Anda di halaman 1dari 90

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS


Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
1
BAB I
PENGUKURAN DEBIT DI SALURAN TERBUKA

1.1 Latar Belakang


Dalam sebuah kegiatan pertanian, kebutuhan air sudah menjadi hal mutlak
yang diperlukan dan tidak bisa dielakkan lagi, karena air merupakan faktor
penting dalam usaha pertanian. Tanaman yang dibudidayakan dalam pertanian
membutuhkan air yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
hingga menghasilkan produksi yang maksimal. Pemberian air pada tanaman harus
sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Pemberian air yang berlebihan atau
yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman juga akan mengganggu
pertumbuhan tanaman.
Susahnya air disuatu tempat dengan tempat lain itu berbeda, maksudnya ialah
ketersediaan air disuatu tempat itu berbeda-beda. Susahnya air membuat para
petani kesusahan dalam usaha pertaniannya, maka dari itu diperlukan sistem
manajemen irigasi yang baik untuk pengelolaan air dan pemanfaatan air yang
maksimal.
Dalam suatu saluran irigasi, mengetahui debit sangat penting. Hal ini
bertujuan untuk dapat mengontrol laju penggunaan air pada petakan lahan yang
sesuai dengan kebutuhan air disuatu lahan. Dengan mengetahui debit aliran dapat
mengontrol laju aliran air yang dibutuhkan serta mengefisienkan penggunaan air
yang tersedia pada musim kemarau.
Maka dari itu pengukuran debit air atau aliran harus diketahui dalam suatu
irigasi. Sebagai mahasiswa teknik pertanian, dalam melakukan pengukuran debit
aliran diperlukan untuk mengetahui rancangan ideal saluran irigasi. Saluran irigasi
harus memperhitungkan kebutuhan air pada suatu areal lahan pertanian dan
mengukur kecepatan aliran debit yang ideal agar wilayah tersebut tidak
kekurangan atau kelebihan air umtuk tanaman dan pengolahan lahan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoletti;
2. Mengukur debit dengan pelampung;
3. Mengukur debit dengan current meter.
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
2
1.3 Manfaat
Setelah melakukan praktikum kali ini manfaat yang dapat diperoleh oleh
praktikan adalah :
1. Bisa menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoletti;
2. Praktikan bisa mengetahui pengukuran debit dengan menggunakan pelampung;
3. Praktikan juga dapat mengukur debit dengan current meter.
1.4 Tinjauan pustaka
1.4.1 Pengetian debit
Debit merupakan satuan besaran air yang keluar dari daerah sungai. Satuan
debit yang digunakan dalam satuan SI adalah meter kubik per detik (m3/s).
Menurut Asdak, debit aliran merupakan laju aliran air dalam bentuk volume air
yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam
satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik.

1.4.2 Jenis-Jenis Aliran


a. Aliran laminer
Aliran laminer merupakan aliran fluida tanpa aliran turbulen (pusaran air).
Partikel fluida mengalir dengan bentuk garis lurus dan sejajar. Dalam aliran
laminer ini viskositas berfungsi untuk meredam kecenderungan terjadinya gerakan
relatif antara lapisan.
b. Aliran turbulen
Aliran turbulen adalah aliran yang pergerakan dari partikel-partikel fluida
sangat tidak menentu karena mengalami pencampuran serta putaran partikel antar
lapisan.
Tipe-tipe aliran saluran terbuka adalah :
a. Aliran tetap
- Aliran seragam
- Aliran tidak seragam
b. Aliran tidak tetap
- Aliran seragam tidak tetap
- Aliran tidak tetap dan berubah-ubah

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
3
1.4.3 pengukuran debit
Ada dua metode dalam pengukuran debit, yaitu pengukuran debit secara
langsung dan pengukuran debit secara tidak langsung.
A. Pengukuran debit secara tidak langsung
Pengukuran debit secara tidak langsung merupakan pengukuran debit yang
dilakukan langsung namun untuk mengetahui nilainya harus dilakukan dengan
pengolahan rumus.
1. Pelampung
Pelampung yang digunakan untuk pengukuran debit memiliki dua tipe, yaitu :
a. Pelampung permukaan
b. Pelampung tangkai
Pelampung tangkai lebih teliti dibandingkan pelampung permukaan.
Pengukuran debit dengan pelampung dilakukan dengan memilih bagian sungai
yang lurus dan seragam, kondisi aliran seragam dengan pergolakan seminim
mungkin. Pengukuran yang dilakukan ketika tidak ada angin pada bentangan air
yang kita pilih. Kecepatan aliraan permukaan ditentukan berdasarkan rata-rata
yang diperlukan pelampung menempuh jarak tersebut. Sedangkan kecepatan rata-
rata didekati dengan pengaturan kecepatan permukaan dengan suatu koefisien
yang besarnya tergantung dari perbandingan antara lebar dan kedalaman air.
Dalam pelepasan pelampung harus diingat bahwa pada waktu pelepasan,
pelampung tidak stabil, oleh karena itu perhitungan kecepatan tidak dapat
dilakukan pada saat pelampung baru dilepaskan. Keadaan stabil akan tercapai 5
detik sesudah dilepaskan. Pada saat pelampung stabil baru dapat dimulai
pengukuran kecepatannya. Debit aliran dapat diperhitungkan berdasarkan
kecepatan rata-rata kali luas penampung.
Persamaan untuk menghitung debit aliran kecepatan rata – rata:
Q = C . Vp Ap………………………………………………(1)
Keterangan:
Q : debit aliran
C : koefisien yang tergantung dari macam pelampung yang digunakan
Vp : kecepatan rata – rata pelampung
Ap : luas aliran rata – rata

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
4
2. Current meter
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran. Alat ini terdiri
dari flow detekting unit dan counter unit. Aliran yang diterima detekting unit akan
terbaca pada counter unit dapat juga menunjukkan sekalian jumlah putaran
propeller maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran. Untuk jenis yang
tidak langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu
dengan memasukkan kedalam rumusan yang sudah dibuat oleh pembut alat.
Dalam penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan
perlu diketahui.
Distribusi kecepatan aliran di sungai tidak sama baik arah vertikal maupun
horizontal sehingga pengukuran kecepatan dengan alat ini tidak cukup pada satu
titkik saja. Prinsipnya adalah makin cepat aliran, maka makin cepat putaran
baling – baling pada alat. Kecepatan dihitung atas dasar jumlah putaran baling –
baling dan waktu putaran.
Debit aliran dihitung dari rumus :
Q = V x A………………………………………….…(2)

Keterangan :
V : Kecepatang aliran
A : Luas penampang
Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur
kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap
bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada :
a. Bentuk saluran
b. Kekasaran saluran dan
c. Kondisi kelurusan saluran

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
5

Tabel 1 jumlah titik pengukuran pada berbagai kedalaman


Kedalaman saluran Jumlah titik Titik kedalaman
(h) dalam m pengukuran

0,0 – 0,6 1 0,6 h


0,6 – 3,0 2 0,2 h ; 0, 8
3,0 – 6,0 3 0,2 h ; 0,6 h ; 0, 8 h
Sumber : Tim Asisten.2015.Modul Teknik Irigasi dan Drainase.PS TEP

B. Pengukuran debit secara langsung


Dalam pengukuran debit secara langsung diguunakan beberapa alat pengukur
yang langsung dapat menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran
meliputi jaringan-jaringan yang telah ada. Alat yang digunakan adalah :
1. Alat ukur pintu Romijin
Ambang dari pintu romijin dalam pelaksanaan pengukuran yang langsung
menunjukkan ketersediaan air pengairan bagi penyaluran melalui jaringan-
jaringan yang dapat naik dan turun yaitu dengan bantuan alat pengangkat.
Pengukuran air menggunakan rumus :
……………………………………………(3)
Keterangan :

b : Lebar

h : tinggi permukaan air

2. Sekat ukur Thomson


Berbentuk segitiga sama kaki dengan sudut 90 0 dapat dipindah-pindahkan
karena bentuknya yang sederhana, lazim digunakan untuk mengukur debit air
yang relatif kecil. Alam penggunaan alat ini dapat memperhatikan atau
menggunakan persamaan berikut :
…………………………………….. (4)
Keterangan :
Q = debit air
h = tinggi permukaan air

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
6
3. Bangunan ukur Cipoletti
Prinsip kerja bangunan Cipoletti ini disaluran terbuka adalah menciptakan
aliran yang kritis. Pada aliran kritis, energi spesifik pada nilai minimum sehingga
ada hubungan tunggal antara head dengan debit. Persamaan yang digunakan
adalah :
Q = k x b (h2/3)…………………………………(5)

Keterangan :
Q : debit air
H : head
K dan n : konstanta
Besarnya nilai k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan energi
dari penampung saluran yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan pengukuran debit
air secara langsung dengan bangunan Cipoletti biasanya lebih mudah dengan
memperhatikan daftar debit air yang tersedia.

1.4.4 Syarat-syarat saluran pengukuran Debit


a. Berada tepat atau di sekitar lokasi pos duga air, dimana tidak ada perubahan
bentuk penampang atau debit yang menyolok
b. Alur sungai harus lurus sepanjang minimal 3 kali lebar sungai pada saat
banjir/muka air tertinggi distribusi aliran merata dan tidak ada aliran yang
memutar.
c. Aliran tidak terganggu sampah maupun tanaman air dan tidak terganggu oleh
adanya bangunan air lainnya (misalkan pilar jembatan), tidak terpengaruh
peninggian muka air, pasang surut dan aliran lahar.
d. Penampang melintang pengukuran diupayakan tegak lurus terhadap alur
sungai.
e. Kedalaman pengukuran minimal 3 sampai dengan 5 kali diameter baling –
baling alat ukur arus yang digunakan.
f. Apabila dilakukan di lokasi bendung, harus dilakukan di sebelah hilir atau
hulu bendung pada lokasi yang tidak ada pengaruh pengempangan (arus
balik

