Anda di halaman 1dari 18

makalah studi islam (sejarah masuknya islam ke nusantara)

Makalah Studi Islam


Sejarah Masuknya Islam ke Nusantara

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatrahmat dan
hidayahnya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Sejarah Masuknya Islam ke
Nusantara’

Berdasarkan sumber-sumber yang kami dapat dari luar maupun dari dalam, walaupun masih banyak
kekurangan. Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai sejarah masuknya islam ke
Indonesia, juga memberikan penjelasan yang jelas mengenai proses masuknya islam ke Indonesia serta
menjelaskan islam pada masa yang akan datang.

Diharapkan bahwa makalah ini membantu pembaca untuk memahami dengan lebih baik tentang sejarah
masuknya islam ke indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, disebabkan karena terbatasnya
kemampuan kami, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami perlukan dari pembaca terutama
dari Bapak Dosen Bimbingan kami. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 5 Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………...................i

Daftar Isi…………………………………........………………...……….…………………….....….......ii

BAB I

1.1 Latar Belakang................................................................................................................................................................1

1.2 Tujuan...............................................................................................................................................................................1

BAB I I

2.1 Asal mula Masuknya Islam di Nusantara............................................................................2

2.2 Teori masuk penyebaran islam.............................................................................................5

2.3 Sumber-sumber berita masuknya agama dan kebudayaan islam di Indonesia...................5


2.4 Cara Masuknya Islam ke Indonesia....................................................................................6
2.5 Perkembangan Masuknya Islam di Beberapa Wilayah Indonesia......................................7
2.6 Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia ..........................................................11

2.7 Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia...................................................11


2.8 Peradaban Islam di Masa Depan........................................................................................12
BAB III

Kesimpulan ..............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang
sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan
antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara
dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena
hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara
Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan
Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di
Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri
(Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.

Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tidak
hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama
Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para
pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.

1.2 Tujuan

Makalah ini mempunyai tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses
perkembangan islam di Indonesia bagi para pembaca. Disamping itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
informasi kepada para pembaca bahwa kami menjelaskan sejarah perkembangan islam dan perkembangan pada masa
yang akan datangnya.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Asal-usul masuknya Islam di Nusantara

Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. di Jazirah Arab pada abad ke-7 masehi
ketika Nabi Muhammad saw mendapat wahyu dari Allah swt. Setelah kematian Rasullullah s.a.w.
kerajaan Islam berkembang hingga Samudra Atlantik dan Asia Tengah di Timur.
Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki
Seljuk, dan Kekhalifahan Ottoman, Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi
kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari
negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam. Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan
dirinya sekolah.

Di abad ke-18 dan 19 masehi, banyak daerah Islam jatuh ke tangan Eropa. Setelah Perang Dunia
I, Kerajaan Ottoman, yaitu kekaisaran Islam terakhir tumbang. Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam
merupakan sebuah kawasan yang dilewati oleh jalur sutera. Kebanyakkan Bangsa Arab merupakan
penyembah berhala dan sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah adalah
tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana terdapat berhala-berhala mereka dan Telaga Zamzam
dan yang paling penting sekali serta Ka’bah yang didirikan Nabi Ibrahim beserta Ismail.

Nabi Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah yaitu 570 masehi. Ia merupakan
seorang anak yatim sesudah kedua orang tuanya meninggal dunia. Muhammad akhirnya dibesarkan
oleh pamannya, Abu Thalib. Muhammad menikah dengan Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang
bahagia. Namun, ketika Nabi Muhammad saw. berusia 40 tahun, beliau didatangi Malaikat Jibril Sesudah
beberapa waktu Muhammad mengajar ajaran Islam secara tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya,
yang dikenal sebagai “as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk Islam)” dan
seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.

Pada tahun 622 masehi, Nabi Muhammad saw dan pengikutnya hijrah ke Madinah. Peristiwa
lain yang terjadi setelah hijrah adalah pembuatan kalender Hijirah. Penduduk Mekah dan Madinah ikut
berperang bersama Nabi Muhammad saw dengan hasil yang baik walaupun ada di antaranya kaum
Islam yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih kuat, dan berhasil menaklukkan Kota
Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat, seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan Islam.

