Anda di halaman 1dari 31

BAGIAN 3.

SPESIFIKASI TEKNIS

3.1 URAIAN PEKERJAAN DAN PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


3.1.1 UMUM
3.1.1.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang harus dilaksanakan kontraktor adalah :
1. Melakukan pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan meliputi kegiatan mobilisasi dan demobilisasi, pengukuran/uitzet,
pembersihan lapangan dalam rangka persiapan penggalian sungai bendung, pembuatan
papan nama proyek dan menyewa direksi kit.
2. Melakukan Pekerjaan Galian
Pekerjaan galian akan dilakukan di Sungai Bendung, dimana penggalian akan dilakukan
menggunakan alat berat, dan pada lokasi tertentu yang tidak bisa dilakukan penggalian
dengan alat berat, maka akan dilakukan penggalian dengan menggunakan tenaga manusia.
Setelah dilakukan penggalian selanjutnya akan dilakukan pembuangan hasil galian pada
lokasi tertentu yang telah ditentukan. Akibat penggalian alur Sungai Bendung dengan
menggunakan alat berat, besar kemungkinan mengakibatkan kerusakan tebing kanan dan
kiri Sungai Bendung, sehingga diperlukan pekerjaan lining yang rusak akibat proses
penggalian, disamping perbaikan terhadap kerusakan yang secara eksisting telah terjadi.
3. Melakukan Pembangunan Jalan Inspeksi
Guna melakukan maintenance terhadap sedimentasi di Sungai Bendung, maka perlu
dilakukan OP sungai. OP akan sangat efektif jika dilakukan dengan cara pengerukan
sedimentasi secara berkala. Guna menunjang kegiatan OP ini, maka dilakukan
pembangunan jalan inspeksi di kiri dan kanan Sungai Bendung. Jalan inspeksi direncanakan
dari bahan beton.

3.1.1.2 Ukuran
Semua ukuran untuk pekerjaan beton dinyatakan dalam cm dan m, jika terjadi
kebingungan berkenaan dengan ukuran bangunan kontraktor wajib menanyakan terlebih
dulu kepada Konsultan Pengawas (KP).

3.1.1.3 Perbedaan Gambar


1. Pada dasarnya bila ada perbedaan/ konflik antara gambar dan Uraian Pekerjaan dan
Persyaratan Pelaksanaan, maka yang berlaku adalah yang tertulis.
2. Ketentuan tersebut berlaku bila tidak ada ketentuan lain dari KP/Perencana.
3. Meskipun demikian, setiap kali ada perbedaan, ketidaksesuaian atau keraguan-raguan di
antara gambar kerja, maka sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut, Kontraktor harus
melaporkan secara tertulis kepada KP, dan KP memberikan keputusan gambar mana yang
akan dijadikan pegangan, sesudah berunding dengan Perencana.
4. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi Kontraktor untuk
mengadakan klaim pada waktu pelaksanaan.

3.1.1.4 Sarana Kerja


1. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi nama, jabatan, keahlian masing-masing anggota
kelompok kerja pelaksanaan pekerjaan pemborongan
2. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi bengkel kerja (shop) beserta peralatannya,
dimana pekerjaan pemborongan akan dilaksanakan.

3.1.1.5 Koordinasi
Pada waktu pengadaan material dan pemasangan material tersebut, Kontraktor
wajib mengadakan koordinasi dengan kontraktor-kontraktor unsur pekerjaan lainnya atas
petunjuk KP.

3.1.1.6 Unsur-unsur pekerjaan yang disebutkan kembali


Apabila dalam Uraian Pekerjaan dan Persyaratan Pelaksanaan ini ada bab-bab yang
menyebutkan kembali setiap unsur pada item/ayat lain, maka ini bukan berarti
menghilangkan item/ayat tersebut tetapi dengan pengertian lebih menegaskan.

3.1.1.7 Shop Drawing


1. Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan yang harus dibuat kontraktor
berdasarkan gambar perencanaan/gambar kerja yang disesuaikan dengan keadaan
lapangan dan/atau persyaratan pabrik dan bahan yang dipakai (setelah dilakukan
pengukuran mutual check-O)
2. Shop Drawing ini harus mcmberikan semua data yang diperlukan termasuk keterangan
produksi, bahan, cara pemasangan, dimensi dan lain-lainnya.
3. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan berdasarkan shop drawing tersebut yang
sebelumnya telah diajukan dan mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/
Direksi Pekerjaan.
4. Pada dasarnya Kontraktor diwajibkan membuat shop drawing apabila ada persyaratan khusus
dari pabrik/produksi bahan tertentu dan/atau belum tercakup secara lengkap dalam gambar
kerja, dan/atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.

3.1.2 PEKERJAAN PERSIAPAN


3.1.2.1. Umum
Sebelum Kontraktor melaksanakan pekerjaan maka Kontraktor terlebih dahulu harus
merundingkan dengan Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan mengenai pembagian
halaman tempat pekerjaan penimbunan bahan-bahan, tempat mendirikan los-los pengawas
atau los-los kerja dan lain sebagainya agar pekerjaan dapat berjalan dengan lancar, juga
mengenai pekerjaan-pekerjaan yang diprioritaskan.

3.1.2.2 Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan


3.1.2.2.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
1. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dibuat untuk rencana pelaksanaan pekerjaan dan agar
kemajuan pekerjaan dari waktu ke waktu dapat dievaluasi ketepatan waktunya. jadwal
tersebut diperlukan untuk menguraikan berbagai aktivitas pekerjaan.
2 Kontraktor hams menyiapkan jadwal pelaksanaan pekerjaan, yang harus diserahkan dan
pendapat persetujuan dari Pemilik Proyek dengan detail, yang memperlihatkan urutan
kegiatan yang direncanakan dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Secara berkala kontraktor harus memperbarui jadwal pelaksanaan pekerjaan untuk
menggambarkan seteliti mungkin kemajuan pekerjaan secara aktual sampai hari terakhir
bulan yang bersangkutan.
4. Laporan jadwal kegiatan mingguan diserahkan pada hari Senin pagi dimana ditunjukkan
bagian/komponen/jenis pekerjaan dan kegiatan yang direncanakan akan dilaksanakan
dalam minggu yang bersangkutan.
5. Jadwal pelaksanaan pekerjaan sub Kontraktor harus diserahkan secara terpisah atau
dimasukkan ke dalam jadwal pelaksanaan keseluruhan.
6. Laporan mingguan dan bulanan prestasi volume pekerjaan dicantumkan sebagai berikut:
a. Volume pekerjaan kumulatif sampai dengan minggu dan bulan sebelumnya.
b. Volume pekerjaan pada minggu dan bulan bersangkutan.
c. Total volume kumulatif sampai dengan minggu dan bulan bersangkutan.

3.1.2.2.2 Jadwal Kedatangan Bahan Bangunan


Jadwal kedatangan bahan bangunan harus disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan
pekerjaan dan dibuat terpisah. Dalam jadwal harus sudah termasuk/memperhitungkan
waktu pengajuan, rencana produksi bahan di Pabrik/ sumber bahan, jadwal rencana
pengiriman, pengujian, pengambilan sampel dan persetujuan dari Pemilik Proyek.

3.1.2.2.3 Diagram Jaringan (Network Diagram)


Diagram jaringan yang memberikan permulaan tanggal dini atau lambat dari masing-
masing aktivitas agar dimungkinkan diperoleh jadwal jalur kritis (critical path). ]uga dibuat
sub jadwal untuk menunjukkan jadwal pekerjaan kritis dari keseluruhan jadwal konstruksi.

3.1.2.2.4 Pemotretan Selama Pekerjaan (Dokumentasi Lapangan)


Kontraktor hams membuat foto-foto berwama dari bagian-bagian pekerjaan yang
sedang dilaksanakan atau yang telah selesai dilaksanakan seperti yang diminta oleh
Direksi/Pengawas Lapangan. Contoh-contoh potret harus diserahkan kepada
Direksi/Pengawas Lapangan pada akhir setiap bulan Ukuran potret sekurang kurangnya
ukuran postcard dan dipasang pada album. Keterangan yang menyebutkan
kegiatan/macam pekerjaan dan tanggal pengambilan hams disertakan ukuran masingmasing
potret.
Dari contoh yang dipilih Direksi/Pengawas Lapangan, Kontraktor harus membuat foto
dokumentasi 3 (tiga) set dalam waktu 2 (dua) hari sesudahnya.
Negatif foto dokumentasi tersebut menjadi Pemberi Tugas atau Konsultan
Pengawas/Pengawas Lapangan dan tidak diijinkan untuk membuat cetakan dan negatif
tanpa persetujuan tertulis Pemberi Tugas atau Konsultan Pengawas/Pengawas Lapangan
untuk diserahkan kepada siapa pun.
3.1.2.2.5 Mobilisasi dan Demobilisasi
Yang dimaksud dalam butir mengenai rnobilisasi dan demobilisasi dalam Perincian
Biaya Pekerjaan, mencakup:
1. Pengangkutan semua peralatan pembangunan ke lokasi pekerjaan, beserta pemasangannya,
dimana alat—alat tersebut akan dipergunakan.
2. Antar jemput: staf, pegawai, dan pekerja.
3. Pembongkaran dan pemindahan semua instalasi sementara, peralatan pembangunan dan
peralatan lainnya, sedemikian rupa sehingga lokasi proyek bersih dan teratur kembali dan
diterima baik oleh Konsultan Pengawas/ Pengawas Lapangan.
4. Pemindahan dari lokasi proyek untuk staf, pegawai dan pekerjaan setelah pekerjaan selesai.
5. De-mobilisasi peralatan setelah pekerjaan selesai.

Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah Kontraktor menerima surat pelulusan, Kontraktor
harus memasukkan rencana kepada Konsultan Pengawas/ Pengawas Lapangan mengenai
prosedur mobilisasi. Hal ini harus menjamin dilaksanakannya mobilisasi di atas dalam waktu
10 (sepuluh) hari setelah Konsultan Pengawas /Pengawas Lapangan memberikan nota
dimulainya pekerjaan, peralatan harus sudah berada di lokasi proyek sesuai dengan jadwal
dibutuhkannya alat-alat tersebut.
Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang akan
digunakannya untuk melaksanakan pekerjaan.
Daftar tersebut harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan disetujui oleh
Pengawas Lapangan dalam hal fungsi dalam pekerjaan, kapasitas, jumlah, tahun
pembuatan; pabrik pembuat, kondisi dan rencana waktu tiba di tempat pekerjaan.
Kontraktor wajib mendatangkan alat-alat tersebut tepat pada waktunya sesuai dengan
jadwal pemakaian.
Kontraktor dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memindahkan alat-alat
tersebut atau seluruhnya, selama pelaksanaan pekerjaan tanpa persetujuan Pengawas
Lapangan.
Kontraktor diharuskan untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk
melaksanakan tiap-tiap bagian/komponen/ tahap pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut
dimulai. Penyediaannya di tempat pekerjaan dan persiapannya harus terlebih dahulu
mendapat pemeriksaan dan persetujuan dari Pangawas Lapangan.
Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan peralatan tersebut yang
akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau diganti sedemikian
rupa, sehingga Pengawas Lapangan menganggap pekerjaan dapat dilanjutkan.