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
7
1.4.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Debit
1. Bentuk saluran
Penampang saluran irigasi dapat berbentuk trapesium, segi empat, tapal kuda
atau lingkaran. Bentuk penampang ini ditentukan oleh bahan dasar dan tebing
saluran. Bentuk penampang saluran trapesium umumnya dipakai pada saluran
yang dibuat langsung pada tanah(saluran tanpa lapisan). Bentuk segi empat
atau tapal kuda umumnya digunakan pada saluran yang melalui tanah batuan,
saluran yang dilapisi pasangan batu atau beton.
2. Jenis aliran
Jnis aliran menjadi salah satu faktor dalam pengukuran debit karena jenis
aliran yang tidak tenang mempengaruhi hasil pengukuran debit. Jneis aliran
laminar dan turbulen.
3. Angin
Karena angin berpengaruh pada kecepatan aliran fluida maka berpengaruh
pula pada debit air. Semakin cepat angin yang berhembus pada aliran
tersebut, maka debit aliran semakin tinggi dan sebaliknya.
4. Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran sangat berpengaruh dalam debit aliran. Semakin cepat aliran
mengalir, maka semakin besar debit aliran yang dihasilkan. Semakin lambat
aliran mengalir, maka semakin sedikit debit aliran yang dihasilkan.
5. Permukaan Saluran
Debit aliran akan besar apabila permukaan aliran halus atau tidak
bergelombang. Karena permukaan yang kasar atau bergelombang akan
mempengaruhi kecepatan aliran sehingga berdampak pada debit aliran yang
dihasilkan.
6. Kedalaman saluran
Kecepatan debit juga dipengaruhi oleh kedalaman dari saluran irigasi.
Semakin dangkal saluran irigasi maka semakin besar debit yang mengalir.
7. Kekasaran saluran
Besarnya debit yang mengalir tergantung dari kasarnya saluran. Karena
saluran tersebut memiliki gaya gesek yang besar, sehingga debit air yang
mengalir tertahan.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
8
8. Intensitas hujan
Saat melakukan pengukuran debit ada hal yang perlu diperhatikan yaitu
hujan. Apabila intensitas hujan besar maka volume air akan bertambah dan
debit air yang mengalirpun akan berubah menjadi lebih besar.
9. Intensitas matahari
Apabila pengukuran debit air dilakukan ketika lewat dari jam 7 pagi, maka
penguapan telah terjadi. Sehingga hasil yang didapatkan tidak akurat lagi.
Pengupan yang terjadi disebabkan oleh sinar matahari.
10. Topografi
Air mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke daerah yang lebih rendah.
Ketinggian tempat juga mempengaruhi besarnya debit yang mengalir pada
suatu saluran. Semakin tinggi suatu tempat saluran, maka debit akan semakin
besar.
11. Keadaan vegetasi
Makin banyak pohon menyebabkan makin banyak air yang lenyap karena
evapotranspirasi maupun infiltrasi sehingga akan mengurangi run off yang
dapat mempengaruhi debit sungai.
12. Manusia, dengan pembuatan bangunan-bangunan, pembukaan tanah dan
aktivitas lainnya.
13. Kedalaman
Semakin dalam saluranm tersebut maka semakin kecil debit nya.
14. Kekasaran
Semakin kasar dasar saluran tersebut maka saluran tersebut memiliki debit
yang juga besar.
15. Intensitas matahari
Semakin terik matahari maka semakin kecil debit pada saluran tersebut
16. Sedimentasi
Sedimentasi merupakan sebuah endapan yang terdpat didalam saluran irigasi.
Semakin tinggi ataupun tebal endapan yang terdapat ddalam saluran irigsi maka nilai
debit yang di dapat semakin kecil. Sedangkan jika sedimen yang terendap didalam
saluran irigasi rendah maka nilai debitnya tinggi.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
9
17. infiltrasi
Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari
permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa
air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam
tanah, sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan
overland flow.
1.5 Metodologi Praktikum
1.5.1 Lokasi dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di lokasi saluran primer jaringan Irigasi Gunung
Nago Kelurahan Kapalo Koto Kecamatan Pauh dan dilakukan tanggal 29 Agustus
2015 pukul 06.30 WIB dan pengukuran saluran sekunder dilakukan pada tanggal
30 Agustus 2015 pada pukul 08:00 WIB.

1.5.2 Alat dan Bahan


Alat yang dipakai pada praktikum yaitu:
1. Current meter;
2. Rambu ukur;
3. Meteran;
4. Pelampung;
5. Stopwatch.

1.5.3 Metoda Praktikum


Adapun metode yang dipakai saat praktikum yaitu:
1. Pada metode Cipoletti,
a. ukur lebar permukaan atas air
b. ukur lebar permukaan bawah air yang melewati cippoletti dengan
meteran
c. ukur tinggi air saluran tersebut dari dasar bangunan dengan meteran;
d. catat hasil pengukuran.
Kelebihan bangunan ukur cipoletti adalah :
a. Sederhana dan mudah dibuat.
b. Biaya pelaksanaan dan pengoperasian tidak mahal.
Kelemahan bangunan cipoletti adalah :
a. Terjadi sedimentasi dihulu bangunan.
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
10
b. Pengukuran debit tidak bisa dilakukan jika muka air hilir naik diatas level
(elevasi) ambang bangunan ukur.
2. Pada metode Pelampung,
a. ukur panjang saluran irigasi yang bentuk penampangnya lurus sepanjang
30 m;
b. beri tanda pada ujung bagian dari 30 m tersebut;
c. Jatuhkan pelampung dari atas titik 0 m setelah pelampung melewati titik 0
m hidupkan stopwatch hingga mencapai titik ujung 30 m;
d. Catat lama waktu pelampung hanyut dari titik 0 sampai ke titik 30 m.
3. Pada metode Current meter

a. ukur terlebih dahulu lebar permukaan atas air dan lebar dasar permukaan
air kemudian tentukan titik pengamatan sebanyak 5 meter dengan tiap
titik dengan jarak 1 m;
b. Ukur tinggi air dengan rambu ukur dalam satuan sentimeter;
c. Jika tinggi air memiliki 0,0 – 0,6 m maka titik yang diambil sebanyak 1
titik dan jika tinggi air memiliki 0,6 – 3,0 m maka titik yang diambil
sebanyak 2 titik;
d. Pemasangan propeller pada stik ukur sesuai hasil perkalian antara tinggia
air pada suatu titik terhadap kriteria titik yang ditentukan;
e. rangkai komponen current meter, atur waktu di CDU, yang diambil dari
kiri atau kanan tepi saluran. Kemudian pasangkan propeller terhadap stik
ukur yang telah terhubung dengan CDU yang terlebih dahulu dipasang
baterai sebagai sumber arusnya. Warna hitam bernilai 1 cm, warna kuning
bernilai 5 cm dan warna merah bernilai 10 cm;

f. Kemudian hidupkan current meter dan baca nilai yang teretra pada layar
display dengan nilai kecepatan yang diambil yaitu nilai real dan nilai
average serta waktu yang dipakai yakni 45 detik.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
11
1.6 Hasil dan Pembahasan
1.6.1 Hasil
Tabel 2. Pengukuran dengan Menggunakan Pelampung
Parameter Saluran Primer Saluran Sekunder
Jarak pengamatan(m) 30 30
Waktu tempuh (s)
1 67 57
2 71 61
3 69 58
Debit (m3/s) 1,1764 0,7232
Sumber : Analisis Data Praktikum

Tabel 3. Koefisien pelampung


Ketinggian pelampung Kedalaman
Saluran Koefisien
basah (m) (m)
Primer 1. 0,174 0,67
2. 0,176 0,74
0,74
3. 0,169

0,66 0,6745

0,64

0,62

1. 0,215 0,74
Sekunder 2. 0,214 0,72 0,6529
3. 0,214 0,69
Sumber : Analisis Data Praktikum

Tabel 4. Pengukuran dengan Menggunakan Cipoletti


Parameter Saluran primer Saluran sekunder
Lebar permukaan (m) 7,07 4
Tinggi air (m) 0,2 0,18
Debit (m3/s) 1,1761 0,5682

Sumber : Analisis Data Praktikum

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
12
Tabel 5. Pengukuran dengan Menggunakan Current meter
Saluran Kedalaman Kecepatan Luas penampang Debit Rata-
(m) (m/s) (m2) (m3/s) rata
Primer 0,67 0,2405 3,9597 0,9523 1,0796
0,74 0,282 4,3734 1,2333
0,74 0,278 4,3734 1,2158
0,66 0,261 3,9006 1,0181
0,64 0,27 3,7824 1,0212
0,62 0,283 3,6642 1,0369
Sekunder 0,74 0,259 2,2384 0,5788 0,6618
0,72 0,3235 2,1744 0,7034
0,69 0,3375 2,0838 0,7032
Sumber : Analisis Data Praktikum

1.6.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum pengukuran debit disaluran primer menggunakan
current meter, pelampung dan cipoletti terlihat ada perbedaan data yang didapat
pada meskipun salurannya sama. Nilai debit rata-rata yang didapatkan secara
berurutan adalah sebesar 1,0796 m3/s , 1,1764 m3/s , dan 1,1761 m3/s.
Berdasarkan data yang didapatkan, pengukuran dengan menggunakan current
meter nilai yang didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya. Hal
ini mungkin saja dikarenakan faktor human error pada saat pengukuran laju aliran
dan kedalaman.
Pada saluran sekunder juga diukur besarnya debit yang mengalir
menggunakan current meter, pelampung dan cipoletti. Nilai rata-rata debit yang
didapat secara berurutan sebesar 0,6618 m3/s, 0,7232 m3/s dan 0,5682 m3/s . Dari
data yang didapatkan terlihat bahwasanya laju aliran atau debit air yang terbesar
terdapat saat pengukuran dengan menggunakan pelampung. Hal ini disebabkan
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran debit seperti dipengaruhi oleh
permukaan air irigasi yang mengalir.
Laju aliran atau debit yang diukur dengan current meter, pelampung dan
cipoletti pada saluran primer lebih besar dari pada saluran sekunder. Hal ini
disebabkan saluran primer lebih besar daripada saluran sekunder, selain itu karena

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
13
saluran pimer merupakan saluran utama yang langsung berhubungan dengan
bendungan air atau sumber air. Saluran sekundermemiliki luas penampang yang
kecil dan air yang disalurkan juga telah terbagi kedalam dua arah, selain itu aada
faktor penggunaan air ole penduduk sekitar yang dapat mengurangi debit.
Perbedaan antara waktu praktikum yang dilakukan pagi hari dan sore hari, pada
pagi hari aliran air untuk mengukur debit belum dipengaruhi oleh faktor lain hanya faktor
alam saja sehingga aliran debit kencang dan propeler yang diputar pada stik ukur
bergerak cepat sedangkan pada sore hari propeler yang dipasang pada stik ukur melambat
karena sudah ada kegiatan masyarakat dari atas seperti mandi, mencuci dan kegiatan
lainnya, sehingga aliran debit yang terjadi tenang.

1.7 Penutup
1.7.1 Kesimpulan
Praktikum pengukuran debit disaluran terbuka dilakukan pada irigasi gunung nago
dimana untuk menentukan debit air pada irigasi tersebut menggunakan 3 metoda yaitu
pelampung, cipoletti dan current meter. Pengukuran ini dilakukan pada saluran sekunder
maupun primer. Hasil yang didapatkan berbeda dalam pengukuran debit meskipun
dilakukan pada area dan luasan yang sama pada masing-masing metode ini dikarenakan
pengaruh saluran antara primer dan sekunder berbeda karena ukuran, luasan dan aliran air
yang mengalir pada primer lebih besar dari sekunder
Besar debit yang didapat dari saluran primer dan sekunder. Nilai debit yang besar
didapatkan pada saluran primer, faktor yang mempengaruhi pengukuran debit yaitu
dipengaruhi oleh luasan penampang saluran itu sendiri, besar aliran, kegiatan masyarakat
pada kegiatan sore hari sedangkan pada pagi hari hanya pengaruh alam seperti angin serta
intesitas hujan, radiasi matahari dan lainnya. Dapat dilihat bahwa pengukuran debit yang
paling efektif pada pagi hari karena masih pengaruh alam yang menjadi penghalang.