Agama islam pertama masuk ke Indonesia melalui proses perdagangan, pendidikan, dll. Tokoh
penyebar islam adalah walisongo antara lain; Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Gunung
Jati, Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
(Sumber: wikipedia)

Pada tahun 30 Hijriah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah
SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam
yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman
ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M,
Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan
pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus
berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri ini sambil berdakwah.

Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran.
Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama
Islam. Bahkan di Aceh kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni kerajaan Samudra Pasai. Berita
dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah
banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara
Muslim dari Maghribi yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh
telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di
Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya
adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka
tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari
penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab.

Sampai dengan abad ke-8 H / 14 M, belum ada pengislaman penduduk pribumi Nusantara
secara besar-besaran. Baru pada abad ke-9 H / 14 M, penduduk pribumi memeluk Islam secara massal.
Para pakar sejarah berpendapat bahwa masuk Islamnya penduduk Nusantara secara besar-besaran pada
abad tersebut disebabkan saat itu kaum Muslimin sudah memiliki kekuatan politik yang berarti. Yaitu
ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan bercorak Islam seperti Kerajaan Aceh Darussalam,
Malaka, Demak, Cirebon, serta Ternate. Para penguasa kerajaan-kerajaan ini berdarah campuran,
keturunan raja-raja pribumi pra Islam dan para pendatang Arab. Pesatnya Islamisasi pada abad ke-14
dan 15 M antara lain juga disebabkan oleh surutnya kekuatan dan pengaruh kerajaan-kerajaan Hindu /
Budha di Nusantara seperti Majapahit, Sriwijaya dan Sunda. Thomas Arnold dalam The Preaching of
Islam mengatakan bahwa kedatangan Islam bukanlah sebagai penakluk seperti halnya bangsa Portugis
dan Spanyol. Islam datang ke Asia Tenggara dengan jalan damai, tidak dengan pedang, tidak dengan
merebut kekuasaan politik. Islam masuk ke Nusantara dengan cara yang benar-benar menunjukkannya
sebagai rahmatan lil’alamin.

Dengan Islamnya penduduk pribumi Nusantara dan terbentuknya pemerintahan-pemerintahan


Islam di berbagai daerah kepulauan ini, perdagangan dengan kaum Muslimin dari pusat dunia Islam
menjadi semakin erat. Orang Arab yang bermigrasi ke Nusantara juga semakin banyak. Yang sebagian
besar diantaranya adalah berasal dari Hadramaut, Yaman. Dalam Tarikh Hadramaut, migrasi ini bahkan
dikatakan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah Hadramaut. Namun setelah bangsa-bangsa Eropa
Nasrani berdatangan dan dengan rakusnya menguasai daerah-demi daerah di Nusantara, hubungan
dengan pusat dunia Islam seakan terputus. Terutama di abad ke 17 dan 18 M. Penyebabnya, selain
karena kaum Muslimin Nusantara disibukkan oleh perlawanan menentang penjajahan, juga karena
berbagai peraturan yang diciptakan oleh kaum kolonialis. Setiap kali para penjajah – terutama Belanda –
menundukkan kerajaan Islam di Nusantara, mereka pasti menyodorkan perjanjian yang isinya melarang
kerajaan tersebut berhubungan dagang dengan dunia luar kecuali melalui mereka. Maka terputuslah
hubungan ummat Islam Nusantara dengan ummat Islam dari bangsa-bangsa lain yang telah terjalin
beratus-ratus tahun. Keinginan kaum kolonialis untuk menjauhkan ummat Islam Nusantara dengan
akarnya, juga terlihat dari kebijakan mereka yang mempersulit pembauran antara orang Arab dengan
pribumi.

