup yang bercampur langsung saat
proses pembentukan tanah maupun yang ada dipermukaan tanah. Kandungan
bahan organik dalam proses pembentukan tanah memiliki pengaruh besar dalam
terbentukya sifat fisik tanah (Johannes et al., 2017). Tanah dapat dikategorikan
subur apabila memiliki bahan organik dengan kandungan karbon (C) sebesar 45-
60%. Pemberian bahan organik merupakan salah satu cara yang dapat membantu
tanah dalam memperbaiki kesuburannya serta bermanfaat dalam menjaga kondisi
lingkungan (Peltre et al., 2017). Kandungan C-organik tanah tersebut dapat
diperoleh dari hasil proses dekomposisi makhluk hidup yang telah mati, serta
memiliki peran dalam proses terjadinya pertukaran kation dan anion dalam tanah
(Waluyo, 2018).
Bahan organik atau C-organik tanah memiliki peranan dalam menjadi
indikator baik atau tidaknya kesehatan suatu tanah. Menurut Afandi dkk, (2015)
berkaitan dengan fungsinya, kandungan C-organik berperan dalam menyediakan
nutrisi atau makanan yang dibutuhkan mikroorganisme untuk dapat melakukan
aktivitasnya sebagai dekomposer tanah. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan
dari Napitupulu dkk, (2018) bahwa tingkat kandungan C-organik memiliki
pengaruh besar dalam proses penguraian bahan organik yang ada di dalam tanah.
Selain itu bahan organik juga memiliki fungsi sebagai indikator derajat kestabilan
agregat tanah maupun menjaga porositas suatu tanah (Nita dkk, 2015). Penentuan
kandungan C-organik tanah tidak serta merta dapat dilakukan dengan melihat
kondisi tanah secara langsung, namun juga harus dilakukan dengan pengujian

Laporan Praktikum Sains Tanah


laboratorium sehingga presentase kandungan C-organik suatu tanah dapat
diketahui lebih akurat.
Menurut Tfaily et al., (2017) kandungan bahan organik tanah dapat
ditentukan dengan mengukur unsur karbon menggunakan alat spektrometer.
Metode yang digunakan dalam penentuaan kandungan bahan organik tersebut
yaitu metode kurmis. Metode kurmis prinsip kerjanya yaitu dengan cara
mengoksidasi kandungan C-organik yang ada di dalam tanah menggunakan
bantuan kalium dikromat (K2Cr2O7) dalam keadaan asam. Penggunaan dikromat
tersebut akan menyebabkan terjadinya proses reduksi dari Cr 6+ menjadi Cr3+.
Hasil dari proses reduksi tersebut akan sama dengan jumlah kandungan C-organik
yang teroksidasi. Penggunaan senyawa kalium dikromat tersebut harus dilakukan
dengan hati-hati salah satunya menggunakan sarung tangan. Hal tersebut harus
dilakukan karena senyawa kalium dikromat termasuk ke dalam senyawa
karsinogenik, bersifat korosif, dan paparannya dapat menyebabkan kebutaan.

1.2 Tujuan Praktikum


Mengetahui dan memahami cara menetapkan kadar bahan organik tanah
dengan menggunakan metode kurmis serta hubungannya degan sifat kimia tanah.

Laporan Praktikum Sains Tanah


BAB 2. METODOLOGI

2. 1 Waktu dan tempat


Praktikum Sains Tanah acara 8 tentang “Penetapan Bahan Organik Tanah”
dilaksanakan pada hari Selasa, 12 November 2019 pukul 06.40-08.40 WIB di
Laboratorium Kimia dan KesuburanTanah Fakultas Pertanian Universitas Jember.

2.2 Alat
1. Timbangan analitik
2. Labu ukur volume 100 ml
3. Dispenser skala 10 ml/pipet ukur 10 ml
4. Pipet volume 5 ml
5. Spektofotometer visible

2.3 Bahan
1. H2SO4 pa. 98%, Bj 1,84
2. K2Cr2O7
3. Larutan standaer 5000 ppm
4. Aquades

2.4 Metode
1. Menimbang 0,5 gram tanah halus ke dalam labu takar volume 100 ml.
2. Menambahkan berturut-turut 5 ml larutan K2Cr2O7 2N, kemudian
mengocoknya.
3. Menambahkan 7,5 ml H2SO4, kemudian mengocoknya setelah itu biarkan
selama 30 menit.
4. Menambahkan 100 ml aquades, kemudia mengocoknya lagi dan mengukur
pada hari berikutnya.
5. Membuat standar yang mengandung 250 ppm C dan blanko 0 ppm C dengan
mengerjakan seperti diawal.