1.7.2 Saran
Adapun saran yang harus diperhatikan dalam melakukan praktikum
pengukuran debit aliran yaitu :
1. Pahami semua literatur yang ada tentang pengukuran debit aliran terkhusunya
dengan metoda-metoda yang akan digunakan;
2. Perhatikan keadaan lingkungan yang dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi nilai debit yang didapatkan;
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
14
3. Jangan bercanda ketika melakukan pengukuran debit karena dapat berdampak
kepada kesalahan dalam menghitung nilai yang ditunjukkan oleh alat yang
digunakan yang akan berdampk kepada human error;
4. Hendaknya lakukan beberapa kali pengulangan untuk mendapatkan hasil yang
akurat.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
15
BAB II
PENGENALAN SISTEM IRIGASI

2.1 Latar Belakang


Sebagai kawasan agraris Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan
pertanian yang luas terbentang dari sabang hingga ke merauke. Banyak
masyarakat yang melakukan budidaya pertanian maka diperlukan berbagai cara
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman agar dapat meningkatkan produk
pertanian. Ketersediaan air yang terbatas dapat menyebabkan tanaman yang
dibudidayakan akan kekurangan air dan tidak dapat tumbuh dengan baik. Untuk
mengatasi hal tersebut di perlukan sistem irigasi yang dapat digunakan untuk
mengairi atau menyalurkan air ke lahan pertanian agar kebutuhan air tanaman
tercukupi. Sistem irigasi tidak hanya untuk membantu memenuhi kebutuhan air
tanaman, tetapi juga berfungsi untuk mengontrol laju penggunaan air pada
petakan sawah sesuai dengan kebutuhan suatu lahan atau tanaman.
Dalam bidang Teknik Pertanian irigasi sangatlah diperlukan. Tanpa
adanya sistem irigasi, usaha pertanian tidak akan berjalan dengan maksimal
karena irigasi merupakan suatu faktor penunjang dalam bidang usaha pertanian.
dimana sistem ini membagi secara merata pada tiap – tiap lahan dengan cara
melakukan pembagian air dengan menggunakan saluran primer sampai saluran
quarter sehingga air akan sampai ke lahan dan dapat mengairi lahan yang akan
digunakan untuk budidaya pertanian. Sistem irigasi juga perlu pelajari agar
mahasiswa dapat mengetahui bangunan-bangunan apa saja yang ada dalam
sistem irigasi dan fungsi dari masing-masing bangunan tersebut serta dapat
membuat rancangan sistem irigasi sesuai dengan kebutuhan dari suatu lahan
yang membutuhkan irigasi.
Bangunan-bangunan irigasi perlu dipelajari karena setiap bangunan irigasi
yang ada disuatu daerah memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhan irigasi yang akan dialirkan ke lahan dan disesuaikan juga
dengan topografi dari daerah tersebut. Bangunan irigasi digunakan untuk
mengontrol laju air pada saluran irigasi agar tidak terjadi kelebihan atau
kekurangan air pada tanaman. Serta dapat memperkirakan tingkat kebutuhan air
yang dibutuhkan disuatu tempat lahan pertanian.
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
16
2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukan praktikum ini adalah :
1. Mengenal bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi;
2. Mengenal tata cara pemberian nama atau kode pada bangunan irigasi;
3. Mengenal macam fungsi, kegunaan serta cara pengoperasian banguna
irigasi.

2.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh setelah melakukan praktikum ini adalah:
1. Mengetahui bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi sehingga
mampu untuk mengelolanya;
2. Bisa membaca kode serta pembuatan nama bangunan irigasi dengan
mudah;
3. Mampu mengaplikasikan jaringan irigasi pada suatu wilayah tertentu.

2.4 Tinjauan Pustaka


2.4.1 Pengertian Irigasi
Irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam produksi bahan pangan.
Irigasi merupakan usaaha pmanusia untuk menyalurkan air untuk kebutuhan
pertanian. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari
berbagai komponen , menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan dan
pengaturan air dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. Beberapa
komponen dalam sistem irigasi :
1. Siklus hidrologi;
2. Kondisi fisik dan kimiawi;
3. Kondisi biologis tanaman;
4. Aktifitas manusia.
Irigasi berguna untuk mempermudah dalam pengolahan tanah, mencegah
pertumbuhan gulma, mencegah terjadinya akumulasi garam, mengatur suhu dan
tanah dan membantu dalam usaha sanitasi (Hansen, et, al 1986).
Beberapa fungsi dari irigasi antara lain :
1. Memasok kebutuhan air tanaman;
2. Menjamin ketersedian air apabila terjadi betatan;

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
17
3. Menurunkan suhu tanah;
4. Mengurangi kerusakan akibat adanya frost.
5. Melunakkan lapis keras pada saat pengolahan tanah

2.4.2 Pengertian dan fungsi Jaringan Irigasi


Jaringan irigasi adalah satu kesatuan saluran dan bangunan yang diperlukan
untuk pengaturan air irigasi, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian,
pemberian, dan penggunaannya. Secara hirarki jaringan irigasi dibagi menjadi
jaringan utama dan jaringan tersier. Jaringan utama meliputi bangunan, saluran
primer dan saluran sekunder. Sedangkan jaringan tersier terdiri dari bangunan dan
saluran yang berada di petakan tersier. Suatu kesatuan wilayah yang mendapatkan
air dari suatu jaringan irigasi disebut dengan daerah irigasi.(Direktorat Jenderal
Pengairan, 1986)
Fungsi jaringan irigasi yang utama adalah memenuhi kebutuhan air bagi
pertumbuhan tanaman. Fungsi dari sebuah jaringan irigasi adalah lebih kompleks.
Fungsi tersebut antara lain :
1. Mengambil air dari sumber air (diverting). Sumber air yang umumnya
digunakan antara sumur air, sungai, waduk, bendungan dan danau.
2. Membawa atau mengalirkan air dari sumber air ke lahan pertanian(conveying).
Dalam fungsi ini, air bisa dibawa melalui saluran terbuka (kanal) dan saluran
tertutup melalui pipa-pipa (mainline).
3. Mendistribusikan air ke tanaman (distributing). Dalam sebuah jaringan irigasi,
pendistribusian air dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
a. Continuos flow,
Continuos flow merupakan metode distribusi yang sederhana dimana air
dialirkan secara terus menerus ke lahan pertanian tanpa penyesuaian dengan
kebutuhan tanaman sesuai fase pertumbuhannya.
b. Rotational flow,
Rotational flow merupakan metode distribusi yang dilakukan secara
bergantian dari lahan satu ke lahan lainnya berdasarkan perencanaan dan
jadwal yang telah disepakati bersama antara sesama petani pemakai air
irigasi. Jadwal yang direncanakan tentunya telah disesuaikan dengan fase
pertumbuhan dan kebutuhan tanaman.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
18
c. On demand,
On demand merupakan metode distribusi yang lebih modern dan kompleks.
Gambaran umum metode ini adalah seperti jaringan PDAM di kompleks
pemukiman. Dibutuhkan beberapa komponen otomatisasi dalam jaringan,
sehingga petani pemakai air dapat mendistribusikan air sewaktu waktu.
Keuntungan dari metode adalah kebebasan petani memakai air irigasi dalam
aplikasi air tanaman. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah
kebutuhan modal yang lebih banyak untuk pembangunan jaringannya, serta
potensi terjadinya kekurangan air saat seberapa petani pemakai air
menggunakan air secara bersamaan.
d. Reservoir,
Reservoir merupakan metode gabungan antara continous flow dan on
demand. Bak bak penampungan air dibangun di sepanjang lahan pertanian.
Bak tersebut akan diisiterus menerus seperti pada metode continous flow.
Selanjutnya petani pemakai air mendistribusikan air dari bak penampungan
tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka sewaktu-waktu seperti pada
metode on demand.

2.4.3 Macam-Macam Sistem Irigasi


Macam-macam dari sistem irigasi adalah :
1. Irigasi permukaan
Irigasi permukaan merupakan metode pemberian air yang paling awal
dikembangkan. Irigasi merupakan irigasi yang terluas cakupannya diseluruh dunia
terutama di Asia. Sistem irigasi permukaan terjadi dengan menyebarkan air ke
permukaan tanah dan membiarkan air meresap (infiltrasi) kedalam tanah. Air
dibawa dari sumber ke lahan melalui saluran terbuka baik dengan linning atau
melalui saluran head rendah. Investasi yang diperlukan untuk mengembangkan
irigasi permukaan relatif lebih kecil dari pada irigasi tetes kecuali bila diperlukan
pembentukan lahan.
2. Irigasi bawah permukaan
Irigasi bawah permukaan adalah sistem irigasi yang dilakukan dengan cara
meresapkan air kedalam tanah.Peresapan air dalam tanah ini dilakukan dibawah
zona perakaran menggunakan pipa porus atau melalui sistem saluran pembuka.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
19
3. Irigasi curah
Irigasi curah adalah sistem irigasi yang dilakukan dengan cara menyiram
atau menyemprotkan air kepermukaan lahan pertanian menggunakan alat semprot
irigasi dengan pancaran juga dapat digunakan untuk memberikan pupuk,
mengurangi erosi angin.
4. Irigasi lokal
Irigasi lokal adalah sistem irigasi yang dilakukan dengan cara
mendistrubusikan air dengan cara pipanisasi. Pada sistem irigasi ini berlakukan
sistem gravitasi,yaitu lahan posisinya lebih tinggi memperoleh air lebih dahulu.
5. Irigasi pompa air
Irigasi pompa air adalah sisem irigasi yang dilakukan dengan cara
mengambil air dari sumber dalam menggunakan pompa air.Irigasi pompa air
mempunyai keuunggulan yaitu dapat terus mengairi sawah pada musim kemarau.
6. Irigasi tetes
Irigasi tetes adalah cara pemberian air dengan jaan meneteskan air melalui
pipa-pipa secara setempat disekitar tanaman atau sepanjang larikan tanaman.
Irigasi tetes adaah metode irigasi yang menghemat air dan pupuk dengan
membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman, baik melalui jaringan
katub, melalui permukaan tanah atau langsung ke akar, pipa dan emitor.
7. Irigasi kendi
Irigasi yang menggunakan alat berbentuk kendi, yang digunakan sebagai
wadah penampung air dan kendi tersebut dibenamkan kedalam tanah yang
berdeatan dengan tanaman agar rembesan air dapat diserap oleh tanaman.
8. Irigasi Kincir Air
Irigasi kincir air adalah irigasi yang dibuat mengguanakan tenaga kincir air
yang digerakkan dengan aliran sungai untuk menaikkan air sampai elevasi yang
diinginkan.

2.4.4 Klasifikasi Jaringan Irigasi


Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas,
jaringan irigasi dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
20
1. Jaringan irigasi sederhana
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu
kelompok petani pamakai air sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalam
mengukur dan mengatur masih sangat terbatas dan efisiensinya rendah.
Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang
sampai curam sehingga mudah untuk mengalirkan atau membagi air.
2. Jaringan irigasi semi teknis
Jaringan irigasi semi teknis merupakan jaringan yang sudah agak bagus baik
dari pengaturan dan kelengkapan bangunannya dibandingkan jaringan irigasi
sederhana. Jaringan memiliki bangunan sadap yang semi permanen dan pada
umumnya sudah dilengkapi dengan bangunan pengambil atau pengukur. Jaringan
saluran sudah terdapat beberapa bangunan permanen, namun sistem
pembagiannya belum sepenuhnya mampu mengatur dan mengukur. Karena belum
mampu mengatur dan mengukur dengan baik, sistem pengorganisasian biasanya
lebih rumit.
3. Jaringan Irigasi Teknis
Jaringan irigasi teknis memiliki bangunan yang kokoh dari beton
mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan
bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu, terdapat pemisahan diantara
saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari
bangunan penyadap sampai kepetak tersier.

2.4.5 Perbedaan Bendung dengan Bendungan


Bendung adalah usaha untuk menaikkan tinggi permukaan air, mengarahkan
air sungai dengan cara membendung sungai tanpa reservoir. Kemudian
mengarahkan ke saluran irigasi.

Gambar 1. Bendung
Sumber : pustaka.pu.go.id

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
21
Bendungan adalah usaha untuk menaikkan tinggi permukaan air,
mengarahkan air sungai dengan cara membendung sungai dengan reservoir.
Bendungan merupakan struktur konstruksi yang digunakan untuk menahan laju
air menjadi waduk, danau, atau tempat reaksi.