3.1.2.2.6 Bahan Bangunan


1. Sumber Dan Jenis Bahan Bangunan
Kontraktor harus mengajukan contoh material dan daftar tertulis kepada Pengawas
Lapangan untuk mendapat persetujuan tentang tempat asal/sumber dan macam bahan
bangunan yang dipesan untuk digunakan dalam pekerjaan, dan jika diperlukan kontraktor
harus melakukan pengujian bahan di lab yang ditunjuk oleh pihak pemilik pekerjaan.

2. Penyimpanan Bahan Bangunan


a. Penyimpanan
Bahan bangunan harus disimpan sedemikian agar mutunya tidak menjadi berkurang
maupun mengalami kerusakan. Tempat/lokasi penyimpanan hendaknya dilandasi dengan
lantai yang keras, bersih dan dimana perlu, diberi atap (dilindungi) dan atau dinding.
b. Cara menumpuk
Bagian tengah dari lantai gudang atau lantai dari suatu timbunan bahan bangunan
hendaknya dibuat miring melandai ke tepi-tepi agar mudah dilakukan pembersihan. Cara
menumpuk bahan bangunan hendaknya sedemikian rupa, agar timbunan tidak berbentuk
kerucut dan tidak menyebabkan pemisahan bahan (segregation). Untuk penumpukan
material besi harus dihindarkan terjadinya karat dan lama penumpukan di tempat terbuka
tidak lebih dari 1 bulan.

3.1.2.2.7 Ganti Rugi


Kontraktor bertanggung jawab atas segala biaya ganti rugi/kompensasi sehubungan
dengan pendatangan/pengambilan bahan baku/bahan bangunan tersebut di atas. Tidak
diadakan mata pembayaran khusus untuk pembayaran ganti rugi/kompensasi tersebut,
tetapi harus sudah termasuk dalam biaya yang diajukan di dalam Dokumen Kontrak.

3.1.2.2.8 Pelayanan Pertolongan Pertama


Kontraktor harus menyediakan keperluan pelayanan pertolongan pertama yang
cukup di lokasi proyek, Kontraktor harus membuat Kontrak dengan Rumah Sakit terdekat
dan dengan dokter setempat sehingga bagi para pegawai/pekerja yang sakit atau
mengalami kecelakaan segera dapat menerima pengobatan yang baik pada setiap saat baik
siang maupun malam.
Untuk keperluan pertolongan pertama disediakan dalam jumlah yang cukup dan
terpasang di dinding-dinding ruangan.

3.1.3 PELAKSANAAN PEKERJAAN


Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar diperoleh
kemajuan yang memuaskan sesuai dengan detail program operasi yang telah disetujui
Direksi/ Pengawas Lapangan.Kontraktor harus mempersiapkan dan menjamin kelancaran
pekerjaan, bahan-bahan bangunan dan peralatan yang harus ada setiap saat untuk
menjamin penyelesaian pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui.

3.1.4 LINGKUP PEKERJAAN PERSIAPAN


Yang termasuk lingkup pekerjaan persiapan adalah:
1. Pembuatan bangunan sementara untuk kantor Kontraktor beserta perlengkapan dan gudang
material. Lokasi dari banguan-bangunan tersebut akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas.
Apabila lokasi bangunan sementara tersebut akan digunakan untuk kepentingan lain, maka
atas perintah dari Konsultan Pengawas, Kontraktor berkewajiban untuk melaksanakan
pemindahannya pada lokasi yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Bangunan
sementara tersebut harus segera dibongkar bila ada perintah dari Konsultan Pengawas atau
bila bangunan tersebut tidak diperlukan lagi.
2. Pembersihan lapangan
a. Pekerjaan pembersihan lapangan yang dilakukan adalah pembersihan semua area pekerjaan
dan segala sesuatu sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan ini.
b. Pekerjaan mobilisasi peralatan yang diperlukan dan tenaga kerja. Dalam waktu 7 hari
setelah pelulusan, Kontraktor harus memasukkan rencana detail kepada KP mengenal
prosedur mobilisasi.
c. Pekerjaan pengukuran
• Kontraktor berkewajiban melakukan pengukuran kembali mengenai elevasi dan situasi area.
• Kontraktor harus memasang dan memelihara patok-patok pembantu pengukuran,
menentukan lokasi/koordinat untuk pelaksanaan pekerjaan, dan pada akhir pekerjaan
harus dibersihkan kembali oleh Kontraktor.
• Kontraktor akan mendapat petunjuk secara tertulis dari KP mengenai lokasi dan elevasi titik
kontrol tetap dan titik referensi berupa patok beton untuk keperluan survey dan pengukuran
Pelaksanaan pekerjaan.
• Kontraktor harus menyediakan peralatan survey, antara lain untuk pengukuran topography
(theodolite T2 & To, waterpass, bak geodetik meteran dari pita dan rantai).

3.2. PEKERJAAN GALIAN


3.2.1 UMUM
3.2.1.1 Uraian
1. Pekerjaan terdiri dari penggalian, penanganan atau penumpukan dari tanah atau batuan atau
bahan-bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan yang memuaskan dari pekerjaan dalam
Kontrak ini. Selain itu yang dimaksud galian di sini adalah melakukan galian pengerukan
dasar sungai.
2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembangunan pondasi. bangunan, saluran air/
selokan, untuk pembentukan parit, dan Pekerjaan ini termasuk pekerjaan pengerukan di
sungai.
3. Galian akan ditentukan sebagai salah satu galian umum atau galian berbatu.
a. Galian biasa terdiri dari semua galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian batu.
b. Galian batu akan terdiri dari galian batu bulat besar yang mempunyai volume 1,0 m3 atau
lebih besar dari semua batuan atau bahan-bahan keras lainnya yang dalam pendapat Direksi
adalah kurang praktis untuk menggali tanpa menggunakan alat bertekanan udara. Pada
umumnya peledakan tidak diperkenankan. Galian ini tidak termasuk bahan-bahan yang
menurut Direksi dapat dilonggarkan/dilepaskan dengan suatu mesin penggaruk hidrolik
tunggal yang ditarik oleh sebuah traktor dengan berat minimum 15 ton dan tenaga kuda
netto sebesar 180 HP.
c. Galian di badan sungai akan dilakukan dengan menggunakan alat berat berupa excavator.
3.2.1.2 Toleransi Dimensi
1. Ketinggian akhir, garis dan bentuk setelah galian tidak boleh berbeda dari yang ditentukan
yaitu lebih dari 20 mm pada setiap titik.
2. Permukaan galian yang telah selesai, yang terbuka terhadap aliran air permukaan harus
cukup halus dan rata serta mempunyai kemiringan yang cukup guna menjamin kelancaran
drainase permukaan sehingga tidak terjadi genangan.
3. Hasil galian dalam pengerukan sungai sesuai dengan desain.

3.2.1.3 Pengajuan dan Pencatatan


1. Untuk setiap pekerjaan galian yang akan dibayar menurut bab ini maka kontraktor harus
mengajukan kepada Direksi sebelum memulai pekerjaan, yaitu gambar penampang
memanjang yang menunjukkan tanah dasar yang ada sebelum pekerjaan pembersihan dan
pembongkaran telah dilaksanakan, sedangkan untuk galian dalam sungai, maka kontraktor
harus menunjukkan gambar memanjang dan melintang saluran/ sungai yang akan digali.
2. Kontraktor harus mengajukan pada Direksi gambar terinci dari semua struktur sementara
yang diusulkan atau yang diperintahkan untuk digunakan, seperti skor, turap, ”Cofferdam" ,
saluran sementara dan harus memperoleh persetujuan Direksi sebelum pelaksanaan
pekerjaan penggalian yang dimaksudkan, yang akan dilindungi oleh struktur yang diusulkan.
3. Setelah setiap penggalian untuk tanah diselesaikan maka Kontraktor harus mcmberitahukan
kepada Direksi. Tidak ada bahan-bahan landasan atau bahan lainnya yang akan dipasang
sampai Direksi telah menyetujui kedalaman galian dan sifat serta kekuatan bahan-bahan
pondasi.
4. Jika penggunaan bahan-bahan peledak untuk mengeluarkan batu cadas atau rintangan lain
diperkenankan maka Kontraktor harus mempunyai suatu daftar dan semua alat peledak
yang digunakan, menunjukkan lokasi dan jumlah untuk dicek oleh Direksi.

3.2.1.4 Keamanan Pekerjaan Galian


1. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh untuk menjamin keselamatan tenaga kerja yang
melaksanakan pekerjaan galian dan masyarakat umum.
2. Selama pekerjaan galian, harus dipertahankan lereng galian sementara yang mantap dan
mampu menunjang pekerjaan yang berdampingan, struktur atau mesin akan diawasi setiap
waktu. Skor dan turap yang memadai harus dipasang bila permukaan galian yang
menunjang struktur yang berdampingan menjadi kurang stabil atau rusak oleh pekerjaan
galian.
3. Alat-alat berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau maksud lain tidak akan
diperkenankan untuk berada atau beroperasi lebih dekat dari 1,5 m dari tepi parit terbuka
atau galian yang menunjang struktur yang berdampingan menjadi kurang stabil atau rusak
oleh pekerjaan galian.
4. ”Cofferdam", tembok ujung atau sarana lain untuk menghindari air dan galian harus
direncanakan secara layak dan cukup kuat untuk menjamin tidak akan terjadi runtuhan
secara tiba-tiba, dan mampu menghindari banjir yang datang cepat pada tempat pekerjaan.
5. Pada setiap saat sewaktu para pekerja atau lainnya berada di dalam galian dan
mengharuskan kepala mereka di bawah permukaan tanah sekitarnya, maka kontraktor
harus menempatkan seorang pengawas keamanan ditempat kerja yang tugasnya hanya
memonitoring keamanan dan kemajuan. Setiap saat peralatan galian yang tidak digunakan
(cadangan) dan perlengkapan pertolongan pertama (P3K) harus tersedia pada tempat
pekerjaan galian.
6. Bahan-bahan peledak yang diperlukan untuk galian batuan harus disimpan dalam suatu
penyimpanan yang aman dari daerah perkotaan pada suatu lokasi dan dengan suatu cara
yang disetujui oleh Direksi dan para penguasa lainnya yang bersangkutan. Semua akan
ditangani dan digunakan dengan sangat berhati-hati dan ketat sesuai dengan undang-
undang dan peraturan Pemerintah. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mencegah
setiap pengeluaran yang tidak syah atau penggunaan yang tidak pada tempatnya dari setiap
bahan-bahan peledak dipercayakan hanya pada orang-orang yang berpengalaman dan
bertanggung jawab.
7. Semua galian terbuka harus dibuat penghalang untuk mencegah orang atau sesuatu secara
tidak sengaja terjatuh kedalamnya dan setiap galian terbuka pada jalur lambat atau bahu
jalan akan diberi tanda tambahan pada malam hari dengan drum yang dicat dengan warna
putih (atau yang sama) dan merah atau cahaya kuning untuk kepuasan Direksi.