Semenjak awal datangnya bangsa Eropa pada akhir abad ke-15 Masehi ke kepulauan nusantara,
memang sudah terlihat sifat rakus mereka untuk menguasai nusantara. Apalagi mereka mendapati
kenyataan bahwa penduduk kepulauan ini telah memeluk Islam, agama seteru mereka, sehingga
semangat Perang Salib pun selalu dibawa-bawa setiap kali mereka menundukkan suatu daerah. Dalam
memerangi Islam mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan pribumi yang masih menganut Hindu
/ Budha. Satu contoh, untuk memutuskan jalur pelayaran kaum Muslimin, maka setelah menguasai
Malaka pada tahun 1511, Portugis menjalin kerjasama dengan Kerajaan Sunda Pajajaran untuk
membangun sebuah pangkalan di Sunda Kelapa. Namun maksud Portugis ini gagal total setelah pasukan
gabungan Islam dari sepanjang pesisir utara Pulau Jawa bahu membahu menggempur mereka pada
tahun 1527 M. Pertempuran besar yang bersejarah ini dipimpin oleh seorang putra Aceh berdarah Arab
Gujarat, yaitu Fadhilah Khan Al-Pasai, yang lebih terkenal dengan gelarnya, Fathahillah. Sebelum
menjadi orang penting di tiga kerajaan Islam Jawa, yakni Demak, Cirebon dan Banten, Fathahillah
sempat berguru di Makkah. Bahkan ikut mempertahankan Makkah dari serbuan Turki Utsmani.

Kedatangan kaum kolonialis di satu sisi telah membangkitkan semangat jihad kaum muslimin
Nusantara, namun di sisi lain membuat pendalaman akidah Islam tidak merata. Hanya kalangan
pesantren (madrasah) saja yang mendalami keislaman, itupun biasanya terbatas pada mazhab Syafi’i.
Sedangkan pada kaum Muslimin kebanyakan, terjadi percampuran akidah dengan tradisi pra Islam.
Kalangan priyayi yang dekat dengan Belanda malah sudah terjangkiti gaya hidup Eropa. Kondisi seperti
ini setidaknya masih terjadi hingga sekarang. Terlepas dari hal ini, ulama-ulama Nusantara adalah orang-
orang yang gigih menentang penjajahan. Meskipun banyak diantara mereka yang berasal dari kalangan
tarekat, namun justru kalangan tarekat inilah yang sering bangkit melawan penjajah. Dan meski pada
akhirnya setiap perlawanan ini berhasil ditumpas dengan taktik yang licik, namun sejarah telah mencatat
jutaan syuhada Nusantara yang gugur pada berbagai pertempuran melawan Belanda. Sejak perlawanan
kerajaan-kerajaan Islam di abad 16 dan 17 seperti Malaka (Malaysia), Sulu (Filipina), Samudra Pasai,
Banten, Sunda Kelapa, Makassar, Ternate, hingga perlawanan para ulama di abad 18 seperti Perang
Cirebon (Bagus rangin), Perang Jawa (Diponegoro), Perang Padri (Imam Bonjol), dan Perang Aceh (Teuku
Umar).(Sumber : ummah.com).

2.2 Teori Masuk dan Penyebaran Islam

Menurut para ahli sejarah, masuk dan penyebaran islam di indonesia terdapat tiga teori, yaitu
teori Gujarat, teori Saudi, dan teori China. Yaitu :
1. Menurut teori Gujarat. Islam masuk wilayah Indonesia dari anak benua India seperti Gujarat, Bengali,
dan Malabar. Menurut Snouck Hurgronje, Islam masuk dari daerah Doccon di India, berdasarkan
fenomena sosial bahwa ajaran tasawuf yang dipraktikkan oleh orang-orang muslim di India bagian
selatan mirip dengan ajaran islam di Indonesia. Termasuk munculnya syi’ah di daerah Sumatera atau
Jawa, dugaan itu juga muncul dari dearah India. Sebab saat itu kerajaan islam Deccon (salah satu kerjaan
di India) telah memiliki hubungan baik dengan Iran negeri pusat penyebaran paham Syi’ah.