Laporan Praktikum Sains Tanah


BAB 3. HASIL PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Grafik Pengukuran Deret Standar


0.4
0.347
0.3 0.3
0.238
0.2 0.187
0.1 0.125
0.045
0 0
1 2 3 4 5 6 7

linear(abs)

Grafik 1. Grafik Pengukuran deret standar

Kel wl abs Y+0,06 X(ppm ml/gr fp fk %C %B Harkat


Sampel (y) kurva)
B1 0,146 0,043 0,153 2,543 200 1 1,084 0,056 0,036 Sangat
rendah
B2 0,162 0,109 0,169 2,864 200 1 1,095 0,062 0,106 Sangat
rendah
B3 0,122 0,069 0,129 2,186 200 1 1,089 0,046 0,082 Sangat
rendah
B4 0,177 0,124 0,184 3,119 200 1 1,075 0,067 0,116 Sangat
rendah
Tabel 1. Hasil Pengukuran Ketersediaan Bahan Organik Tanah

Grafik C% dan B% Golongan B


0.14
0.116
0.12 0.106
0.1 0.082
Persentase

0.08 0.062 0.067


0.056
0.06 0.046
0.036
0.04
0.02
0
B1 B2 B3 B4
Axis Title

C% B%

Grafik 2. Grafik C% dan B% Golongan B


Laporan Praktikum Sains Tanah
Bedasarkan grafik pengukuran deret standar dapat diketahui nilai abs pada
konsentrasi 0 ppm sebanyak 0; pada konsentrasi 50 ppm sebesar 0,045;
konsentrasi 100 ppm sebesar 0,125; konsentrasi 150 ppm sebesar 0,187 ;
konsentrasi 200 ppm sebesar 0,238; konsentrasi 250 ppm sebesar 0,3; dan pada
konsentrasi 3000 ppm sebesar 0,347. Untuk dapat mengetahui hasil dari kadar C%
dan B% yaitu dengan cara megurangi hasil kurva deret standar dengan hasil
blanko. Hasil C% serta B% yang didapatkan dari sampel tanah pada vegetasi
belimbing dengan C% sebesar 0.067% dan B% sebesar 0.036% ; pada vegetasi
buah naga mendapatkan nilai kadar C% yaitu 0.062% dan B% sebesar 0.106%.
Sedangkan pada vegetasi jeruk dengan nilai kadar C% sebesar 0.046% ; B%
sebesar 0.082% ; sedangkan kadar C% pada vegetasi belimbing yaitu 0.067%
serta B% sebesar 0.116%.

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini acara “Penetapan Bahan Organik Tanah” dapat
mengetahui kandungan bahan organik pada tanah. Bahan Organik Tanah
merupakan bahan di dalam atau permukaan tanah yang berasal dari sisa
tumbuhan, hewan, dan manusia baik yang telah mengalami dekomposisi lanjut
maupun yang sedang megalami proses dekomposisi. Bahan organik sangat
berperan penting dalam menjaga stabilitas agregat, kadar lengas dan kemampuan
tanah mengikat unsur hara agar tidak mudah tercuci. Secara substansi bahan
organik tersusun dari bahan humus dan non humus. Lahan yang paling banyak
mengandung bahan organik tanah adalah lahan tanaman semusim contoh kacang
tanah karena pemberian penggunaan pupuk lebih efektif dari pada lahan yang
lainnya (Dewiastuti. 2016). Dengan adanya bahan organik pada tanah diharapkan
dapat meningkatkan serapan hara tanaman dan kehidupan biologi tanah. Ada
beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap bahan organik tanah pada
berbagai lahan berturut-turut adalah pemupukan, iklim mikro, dan tipe lahan.
Kandungan bahan organik pada semua vegetasi yaitu vegetasi jambu,
vegetasi buah naga, vegetasi jeruk dan vegetasi belimbing mendapatkan hasil
yang sangat rendah atau sangat lemah. Salah satu akibat kurangnya bahan organik