3.2.1.5 Penjadwalan Kerja


1. Luas setiap galian yang dibuka dalam setiap operasi harus dibatasi sesuai dengan
pemeliharaan permukaan yang digali pada suatu kondisi yang baik, dengan memperhatikan
pengaruh dari pengeringan, peredaman oleh air hujan dan gangguan oleh operasi pekerjaan
berikutnya.
2. Pembuatan parit atau penggalian lainnya yang melintasi jalan kendaraan harus dilaksanakan
dengan menggunakan konstruksi setengah lebar jalur kendaraan sehingga jalan tetap
terbuka bagi lalu lintas sepanjang waktu. Jika lalu lintas pada jalur harus dihentikan karena
pekerjaan maka kontraktor harus memperoleh persetujuan jadwal sebelumnya untuk
gangguan tersebut dari para penguasa yang bersangkutan maupun dari Direksi.

3.2.1.6 Kondisi Tempat Kerja


1. Semua galian harus dipelihara agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan semua
bahan-bahan yang diperlukan, peralatan dan tenaga kerja untuk pengeringan
(pemompaan), pengalihan saluran air dan pembangunan saluran sementara, tembok ujung
serta ”cofferdam". Setiap saat pompa harus disiapkan pada tempat kerja untuk menjamin
tidak ada gangguan dalam kontinuitas prosedur pengeringan.

2. Bila pekerjaan sedang dilaksanakan pada saluran yang ada atau daerah lain di mana aliran
bawah tanah atau air tanah dapat tercemar, maka Kontraktor harus memelihara sepanjang
waktu pada tempat pekerjaan yang sebenarnya suatu persediaan air dari kualitas air minum
untuk digunakan oleh pekerja untuk mencuci, bersama dengan persediaan secukupnya dari
sabun dan disinfektan.

3.2.1.7 Perbaikan Pekerjaan yang kurang memuaskan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi kriteria toleransi harus diperbaiki oleh Kontraktor
sebagai berikut:
• Bahan-bahan yang berlebihan harus dibuang dengan galian selanjutnya.
• Daerah yang telah digali secara berlebihan, atau daerah yang retak berlebihan atau longsor
harus diurug kembali dengan timbunan bahan-bahan pilihan atau agregat lapis pondasi atas
sebagaimana ditentukan oleh Direksi.

3.2.1.8 Utilitas
1. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperoleh setiap informasi yang ada tentang
keberadaan serta lokasi bangunan utilitas di bawah tanah dan untuk memperoleh serta
membayar setiap perizinan yang diperlukan atau pemberian hak lainnya untuk
melaksanakan galian yang disyaratkan dalam Kontrak.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk pemeliharaan dan perlindungan setiap saluran
pipa di bawah tanah/ yang melintang sungai yang masih berfungsi, kabel, pipa penyalur
atau lainnya di atas tanah dan jalur-jalur pelayanan atau struktur cabang yang mungkin
ditemukan dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang disebabkan oleh opersinya.

3.2.1.9 Royalti Untuk Bahan-bahan yang Digali


Bila timbunan dengan bahan-bahan pilihan atau agregat lapis pondasi atas agregat
aspal atau baton atau bahan-bahan lainnya diperoleh dari galian bahan-bahan tambahan di
luar daerah proyek maka kontraktor harus membuat semua pengaturan yang diperlukan dan
pembayaran biaya dan royalti pada pemilik tanah dan penguasa yang berwewenang untuk
izin menggali dan mengangkut bahan-bahan tersebut.

3.2.1.10 Penggunaan dan Pembuangan Bahan-bahan Galian


1. Semua bahan-bahan yang sesuai dengan yang digali dalam batas-batas proyek, bilamana
memungkinkan, harus digunakan dalam cara yang paling efektif untuk timbunan atau
urugan kembali.
2. Bahan-bahan galian yang mengandung tanah organik tinggi, tanah gambut, sejumlah besar
akar, atau bahan-bahan tumbuhan lainnya atau tanah kompresibel yang menurut pendapat
Direksi akan mencegah pemadatan bahan-bahan yang dihampat di atasnya atau
menyebabkan penurunan atau kegagalan yang tidak diinginkan, harus digolongkan sebagai
tak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan-bahan timbunan dalam pekerjaan
permanen.
3. Setiap bahan-bahan galian yang berlebihan untuk kebutuhan timbunan atau bahan-bahan
yang tidak disetujui oleh Direksi sebagai bahan-bahan timbunan yang sesuai harus dibuang
keluar dari daerah pekerjaan.
4. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk semua pengaturan dan biaya untuk
pembangunan bahan-bahan yang berlebihan atau tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkatan dan perolehan dari pemilik atau penghuni tanah tersebut, di mana
pembuangan itu dilaksanakan. Bahan yang berlebih akan digunakan untuk timbunan golf
course dari pada dibuang keluar lapangan.
3.2.1.11 Pemulihan Tempat Kerja dan Pembuangan Pekerjaan Sementara
1. Semua struktur sementara seperti ”cofferdam" atau skor dan turap harus dibongkar oleh
Kontraktor setelah penyelesaian struktur permanen atau pekerjaan lainnya untuk mana
galian telah dilakukan, kecuali sebaliknya diarahkan oleh Direksi. Pembongkaran harus
dikerjakan dengan cara yang sedemikian rupa hingga tidak mengganggu atau merusak
struktur atau formasi yang telah selesai.
2. Bahan-bahan yang diperoleh kembali dari pekerjaan sementara tersebut tetap menjadi milik
Kontraktor dan jika disetujui oleh Direksi, dimasukkan ke dalam pekerjaan permanen dan
dibayar menurut jenis pembayaran yang dimasukkan dalam Jadwal Penawaran.
3. Bahan-bahan galian tidak boleh ditempatkan dalam suatu saluran air tetapi harus segera
dibuang pada lokasi yang telah ditentukan.
4. Semua lubang galian tambahan, tempat galian batu atau daerah sisa galian yang digunakan
oleh Kontraktor harus ditinggalkan dalam kondisi yang rapih dan teratur dengan sisi dan
lereng yang mantap.

3.2.2 PROSEDUR GALIAN


3.2.2.1 Umum
1. Galian harus dilaksanakan sampai kelandaian, garis dan ketinggian yang ditentukan dalam
gambar atau diperintahkan oleh Direksi dan harus meliputi pembuangan semua bahan-
bahan yang ditemukan, termasuk tanah, batuan, batu-bata, batu beton, pasangan batu dan
bahan-bahan perkerasan jalan lama.
2. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap
bahan-bahan di bawah dan di luar batas galian.
3. Bila bahan-bahan yang tak terlindungi pada garis pembentukan atau tanah dasar atau
permukaan pondasi adalah bahan-bahan lepas atau lunak atau berlumpur atau tidak
memenuhi syarat menurut pendapat Direksi maka bahan-bahan tersebut harus dipadatkan
secara menyeluruh atau sama sekali dikeluarkan untuk dibuang dan diganti dengan
timbunan yang memenuhi syarat sebagaimana diarahkan oleh Direksi.
4. Dibatuan, lapisan keras atau bahan-bahan keras lainnya ditemukan pada jalur selokan atau
pada ketinggian tanah dasar untuk perkerasan dan bahu jalan atau dasar parit pipa atau
galian pondasi struktur maka bahan-bahan tersebut harus digali 150 mm lebih dalam sampai
suatu permukaan yang rata halus dan mantap. Tidak boleh ada tonjolan batuan ditinggalkan
dari permukaan yang terbuka dan semua pecahan batu yang berdiameter lebih besar dari
150 mm harus dibuang. Profil galian yang ditentukan harus dicapai dengan penimbunan
material yang dipadatkan dan disetujui oleh Direksi.
5. Peledakan sebagai suatu sarana galian batuan pada umumnya selalu tidak harus digunakan.
Tetapi jika menurut pendapat Direksi adalah tidak mungkin untuk menggali batuan dengan
menggunakan alat-alat bertekanan udara atau suatu mesin hidrolis tunggal dan jika
menurut pendapatnya tidak ada bahaya terhadap masyarakat dan tanah milik yang
berdampingan, ia boleh mengizinkan menggunakan peledakan.
6. Dalam hal-hal demikian, maka kontraktor harus menyediakan alat pelindung peledakan untuk
melindungi orang-orang, tanah milik dan pekerjaan selama galian yang disetujui oleh
Direksi.
7. Peledakan harus dibatasi pada waktu-waktu yang disetujui oleh Direksi.
8. Galian batuan dilaksanakan baik dengan peledakan atau lainnya sehingga sisi galian harus
ditinggalkan pada suatu kondisi yang aman dan sedapat mungkin serta praktis. Batuan lepas
atau mcnggantung yang dapat menjadi tidak stabil atau merupakan suatu bahaya lainnya
terhadap orang harus dibuang. Baik terjadi pada galian batuan baru maupun lama.

3.2.2.2 Galian Untuk Struktur


1. Galian untuk parit dan pipa, gorong-gorong kecil dan saluran beton, pasangan batu atau
pasangan batu adukan encer harus cukup ukurannya untuk memungkinkan pemasangan
yang layak dari bahan-bahan tersebut.
2. Skor, turap dan "Cofferdam” atau tindakan lainnya untuk mengeluarkan air harus dipasang
untuk memberikan ruang gerak yang cukup untuk pelaksanaan dan pemeriksaan kerangka
acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari tepi luar acuan. ”Cofferdam” atau skor
yang bergeser atau bergerak secara lateral selama pekerjaan galian harus dibetulkan atau
diperbesar untuk memperoleh ruang bebas yang diperlukan dalam pelaksanaan.
3. Setiap pemompaan dari galian harus dikerjakan dengan cara yang sedemikian rupa untuk
menghindari kemungkinan setiap bagian bahan- bahan konstruksi yang baru ditempatkan
dapat terbawa keluar. Setiap pemompaan yang diperlukan selama penempatan beton atau
untuk suatu perioda sekurang-kurangnya 24 jam sesudahnya, harus dikerjakan dari suatu
bak yang cocok terletak di luar acuan beton dan air dipompa ke dalam drainase yang telah
ditetapkan.