2. Menurut teori saudi. Pendapat yang menyatakan bahwa islamisasi di Indonesia terjadi pada tahun 1111
atau abad ke 12 M. Pada saat itu orang-orang Aceh dari Sumatera bagian barat laut memeluk islam atas
ajakan seorang kebangsaan Arab asli. Kemudian setelah masuk Islam mereka mendakwahkan islam
khususnya di daerah tersebut.

3. Menurut teori China. Teori yang menyatakan bahwa masuknya islam di Indonesia langsung dari Mekah
atau Madinah. Menurut teori ini bahwa islam masuk ke Indonesia sekitar abad 7 atau 8 M. Atau abad ke
2 H, yaitu pada masa Khulafaur Rosyidin. Ekspedisi islam ke Indonesia dibawa langsung oleh para
pedagang dari Arab sejak awal abad hijriyah atau abad ke 7 M. Menurut sumber literatur Cina pada awal
abad ke 2 hijrah telah muncul perkampungan-perkampungan muslim Arab dipesisir pantai Sumatera.
Diperkampungan ini orang-orang muslim Arab bermukim dan menikah dengan penduduk setempat
serta membentuk komunitas-komunitas muslim. Teori ini adalah yang paling kuat dan diterima para
sejarahwan masa kini.

2.3 Sumber-sumber berita masuknya agama dan kebudayaan islam di Indonesia

 Sumber-sumber luar negeri

Berita Arab : para pedagang arab telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan sriwijaya (abad ke 7 M) yang
menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk selat malaka pada
masa itu.

Berita Eropa : berita ini datangnya dari Marco polo. Ketika suatu saat dia ditugaskan untuk mengantarkan puterinya
yang di persembahkan kepada kaisar romawi.

Berita India: berita ini menyebutkan bahwa para pedagang india dari Gujarat mempunyai peranan penting dalam
penyebaran agama dan kebudayaan islam di indonesia.

Berita China: berita ini berhasil di ketahui melalui catatan dari ma-huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan
laksamana cheng-ho. Ia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada
saudagar-saudagar islam yang bertempat tinggal di pantai utara pulau jawa.

 Sumber dalam negri


1. Penemuan sebuah batu di leran (dekat Gresik).batu bersurat itu memuat keterangan tentang
meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Makmur
2. Makam sultan Malikul Shaleh di Sumatra Utara yang meninggal pada bulan ramadha tahun 676 H atau
tahun 1297 M.
3. Makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 M.

Ajaran-ajaran Islam diantaranya yaitu:


1. Islam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia,saling menghormati dan tolong
menolong.
2. Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah, derajat semua manusia sama, kecuali takwanya.
3. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang
dan mengharamkan manusia saling berselisih, bermusuhan,merusak, dan saling mendengki.
4. Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya
serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama manusia tanpa pilih kasih.

2.4 Cara Masuknya Islam ke Indonesia

Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang
dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena
memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 yaitu

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada
Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan
putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).

Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain :
1.Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang dengan
orang Arab.Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan
Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara
(Indonesia).Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu
dengan menyiarkan Islam.Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.

2.Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan,
sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan
pengembangan kesenian wayang.Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema
Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya.Kedua kesenian tersebut
masih digunakan dan digemari masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang.Sedang Sunan
Giri menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak suweng
dan lain-lain.

3.Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam pengembangan
Islam di Indonesia.Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah
keluaran pesantren tersebut.Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan
Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri.Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti
Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.Dan sampai sekarang pesantren
terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.

4.Kekuasaan Politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para Sultan.
Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung
perkembangan Islam.Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi
selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di
seluruh Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi
dakwah Islam di Nusantara.Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya negara nasional Indonesia
dimasa mendatang.

2.5 Perkembangan Masuknya Islam di Beberapa Wilayah Indonesia

Perkembangan Islam di Indonesia berlangsung di beberapa tempat, yaitu Sumatera, Jawa,


Sulawesi, Kalimantan, Maliku, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara.

a.Perkembangan Islam di Sumatera.