Gambar 2. Bendungan
Sumber : http://www.panoramio.com
2.4.6 Bangunan-bangunan Irigasi
1. Bangunan utama
Dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke
seluruh daerah irigasi yang dilayani. Bangunan utama ini diklasifikasikan ke
dalam beberapa kategori yaitu bendungan, pengambilan bebas, pengambilan dari
waduk, stasiun pompa.
2. Bangunan pembawa
Mempunyai fungsi membawa atau mengalirkan air dari sumbernya menuju
petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer, sekunder, saluran
tersier serta saluran kuarter.
3. Bangunan bagi dan sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran
primer,sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh
saluran yangbersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan
bagi ini masingmasingdisebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap
tersier mengalirkan airdari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier
penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung
menjadi satu rangkaian bangunan.
Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3
(tiga) bagian utama, yaitu :

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
22
a. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai
dengan tinggi pelayanan yang direncanakan.
b. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju
saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun
gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit
yang masuk saluran dapat diatur.
c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.
4. Bangunan Pengatur dan Pengukur
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal saluran
primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan sadap primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air dimaksudkan untuk dapat mengatur muka
air sampai batas-batas yan g diperlukan untuk dapat memberikan debit yang
konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Sedangkan bangunan pengukur
dimaksudkan untuk dapat memberi informasi mengenai besar aliran yang
dialirkan. Kadangkala, bangunan pengukur dapatjuga berfungsi sebagai bangunan
pangatur.
5. Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak
sawah maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran
pernbuang,sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bengunan
pelimpah. Terdapat beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang
kuerter, saluran pernbuang tersier, saluran pernbuang sekunder dan saluran
pernbuang primer. Jaringan pembuang tersier dimaksudkan untuk :
a. Mengeringkan sawah
b. Mernbuang kelebihan air hujan
c. Mernbuang kelebihan air irigasi
Saluran pernbuang kuarter menampung air langsung dari sawah di daerah
atasnya ataudari saluran pernbuang di daerah bawah. Saluran pernbuang tersier
menampung airbuangan dari saluran pernbuang kuarter. Saluran pernbuang primer

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
23
menampung darisaluran pernbuang tersier dan membawanya untuk dialirkan
kernbali ke sungai.
6. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai
pelengkapbangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya.
Bangunan pelengkapberfungsi sebagai untuk memperlancar para petugas dalam
eksploitasi danpemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk
pelayanan umum.Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi,
tanggul, jernbatanpenyebrangan, tangga mandi manusia, sarana mandi hewan,
sertabangunan lainnya.

2.4.7 Klasifikasi Saluran Irigasi


Direktorat Jenderal Pengairan, (1986) memberikan penjelasan mengenai
berbagai saluran yang ada dalam suatu sistem irigasi :
1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder
dan ke petak-petak tersier yang dialiri. Batas ujung saluran primer adalah
pada banguna bagi yang terakhir.
2. Saluran sekunder membawa air dari banguna yang menyadap dari saluran
primer menuju petak petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.
3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
adalah bangunan boks tersier yang terakhir.
4. Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier
menuju petak petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terakhir.
5. Saluran cacing merupakan saluran yang menyilang dan membujur pada
petakan-petakan lahan yang berfungsi sebagai saluran pemasukkan atau
pengeluaran serta pengaliran air.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
24
2.4.8 Simol-simbol kriteria perencanaan Irigasi

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
25

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
26

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
27

Gambar 3. Simbol standar penggambaran jaringan irigasi


Sumber : kp 07
2.5 Metodologi Praktikum
2.5.1 Lokasi dan Waktu
Lokasi dari praktikum ini yaitu jaringan irigasi Gunung Nago Kel.Kapalo
Koto Kec. Pauh mulai dari bangunan pembagi hingga simpang SMA 9. Praktikum
dilakukan pada tanggal 20 agustus 2015 dan 23 Oktober 2015.

2.5.2 Alat dan Bahan


1. Alat tulis;
2. Kertas Milimeter A3;
3. Simbol irigasi KP-07;

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
28
4. Kamera.

2.5.3 Metoda Praktikum


Metoda yang dipakai pada praktikum ini adalah :
1. Telusuri daerah irigasi Gunung Nago pada bangunan utama di jaringan
primer;
2. Identifikasi nama bangunan irigasi tersebut beserta fungsinya;
3. Buat sketsa dari jaringan irigasi Gunung Nago tersebut;
4. Pindahkan sketsa jaringan irigasi tersebut ke kertas milimeter.

2.6 Hasil dan Pembahasan


2.6.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari pratikum ini yaitu sketsa pengenalan sistem
jaringan irigasi, mengetahui simbol simbol dalam membuat sketsa sistem jaringan
irigasi, mengenal bangunan bangunan dan komponen komponen yang terdapat
pada suatu jaringan irigasi dan hasil terakhir adalah pembuatan sketsa jaringan
irigasi Gunung Nago. Dari survey yang telah dilakukan kami juga mewawancarai
tiga orang narasumber yaitu:
a. Menggunakan air untuk mengairi sawah dan mencuci motor
Nama : Pak Aan
Umur : 48 tahun
Alamat : Jalan Irigasi
Profesi : Tukang Ojek
b. Menggunakan air untuk mencuci
Nama : Ibuk Nurhayati
Umur : 45 tahun
Alamat : Jalan Irigasi
Profesi : Ibu rumah tangga
c. Menggunakan air untuk memenuhi kebutuhan ternak sapinya
Nama : Pak Abdurrahman
Umur : 60 tahun
Alamat : Jalan irigasi
Profesi : Peternak Sapi

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
29
2.6.2 Pembahasan
Dalam survey yang dilakukan, kami berjalan menelusuri jaringan irigasi
kemudian kami melakukan pembuatan sketsa dari jaringan irigasi tersebut. Dalam
perjalanan kami juga melakukan wawancara dengan salah seorang warga yang
tinggal di kawasan irigasi yang berprofesi sebagai tukang ojek, ibu rumah tangga,
peternak sapid an tukang ojek tentang keseharian mereka dalam memanfaatkan
saluran irigasi yang melintas si dekat rumah mereka.
Wawancara pertama dilakukan pada bapak Aan yag mempunyai profeis
sebagai tukang ojek. Menurutnya saluran irigasi ini sangat membantu unuk
kmengairi lahan sawahnya, dengan adanya saluran irigasi ini membuat laan
sawhnya idak pernah mengalami kekeringan. Selain untuk mengairi lahan
sawahnya, air irigasi juga dimanfaatkan oleh bapak Aan untuk keperluan sehari-
hari jika saat musim kemarau tiba seperti untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK).
Namun saluran irigasi sudah mulai kotor akibat masyarakat sudah mulai
membuang sampah pas=da saluran irigasi ini ujarnya.
Wawancara kedua dilakukan kepada ibu Nurhayati. Biasanya air irigasi
digunakan oleh ibu Nurhayati untuk memenuhi keperluan keseharian sepeti
mencuci, memandikan anak-anak, dan sebaganya. Air irigasi juga mengairi sedikit
lahan sawah yang dimiliki kakaknya yang berada disekitar jaringan irigasi. Bu
Nurhayati menyayangkan melihat saluran irigasi yang sudah mulai tercemar,
karena masyarakat membuang limbah rumah tangga kedalam saluran irigasi,
sedangkan saluran irigasi digunakan juga oleh masyarakat untuk kegiatan mandi
dan mencuci.
Wawancara terakhir dilakukan dengan bapak Abdurahman yang berprofesi
sebagai peternak sapi. Air pada saluran irigasi biasanya digunakan untuk
keperluan ternaknya, seperti memberi minum dan juga untuk membersihkan
kandang. Selain hal itu, air irigasi juga digunakan untuk mengairi dan menyiram
tanaman rumput gajah yang digunakan untuk pakan ternak sapinya.
Secara umum masyarakat yang kami wawancarai mengatakan saluran irigasi
yang ada sangat membantu dalam kegiatan mereka sehari-hari. Selain itu, mereka
menyayangkan karena saluran irigasiyang sudah mulai tercemar karena

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
30
masnyarakat membuang sampah-sampah dan limbah rumah tangga kedalam
saluran irigasi.
2.7 Penutup
2.7.1 Kesimpulan
Jaringan irigasi memiliki beberapa bagian yang memiliki fungsinya masing-
masing. Air irigasi sangat membantu masyarakat untuk mengairi lahan pertanian
masyarakat dan juga untuk keperluan lainnya seperti keperluan mandi, cuci, kakus
dan lainnya. Kebanyakan jaringan irigasi banyak disalah gunakan oleh masyarakat
setempat. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga salurann irigasi.
Jaringan irigasi sendiri sangat dimanfaatkan oleh masyarakat baik dalam kegiatan
pertanian ataupun kegiatan manusia untuk keperluan rumah tangga ssrta lainnya.
Keadaan jaringan irigasi Gunung Nago saat ini rusak sedang yang mana tidak
mendapat perawatan dan perbaikan oleh masyarakat dan pemerintah sehingga
terjadi ketidak efisienan dalam penggunaan air irigasi.

2.7.2 Saran
Sebagai saran dalam melakukan praktikum untuk kedepannya yaitu :
1. hendaknya pratikan lebih serius dalam menjalani pratikum;
2. untuk masayarakat hendaknya tidak lagi melakukan kegiatan yang dapat
mengurangi kualitas air irigasi tersebut, seperti pada kegiatan mencuci dan
pembuangan sampah ke saluran tersebut;
3. hendaknya juga masyarakat menjaga keadaan saluran irigasi dengan
membersihkannya dalam beberapa waktu serta melakukan renovasi pada
saluran yang mulai mengalami kerusakan;
4. Praktikan harus membawa sketsa symbol-sombol bangunan irigasi agar lebih
mengerti;
5. Asisten dapat menjelaskan pengertian dan fungsi masing-masing dari bangunan
irigasi yang ada;
6. Memberikan keterangan yang baik dan mudah dimengerti pada praktikan.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
31
BAB III
PENGENALAN PERANGKAT LUNAK KEBUTUHAN AIR IRIGASI
(CROPWAT)

3.1 Latar Belakang


Melakukan usaha budidaya pertanian maka kebutuhan air bagi tanaman
harus dipenuhi. Keadaan cuaca yang tak menentu seperti sekarang ini, banyak
menyebabkan ketidak sesuaian perkiraan para petani dengan keadaan air. Hal ini
mengakibatkan perlunya perencanaan khusus dalam mengatasi permasalahan
tersebut.
Penjadwalan air irigasi sering menjadi masalah dalam usaha pertanian. Hal
ini didasari karena kurangnya pengetahuan masyarakat dalam membuat skedul
atau penjadwalan dari suatu sistem atau mekanisme irigasi. Hal ini tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap tanaman dan juga produktifitas dari hasil pertanian
itu sendiri. Keteraturan dalam pemberian air irigasi merupakan salah satu faktor
penting dalam usaha pertanian.
Menghadapi permasalahan ini, dikembangkanlah suatu perangkat lunak
yang dapat mempediksi kebutuhan air tanaman dan penjadwalan musim tanam
yang didukung oleh data-data curah hujan dan klimatologi suatu kawasan atau
daerah yang dinamakan dengan cropwat. Menggunakan cropwat dapat membantu
untuk menentukan penjadwalan musim tanam dan musim panen serta jenis
tanaman yang cocok untuk dibudidayakan.
Praktikum ini sangat perlu untuk dilakukan karena teknik pertanian
merupakan perancang system pertanian masa depan yang baik. Melakukan
praktikum ini membuat praktikan memahami bahwa kebutuhan air pada tanaman
pada suatu wilayah itu berbeda-beda serta kebutuhan air tanaman juga berbeda.

3.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
a. Menentukan besarnya nilai kebutuhan air tanaman;
b. Menentukan evaporasi yang terjadi perhari;
c. Menentukan curah hujan yang terjadi perhari.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
32
3.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah praktikum ini adalah sebagai
berikut :
a. Kita dapat mengetahui nilai kebutuhan air tanaman;
b. Kita dapat menentukan evaporasi yang terjadi per hari;
c. Kita dapat menentukan curah hujan yang terjadi perhari.