3.2.2.3 Galian Untuk Bahan-bahan Galian Tambahan


1. Lubang galian tambahan harus digali sesuai dengan ketentuan dari spesifikasi
2. Persetujuan untuk membuka suatu daerah galian tambahan baru atau untuk mengoperasikan
yang sudah ada harus diperoleh dari Direksi secara tertulis sebelum setiap operasi galian
tambahan dimulai.
3. Lubang galian akan dilarang atau dibatasi di mana semuanya itu dapat mengganggu drainase
alam atau yang direncanakan.
4. Lubang galian harus diratakan dan diberi drainase sedemikian rupa untuk mengalirkan
semua air permukaan ke gorong-gorong drainase tanpa ada genangan.
5. Tepi suatu lubang galian tambahan tidak boleh lebih dari 2 meter dari kaki suatu timbunan
atau 10 meter dari puncak galian.

3.2.2.4 Pengukurun Galian


1. Pekerjaan galian harus diukur sebagai pembayaran untuk volume, di tempat dalam kubik
meter dari bahan-bahan yang dipindahkan. Dasar perhitungan adalah gambar potongan
melintang profil tanah yang disetujui sebelum galian dan garis kelandaian serta ketinggian
yang ditentukan atau diterima dari pekerjaan galian yang diselesaikan. Metoda perhitungan
akan merupakan metoda luas ujung rata-rata dengan menggunakan penampang melintang
pekerjaan dan berjarak tidak lebih dari 25 meter.
2. Pekerjaan galian yang memenuhi syarat untuk pengukuran dan pembayaran menurut seksi
ini akan dibayar sebagai galian, meskipun bila bahan-bahan yang digali disetujui untuk
digunakan sebagai bahan-bahan konstruksi dan diukur dan dibayar pada bab lainnya dari
spesifikasi
3. Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan pipa beton tidak akan diukur untuk
pembayaran, biaya dari pekerjaan ini dianggap termasuk dalam harga satuan penawaran.
4. Galian yang melebihi garis yang terlihat pada profil dan penampang melintang yang disetujui
termasuk galian untuk membentuk terassering dan ikatan pada timbunan dan lerong yang
ada, tidak akan termasuk dalam volume yang diukur untuk dibayar kecuali di mana:
a. Kelebihan galian diperlukan untuk pembuangan bahan-bahan lunak atau tidak sesuai
sebagaimana ditentukan di atas atau pemindahan batu-batuan dan bahan-bahan yang keras
seperti disyaratkan dalam Sub Bab sebelumnya.
b. Pekerjaan tambahan yang diperoleh dari keruntuhan lereng yang sebelumnya telah diterima
dan disetujui secara tertulis oleh Direksi.
5. Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk mengambil bahan-bahan untuk konstruksi dari
lubang galian tambahan atau galian batuan di luar batas daerah konstruksi tidak akan
diukur untuk pembayaran, biaya pekerjaan ini dianggap termasuk dalam harga satuan untuk
pembayaran, biaya pekerjaan ini dianggap termasuk dalam harga satuan untuk timbunan
atau bahan-bahan perkerasan.

3.3. PEKERJAAN PEMASANGAN BATU BELAH


3.3.1 UMUM
3.3.1.1 Uraian
1. Pekerjaan ini harus mencakup pembangunan dari struktur yang ditunjukkan pada gambar
atau seperti yang diperintahkan Direksi untuk dibuat dari pasangan batu belah. Pekerjaan
harus meliputi pengadaan seluruh material, galian, penyiapan pondasi dan seluruh
pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan spesifikasi ini dan
memenuhi garis, kotinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan pada gambar
atau sebagaimana diperlukan secara tertulis oleh Direksi.
2. Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti pondasi, tembok
penahan, gorong—gorong persegi, dan tembok kepala gorong-gorong besar yang konstruksi
pasangan batu ini dimaksud untuk menahan beban luar yang cukup besar

3.3.1.2 Toleransi Dalam Ukuran


1. Sisi muka dari masing-masing batu permukaan harus tidak berbeda dari profit permukaan
rata-rata pasangan adukan batu disekitarnya lebih dari 3 cm.
2. Untuk pasangan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata yang dibentuk deengan
pasangan adukan batu harus tidak berbeda dari profil dasar yang dipersyaratkan atau
disetujui lebih dari 2 cm, juga tidak berbeda dari profit penampang yang dipersyaratkan
atau disetujui lebih dari 5 cm
3. Tebal minimum dari setiap pekerjaan pasangan batu haruslah 10 cm
3.3.2 MATERIAL
3.3.2.1 Batu
1. Batu harus bersih, keras, tanpa alur atau retak dan harus dari macam yang diketahui awet.
Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah
2. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengunci bila
dipasang bersama.
3. Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi, batu harus memiliki ketebalan yang tidak kurang
dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak
kurag dari satu setengah kali lebarnya.

3.3.2.2 Adukan
Adukan haruslah adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari Bab 6 dari
spesifikasi ini.

3.3.2.3 Drainase Porous


Material untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung penyaring untuk
pekerjaan pasangan batu harus memenuhi kebutuhan dari drainase porous.

3.3.3 PELAKSANAAN
3.3.3.1 Persiapan Pondasi
1. Pondasi untuk struktur pasangan batu kali harus disiapkan sesuai dengan syarat pada
pekerjaan tanah galian (cerucuk).
2. Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada gambar, dasar pondasi untuk struktur
tembok penahan harus normal, atau bertangga yang juga normal terhadap muka dari
tembok. Untuk struktur lain dasar pondasi harus mendatar atau bertangga yang juga
horizontal.
3. Lapis landasan yang dapat mengalihkan air dan kantung penyaring harus disediakan di mana
disyaratkan sesuai dengan syarat dalam drainase porous.

3.3.3.2 Pemasangan Batu Belah


1. Landasan dari adukan segar yang paling sedikit 3 cm tebalnya harus dipasang pada pondasi
yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada lapisan pertama.
Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada sudut·sudut. Perhatian harus
diambil untuk menghindarkan pengelompokan dari batu yang berukuran sama.
2. Batu harus dihampar dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak harus
dipasang sejajar dengan muka dari tembok dari yang terpasang
3. Batu harus ditangani sehingga tidak menggunakan atau menggeser batu yang telah
terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar
dari yang dapat ditangani oleh dua orang. Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada
pekerjaan yang baru dipasang tidak diperkenankan.

3.3.3.3 Penempatan Adukan


1. Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan secara menyeluruh dibasahi, cukup waktu
untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenih. Landasan yang akan menerima
masing-masing batu juga harus dibasahkan dan selanjutnya landasan dari adukan harus
disebar pada sisi dari batu ke batu yang sedang dipasang.
2. Tebal dari adukan landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm – 5 cm dan harus
minimum diperlukan untuk menjamin terisinya seluruh rongga antara batu yang dipasang.
3. Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah dibatasi
sehingga batu hanya dipasang pada adukan segar yang belum mengeras. Bila batu menjadi
longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal maka harus dibongkar, dan
adukan dibersihkan dan batu dipasang lagi dengan adukan segar.

3.3.3.4 Syarat Untuk Lubang Suling dan Sambungan Untuk


Ekspansi
1. Tembok dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang suling. Terkecuali ditunjukkan
lain pada gambar atau diperintahkan oleh direksi, lubang suling harus ditempatkan berjarak
antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50
mm.
2. Dalam Struktur panjang yang terus menerus seperti tembok penahan tanah, sambungan
ekspansi harus dibentuk pada jarak antara 20 m maksimal sambungan harus 30 mm
lebarnya dan haruslah setinggi tembok. Batu yang digunakan untuk pembentukan
sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang
bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas
3. Urugan dibelakang sambungan ekspansi haruslah material drainase porous berbutir
kasar yang bergradasi baik yang dipilih sehingga tanah yang ditahan tidak akan dapat
dihanyutkan melaluinya, juga material drainase porous tidak hanyut melalui sambungan

3.3.3.5 Pekerjaan Akhir Pasangan Batu Belah


1. Sambungan pada sisi muka dari batu harus dikerjakan hampir rata dengan permukaan
pekerjaan, tetapi tidak menyelimuti batu, sewaktu pekerjaan berlangsung.
2. Terkecuali disyaratkan lain, bagian puncak horizontal dari seluruh pasangan batu harus
dibuat rapi dengan tambahan dari lapis adukan setebal 2 cm, yang dikerjakan kepermukaan
yang merata dengan kemiringan yang akan menjamin perlindungan terhadap air hujan dan
dengan sudut yang dibulatkan. Lapisan tersebut harus dimasukkan kedalam dimensi yang
disyaratkan dari strukur.
3. Langsung setelah ditempatkan, dan sewaktu adukan masih segar, seluruh batu muka harus
dibersihkan dari kotoran adukan.
4. Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan baton
dari spesifikasi ini.
3.4 PEKERJAAN JALAN INSPEKSI
3.4.1 UMUM
3.4.1.1 Uraian
Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan bahan untuk pelaksanaan lapis pondasi jalan dan suatu lapis permukaan
sementara pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang telah disiapkan.
Pemasokan bahan akan mencakup, jika perlu, pemecahan, pengayakan, pencampuran dan
operasi-operasi lainnya yang diperlukan, untuk memperoleh bahan yang memenuhi
ketentuan dari Spesifikasi ini.

3.4.1.2 Toleransi Dimensi


1. Dimensi jalan inspeksi direncanakan dcngan lebar jalan 4 m, dengan tebal lapisan sub base
sebesar 30 cm dan dengan lapisan base coarse setebal 20 cm dan tebal beton 15 cm.
2. Tebal minimum tidak boleh kurang dari 1 cm terhadap tebal yang disyaratkan.
3. Bila semua agregat yang lepas dibuang, standar kerataan dan permukaan yang padat harus
sedemikian rupa sehingga tidak satu titikpun pada permukaan berbeda lebih dari 1 cm
diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang dipasang sejaiar atau tegak lurus pada
sumbu jalan.
4. Ketidakrataan permukaan akhir tidak bolah menyebabkan terjadinya kantong air.
5. Kecuali ditentukan lain oleh Direksi, Pekerjaan atau diberikan secara detil dalam gambar,
lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal harus dilaksanakan dengan lereng melintang atau
punggung jalan sabesar 2 % untuk daerah bukan superelevasi.

3.4.1.3 Standard
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Pedoman Perencanaan :
-2003 : Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat
1731-1989 : Pengujian lnsitu CBR
1966-1990 : Metode Pengujian Batas Plastis
1973-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton
2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin
6388-2000 : Spesifikasi Agregat Lapis Pondasi Bawah, Lapis Pondasi atas dan lapis penutup

3.4.1.4 Pengajuan Kesiapan Kerja


1. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hal-hal yang disebutkan di bawah
ini sedikitnya 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam penggunan setiap bahan untuk
pertama kalinya sebagai lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal :
a. Dua contoh masing—masing seberat 50 kg bahan, satu disimpan oleh Direksi Pekerjaan
sebagai rujukan selama Periode Kontrak.
b. Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk lapis pondasi jalan
tanpa penutup aspal, bersama dengan hasil pengujian laboratorium yang membuktikan
bahwa sifat-sifat bahan yang ditentukan dalam terpenuhi.
c. Pernyataan perihal metode dan lokasi produksi dan pencampuran bahan untuk lapis pondasi
jalan tanpa penutup aspal memenuhi ketentuan.
2. Segera setelah selesainya satu bagian pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan dalam
bentuk tertulis kepada Direksi Pekerjaan hasil pengukuran permukaan dan data survei yang
menyatakan bahwa toleransi permukaan dan tebal yang disyaratkan

3.4.1.5 Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja


Lapis pondasi agregat jalan tanpa penutup aspal tidak boleh ditempatkan,
dihampar atau dipadatkan pada waktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan
setelah hujan atau juga bila kadar air bahan tidak memenuhi.