Pada pertengahan abad ke-13, di Sumatera telah berdiri kerajaan Islam Samudera Pasai yang
merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, kerajaan ini terletak di pesisir timur laut aceh yang
sekarang merupakan wilayah Kabupaten Lhouksumawe. Samudera Pasai adalah sebuah kerajaan
maritim, samudera pasai telah mengadakan hubungan dengan Sultan Delhi di India pada pelayaran
kerajaan Samudra Pasai merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpulnya para ulama dari
berbagai negara Islam.

b.Perkembangan Islam di Jawa


Perkembangan di Jawa tidak bisa dipisahkan dari peranan wali, jumlah wali yang terkenal sampai
sekarang adalah sembilan, yang dalam bahasa dikenal dengan sebutan WALI SONGO. Para wali yang
termasuk dalam wali songo adalah sebagai berikut :
a. Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana malik ibrahim juga dikenal dengan panggilan Maulana Maghribi atau syekh Magribi,
karena berasal dari wilayah Maghribi, Afrika Utara. Kedatangannya dianggap sebagai permulaan
masuknya Islam di Jawa. Maulana Malik Ibrahim menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik
simpati masyarakat terhadap Islam.

b. Sunan Ampel (Raden Rahmat)


Pada awal penyiaran Islam di pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan masyarakat menganut
keyakinan Islam yang murni. Ia tidak setuju dengan kebiasaan masyarakat Jawa, seperti kenduri,
selamatan dan sesaji. Hal itu terlihat dari persetujuannya ketika Sunan Kalijaga, dalam ocehannya
menarik umat Hindhu dan Budha mengusulkan agar adat istiadat Jawa itulah yang diberi warna Islam

c. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)

Dalam menyebarkan agama Islam, ia selalu menyesuaikan diri dengan kebudayaan masyarakat
yang sangat menggemari wayang serta musik gamelan. Sunan Bonang memusatkan kegiatan dakwahnya
di Tuban. Dalam aktifitasnnya ia mengganti nama dewa dengan nama-nama malaikat.

d. Sunan Giri (Raden Paku atau ‘Ainul Yaqin)

Sunan Giri memulai aktifitas dakwahnya didaerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan
pesantren yang santrinya kebanyakan berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah. Sunan Giri
terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis.

e. Sunan Drajat (Raden Kasim)


Sunan Drajat juga tidak ketinggalan untuk menciptakan tembang jawa yang sampai saat ini
masih digemari masyarakat, yaitu tembang pangkur. Hal yang paling menonjol dalam dakwah sunan
drajat ialah perhatiannya yang serius pada masalah-masalah sosial, ia selalu menekan bahwa memberi
pertolongan kepada masyarakat umum.
f. Sunan Kalijaga (Raden Said)

Ketika para wali memutuskan untuk menggunakan pendekatan kultural termasuk pemanfaatan
wayang dan gamelan sebagai media dakwah, orang yang paling berjasa dalam hal ini adalah Sunan
Kalijaga. Sunan Kalijaga mengarang aneka cerita wayang bernafaskan Islam terutama mengenai etika.

g. Sunan Kudus (Ja’far Shadiq)


Sunan Kudus mengajarkan agama Islam didaerah Kudus dan sekitarnya, ia mempunyai keahlian
khusus dalam ilmu fiqih, urul fiqih, tauhid, hadits, tafsir dan logika. Oleh karena itu ia mendapat julukan
waliyyul ‘ilmi. Sunan Kudus juga melaksanakan dakwah dengan pendekatan kultural.

h. Sunan Muria (Raden Umar Said)

Sunan Muria memusatkan kegiatan dakwahnya di Gunung Muria yang terletak 18 km sebelah
utara kota Kudus. Cara yang ditempuhnya dalam menyiarkan agama islam adalah dengan mengadakan
kursus-kursus bagi kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa.

i. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)