3.4 Tinjauan Pustaka


3.4.1 Sejarah Cropwat
Berbagai jenis perangkat lunak computer dalam bidang teknik dan air yang
telah disusun atau diciptakan untuk keperluan dari suatu lembaga. Penyusunan
perangkat lunak dimaksudkan untuk mempermudah dan mempercepat pekerjaan
terutama yang berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan yang rumit dan
memerlukan presisi yang tinggi. Perangkat lunak yang diciptakan disusun
berdasarkna suatu teori atau model tertentu sehingga penggunanya juga harus
menguasai teori atau model yang diciptakan tersebut.
Demi mempermudah dalam menghitung atau merekayasa suatu perhitungan
dalam bidang irigasi adalah diciptakan cropwat yang disusun oleh FAO. Cropwat
dapat dipergunakan untuk menghitung evapotranspirasi potensial,
evapotranspirasi aktual, kebutuhan air irigasi satu jenis tanaman maupun berbagai
jenis tanaman dalam satu hamparan, dan merencanakan pemberian air irigasi.
Penentuan kebutuhan air tanaman dapat dihitung secara manual dengan
menggunakan rumus-rumus empirik. Dalam penggunaannya secara manual
dijelaskan dalam prosedur dari metode Penmant modifikasi. Dasar dari teori
Penmant modifikasi adalah perhitungan Penmant untuk permukaan air terbuka
seperti kolam, danau, waduk dan lain sebagainya. Modifikasi dari metode ini
terletak pada perhitungan radiasi matahari netto yang diganti langsung dengan
koefisien 0,25 dan juga adanya penambahan faktor kecepatan angin sebagai
penyesuaian pada keadaan yang tidak standar. Perangkat lunak disusun
berdasarkan teori atau model tertentu sehingga penggunaannya juga harus
menguasai teori atau model tersebut.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
33
3.4.2 Metode yang Digunakan Dalam Cropwat
a. Metode Penmant Mountein
Metode Penman secara umum telah diterima sebagai metode yang cukup
untuk menghitung evapotranspirasi dari dara klimatologi seperti temperatur,
kelembaban, radiasi penyinaran dan kecepatan angin. Data klimatologi harus
diambil dari stasiun terdekat yang paling mewakili daerah kajian.ndata pertama
yang penting dari stasiun klimatologi tiap bulanan :
1. Temperatur dalam derajat Celcius (0C), dapat sebagai temperatur rata-rata
harian atau sebagai temperatur maksimum dan minimum bulanan.
2. Kelembaban udara dapat diberikan sebagai kelembaban relatif dalam persen
atau dalam mbar. Untuk membedakan antara kedua stasiun diatas, nilai
dimasukkan sebagai nilai negatif.
3. Penyinaran dapat diberikan sebagai persentase (20 – 100) dari perbandingan
penyinaran terhadap panjang hari atau lama penyinaran dalam jam.
4. Kecepatan angin dapat diberika dalam km/hari atau m/detik.
Rumus Evapotranspirasi, metode penman monteith :

ET0 = . ................................... (6)

Dimana :
ET0 = Evapotranspirasi acuan (mm/hari)
Rn = Radiasi netto pada permukaan tanaman (MJ/m2/hari)
G = Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m2/hari)
T = Temperatur harian rata-rata pada ketinggian 2 m (oC)
V2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/s)
Cs = Tekanan uap jenuh (Kpa)
Ca = Tekanan uap aktual (Kpa)
D = Kurva kemiringan tekanan uap (Kpa/ oC)
g = Konstanta Psychometric (KPa/ oC)
Kebutuhan air tanaman dinyatakan dengan rumus :
. ............................................................................ (7)

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
34
Keterangan :
ETp = Kebutuhan air tanaman (mm)
ET0 = Evapotranspirasi (mm)
Kc = Koefisien tanaman
b. Metode USDA
Sistem USDA atau sistem taksonomi dikembangkan pada tahun 1975 oleh
tim survey soil yang bekerja dibawah departemaen pertanian Amerika Serikat.
Sistem ini pernah populer namun dikenal juga sulit diterapkan. Oleh pembuatnya
sistem ini diusahakan dipakai sebagai alat komunikasi antara pakar tanah, tetapi
kemudian tersaingi oleh sistem WRB. Meskipun demikian, beberapa konsep
dalam USDA tetap dipakai dalam WRB yang dianggap lebih mewakili
kepentingan dunia. Sistem ini bersifat hierarkis. Pada aras pertamanya terdapat
penggolongan 12 kelompok utama yang disebut dengan soil order (ordo tanah),
yaitu :
a. Entisol (membentuk akhiran –ent)
b. Inceptisol (membentuk akhiran –ept)
c. Alfisol (membentuk akhiran –alf)
d. Ultisol (membentuk akhiran – ult)
e. Oxisol (membentuk akhiran –ox)
f. Vertisol (membentuk akhiran –vert)
g. Mollisol (membentuk akhiran –mol)
h. Spodosol (membentuk akhiran –ob)
i. Histosol (membentuk akhiran –ist)
j. Andosol (membentuk akhiran –and)
k. Aridisol (membentuk akhiran –id)
l. Gleisol (membentuk akhiran –ol)
Adapun rumus metoda USDA adalah :
Untuk Ptot < 250 mm :

PE = Ptot x . .................................................................................... (8)

Untuk Ptot > 250 mm


PE = 125 + 0,1 x Ptot. ...................................................................................... (9)

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
35
Keterangan : Ptot = hujan total dan PE = hujan efektif
3.4.3 Fungsi Cropwat
Fungsi dari software cropwat ini adalah untuk dipergunakan dalam
mnghitung evapotranspirasi potensial, evapotranspirasi aktual, kebutuhan air
irigasi tanaman, serta merencanakan pemberian air irigasi.
3.4.4 Unsur-Unsur Klimatologi yang Digunakan
1. Radiasi matahari, radiasi yang diserap oleh daun, 1-5% digunakan untuk
fotosintesis dan 75-85% digunakan untuk memanaskan daun dan untuk
transpirasi.
2. Temperatur, peningkatan daei temperatur akan meningkatkan kapasitas udara
untuk menympan air, yang berarti tuntutan atmosfer yang lebih besar.
3. Kelembaban relatif, makin besar bendungan air diudara makin tinggi yang
berarti tuntutan atmosfer menurun dengan meningkatnya kelembaban relatif
4. Angin, transpirasi terjadi apabila air berdifusi melalui stomata.

3.4.5 Tools dan Fungsinya yang Ada Pada Cropwat


Tools yang ada pada Cropwat yaitu:
1. New berfungsi untuk membuat file baru atau input data baru
2. Open berfungsi untuk membuka file yang ada dalam database
3. Close berfungsi untuk menutup file atau data yang masih aktif
4. Save berfungsi untuk kalau akan melakukan penyimpanan data atau hasil
analisis
5. Print berfungsi kalau akan melakukan printout data atau hasil analisis data
(tabel atau grafik)
6. Chart berfungsi untuk menampilkan data atau hasil analisis berupa grafik
(climate, ET0 , RH Min, Irrigation, Schedule , Water Balance).
7. Option berfungsi untuk melakukan pemilihan metode analisis
3.5 Metodologi Praktikum
3.5.1 Lokasi dan Waktu
Praktikum objek tiga ini dilaksanakan pada Land and Water Resources Engineering
laboratory Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Andalas Padang, pada hari Sabtu pada tanggal 10 Oktober 2015 pukul 06.30 WIB .

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
36
3.5.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1. Data klimatologi dan data curah hujan
2. Laptop dengan Software Cropwat.8

3.5.3 Metoda Praktikum


Langkah Pengoperasian Cropwat
1. Langkah petama yang harus dilakukan adalah memasukkan nama Negara,
ketinggian (altitude), lintang (Latitude), bujur (Longitude), stasiun curah hujan
yang digunakan (station), data minimum dan maksimum temperature,
kelembaban (humadity), kecepatan angina (wind), lama penyinaran (sun)
dengan mengklik “Climate” pada menu.

Gambar 4. Memasukkan Data Klimatologi


Sumber : Simulasi software cropwat
2. Langkah kedua adalah memasukkan data curah hujan dan nama stasiun yang
datanya kita gunakan dengan mengklik “RAIN” pada menu.

Gambar 5. Pemasukkan data curah hujan


Sumber : Simulasi software cropwat

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
37
3. Langkah ketiga, masukkan jenis tanaman yang ingin kita tanam dengan
mengklik “CROP”, lalu mengisi crop name dengan mengklik “OPEN”,
selanjutnya kita ambil data tanaman yang ingin kita tanam misalnya
“COTTON”.

Gambar 6. Pemilihan jenis tanaman


Sumber : Simulasi software cropwat
4. Lalu, akan muncul seperti gambar dibawah. data yang akan muncul adalah
tahapan pertumbuhan (stage), kedalaman akar (rooting depth), pengikisan
kritis (critical response), ketinggian tanaman (cropheight) dan respon
pertumbuhan (yield response).

Gambar 7. Keterangan tanaman


Sumber : Simulasi software cropwat

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
38
5. Langkah selanjutnya adalah memasukkan data tanah (soil), dengan mengklik
“SOIL” pada menu dan mengklik “tool open” dan akan muncul seperti gambar.
Pada objek ini diambil tanah “RED SANDY LOAM”.

Gambar 8. Pemilihan Jenis Tanah


Sumber : Simulasi software cropwat
6. Selanjutnya akan muncul seperti gambar dibawah. Informasi yang muncul
adalah total kelembapan tanah, tingkat infiltrasi hujan maksimum, kedalaman
akar maksimum, total pengikisan kelembaban tanah, total kelembaban tanah.

Gambar 9. Tingkat Infiltrasi


Sumber : Simulasi software cropwat

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
39
3.6 Hasil dan Pembahasan
3.6.1 Hasil

Gambar 10. tabel CWR


Sumber : Simulasi software cropwat
Pada tabel CWR, data yang diamati adalah dari irigasi Koto Tuo dengan
jenis tanaman COTTON. Dengan memasukkan data climate/Eto dan rain, maka
akan dapat diketahui Etc sebesar 130,2 mm/dec serta didapatkan jumlah eff rain
912,5 mm/dec. Pada tabel ini menunjukkan seberapa besar hubungan tanaman
dengan besar curah hujan dan evaporasi potensial pada tanaman tersebut misalnya
tanaman cotton.

Gambar 11. Chart


Sumber : Simulasi software cropwat
Pada diagram CWR di atas terlihat ETc tertinggi pada bulan maret dekade ketiga
sebesar 17,8 mm/dec dan terendah pada bulan keduabelas dekade kedua sebesar 1,2

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
40
mm/dec, kemudian Irr. Req nya tetap, tidak ada irigasi yang banyak diperlukan. Pada
diagram chart ini menunjukkan tinggi dan rendahnya ETc dan Irr. Req pada tanaman
cotton. pada gambar 10. Terlihat grafik warna hijau merupakan nilai evapotranspirasi
sedangkan grafik warna biru merupakan kebutuhan air tanaman.

Gambar 12. Schedule


Sumber : Simulasi software cropwat
Dari tabel schedule, station yang digunakan adalah Koto Tuo, dengan jenis
tanaman cotton, dan jenis tanah red sandy loam. Dari table schedule ini dapat
menentukan waktu penanaman hingga pemanenan, sehingga dapat
mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam saat menanam. Begitu juga waktu
panen dapat diketahui, sehingga dengan adanya tabel schedule ini dapat
meningkatkan produksi dari tanaman. Berdasarkan tabel schedule diatas, terlihat
bahwa efisiensi curah hujan adalah sebesar 6,6 %. Hal ini menunjukkan bahwa
dari data curah hujan yang dimiliki hanya sebesar 6,6 % yang mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan air tanaman, sedangkan untuk sisanya dibutuhkan air irigasi.

Gambar 13. Diagram Chart Schedule


Sumber : Simulasi software cropwat

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
41
Dari diagram chart schedule diatas terlihat depletion soil moisture berwarna
merah tampak ddatar dari sebelum penanaman hingga waktu pemanenan tomat.
Disini terlihat besarnya pengikisan tanah cukup tinggi. Kemudian ready aveilable
moisture berwarna coklat, dan total aveilable moisture berwarna putih. Dapat
dilihat pada gambar 11, bahwasannya tidak terjadi pengikisan selama musim
tanam.