3.4.2 BAHAN
1. Sumber Material
Material lapis pondasi jalan harus dipilih dari sumber yang disetujui sesuai dengan bahan
dari spesifikasi ini (sesuai dengan gambar perencanaan).
2. Dimensi
Dimensi agregat yang akan digunakan dalam pembuatan jalan adalah pada lapis pondasi
bawah/sub base berupa batu pecah dengan dimensi 15-20 cm sedangkan pada lapisan
pondasi atasl base coarse berupa agregat kelas B.
3. Lapis Permukaan Jalan Beton
Spesifikasi lapis permukaan jalan beton adalah beton dengan mutu K-225, dan disyaratkan
merupakan beton ready mix.
4. Ketentuan Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu (CBR minimum 5%),
sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989.
5. Ketentuan Pondasi Bawah
Bahan pondasi bawah diencanakan dari material bahan berbutir. Lapis pondasi bawah perlu
diperlebar sampai 60 cm diluar tepi perkerasan beton semen. Untuk tanah ekspansif perlu
pertimbangan khusus perihal jenis dan penentuan lebar lapisan pondasi dengan
memperhitungkan tegangan pengembangan yang mungkin timbul. Tebal lapisan pondasi
minimum 10 cm yang paling sedikit mempunyai mutu sesuai dengan SNI No. 03-6388-2000
dan ASSHTO M-155 serta SNI 03-1743-1989.

Material berbutir tanpa pengikat harus memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI-03-6388-
2000. Persyaratan dan gradasi pondasi bawah harus sesuai dengan kelas B. Sebelum
pekerjaan dimulai, bahan pondasi bawah harus diuji gradasinya dan harus memenuhi
spesifikasi bahan untuk pondasi bawah, dengan penyimpangan ijin 3% - 5%. Ketebalan
minimum lapis pondasi bawah untuk tanah dasar dengan CBR minimum 5% adalah 15 cm.

3.4.3 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI JALAN


1. Penyiapan Formasi
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaaan, penyiapan drainase, tanah dasar dan
lapis pondasi bawah harus selesai dan diterima paling sedikit 100 m ke depan dari rencana
lokasi akhir penghamparan lapis pondasi jalan.

2. Pengiriman Bahan
Jika lapis pondasi jalan tanpa dipasok sebagai bahan yang dicampur lebih dahulu, bahan itu
harus dikirim ke badan jalan sesuai dengan ketentuan. Bilamana agregat dikirim dalam
bentuk dua atau tiga komponen, setiap komponen harus dlkirim sesuai dengan ketentuan,
kecuali jlka komponen itu harus dikirim dalam keadaan kering.

Tebal padat minimum tidak boleh kurang dari dua kali ukuran agregat
maksimum. Tebal padat maksimum tidak boleh lebih dari 20 cm kecuali ditentukan lain atau
disetujui Direksi Pekerjaan .

3. Agregat Lapis Pondasi Jalan Yang Dicampur di Tempat


Bila bahan badan jalan yang ada harus harus dicampur untuk digunakan sebagai salah satu
komponen Lapis Pondasi Jalan, lokasi-lokasi tertentu yang bahannya agak basah atau
mutunya kurang baik harus digali dan dibuang terlebih dahulu, diganti dengan bahan badan
jalan dari lokasi lain yang bermutu sama atau lebih baik. Seluruh badan jalan yang padat
harus digaru sampai mencapai kedalaman yang seragam. Bilamana tidak disebutkan lain
maka penggaruan yang harus dihitung sedemikian hingga menghasilkan proporsi bahan
badan jalan yang tepat untuk campuran lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal. Bahan
badan jalan harus dikeringkan seluruhnya dan kemudian dicampur sampai seluruh lokasi itu
merata secara memanjang dan melintang.

Komponen bahan untuk setiap lapis harus dihampar dengan ketebalan yang sama di seluruh
lokasi. Mesin pencampur stabilisasi tanah, mesin penggaru pertanian, cakram bajak atau
alat lain yang sesuai harus digunakan untuk mencampur seluruh tebal bahan gembur
tersebut. Sebagai alternatif, setumpukan kecil bahan yang menerus pada panampang
melintang yang seragam dapat dihampar sepanjang jalan bilamana labar jalan tetap.
Seluruh kedalaman bahan yang gembur itu dibolak-balik dari sisi jalan yang satu ke yang
lainnya sampai seluruh bahan itu tercampur merata, kemudian dihampar dengan ketebalan
yang sama.

Pancampuran di tempat hanya diijinkan bila kondisi panas dan cuaca panas diharapkan
berlangsung sampai pekerjaan selesai.

4. Pemadatan Lapis Pondasi


Segera setelah pembentukan awal selesai, setiap lapis bahan harus dipadatkan seluruhnya
dengan alat pemadat yang cocok dan memadai, yang telah disetujui Direksi Pekerjaan.

Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah harus dilaksanakan paling sedikit
setelah dua lintasan pemadatan melintasi seluruh lokasi tersebut.

Selama pemasangan, pembentukan dan pemadatan Lapis Pondasi Jalan, agregat harus
dipertahankan dalam keadaan lembab dengan penyemprotan air yang diatur dengan ketat
sehingga bahan halus yang berada di permukaan tidak terganggu. Sebelum pemadatan
selesai, kontraktor harus membuang setiap agregat yang terlalu basah sehingga tidak
merusak tanah dasar. Pemadatan tidak boleh dilanjutkan jika bahan menunjukkan tanda-
tanda agak bergelombang. Dalam keadaan demikian, bahan harus dibuang atau diperbaiki.

Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi perkerasan dan


berangsur-angsur menuju ke tengah-tengah, dalam arah memanjang. Pada tempat
ber"superelevasi” penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah menuju ke bagian
yang tinggi.

Bahan sepanjang kerb, tembok dan tempat-tempat lain yang tak terjangkau oleh mesin gilas
harus dipadatkan dengan menggunakan timbris atau pemadat mekanis.

Pemadatan harus berlanjut sampai seluruh lokasi yang telah dipadatkan menjadi suatu
permukaan yang keras dengan kepadatan yang merata serta semua bekas jejak roda mesin
gilas tidak tampak. Suatu lapisan yang keras dan stabil harus diperoleh dalam penggilasan
akibat saling mengunci antar agregat dengan rapat.

Penambahan abu batu atau pasir berplastisitas rendah dalam jumlah kecil pada saat
pemadatan tahap akhir dapat diijinkan agar dapat meningkatkan pengikatan pada lapis
permukaan. Abu batu dan pasir tidak boleh dihampar terlalu tebal sedemikian hingga
agregat kasar menjadi tidak tampak.

3.4.4 PENGUJIAN
Jumlah data pendukung pengujian yang dibutuhkan untuk persetujuan awal dari mutu
bahan akan ditentukan Direksi Pekerjaan namun harus mencakup semua pengujian yang
disyaratkan, paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang
dipilih untuk mewakili batas rentang mutu bahan yang mungkin terdapat dalam sumber
bahan tersebut.

Setelah persetujuan atas mutu bahan untuk Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal yang
diusulkan, seluruh pengujian mutu bahan harus diulangi lagi bilamana menurut pendapat
Direksi Pekerjaan terdapat perubahan pada mutu bahan atau pada sumber bahan atau pada
metcde produksinya.

Suatu program pengujian pengendalian mutu bahan secara rutin harus dilaksanakan untuk
memeriksa ketidakseragaman bahan yang dibawa kelokasi pekerjaan. Pengujian lebih lanjut
harus sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang
dihasilkan, pengujian harus meliputi paling sedikit lima (5) pengujian Indeks Plastisitas dan
lima (5) pengujian gradasi.

3.4.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1. Metode Pengukuran
Lapis Pondasi Jalan harus diukur menurut jumlah meter kubik bahan padat yang diperlukan,
selesai di tempat dan diterima Direksi Pekerjaan. Volume yang diukur harus berdasarkan
penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar bilamana tebal yang diperlukan
seragam dan berdasarkan penampang melintang yang disetujui Direksi Pekerjaan bilamana
tebal yang diperlukan tidak seragam, dan panjangnya diukur secara mendatar sepanjang
sumbu jalan.

Pada Lapis Pondasi Jalan dimana tebal lapis pondasi yang ditetapkan atau disetujui tidak
seluruhnya terdiri dari bahan baru, tetapi terdiri dari sebagian bahan pada jalan lama yang
dikerjakan kembali, volume untuk pembayaran haruslah berdasarkan volume padat dari
bahan baru yang dihampar, dihitung dari penampang melintang yang diambil oleh
Kontraktor dan disetujui Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.

2. Pengukuran Pekerjaan Perbaikan


Bilamana perbaikan pada Lapis Pondasi Jalan yang tidak memenuhi ketentuan telah
diperintahkan Direksi Pekerjaan, kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah sama
dengan kuantitas yang dibayar jika pekerjaan semula dapat diterima. Pembayaran
tambahan tidak akan diberikan untuk pekerjaan tambahan tersebut atau kuantitas
tambahan yang diperlukan oleh perbaikan tersebut.

Bilamana penyesuaian kadar air telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sebelum
pemadatan, pembayaran tambahan tidak akan diberikan untuk penambahan air atau
pengeringan terhadap bahan atau pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk memperoleh
kadar air yang memenuhi ketentuan
3. Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, seperti yang diuraikan di atas, harus dibayar menurut Harga
Kontrak per satuan pengukuran untuk masing-masing mata pembayaran yang terdaftar di
bawah ini dan terdapat dalam daftar kuantitas dan harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan,
penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, penyiapan lapis dasar
(cut-offlayer), penggunaan lapis permukaan sementara pada permukaan yang sudah
selesai, dan semua biaya Iain-lain yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang
sebagaimana mestinya dari pekerjaan ini.