Sunan gunung Jati lahir di Mekkah pada tahun 1448. ia mengembangkan ajaran islam di cirebon,
majalengka, kuningan, kawali, sunda kelapa dan banten sebagai dasar bagi perkembanganislam di
Banten.

c. Perkembangan Islam di Sulawesi

Masuknya islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik. Hal itu karena Sunan
Giri menyelenggarakan pesantren yang banyak didatangi oleh santri dari luar Jawa, seperti ternate dan
hiu. Pada abad ke-16 di sulsel telah berdiri kerajaan hindhu gowa dan tallo. Penduduknya banyak yang
memeluk agama islam karena hubungannya dengan kesultanan Ternate.

d. Perkembangan Islam di Kalimantan

Pada abad ke-16, islam mulai memasuki kerajaan Sukadana. Dibagian selatan Kalimantan berdiri
kerajaan islam banjar pada sekitar tahun 1526. Panngeran Suriansyah merupakan tokoh yang amat
penting dalam sejarah islam di Kalimantan. Dalam usaha mengembangkan islam/ Syekh muhamad
arsyad al-Banjari mendirikan pondok pesantren untuk menampung santri yang datang dari berbagai
pelosok Kalimantan. Pada masa berikutnya muncul seorang pahlawan Kalimatan yang sangat berjasa
dalam mengembangkan islam. Ia adalah Sultan Amirudin Khalifatul Mukminin atau yang lebih dikenal
nama pangeran Antasari.

e. Perkembangan Islam di Maluku dan Irian

Jaya Penyebaran islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang berasal dari
Ternate dan Hitu. Di Maluku ada 4 kerajaan bersaudara yang berasal dari keturunan yang sama yaitu
Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Raja Tidore masuk islam dan mengganti nama menjadi Sultan
Jamalludin.

Demikian juga raja Jailolo, ia masuk isalm dan mengganti nama menjadi Sultan Hassanudin. Peran
kesultanan Ternate dalam penyebaran islam baru dimulai pada masa Sultan Zaenal Abidin. Ia juga
berhasil mengambangkan islam ke Maluku dan Irian Jaya bahkan sampai ke Filipina.

2.6 Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang khas dan
memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah, diantaranya sebagai
berikut :

1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.


2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskipun Islam tetap memiliki
batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.

2.7 Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia


Banyak manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut :

1. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi
Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan
yang sudah ada di Nusantara ini.

2. Hasil karaya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.

3. Kita dapat meneladani Wali Songo

4. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al-Qur’an.

5. Mampu membangaun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga kee
seluruh pelosok Nusantara.

6. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa
makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.

7. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh islam untuk mempraktikan tingkah laku yang penuh
keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.

8. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak
sebanding.

2.8 Peradaban Islam di Masa Depan

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman didalam Al-qur’an :

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar
untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (QS At-
Taubah : 33)

Janji telah diberikan oleh Allah Swt melalui firman-Nya itu, bahwa Islam dengan kearifan dan
kebijaksanaannya itu mampu mengalahkan agama-agama lain. Namun tidak sedikit yang mengira bahwa
janji tersebut telah terwujud pada masa Nabi Salallahu Alaihi wa Salam , masa Khulafaur-Rasyidin dan
pada masa khalifah-khalifah sesudahnya yang bijaksana. Padahal kenyataannya tidak demikian. Yang
sudah terealisasi saat itu hanyalah sebagian kecil dari janji di atas, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasul
Salallahu Alaihi wa Salam melalui sabdanya yang artinya:

“Malam dan siang tidak akan sirna sehingga Al-Latta dan Al-‘Uzza telah disembah. Lalu Aisyah
bertanya: “Wahai Rasul, sungguh aku mengira bahwa takkala Allah menurunkan firman-Nya “Dialah
yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk
dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai, hal itu telah
sempurna (realisasinya).”Belau menjawab: “Hal itu akan terealisasi pada saat yang ditentukan oleh
Allah.” [Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam-Imam yang lain]

Dari hadits diatas tidak diragukan lagi bahwa kemenangan Islam di masa depan semata-mata
atas izin pertolongan dari Allah Swt, dengan catatan harus tetap kita perjuangkan. Perjuangan dapat
dilakukan dengan cara berjihad. Namun maksud jihad disini bukanlah peperangan atau pembunuhan
massal pada kaum non muslim. Tapi melainkan dengan cara meningkatkan mutu pendidikan yang
canggih namun tidak keluar dari nilai-nilai ajaran islam.