3.7 Penutup
3.7.1 Kesimpulan
Dengan menggunakan software cropwat output data yang dihasilkan pada
tanaman cotton pada stasiun Koto Tuo dapat diketahui kapan mulai menanam dan
serta dapat memprediksi masa panen. Terlihat bahwa jumlah Eff rain jumlah
curah hujan tidaklah begitu tinggi sedangkan ETc atau evapotranspirasi tinggi
sehingga dibutuhkan air tambahan dari irigasi untuk memenuhikebutuhan air
tanaman.
Efisiensi curah hujan yang terjadi cukup rendah sedangkan Irr. Req yang
didapatkan nol. Berarti curah hujan tidak mencukupi karena kebutuhan air
irigasinya cukup banyak diperlukan atau irigasi tambahan diperlukan. Dengan
demikian tanaman cotton ini cocok ditanam didaerah tersebut namun harus ada
tambahan air dari saluran irigasi karena curah hujan tidak mencukupi untuk
keadaan tanahnya.
3.7.2 Saran
Adapun saran yang dapat diperhatikan oleh praktikan selanjutnya adalah :
1. Sebaiknya data yang di input sesuai yang sebenarnya, agar output yang
dihasilkan sesuai perencanaan yang terjadi di lapangan, seperti jenis tanah yang
di input di software cropwat sesuai dengan jenis tanah pada daerah Koto Tuo
agar perencanaannya tepat sasaran;
2. Untuk praktikan selanjutnya lebih teliti lagi dalam pelaksanaan praktikum dan
mengikuti sesuai prosedur kerja yang telah ditentukan sehingga hasil yang di
dapatkan dapat menjadi acuan ilmu khusus dalam bidang irigasi pada suatu
tanaman;
3. Harap sungguh-sungguh dalam melakukan praktikum agar tidak terjadi
kesalahan-kesalan yang tidak diinginkan.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
42
BAB IV
PENENTUAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI DAN KEBUTUHAN AIR
TANAMAN

4.1 Latar Belakang


Klimatologi memiliki peranan penting dalam berbagai bidang seperti
pertanian, perikanan, perhubungan dan lain–lain. Perhatian terhadap klimatologi
akan berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan terutama dalam bidang
pertanian. Pengaruh yang penting dalam pertanian meliputi bagaimana jadwal
penanaman dan panen, serta dibutuhkan seberapa banyak kebutuhan air dari
tanaman bisa dilihat dari klimatologi.
Permasalahan klimatologi di Indonesia saat ini adalah perubahan iklim yang
tak menentu seperti perubahan curah hujan, suhu, dan udara menjadi
permasalahan yang cukup komplit. Karena akibat dari permasalahan ini, terjadi
tidak seimbangnya pertanian di Indonesia karena petani tak lagi bisa menentukan
kapan waktu yang cocok untuk melakukan bercocok tanam.`
Bagi mahasiswa teknik pertanian, mempelajari tentang klimatologi adalah
sangat penting. Karena dengan mempelajari klimatologi mahasiswa teknik
pertanian dapat menentukan kebutuhan air tanaman. Sudah terpenuhinya air
tanaman oleh curah hujan yang terjadi atau belum, sehingga bisa menambahkan
air untuk tanaman dengan saluran irigasi sehingga produksi partanian menjadi
lebih baik.
4.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan besarnya nilai kebutuhan air tanaman (crop water requremen);
2. Menentukan evaporasi yang terjadi perhari;
3. Menentukan curah hujan yang terjadi perhari.

4.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah praktikum adalah :
1. Praktikan dapat mengetahui kebutuhan air tanaman;
2. Praktikan dapat mengetahui besarnya terjadi evaporasi perhari;
3. Praktikan dapat menentukan curah hujan perhari.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
43
4.4 Tinjauan Pustaka
4.4.1 Klimatologi
Klimatologi merupakan ilmu tentang atmosfir. Mirip dengan ilmu
metereologi akan tetapi berbeda dalam kajiannya. Metereologi lebih mengkaji
tentang proses yang ada di atmosfir, sedangkan klimatologi mengkaji pada hasil
akhir dari proses-proses atmosfir.
Klimatologi berasal dari bahasa Yunani yaitu klima dan logos yang masing-
masing kemiringan (slope) yang diarahkan ke lintang tempat, sedangkan logos
berarti ilmu. Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat
iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda, dan bagaimana kaitan
anatara iklim dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan
intreprestasi dari data-data yang banyak sehingga memerlukan statik dalam
pengerjaannya.
Iklim merupakan salah satu faktor pembatas dalam proses pertumbuhan dan
produksi tanaman. Jenis-jenis serta sifat iklim bisa menentukan jenis tanaman
yang tumbuh pada suatu daerah serta produksinya. Oleh karena itu kajian
klimatologi dalam bidang pertanian sangat penting.
Berikut adalah unsur – unsur klimatologi yang umum digunakan :
1. Suhu Udara
Suhu menggambarkan rata – rata energi atau panas yang terkandung pada
suatu benda baik benda padat ataupun benda cair. Suhu didefinisikan sebagai
pergerakan molekul suatu benda dan kecepatan pergerakan molekulnya
menggambarkan suhu dari benda tersebut. Ini berarti semakin cepat pergerakan
molekul suatu benda maka akan akan semakin tinggi suhunya atau sebaliknya.
Secara prinsip, suhu adalah kondisi yang menggambarkan aliran panas dari
suatu bahan atau benda kebenda lainnya yang derajat panas keduanya berbeda.
Jadi suhu suatu benda menjelaskan keseimbangan antara radiasi yang dating dan
keluar serta transformasinya dalam bentuk panas terasa dan panas laten.
Berbagai skala yang digunakan untuk menentukan suhu adalah :
a. Fahrenheit ( F )
b. Reamur (
c. Celsius (

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
44
d. Kelvin ( K )
2. Kelembaban udara
Kelembaban udara menyatakan tentang jumlah atau banyaknya uap air yang
terkandung dalam atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu. Uap air
merupakan kostituen atau unsure atmosfer yang memegang peranan penting
dalam terjaminnya kelestarian sumber daya cuaca/iklim.
Beberapa istilah yang terkait dengan kelembaban udara adalah sebagai berikut :
a. Tekanan uap air
Tekanan uap merupakan bagian uap air yang ada pada kantong atau kolom
udara sebagai bagian dari masa udara (uap air dan udara kering) pada suhu dan
tekanan tertentu.
b. Kelembaban mutlak
Kelembaban mutlak adalah mass uap air yang terkandung dalam satu satuan
volume udara atau kelembaban yang menyatakan kepadata nuap air yang
terkandung pada suatu campuran uap air dan udara kering atau perbandingan
antara massa uap air dengan volume yang ditempati oleh uap air tersebut.
c. Kelembaban spesifik
Adalah perbandingan massa uap air dengan satu massa udara.
d. Nisbah campuran
Adalah massa uap air yang terkandung dalam satu satuan massa udara
kering.
e. Kelembaban nisbi /relatif
Adalah perbandingan antara jumlah uap air yang ada di udara dengan
jumlah maksimum uap air yang dikandung udara pada suhu dan tekanan yang
sama.
3. Angin
Perpindahan udara yang bertekanan udara tinggi ketempat yang bertekanan
rendah disebut angin. Fungsi angin sebagai transfer panas dari daerah panas tropic
kedaerah dingin lintang tinggi. Bayangkan jika tidak terjadi angin maka daerah
tropic akan kepanasan dan daerah lintang tinggi akan kedinginan.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
45
4. Radiasi matahari
Radiasi merupakan perpindahan panas/kalor dari permukaan matahari ke
suatu tempat dipermukaan bumi yang dipancarkan dalam bentuk gelombang
elektromagnetik baik melalui perantara maupun tidak melalui perantara.
5. Pembentukan awan
Awan merupakan bintik–bintik air yang melayang – layang di udara setelah
mengalami kondensasi (kejenuhan) dengan ukuran yang relative kecil. Awan
merupakan sumber air bagi terjadinya hujan, pengendali radiasi surya dan
merupakan penyerap radiasi bumi yang efektif.

4.4.2 Curah Hujan dan Intensitas Hujan


Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat
yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1
(satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar
tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.
Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu
tertentu. Apabila dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini
sangat berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek
negatif terhadap tanaman.

Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses


hidrologi, karena jumahnya kedalaman hujan ini yang di alihragakan menjadi
aliran, baik melalui limpasan permukaan maupun sebagai aliran tanah.
Menurut Indarto, (2012) ada tiga macam cara yang umum digunakan dalam
menghitung hujan rata-rata yaitu:
1. Rata-rata aritmatik
Nilai curah hujan wilayah dapat ditentukan dari beberapa data curah hujan
stasiun penakar/klimatologi dengan menggunakan nilai rata-rata curah hujan.
Stasiun yang terdapat di dalam DAS.
. .......................................................... (10)

Keterangan :
R rata-rata = curah hujan rata-rata wilayah
Rn = curah hujan pada stasiun n

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
46
N = jumlah stasiun penakar hujan
2. Metode polygon thiessen
Metode polygen thiessen adalah cara penentuan hujan wilayah dengan
rata-rata tertimbang. Nilai curah hujan wilayah dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus :
................................................. (11)

Dimana :
Rrata-rata = curah hujan rata-rata (mm)
A1,A2,An = luas daerah polygon 1,2,...,n (km2)
R1,R2,Rn = curah hujan maksimum pada stasiun 1,2,...,n (mm)
3. Metode isohyet
Metode isohyet adalah metode penentuan curah hujan wilayah berdasarkan
kontur curah hujan berdasarkan data curah hujan yang ada di dalam DAS dan di
sekitar wilayah. Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang.

4. Metode Blaney-Criddle

Metode Blaney-Cridle memerlukan data meteorologi berupa suhu udara dan


data pendukung berupa letak lintang dan faktor koreksi c, persamaan yang
digunakan adalah :
......................................................................... (12)
Keterangan :
Eto = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C = panjang hari dan kondisi angin pada siang hari
P = prosentase lama penyinaran
T = suhu rata-rata harian selama 1 bulan
5. Metode Radiasi
Metode radiasi membutuhkan data metereologi berupa suhu udara dan
panjang hari, persamaan yang digunakan adalah :
.. .................................................................................. (13)
dimana
. ................................................................ (14)

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
47
Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C = Faktor koreksi yang tergantung kelembaban dan kecepatan angin
W = Faktor tertimbang yang bergantung pada suhu udara dan altitude
Rs = Radiasi gelombang pendek yang diterima bumi (mm/hari)
n = Lama penyinaran actual
N = Lama penyinaran maksimum
Ra = Radiasi teresterial

6. Metode Penmant
Metode Penmant membutuhkan data metereologi berupa suhu udara,
kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran dan intsitas radiasi. Persamaan
yang digunakan adalah :
. ....................................... (15)
Keterangan :
ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
c = faktor koreksi akibat kondisi siang dan malam
W = faktor tertimbang yang dipengaruhioleh suhu udara
Rn = radiasi netto (mm/hari)

7. Metode Panci Evaporasi


Metode evaporasi panci merupakan pengukuran dengan melihat pengaruh
radiasi, angin, suhu udara dan kelembaban udara. Persamaan yang digunakan
adalah :
................................................................................. (16)
Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Kp = koefisien panci

4.4.3 Air Irigasi dan Kebutuhan Air Konsumtif


Air irigasi merupakan air yang diambil dari suatu sungai atau waduk
melalui saluran-saluran irigasi yang disalurkan ke lahan pertanian guna menjaga
keseimbangan air dan kepentingan pertanian (Suhardjono, 1994 dalam Gunawan,
2008). Air sangat dibutuhkan untuk produksi pangan, seandainya pasokan air

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
48
tidak berjalan baik maka hasil pertanian pun akan terpengaruh (Sutawan, 2001).
Air irigasi dapat berasal dari air hujan maupun air permukaan atau sungai.
Pemanfaatan air irigasi tidak hanya untuk pertanian saja melainkan dapat juga
dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan yang lain seperti perikanan atau
peternakan.
Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan
untuk penyiapan lahan (IR), kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (Etc),
perkolasi (P), kebutuhan air untuk penggantian lapisan air (RW), curah hujan
efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE), dan luas lahan irigasi (A) (SNI,2002). Untuk
menghitung kebutuhan.