3.5 PEKERJAAN DRAINASE


3.5.1 UMUM
3.5.1.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan drainase yang dimaksud adalah pemasangan instalasi drainase dan
perlengkapannya y.ang meliputi penyediaan dan pemasangan berupa:
1. Saluran Drainase Hujan (Jalan)
Saluran drainase disesuaikan dengan ketinggian dan luasan permukaan jalan/tanah supaya
air hujan mengalir secara gravitasi dengan baik.
Penampang drainase yang digunakan adalah berbentuk persegi panjang, terbuat dari
pasangan batu belah dengan lebar dasar bersih dan tinggi bervariasi sesuai kebutuhan yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar.
2. Curb Inlet Dan Catch Pit It
Curb inlet untuk menangkap air hujan dari jalan ke saluran drainase sedangkan catch pit
untuk menangkap pasir dan kotoran lain yang terikut air hujan dari jalan ke drainase.
3. Bak kontrol
Bak kontrol untuk menjaga benturan aliran air hujan dari berbagai arah sehingga arus air
setelah bak kontrol kembali normal.
4. Gorong-gorong
Gorong-gorong dibawah jalan untuk menghindari lapisan-lapisan jalan.
5. Lain-lain
Yang dimaksud adalah lain-lain pekerjaan yang berkaitan sehubungan dengan pekerjaan
drainase, maupun berkaitan dengan keadaan di lapangan.

3.5.1.2 Gambar-Gambar
1. Kontraktor wajib membuat gambar detail untuk pelaksanaan pekerjaan (Shop Drawing).
Gambar ini harus disetujui oleh Direksi.
2. Gambar kerja & gambar detail untuk seluruhu pekerjaan harus selalu berada di lapangan
setiap waktu. Gambar tersebut dalam keadaan jelas, dapat dibaca dan menunjukkan
perubahan-perubahan terakhir.
3. Ukuran pokok dan pembagiannya, seluruhnya telah tercantum dalam gambar kerja dan
detail. Ukuran tersebut merupakan ukuran efektif/bersih, atau ukuran dalam keadaan jadi
oleh karena itu dalam pelaksanaan maupun pemesanaun ukuran-ukuran harus
diperhitungkan sebagai ukuran efektif.
4. Kontraktor membuat Gambar Instalasi yang sebenarnya terpasang (as built drawings).

3.5.2 PERSYARATAN MATERIAL


1. Kontraktor diharuskan:
a. Mengirimkan ccntoh bahan yang akan digunakan.
b. Menyerahkan brosur dan gambar detail peralatan yang akan digunakan sebelum dilakukan
pemesanan untuk dlsetujui Direksi.
c. Meyediakan peralatan yang baik untuk pelaksanaan seperti water pas, water pump, pipe
cutters dan lain-lain.
2. Apabila ternyata Direksi meragukan kualltas bahan atau alat tertentu, maka bahan tersebut
akan dikirimkan ke laboratorium penyelidikan bahan atas biaya kontraktor dan alat
dimaksud harus segera diganti.
3. Bahan yang dinyatakan tidak baik oleh Direksi di lapangan pekerjaan, maka Kontraktor harus
menyingkirkan bahan tersebut keluar lapangan dalam jangka 3 (tiga) hari.
4. Saluran drainase
a. Saluran drainase dibuat dari pasangan batu belah/kali sesuai dengan gambar kerja.
b. Pembuatan saluran drainase harus diperhatikan kemiringan saluran minimal 0,2 %.
5. Gorong-gorong .
Gorong-gcrong yang memotong dibawah permukaan jalan dibuat dari konstruksi beton
dengan ukuran sesuai dengan gambar kerja.

3.5.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN


3.5.3.1 Pekerjaan Galian Tanah
1. Galian tanah dilaksanakan untuk semua pemasangan sistem drainase.
2. Pedoman yang dipakai untuk dalamnya galian adalah diukur dari atas
permukaan saluran sampai kepermukaan jalan atau tanah aspal ditambah tebal lapisan pasir
dibawah saluran galian dinyatakan selesai setelah diperiksa dan disetujui.
3. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan (kelongsoran tanah dan lain-lain) menjadi tanggung
jawab Kontraktor dan sudah termasuk dalam harga penawaran, Direksi tidak menerima
adanya tuntutan terhadap hal-hal tersebut.
4. Penggalian tanah untuk selokan, pemasangan pipa dan perlengkapannya harus diikuti pula
dengan penimbunan kembali dengan segera, sesuai dengan cara- cara yang disebut dalam
bagian lain spesifikasi ini.
5. Pada dasarnya pekerjaan galian tanah ini mengikuti ketentuan yang telah ditentukan dalam
buku spesifikasi ini .

3.5.3.2 Pekerjaan Urugan Tanah


1. Pekerjaan urugan tanah harus sesuai dengan syara-syarat yang telah
ditentukan dalam buku spesifikasi ini.
2. Pemasangan pipa di dalam tanah harus tertutup sekelilingnya oleh pasir sesuai ketentuan
yang tercantum pada spesifikasi ini.
3. Urugan tanah untuk pemasangan pipa, baru dilaksanakan setelah pengurugan pasir keliling
pipa yang dipasang telah selesai, dan harus minta persetujuan Direksi terlebih dahulu
sebelum dilaksanakan.

3.5.3.3 Pekerjaan Urugan Pasir


1. Pekerjaan urugan pasir ini harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
2. Urugan pasir dilakukan pada sisi kanan, kiri dan bawah dengan tebal 10 cm, khusus pipa
yang memotong jalan harus diurug sekeliling pipa dengan tebal 10 cm dan di atasnya
dilindungi dengan plat beton bertulang.
3.5.3.4 Adukan Semen
Adukan semen yang digunakan untuk pekerjaan ini harus sesuai dengan syarat-syarat yang
telah ditentukan dalam buku spesifikasi ini.

3.5.3.5 Pasangan Batu Belah/Kali


Pekerjaan pasangan batu belah/kali harus sesuai dengan syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam buku spesifikasi ini.

3.5.3.6 Pekerjaan Beton


Pekerjaan beton yang digunakan hams sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan
dalam buku spesifikasi ini Grill
1. Bila diperlukan, sesuai dengan kondisi lapangan, grill dipasang dengan maksud untuk
mencegah air dari jalan agar tidak masuk ke bagian yang lebih rendah terutama pada jalan
masuk ke kapling.
2. Konstruksi grill menggunakan baja canal ukuran 75x40x5x7, dengan mutu baja BJ-41 yang
dilas satu sama lain sesuai gambar rencana.

3.5.4 PENGUJIAN (TESTING)


1. Semua penguiian harus disaksikan oleh Direksi dengan memberitahukan paling lambat 5
(lima) hari dimuka, secara tertulis.
2. Semua peralatan, tenaga ahli, tenaga terlatih harus disediakan oleh kontraktor untuk
keperluan pengujian.
3. Pengujian harus dilakukan pada semua sistem drainase pemipaan dan saluran apakah aliran
secara gravitasi berjalan baik.
4. Saluran/pipa yang akan terpasang tersembunyi/didalam tanah harus diuji sebelum ditutup.
5. Semua sistem kontrol harus diuji keberhasilan kerjanya.
6. Semua hasil pengujian harus discrahkan untuk disetujui oleh Direksi.

3.6 PEKERJAAN BETON

3.6.1 Umum
3.6.1.1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk lingkup pekerjaan beton adalah :
1. Semua pekerjaan beton tidak bertulang, seperti pengisi lubang, lantai kerja, dan lain-lain.
2. Semua pekerjaan beton bertulang pada pekerjaan konstruksi bangunan, Semua pekerjaan
yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah pengecoran termasuk
pembuatan cetakan, penulangan, pembuatan dan pemasangan spacer, pengecoran,
pembongkaran cetakan, pembuatan benda uji serta pengetesan mutu beton, persiapan dan
pemasangan penulangan stek-stek.

3.6.1.2 Persyaratan Umum


1. Pedoman Pelaksanaan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan-persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut:
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI-1971) - NI-2.
 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982) -NI-3.
 Mutu dan cara Uji Agregat Beton (511 0052-80).
 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia- 1.4.53.1989-UDO:693:5 dari Tata Cara
Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-15-1991-03).
 Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (N I-8).
 ASTM C-I 50 "Specification for Portland Cement".
 ASTM C-33 " Standard Specification for Concrete Aggregates".
 "American Society for Testing and Materials (ASTM)"
 "American Concrete Institute (ACI-318)".
 DIN 1048
Peraturan-peraturan yang diperlukan harus disediakan Kontraktor di"site".
2. Peraturan-peraturan dari luar negeri seperti ACI code, JIS, BS, dsb. dapat digunakan
sepanjang hal-hal yang diatur tidak terdapat di dalam peraturan Indonesia.
3. Kualitas campuran beton struktural minimum harus mempunyai memenuhi mutu K-225
berdasarkan pengujian tekan pada benda uji silinder.

3.6.2. BAHAN-BAHAN
3.6.2.1 Portland Cement
1. Semen yang digunakan harus semen Portland jenis I atau II atau V yang memenuhi
Standard Semen Indonesia (NI-8-1964) dan ASTM C-150.
2. Semen harus disimpan ditempat yang terlindung dari cuaca luar, kelembaban dan air, serta
dijaga jangan sampai terjadi kontaminasi. Penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan-
ketentuan material saat ini dalam PBI 1971.
3. Semen harus disimpan dengan teratur dan rapi sesuai urutan kedatangannya dan
pemakaiannya harus diusahakan sesuai dengan urutan kedatangannya sehingga tidak ada
semen yang terlalu lama penyimpanannya.
4. Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dan 2 bulan.
5. Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.
6. Jumlah semen yang disimpan harus diperhitungkan agar cukup banyak untuk
menghindarkan kemacetan pekerjaan yang diakibatkan oleh keterlambatan pengiriman.
7. Harus dijaga agar tidak terjadi proses pelembaban pada semen yang sedang dalam
pengangkutan atau pun penyimpanan.
8. Kadar alkali maksimum 0,40%.

3.6.2.2 Agregat
1. Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau buatan yang dihasilkan
oleh alat-alat pemecah batu, tetapi agregat tersebut harus memenuhi test, standard
laboratorium dan mempunyai gradasi yang memenuhi persyaratan ASTM 0-33. Agregat
kasar harus mempunyai susunan gradasi yang baik, cukup syarat kekerasannya dan padat
(tidak porous). Selain itu, agregat beton yang digunakan haruslah bersih, uncoated, keras
dan terbebas dan lumpur, garam, partikel pipih dan material-material merusak lainnya
seperti alkali, organik dan bahan-bahan lunak & ekspansif.
2. Agregat beton yang digunakan harus memenuhi persyaratan PB 1971 0052-80, dan ASTM C-
33 seperti:
- Agregat halus harus memenuhi persyaratan:
 Modulus kehalusan = 2,3 - 3,1
 Kotoran organik ≤ no.3
 Kadar lumpur < 3%
 Kekerasan < 2,2
 Kekekalan (Na2 SQ4) (5 siklus) < 12%
 Peresapan (Absorpsi) < 5%
 Tidak bersifat reaktif terhadap alkali.
- Agregat kasar harus memenuhi persyaratan:
 Kadar lumpur < 1%
 Kandungan butiran pipih < 20%
 Abrasi Los Angeles < 40%
 Kekekalan (Na2 SO4) (5 siklus) < 12%
 Peresapan (Absorpsi) < 5%
 Tidak bersifat reaktif terhadap alkali.
3. Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih dahulu harus mendapat persetujuan
Konsultan Pengawas. Kontraktor harus menyediakan sample agregat seberat 25 kg untuk
setiap ukuran dari sumber pengambilan agregat yang akan digunakan untuk disetujui
Pengawas. Jika Pengawas memandang perlu untuk mengadakan pemeriksaan di
laboratorium, maka pemeriksaan tersebut sudah harus diperhitungkan di dalam penawaran.
4. Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 20 mm dan sesuai dengan ASTM
Grade Size #67 (19,0 sampai 4,75 mm).
5. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dari bebas dan bahan-bahan organik,
tanah lempung dan sebagainya.