Sudah menjadi pemahaman bahwa kemenangan yang diraih dunia Barat dari umat Islam ketika
sedang dalam keadaan lemah dan kondisi yang rapuh seperti saat ini, bukanlah disebabkan oleh
kekuatan mereka semata, bukan pula karena kelemahan umat Islam. Tetapi semua itu disebabkan
buruknya pola berpikir dan rendahnya tingkat pengetahuan umat Islam tentang Dienul Islam itu
sendiri.Masa depan dunia Islam tergantung pada tindakan yang diambil umat Islam sekarang ini. Jika
umat Islam telah terlalu jauh dan berpaling dari agama mereka maka mereka akan jatuh pada musibah
ketertindasan dan keterjajahan.

Oleh karena itu umat Islam harus menyadari bahwa hanya dengan kembali kepada Islam, umat Islam
akan dapat meraih kembali kemuliaan, lepas dari segala bentuk penjajahan yang selama ini
membelenggu. Tiada lain jalan yang ditempuh selain kembali kepada Islam sesuai pemahaman para
Shahabat dan Salafussholih. Mengikuti apa yang telah dicontohkan Nabi Muhammad dan Khulafaur
Rasyidin dalam melaksanakan syariat Islam baik dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan
bernegara.

Seperti yang telah Allah SWT umpamakan dalam surat Ibrahim 14: ayat 24-26 yaitu ;

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu
untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang
buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak)
sedikitpun.” (QS. Ibrahim [14]: 24-26).

Allah telah menjanjikan kejayaan Islam di masa yang akan datang cepat atau lambat, pilihan
umat Islam saat ini adalah apakah ikut turut andil ataukah tidak? Jika ikut turut andil menuju kejayaan
dan kebangkitan peradaban Islam maka akan menjadi golongan orang-orang yang beruntung,
mendapatkan pahala yang amat besar. Namun sebaliknya, jika hanya diam, duduk manis menonton,
mengikuti arus dunia, individualis, acuh tak acuh terhadap kondisi umat, dan enggan berjuang di
JalanNya karena lebih mencintai dunia dari pada cinta kepada Allah dan Rasul maka tunggulah
keputusan Allah.
Maka dari itu untuk mewujudkan kemenangan peradaban islam di masa depan yaitu dengan
mengerahkan segala bentuk upaya memaksimalkan potensi yang dimiliki. Di antara potensi yang dimiliki
umat yaitu berupa masjid dan kaum intelektual. Tanpa menafikkan potensi lain, masjid dan kaum
intelektual berperan besar di dalam upaya mewujudkan kemenangan peradaban islam di masa depan.
Inilah yang dicontohkan para ulama, mereka memaksimalkan potensi dalam membangun peradaban
Islam yang jaya.

BAB III

KESIMPULAN
 Proses penyebaran islam di nusantara termasuk Indonesia dilakukandengan cara perdagangan, perkawinan,
pendidikan, dan melalui seni dan budaya.3.

 Manfaat dari mempelajari sejarah perkembangan islam di nusantara, salah satunya yaitu mampu
membangun masjid sebagai tempat ibadah dari berbagai bentuk, dan dapat meneladani Wali Sanga.

Adapun hikmah dari mempelajari sejarah perkembangan islam ini yaitu Islam membawa ajaran yang
berisi kedamaian, selain itu penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki
ketangguhan dan pekerja keras.

DAFTAR PUSTAKA
 Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia, cet.1, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1990.
 Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1994.

Anda mungkin juga menyukai