……………………………………… (17)

Keterangan :
IG = kebutuhan air irigasi (m3),
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari),
RW = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari),
P = perkolasi (mm/hari),
ER = hujan efektif (mm/hari),
EI = efisiensi irigasi (-),
A = luas areal irigasi (m2).
Kebutuhan air konsumtif atau kebutuhan air konsumsi memiliki makna
bahwa setiap tanaman akan memiliki kebutuhan tertentu terhadap air sehingga
antara tanaman satu dengan lainnya akan memiliki kebutuhan yang berbeda dalam
menggunakan air. Dengan menggunakan standar yang sudah ada maka besarnya
kebutuhan air konsumtif dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
. .............................................................................. (18)
Keterangan :
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
Eto = evapotranspirasi (mm/hari),
kc = koefisien tanaman.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
49
4.4.4 Metode-Metode Dalam Penentuan Kebutuhan Air Tanaman
Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Metode blaney-cridle
Metode ini memerlukan data temperatur dan data persentase penyinaran.
Persamaan yang digunakan adalah :
………………………………………………………… (19)

………………………………………………... (20)
keterangan :
Etc : kebutuhan air untuk tanaman (mm/hari)
Kc : koefisien tanaman
Eto : Evapotranspirasi rujukan
T : suhu rata-rata harian selama 1 bulan
b. Metode radiasi
Metode radiasi membutuhkan data metereologi berupa suhu udara dan
panjang hari, persamaan yang digunakan adalah :

………………………………….......……...(21)

……………………………………….......…(22)

Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C = Faktor koreksi yang tergantung kelembaban dan kecepatan angin
W = Faktor tertimbang yang bergantung pada suhu udara dan altitude
Rs = Radiasi gelombang pendek yang diterima bumi(mm/hari)
n = Lama penyinaran actual
N = Lama penyinaran maksimum
Ra = Radiasi teresterial
c. Metode Penmant
Metode ini memerlukan data temperatur, kelembaban udara, persentase
penyinaran dan kecepatan angin.
Persamaan yang digunakan adalah :
………………………….(23)
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
50
Keterangan :
ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
c = faktor koreksi akibat kondisi siang dan malam
W = faktor tertimbang yang dipengaruhioleh suhu udara
Rn = radiasinetto (mm/hari)
…………………………………………………………. (24)

d. Metode panci evaporasi


Metode evaporasi panci merupakan pengukuran dengan melihat pengaruh
radiasi, angin, suhu udara dan kelembaban udara. Dalam pelaksanaan praktikum
untuk menentukan kebutuhan air tanaman akan dilakukan dengan metode
evaporasi. Besarnya Eto yang diperoleh dari metode ini adalah evapotranspirasi
potensial, sedangkan untuk mendapatkan evapotranspirasi tersebut didapatkan
dari Kc.
Persamaan yang digunakan adalah :
…………….…………………………………….. (25)
……………………… ……………………………………………. (27)
Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
Kp = koefisien panic
e. Metode aritmatik
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana dalam perhitungan
curah hujan daerah. Metode ini cocok untuk kawasan dengan topografi rata atau
datar. Alat penakar tersebar merata dan cocok untuk kawasan dengan topografi
rata dan harga individual curah hujan tidak terlalu jauh dari harga rata-ratanya.
Persamaan yang digunakan adalah :

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
51

)…………………………….(27)

Ada juga persamaan lain yang digunakan, yaitu :

Keterangan :
P = tebal hujan (mm)
n = jumlah stasiun pengamatan
CH = Curah hujan rata-rata wilayah
Chi = Curah hujan pada stasiun i
N = Jumlah stasiun penakar hujan
f. Metode Thiessen
Metode ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan
untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Meskipun belum dapat
memberikan bobot yang tepat sebagai sumbangan suatu stasiun hujan untuk hujan
daerah.
Metode poligon Theissen didasarkan pada anggapan bahwa sebuah stasiun
hujan dapat mewakili pengamatan tebal hujan pada wilayah dengan unit luasan
tertentu dan dibatasi oleh garis tegak lurus yang menghubungkan stasiun hujanlain
yang berada di dekatnya. Persamaan yang digunakan adalah :

Keterangan:
CH = curah hujan (mm)
A = luas wilayah polygon theissen (km2)

Gambar 14. Metode perhitungan curah hujan


Sumber : http://younggeomorphologys.wordpress.com/2011/03/19/konsepsi-
kebutuhan-air-batasan-dan-cara-perhitungannya/

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
52
g. Metoda isohiet
Metode Isohyet adalah metode penentuan curah hujan wilayah berdasarkan
kontur curah hujan berdasarkan data curah hujan yang ada di dalam DAS dan di
sekitar wilayah.

………………………………………………………(28)

4.4.5 Transpirasi, Evaporasi, Evapotranspirasi, Infiltrasi dan limpasan


permukaan
a. Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan. Laju
transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu,
aliran udara, kelembaban dan tersedianya air tanah.
b. Evaporasi disebut juga penguapan uap air. Evaporasi atau penguapan adalah
proses perubahan molekul didalam keadaan cair dengan spontan menjasi gas.
Faktor-faktor yang mempengaruhinya, antara lain :
a. Radiasi matahari
b. Temperatur udara
c. Kelembaban udara
d. Kecepatan angin

c. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses yaitu evaporasi dan


transpirasi. Evaporasi adalah proses penguapan atau hilangnya air dari tanah dan
badan-badan air. Sedangkan transpirasi adalah proses keluarnya air dari tanaman
akibat proses respirasi dan fotosintesis.
Evapotranspirasi ditentukan oleh banyak faktor yakni:
a. Radiasi surya (Rd): Komponen sumber energi dalam
memanaskan badan-badan air, tanah dan tanaman. Radiasi
potensial sangat ditentukan oleh posisi geografis lokasi,
b. Kecepatan angin (v): Angin merupakan faktor yang menyebabkan
terdistribusinya air yang telah diuapkan ke atmosfir, sehingga
proses penguapan dapat berlangsung terus sebelum terjadinya
keejenuhan kandungan uap di udara,

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
53
c. Kelembaban relatif (RH): Parameter iklim ini memegang peranan
karena udara memiliki kemampuan untuk menyerap air sesuai
kondisinya termasuk temperatur udara dan tekanan udara
atmosfir.
d. Infiltrasi

Infiltrasi merupakan aliran air kedalam tanah melalui permukaan tanah. Di


dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara ( interflow )
menuju mata air, danau, dan sungai ; atau secara vertikal yang dikenal dengan
perkolasi menuju air tanah. Gerak air didalam tanah menuju pori-pori tanah
dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan
aliran selalu menuju ketempat yang rendah, sementara gaya kapiler menyebabkan
air bergerak kesegala arah. Air kapiler selalu bergerak dari daerah basah menuju
kedaerah yang lebih kering.
Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan satuan
intensitas curah hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam). Air infiltrasi yang tidak
kembali lagi ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan menjadi air tanah
untuk seterusnya mengalir ke sungai disekitar.
Laju infiltrasi adalah banyaknya air yang terinfiltrasi dalam satuan waktu
disebut laju infiltrasi. Besarnya laju infiltrasi f dinyatakan dalam mm/jam atau
mm/hari. Laju infiltrasi akan sama dengan intensitas hujan, bila laju infiltrasi
tersebut lebih kecil dari daya infiltrasinya. Jadi f ≤ fp dan f ≤ I (Soemarto, 1999).
Adapun faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi adalah :
1. Jenis tanah
2. Kepadatan tanah
3. Kelembaban awal tanah
4. Tanaman penutup ( Vegetal Crop )

e. Limpasan permukaan

Limpasan permukaan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah dan mengakut partikel-partikel tanah. Limpasan terjadi karena
intesitas hujan yang jatuh disuatu daerah melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju
infiltrasi terpenuhi air akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
54
4.4.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman
a. Jenis tanaman
Tanaman membutuhkan air yang sesuai dengan kebutuhannya, karena jika
air yang diberikan kurang ataupun lebih dari kebutuhannya, maka tanaman
tersebut tidak akan dapat tumbuh.
b. Jenis tanah
Jenis itanah dapat mempengaruhi kebutuhan air irigasi. Semakin padat atau
rapat pori suatu jenis tanah, maka kebutuhan airnya semakin besar dan begitu
sebaliknya.
c. Iklim dan cuaca
Pada keadaan cuca tertentu tanaman membutuhkan air yang banyak atupun
sedikit. Artinya kebutuhan air tanaman berbeda pada keadaan yang berbeda pula.
d. Sistem perakaran tanaman
Kebutuhan air pada tanaman juga dipengaruhi oleh perakaran tanaman.
Kebutuhan airnya akan berbeda jika sistem perakarannya berbeda.

4.5 Metodologi Praktikum


1.5.1 Lokasi dan Waktu
Praktikum ini dilakukan di Kebun Percobaan FMIPA pada tanggal 12
September 2015. Pengamatan dilakukan mulai tanggal 13 September 2015 hingga
20 september 2015 dan pengolahan data di land and water resources engineering
laboratory Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas Padang.
1.5.2 Alat dan Bahan
1. Ember;
2. Kaleng biskuit;
3. Kayu reng;
4. Tali rafia;
5. Batu bata;
6. Pipa besi;
7. Ombro meter;
8. Rol besi;
9. Stopwatch
10. Batu.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
55
4.5.3 Metoda Praktikum
a. Perhitungan Curah Hujan
1. Alat dan bahan yang diperlukan disiapkan;
2. kayu diukur sepanjang 120cm sebanyak 3 buah dan tanaman kan ke
dalam tanah;
3. kaleng biskuit di pasang di atas kayu tersebut;
4. Ember diletakkan kira – kira 50 cm dari letak ombro Ukur diameter panci
evaporasi dan ombrometer;
5. Panci evaporasidiisiair setinggi 10 cm dari permukaan pani;
6. Setiap pagi diukur sebelum pukul 07.00 untuk pengambilan data curah
hujan dan besar evaporasi.
b. Perhitungan Evaporasi
1. Alat disiapkan dan bahan yang diperlukan;
2. Kayu diukur sepanjang 120cm sebanyak 3 buah dan tanaman kan ke
dalam tanah;
3. Kaleng biskuit dipasang di atas kayu tersebut;
4. Ember diletakkan kira – kira 50 cm dari letak ombro Ukur diameter panci
evaporasi dan ombrometer;
5. Panci eveporasi diisi setinggi 10 cm dari permukaan panic;
6. Setiap pagi diukur sebelum pukul 07.00 untuk pengambilan data curah
hujan dan besar evaporasi.
c. Pengukuran Infiltrasi
1. Pipa besi disiapkan sepanjang 50cm;
2. Tanah ditentukan yang ingin diukur laju infiltrasinya;
3. Pipa dibenamkan tersebut dan biarkan sepanjang 35cm tetap diatas;
4. Penurunan infiltrasi dihitung yang terjadi tiap 10 menit, dan catat;
5. Apabila tidak terjadi penurunan kembali, berarti tanah sudah jenuh.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
56
4.6 Hasil dan Pembahasan
4.6.1 Hasil
Tabel 6. Curah hujan dan Evaporasi
No CH kaleng CH ombro Po(mm) Pt(mm) E(mm)
(mm) (mm)

1 11.938 11.303 292 297 6.938


2 0 0.103 297 294 3
3 0 0.103 294 290 4
4 1.27 0 292 290 3.27
5 0 0 290 288 2
6 0 0 288 287 1
7 0 0 287 286 1
Sumber : Hasil Analisis Data Praktikum

Keterangan :