3.6.2.3 Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, segar dan tidak mengandung
minyak, asam, alkali, garam, dan bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat
menurunkan mutu pekerjaan dan sesuai dengan pasal 3.6 P81 1971 dan pasal 9 PUBI -
1982. Apabila dipandang perlu, Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang
dipakai diperiksa di laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya
Kontraktor.

3.6.2.4 Baja Tulangan


1. Besi beton harus bebas dari karat, sisik, oli, gemuk dan kotoran-kotoran lain yang dapat
mengurangi lekatannya pada beton dan harus memenuhi persyaratan dalam PBI 1971.
Kecuali ditentukan lain dalam gambar, digunakan besi ulir denga fy = 400 MPa untuk
diameter tulangan > 13 mm dan fy = 240 MPa untuk diameter tulangan  12 mm.
2. Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuran sesuai dengan dokumen
lelang.
3. Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dari pabrik mengenai kekuatan dan ukuran baja
tulangan.
4. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya
sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakan sertifikat dari laboratorium baik pada saat
pemesanan maupun secara periodik minimum masing-masing 2 (dua) contoh percobaan
(stress strain) dan pelengkung untuk setiap 20 ton besi. Pengetesan dilakukan pada
laboratorium-laboratorium yang disetujui oleh Pengawas.

3.6.2.5 Admixture
1. Untuk setiap penggunaan admixture yang dianggap perlu, Kontraktor diminta terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari Pengawas mengenai hal tersebut.
2. Untuk itu Kontraktor diharapkan memberitahukan nama perdagangan admixture tersebut
dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik produksi, jenis bahan
mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya, resiko- resiko dan keterangan-keterangan lain
yang dianggap perlu.
3. Admixture yang mengandung unsur clorida, flourida, ion sulfide, ion nitrat dan unsur-unsur
lainnya yang dapat merusak bahan-bahan beton dan tulangan baja tidak boleh digunakan
pada pekerjaan ini.
4. High-range water-reducing, jika diijinkan untuk digunakan, harus sesuai dengan persyaratan
ASTM C494 type F atau G.

3.6.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan untuk membuat mix design
dari sebagian jumlah bahan untuk beton yang sudah memenuhi persyaratan dengan
pelaksanaannya mengikuti Standar Konstruksi Bangunan Indonesia l.4.5.3.1989-UDC:693.5.
2. Perbandingan antar agregat halus dan agregat kasar tergantung dari gradasi, tetapi agregat
halus hendaknya dalam jumlah sesedikit mungkin yang apabila dikombinasikan dengan
semen akan menghasilkan adukan yang dapat mengisi rongga-rongga antara agregat-
agregat yang berbutir kasar tersebut dan cukup tersisa untuk membentuk
permukaan/finishing yang halus.
3. Untuk mencapai kekuatan beton yang optimum dan awet, maka jumlah air yang dipakai
hendaknya sesedikit mungkin tetapi konsistensi beton masih cukup mudah untuk dikerjakan
dan mempunyai konsistensi yang cukup sesuai dengan keperluannya.
4. Baja pada Beton
a. Semua baja tulangan yang didesain sebagai tulangan praktis dan tidak tercantum pada
gambar, tetapi diperlukan/dibutuhkan untuk melengkapi pekerjaan ini, harus diadakan
pelaksanaannya.
b. Pemasangan dan pengikatan dari baja yang tertanam dalam beton dilakukan pada keadaan
normal, tidak diselesaikan pada saat pengecoran berlangsung.
c. Kontraktor harus membuat detail shop drawing dengan skala, untuk disetujui oleh Pengawas
dalam pelaksanaannya.
d. Semua baja pada pekerjaan ini permukaannya harus bersih dari larutan-larutan, bahan-
bahan atau material yang dapat memberi akibat pengurangan ikatan antara beton dan baja.
5. Benda Uji
Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji setiap 5 m3 beton dengan
minimum 1 benda uji setiap hari sesuai dengan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia
1.4.5.3.1989-UDC:693.5 dan diberi tanggal dan nomor urut yang menerus. Pengambilan
benda uji dilakukan atas persetujuan Pengawas.
Selain itu juga harus disiapkan benda-benda uji kontrol untuk setiap 5 m3 beton dengan
minimum 1 benda uji setiap hari untuk pengujian permeabilitas beton yang dilakukan sesuai
dengan persyaratan DIN 1048.
6. Persiapan Pengecoran
a. Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan dan perancah kepada
Pengawas untuk memperoleh persetujuannya. Pelaksanaan pembuatan Bangunan acuan
dan perancah tidak diperkenankan sebelum gambar rencana bangunan pembentuk disetujui
Pengawas.
b. Acuan adalah konstruksi cetakan yang dilapisi Tegofilm dan hanya boleh digunakan 2 kali
yang digunakan untuk membentuk beton muda yaitu sebelum beton mencapai kekuatan
yang disyaratkan dan sebelum mendapat bentuknya yang permanen, agar apabila telah
mengeras struktur beton mencapai dimensi dan kedudukan seperti yang tercantum pada
gambar perencanaan. Sedangkan perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan
beton muda yang digunakan sampai beton mencapai kekuatan yang disyaratkan. Segala
biaya yang diperlukan sehubungan dengan perencanaan bangunan acuan dan perancah dan
pelaksanaanya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
c. Konstruksi acuan harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup yang
bekerja, tekanan beton dalam keadaan basah dan getaran-getaran, tanpa mengalami
distorsi. Perancah harus direncanakan dan dibuat dari material padat seperti kayu terentang,
baja atau beton cetak yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk yang ditopang dan diberi
pengaku ikatan secukupnya agar posisi dan bentuknya tidak mengalami perubahan baik
sebelum maupun setelah pengecoran. Spesifikasi kayu acuan harus sesuai dengan Standar
Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI) 1.4.53.1989-UDC: 693.5. Pemakaian bahan bambu
tidak diperbolehkan. Perancah harus dibuat di atas pondasi yang kuat dan kokoh sehingga
terhindar dari bahaya penggerusan dan penurunan
d. Cetakan dari Multiplex 12 mm harus datar dan tegak lurus, cetakan tidak bergetar, tidak
bocor dan kokoh, sehingga kedudukan dan bentuknya tetap, tidak bergetar maupun
bergeser pada waktu beton dicor dan setelah selesai pengecoran tetap mudah dibongkar.
Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua cetakan beton harus bersih dari segala material
yang bisa mengurangi mutu dan kekuatan beton. Cetakan yang sudah pernah dipakai harus
dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu. Sebelum dicor harus dilapisi dengan "Form Oil".
Pekerjaan ini harus dilaksanakan setiap kali sebelum pengecoran dilakukan.
e. Semua sambungan pada acuan harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan dan
terbentuknya bekas sambungan dan sarang- sarang agregat pada permukaan beton.
f. Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap, cara-¬cara dan
persiapan pengecoran mendapat persetujuan Pengawas.
7. Pengecoran Beton
a. Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang diminta dan angka
perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan isi yang
dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus dibuat dengan
baik, kuat dan harus mendapatkan persetujuan Pengawas terlebih dahulu.
b. Pengadukan bahan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk sekurang-kurangnya 1,5
menit setelah semua bahan beton sesuai persyaratan mulai diaduk.
c. Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan dengan
air dimulai. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut bisa
diperpanjang satu jam. Adukan beton tersebut harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan
secara kontinyu sampai mencapai syarat-syarat pelaksanaan yang disetujui Pengawas.
d. Supaya dalam beton tidak terjadi rongga kosong/udara masuk selama pengecoran harus
digunakan concrete vibrator. Concrete vibrator harus ditanam tegak lurus, tidak boleh lebih
dari 30 detik setiap penanaman untuk tebal lapisan 8 cm dan tidak boleh kena langsung baik
pada baja tulangan maupun cetakan.
e. Harus dihindari terjadinya pemisahan material (segregation) pada saat pengecoran dan
terjadinya perubahan letak tulangan.
f. Alat-alat penuangan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas
dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara
bebas dan ketinggian lebih dari 1.00 meter.
g. Pengecoran harus dilakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa sehingga bisa
menghasilkan bentuk permukaan serta ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan gambar
kerja.
h. Pengecoran yang Terhenti apabila pengecoran beton terhenti pada daerah yang tidak
direncanakan sebagai pemberhentian pengecoran, misalkan akibat terjadinya kerusakan
pada peralatan pengecoran. Maka pengecoran selanjutnya hanya dapat dilakukan dengan
memperhatikan persyaratan sebagai berikut:
 Pengecoran selanjutnya dapat langsung dilakukan jika tidak melebihi 2 jam dari saat
penghentian pengecoran.
 Apabila pengecoran selanjutnya ternyata dilaksanakan pada waktu melebihi 2 jam dari saat
penghentian pengecoran, maka daerah pengecoran yang terhenti tersebut harus
diperlakukan sebagai siar dilatasi. Permukaan beton pada daerah pengecoran yang terhenti
harus dibobok minimal 5 cm sehingga membentuk bidang yang kasar. Permukaan beton
tersebut kemudian diberi bahan bonding agent seperti EMAGG atau yang setara dan yang
dapat menjamin kontinuitas adukan beton lama dengan beton baru.
i. Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan peralatan pemadat
(vibrators) mekanis. Kontraktor harus menyediakan peralatan yang cukup untuk
mengangkut dan menuangkan beton dengan konsistensi yang cukup sehingga dapat
diperoleh beton padat tanpa perlu menggetarkan/memadatkannya secara
berlebihan. Ketelitian dalam proses pemadatan harus benar-benar diperhatikan agar tidak
terjadi rongga-rongga dan pengantongan udara pada beton yang sedang dipadatkan dan
jangan sampai terjadi perubahan posisi tulangan baja selama pemadatan.
Pemadatan/penggetaran dilakukan dalam waktu tidak terlalu lama sehingga tidak terjadi
pemisahan bahan (segregation) beton. Pelaksanaan pemadatan/penggetaran ini harus
dilaksanakan oleh pekerja-pekerja yang telah berpengalaman dan dilaksanakan sesuai
dengan pengarahan dan petunjuk Pengawas.
j. Pemadatan dilakukan dengan internal vibrator yang harus dapat memberikan 6000
getaran/menit bila dimasukkan ke dalam adukan beton dengan slump 6 cm dan akan
memberikan daerah yang kelihatan bergetar dalam radius tidak kurang dari 46 cm. Alat
penggetar harus dimasukkan searah dengan as memanjangnya. Tidak diperkenankan untuk
menggetarkan beton yang telah mengalami "initial set" dan jangan sampai alat penggetar
menumpu pada tulangan baja. Tidak diperkenankan pula melakukan penggetaran untuk
maksud mengalirkan adukan beton.
8. Penyelesaian Permukaan Beton
Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak tampak bagian-bagian
yang keropos, melendut atau bagian-bagian yang membekas pada permukaannya. Ujung-
ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.
9. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan-bahan
a. Pengiriman dan penyimpanan bahan-bahan, pada umumnya harus sesuai dengan waktu dan
urutan pelaksanaan.
b. Semen harus didatangkan dalam zak yang tidak pecah/utuh, tidak terdapat kekurangan
berat dari apa yang tercantum pada zak segera setelah diturunkan dan disimpan dalam
gudang yang kering, terlindung dari pengaruh cuaca, berventilasi secukupnya dan lantai
yang bebas dari tanah. Semen harus dalam keadaan baik (belum mulai mengeras). Jika ada
bagian yang mulai mengeras, bagian tersebut harus dapat ditekan hancur dengan tangan
bebas (tanpa alat) dan jumlahnya tidak boleh lebih dari 10% berat. Jika ada bagian yang
tidak dapat ditekan hancur dengan tangan bebas, maka jumlahnya tidak melebihi dari 5%
berat dan kepada campuran tersebut diberi tambahan semen pengganti yang baik dalam
jumlah yang sama. Semuanya dengan catatan bahwa kualitas beton yang diminta harus
tetap terjamin.
c. Besi beton harus ditempatkan bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan¬bantalan
kayu dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing lainnya (misalnya minyak dan lain-lain).
d. Agregat-agregat harus ditempatkan dalam bak-bak yang cukup terpisah menurut jenis dari
gradasinya serta harus beralaskan lantai beton ringan untuk menghindari tercampurnya
dengan tanah.
e. Sebelum dilaksanakan pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan kepada Pengawas
"Certificate Test" dari bahan-bahan besi dan Portland Cement dari produsen/pabrik.