Laporan Praktikum Sains Tanah


di dalam tanah akan menyebabkan kesuburan tanah menjadi rendah dan
pemberian pupuk kimia menjadi kurang efektif. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah penggunaan pupuk kimia dengan dosis
berlebih dalam jangka waktu lama, tanpa diimbangi pemberian pupuk organik
juga dapat membuat tanah menjadi lebih asam dan penyerapaan unsur hara
menjadi terganggu. Faktor selanjutnya adalah penebangan hutan karena dapat
menurunkan kandungan bahan organik tanah melalui proses peningkatan laju
dekomposisi dan mineralisasi yang akan meningkatkan laju pelepasan karbon
dioksida ke atmosfir, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas tanah dan
berpotensi menjadikan lahan kritis.
Bahan organik juga berperan dalam memperbaiki struktur tanah sehingga
tanah mudah diolah dan dilumpurkan.Faktor yang mencolok pada praktikum kali
ini adalah iklim. Saat ini memasuki musim kemarau atau kekeringan sehingga
kandungan bahan organik dalam tanah rendah dan menjadikan tanah tidak subur
lagi. Tanah yang mengalami kemerosotan kandungan C-organik menandakan
tanah tersebut mengalami penurunan kualitas kesuburan tanah atau degradasi
kesuburan. Bahan organik penting sebagai sumber energi jasad renik yang
berperan dalam penyediaan hara tanaman. Mengingat pentingnya peranan bahan
organik terhadap kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah, maka pemberian atau
daur-ulang bahan organik merupakan bagian penting dari pelestarian kesuburan
tanah. Bahan organik yang diberikan pada tanah biasanya berupa kotoran ayam,
kotoran sapi dan kompos dapat meningkatkan kandungan C-organik di tanah,
pada umumnya bahan organik mengandung unsur hara N, P, dan K serta hara
mikro yang diperlukan oleh tanaman (Afandi. 2015).

Laporan Praktikum Sains Tanah


BAB 4. KESIMPULAN
1. Bahan organik sangat berperan penting dalam menjaga stabilitas agregat,
kadar lengas dan kemampuan tanah mengikat unsur hara agar tidak mudah
tercuci.
2. Kandungan bahan organik pada semua vegetasi yaitu vegetasi jambu,
vegetasi buah naga, vegetasi jeruk dan vegetasi belimbing mendapatkan hasil
yang sangat rendah atau sangat lemah.
3. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap bahan organik tanah pada berbagai
lahan berturut-turut adalah pemupukan, iklim mikro, dan tipe lahan.

Laporan Praktikum Sains Tanah


DAFTAR PUSTAKA

Afandi, F. N., B. Siswanto, dan Y. Nuraini. 2015. Pengaruh Pemberian Berbagai


Jenis Bahan Organik terhadap Sifat Kimia Tanah pada Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Ubi Jalar di Entisol Ngrangkah Pawon, Kediri. Tanah
dan Sumberdaya Lahan, 2(2): 237-244.

Dwiastuti. S., Maridi., Suwarno dan D. Puspitasari. 2016. Bahan Organik Tanah
di Lahan Marjinal dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Proceeding
Biology Education Conference. 13(1): 748-751.
Johannes, A., A. Matter, R. Schulin, P. Weisskopf, P. C. Baveye, and P. Boivin.
2017. Optimal Organic Carbon Values for Soil Structure Quality of Arable
Soils, Does Clay Content Matter?. Geoderma, 302: 14-21.
Napitupulu, A. S., H. Hanum, dan MMB. Damanik. 2018. Aplikasi Kombinasi
Bahan Organik terhadap Ketersediaan dan Serapan Hara pada Tanah Sawah
Serdang Bedagai. ANR Conference Series, 1(1): 169-173.
Nita, C. E., B. Siswanto, dan W. H. Utomo. 2015. Pengaruh Pengolahan Tanah
dan Pemberian Bahan Organik (Blotong dan Abdu Ketel) terhadap Porositas
Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Tebu pada Ultisol. Tanah dan
Sumberdaya Lahan, 2(1): 119-127.
Peltre, C., E. G. Gregorich, S. Bruun, L. S. Jensen, and J. Magid. 2017. Repeated
Application of Organic Waste Affects Soil Organic Matter Composition:
Evidence from Thermal Analysis, FTR-PAS, Amino Sugars and Lignin
Biomarkers. Soil Biology and Biochemistry, 104: 117-127.
Tfaily, M. M., R. K. Chu, J. Toyoda, N. Tolic, E. W. Robinson, L. Pasa-Tolic, and
N. J. Hess. 2017. Sequental Extraction Protocol for Organic Matter from
Soils and Sediments Using High Resolution Mass Spectrometry. Analytica
Chimica Acta, 972: 54-61.
Waluyo, L. 2018. Bioremediasi Limbah. Malang: UMM Press.

Laporan Praktikum Sains Tanah


DOKUMENTASI

Gambar 1. Menghaluskan tanah Gambar 2. Menimbang tanah

Gambar 3. Memasukan Tanah ke labu Gambar 4. Memasukan K2Cr2O7

Gambar 5. Mengocok K2Cr2O7 Gambar 6. Memasukan H2SO4

Laporan Praktikum Sains Tanah


Gambar 7. Memasukan Aquades Gambar 8. Menyimpan labu

Gambar 9. Memasukan ke tabung Gambar 10. Mengukur C organik

Laporan Praktikum Sains Tanah


LAMPIRAN

Laporan Praktikum Sains Tanah

Anda mungkin juga menyukai