3.6.4. KUALITAS BETON


1. Kecuali ditentukan lain dalam gambar, kualitas beton adalah K-250.
Beton yang digunakan harus mempunyai tingkat kekedapan yang tinggi. Nilai penetrasi air
yang dijinkan yang merupakan indikator tingkat kekedapan beton adalah 30 mm,
sebagaimana yang disyaratkan oleh DIN 1048.
2. Kontraktor harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat kualitas beton ini
dengan memperhatikan data-data pelaksanaan ditempat lain atau dengan mengadakan trial
mixes di laboratorium yang ditunjuk oleh Pengawas.
3. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan-ketentuan yang
disebut dalam Pasal 3.5. Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas data kualitas beton
yang dibuat dengan disahkan oleh Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan
nilai karakteristiknya.
4. Penunjukan laboratorium harus dengan persetujuan Pengawas.
5. Kontraktor harus membuat laporan terlulis atas data kualitas beton yang dibuat dengan
disahkan oleh Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai
karakteristiknya.
6. Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump.
Nilai slump yang dijinkan berdasarkan jenis konstruksi yang akan dilaksanakan adalah
minimum 5 cm dan maksimum 15 cm.
Persiapan dan cara-cara pelaksanaan pemeriksaan slump harus sesuai dengan pasal 4.4.1
PBI 1971.
7. Perawatan silinder percobaan tersebut adalah dalam pasir basah atau ditutupi karung-
karung basah tapi tidak tergenang air, selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara
terbuka.
8. Untuk pengendalian mutu beton, maka digunakan juga pembuatan silinder percobaan untuk
umur 3, 7, 14, atau 21 hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari nilai
yang tercantum pada tabel di bawah ini. Jika hasil kuat tekan benda-benda uji tidak
memberikan angka kekuatan yang diminta maka harus dilakukan pengujian beton setempat
dengan cara-cara seperti yang ditetapkan dalam pasal 4.7.4 SKB 1-1.4.53.1 989-U DC:693.5
mengenai penyelidikan hasil uji dengan kekuatan rendah.

Perbandingan Kekuatan Tekan Beton Pada Berbagai Umur


Terhadap Kekuatan Tekan Beton Umur 28 Hari
Umur Beton (Hari) 3 7 14 21
Rasio Kuat Tekan Terhadap
0.45 0.65 0.88 0.95
Kuat Tekan Umur 28 Hari

9. Penyampaian beton (adukan) dan mixer ke tempat pengecoran harus dilakukan dengan cara
yang tidak mengakibatkan terjadinya pemisahan komponen-komponen beton.
10. Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
11. Pemeriksaan Mutu Beton:
Persiapan, cara-cara pembuatan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu hasil pelaksanaan
pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan pada bab 4 PB 1971.
12. Penerimaan Hasil Pekerjaan Beton:
Pekerjaan beton dapat diterima setelah syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam
spesifikasi teknik dan gambar perencanaan telah dipenuhi seluruhnya dan umur beton telah
mencapai 28 hari. Kriteria penerimaan hasil pekerjaan beton ditentukan berdasarkan PBI
1971
Apabila hasil pemeriksaan benda-benda uji menunjukkan kekurangan kekuatan beton hasil
pekerjaan yang tidak melebihi 10% dari kekuatan beton yang disyaratkan, maka hasil
pekerjaan ini dapat diterima oleh Pengawas. Atau diambil tindakan-tindakan sesuai dengan
pasal 4.8 PBI 1971. Penyimpangan hasil pelaksanaan terhadap spesifikasi teknis, gambar
perencanaan atau petunjuk Pengawas dapat menyebabkan hasil pekerjaan tersebut
dibongkar dan diperbarui kembali sesuai dengan persyaratan dan ketentuan-ketentuan
dalam persyaratan dokumen kontrak.

3.6.5. SIAR-SIAR KONSTRUKSI DAN PEMBANGUNAN ACUAN


Pembongkaran acuan dan penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak
ditentukan lain dalam gambar. harus mengikuti pasal 5.8. dan 6.5. dan SKBI- I.4.53.1989-
UDC:693.5. Siar-siar tersebut harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum
pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus disetujui oleh Pengawas.
Cetakan (acuan) beton dapat dibongkar jika umur beton telah melampaui waktu
sebagai berikut:
 Bagian sisi balok : 72 jam
 Balok tanpa beban konstruksi : 7 hari
 Balok dengan beban konstruksi : 12 hari
 Pelat lantai /atap : 12 hari
Dengan persetujuan Pengawas, cetakan beton dapat dibongkar lebih awal dengan
syarat benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan sebenarnya telah mencapai
kekuatan 80% dari kekuatan pada umur 28 hari.

3.6.6. PERAWATAN DAN PERLINDUNGAN BETON


1. Adukan beton harus dilindungi dari panas yang berlebihan atau pengeringan yang terlalu dini
akibat penguapan air yang berlebihan. Untuk daerah yang berangin kencang, harus dibuat
pelindung angin sesuai dengan pengarahan dari Pengawas sehingga kehilangan kadar air
dalam beton selama masa perawatan seminimal mungkin.
2. Beton yang baru selesai dicor harus dilindungi terhadap hujan, panas matahari
3. serta kerusakan-kerusakan, lain yang dapat disebabkan beban-beban pelaksanaan sampai
beton mencapai kekerasan dan kekuatan sebagaimana disyaratkan.
4. Permukaan beton harus dilindungi terus menerus setelah pengecoran, dengan cara
menutupnya dengan karung-karung basah, pasir basah atau digenangi dengan air selama
kurang lebih 7 hari setelah pengecoran
5. Cara lain untuk melindungi dan merawat beton harus mendapat persetujuan Pengawas dan
sesuai dengan PBI 1971.

3.6.7. PENOLAKAN HASIL PEKERJAAN BETON


Pengawas berhak menolak dan memerintahkan pembongkaran hasil pekerjaan beton jika
pekerjaan beton tersebut menunjukkan hasil-hasil sebagai berikut :
1. Porous, segregasi atau berlubang-lubang.
2. Construction joints dibuat pada lokasi maupun cara-cara yang tidak sesuai dengan rencana.
3. Letak/posisi tulangan baja bergeser (tidak sesuai dengan rencana) selama dan setelah
pengecoran.
4. Penyimpangan-penyimpangan hasil pelaksanaan sudah di luar batas toleransi yang dapat
diberikan sesuai dengan spesifikasi teknis ini.
5. Permukaan finishing tidak dapat memenuhi persyaratan.
6. Hasil pemeriksaan mutu beton maupun tindakan penanggulangannya tidak dapat memenuhi
persyaratan pada PB 1971 (N I-2).
7. Hasil pekerjaan tidak memenuhi persyaratan dalam spesifikasi teknis ini.

3.6.8. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR


1. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan ketentuan-
ketentuan di atas dan sesuai dengan gambar-gambar konstruksi yang diberikan. Kehadiran
Pengawas selaku Pemberi Tugas atau Perencana yang sejauh mungkin
melihat/mengawasi/menegur atau memberi nasihat tidaklah mengurangi tanggung jawab penuh
tersebut di atas.
2. Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang berpengalaman dan
mengerti benar akan pekerjaannya. Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu
yang sebanding dengan standar yang umum berlaku. Apabila Pengawas memandang perlu,
Kontraktor dapat meminta nasihat-nasihat dan tenaga ahli yang ditunjuk Pengawas atas beban
Kontraktor.

3.6.9. PERBAIKAN PERMUKAAN BETON


1. Penambahan pada daerah yang tidak sempurna, keropos dengan campuran adukan semen
(cement mortar) setelah pembukaan acuan, hanya boleh dilakukan setelah mendapat
persetujuan dan sepengetahuan Pengawas.
2. Jika ketidaksempurnaan itu tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan permukaan yang
diharapkan dan diterima oleh Pengawas, maka harus dibongkar dan diganti dengan pembetonan
kembali atas beban biaya kontraktor
3. Ketidaksempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur, pecah/retak, ada
gelembung udara, keropos, berlubang, tonjolan yang lain yang tidak sesuai dengan bentuk yang
diharapkan/diinginkan.

3.6.10 PEMBERSIHAN
Jangan dibiarkan puing-puing, sampah sampai tertimbun. Pembersihan harus dilakukan
secara baik dan teratur.

3.6.11 CONTOH MATERIAL YANG HARUS DISEDIAKAN


1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh material: Koral, split,
pasir, besi beton, PC untuk mendapatkan persetujuan Pengawas.
2. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh Pengawas akan dipakai sebagai standar/pedoman untuk
memeriksa/menerima material yang dikirim oleh Kontraktor ke lapangan.
3. Kontraktor diwajibkan untuk membuat tempat penyimpanan contoh-contoh yang telah disetujui
di bangsal Pengawas.

Anda mungkin juga menyukai