P0 = Tinggi ember - ruang kosong awal


Pt = Tinggi ember - ruang kosong akhir
E = Evaporasi

Tabel 7. Infiltrasi
No F(mm) Fo fc F Vf Vt
(mm) (mm) (mm) (mm/jam) (m3)
10 10 10 10 10 10
1 8 9 10 10 10 10 8 1 5.933 6.906 34669.315
2 6 7 8 8 8 8 6 1 4.523 5.219 2619808.2
3 5 6 7 7 7 7 5 1 3.819 4.375 21962.466
4 8 11 13 13 13 13 8 2 6.228 7.0625 35453.699
5 9 10 12 12 12 12 9 2 6.933 7.906 39689.315
6 8 10 11 11 11 11 8 1 5.933 6.906 34669.315
7 8.5 11 12 12 12 11 8.5 1 6.285 7.328 36787.124
Sumber : Hasil Analisis Data Praktikum

Keterangan :
F = Infiltrasi setiap 10 menit
Fo = Ruang kosong 10 menit pertama
f = Infiltrasi
FC = Tinggi ruang kososng setelah jenuh
Vf = Volume Infiltrasi
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
57
Vt = Volume total infiltrasi
4.6.2 Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengukuran curah hujan, evaporasi dan infiltrasi.
Didapatkan nilai curah hujan tertinggi pada pengamatan pertama dengan
menggunakan kaleng pada hari pertama, yaitu sebesar 11.938 mm, dan nilai curah
hujan terendah yaitu pada hari ke dua, tiga, lima, enam, dan hari ketujuh sebesar 0
mm. Sedangkan pada ombrometer, data curah hujan tertinggi adalah pada hari
pertama dengan nilai sebesar 11.303 mm dan yang terendah pada hari ke empat
hingga ke tujuh dengan nilai sebesar 0 mm. data 0 didapatkan karena pada hari
pengukuran tidak terjadi hujan, atau hanya terjadi hujan sedikit saja dan juga
karna faktor human error.
Berdasarkan data evaporasi, Evaporasi tertingggi terjadi pada hari pertama
dengan nilai 6,938 mm, sedangka yang terendah adalah pada pengamatan hari ke
enam dan ketujuh dengan nilai 1 mm. nilai evaporasi pada hari perama cukup
tinggi dikarenakan pada paginya hingga siang penyinaran matahari cukup tinggi
walaupun mlmnya terjadi turun hujan. Jika curah hujan tinggi biasanya evaporasi
yang terjadi biasanya rendah. Namun pada data, terdapat evaporasi yang tinggi
disaat curah hujan juga tinggi. Hal ini terjadi karena pada siang harinya
penyinaran matahari cukup terik, namun pada malam hari turun hujanyang lebat.
Berdasarkan data infiltrasi yang didapatkan, infiltrasi yang tertinggi pada
hari ke 5 dengan nilai 7,90 mm. Infiltrasi yang terendah terjadi pada hari ke tiga dengan
nilai 4,37 mm. Pada saat pengukuran data infiltrasi beberapa kali mengalami
masalah. Masalahnya seperti terdapatya tanah bekas galian yang membuat tekstur
tanah menjadi lunak dan membuat air langsung masuk kedasar tanah dengan
cepat. Selain itu terdapatnya batu-batu kecil dan besar dalam tanah yang
mengganggu pengambilan data. Pada saat hari hujan biasanya daya serap tanah
akan berkurang atau infiltrasi juga berkurang. Karena air hujan membuat tanah
menjadi jenuh akan air. Lamanya penyinaran matahari mempegaruhi infiltrasi
dan biasanya semakin lama penyinaran matahari akan semakin tinggi infiltrasi
pada tanah. Hal ini dikarenakan tanah akan mengalami evapotranspirasi
sehinggatanah menjadi kering dan berongga.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
58
Evaporasi bernilai besar apabila intensitas curah hujan kecil dan evaporasi
bernilai kecil apabila intensitas curah hujan besar. Proses evaporasi juga
dipengaruhi oleh lamanya penyinaran matahari. Intensitas curah hujan diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman. Apabila intensitas curah hujan sangat
besar juga tidak baik bagi tanaman karena mengakibatkan tanaman rusak dan
jenuh air. Intensitas curah hujan sangat mempengaruhi besar kecilnya nilai
infiltrasi. Infiltrasi bernilai kecil apabila intensitas curah hujan yang besar
sehingga tanah tidak mampu menyerap air karena tanah sudah jenuh. Infiltrasi
bernilai besar apabila intensitas curah hujan kecil sehingga pori-pori tanah tidak
jenuh akan air.

Universitas Andalas memiliki Janis tanah ultisol yang mengandung tanah


liat dengan kadar bahan organic yang tinggi dengan jumlah kation yang rendah
sekitar <24 me/100 g tanah) dan jumlah kandungan N yang rendah. Hal ini
menyebabkan kurangnya daya serap tanah terhadap air atau daya serap tanah
cukup lambat sehingga laju infiltrasi juga lambat. Berdasarkan hasil pengamatan
praktikum volume total infiltrasi terendah 21962.466 m3 yaitu pengamatan hari ke
tiga. Infiltrasi tertinggi didapatkan pada pengamatan hari ke lima dengan nilai sebesar
39689.315 m3. Pada hari pertama didapatkan volume total infiltrasi yang kecil karena
pada malam harinya terjadi hujan yang cukup lebat. Data infiltrasi hari pertama yang
didapatkan cukup kecil hal ini mungkin saja karena jenis tanah di UNAND yang
mempengaruhi dan mungkin juga terjadi kesalahan pada saat pengukuran atau human
error.

4.7 Penutup
4.7.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan
bahwa nilai evaporasi ditentukan oleh lamanya penyinaran matahari. Jika
penyinaran matahari lama terjadi maka akan meningkatkan nilai evaporasi.
Infiltrasi akan bernilai tinggi jika penyinaran matahari terjadi lama. Apabila curah
hujan tinggi maka infiltrasi akan semakin lambat, hal ini dikarenakan tanah sudah
jenuh untuk menyerap air. Namun apabila curah hujan rendah infiltrasi akan
tinggi karena air yang terkandung dalam pori-pori tanah tidaklah banyak atau
tanah tidak lengas dan juga ditentukan oleh tekstur tanah.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
59
Penentuan kebutuhan air tanaman dilakukan untuk melihat tanaman apa
yang cocok ditanam dengan keadaan klimatologi yang ada. Apabila air yang
tersedia melebihi kebutuhan air tanaman maka perlu dilakukan pengurangan
dengan melakukan sistem drainase. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi
limpasan permukaan yang dapat mengakibatkan erosi. Namun jika kebutuhan air
tanaman kurang, maka perlu diberikan tambahan air dengan menggunakan sistem
irigasi.

4.7.2 Saran
Adapun saran yang dapat diperhatikan untuk praktikum selanjutnya adalah
1. Diharapkan agar pengambilan data dilakukan benar-benar sebelum jam 7 pagi
agar didapatkan nilai yang lebih akurat karena belum terjadi penguapan;
2. Sedangkan untuk pengambilan data infiltasi diharapkan kepada praktikannya
agar tidak sembarangan dalam menentukan tanah yang akan diukur
infiltrasinya;
3. Praktikan diharapkan agar melengkapi alat yang akan digunakan saat
praktikum ini.
4. Asisten dapat memberikan penjelasan secara rinci dan mudah dimengerti oleh
praktikan;
5. Asisten dapat menjelaskan kembali hal-hal yang diragukan oleh praktikan.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
60
BAB V
DRAINASE

5.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang terletak didaerah katulistiwa.
Mengakibatkan Indonesia memiliki iklim tropis. Ditambah lagi Indonesia terletak
diantara dua benua dan dua samudera. Antara benua Asia dan benua Australia
serta antara samudera Pasifik dan samudera Hindia. Hal ini menyebabkan iklim di
Indonesia sering berubah-ubah. Perubahan yang terjadi juga tidak menentu,
ditambah dengan meningkatnya suhu di permukaan bumi. Perubahan iklim yang
tidak menentu ini membuat warga khususnya para petani menjadi khawatir. Salah
satu unsur iklim yang perubahannya tak menentu ialah hujan. Hujan merupakan
unsur iklim yang sangat berpengaruh terhadap pertanian. Hujan terkadang turun
yang tak menentu membuat para petani pusing melihat lahan mereka terendam
banjir dan terkadang kecewa melihat lahan mereka gersang karena tidak adanya
air.
Terkadang saat hujan turun secara terus-menerus membuat lahan-lahan
pertanian terendam. Maka dari itu perlu teknologi pertanian ditingkatkan, salah
satunya ialah membuat saluran drainase. Saluran drainase yang dibuat tersebut
dapat mengalirkan kelebihan air yang ada pada lahan-lahan pertanian. Dibidang
teknik pertanian, drainase merupakan hal yang sangat penting. Karena bidang
teknik pertanian memiliki aplikasi bidanya salah satunya adalah drainase dan
irigasi.
Dari disiplin ilmu yang berbeda, pengertian drainase ini bermacam. Pada
Teknik Sipil, drainase ini dibuat untuk mengeringkan suatu lahan, agar lahan
tersebut layak untuk dilakukan pembangunan. Akan tetapi di teknik pertanian
berbeda, drainase ini berfungsi untuk membuat tinggi air ideal untuk pertumbuhan
tanaman salah satunya. Kata kunci pada Teknik Pertanian yaitu mengurangi air,
bukan mengeringkan.
Pengaruh drainase terhadap cuaca sekarang ini adalah dengan keadaan cuaca
yang tidak menentukan dapat terjadi banjir jika terdapat saluran drainase yang
tersumbat atau volume air yang ditampung lebih besar dibandingkan volume dari
drainase tersebut. Hal lain yang menyebabkan banjir adalah curah hujan yang

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
61
turun tidak dapat diserap langsung kedalam tanah dikarenakan banyaknya
permukiman warga. Seorang teknik pertanian diharapkan mampu merancang
saluran drainase agar volume curah hujan yang turun dapat tertampung oleh
saluran drainase, serta dapat meningkatkan produktifitas tanaman.

5.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengenal macam-macam saluran drainase dan kegunaannya;
2. Mengenal tipe-tipe penampang saluran drainase;
3. Mengukur volume saluran drainase;
4. Menghitung volume curah hujan.
5.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah :
1. Dapat mengenal macam-macam saluran drainase dan kegunaannya;
2. Praktikan dapat Mengenal tipe-tipe penampang saluran drainase;
3. Praktikan dapat mengetahui cara mengukur volume saluran drainase;
4. Praktikan dapat mengukur volume curah hujan;
5. Praktikan dapat mengetahui aplikasi dari praktikum ini untuk keteknikan
pertanian.
5.4 Tinjauan Pustaka
5.4.1 Pengertian Drainase
Drianase merupakan suatu sistem saluran yang berfungsi sebagai saluran
yang mengalirkan kelebihan air dipermukaan tanah maupun dibawah tanah.
Drainase juga disebut sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas. Drainase merupakan salah satu faktor pengenbangsn
irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir.
Menurut Suripin (2004), drainase untuk mengalirkan, menguras,
membuang ataupun mengalihkan air. Secara umum, drainase didefenisikan
sebagai bangunan air yang bertujuan untuk mengurangi atau membuang kelebihan
air dari suatu lahan atau kawasan, sehingga lahan dapat berfungsi secara optimal.
Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan
dengan mengolah banjir (floot protection), sedangkan irigasi bertujuan
ntukmmemberikan suplai air pada tanaman. Drainase merupakan suatu system

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
62
pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan airdipermukaan tanah maupun di
bawah tanah.
5.4.2 Klasifikasi Saluran Drainase
1. Drainase Permukaan (terbuka)
Suatu system pembuangan air untuk mengalirkan kelebihan air dipermukaan
tanah. Hali ini berguna untuk mencegah adanya genangan.
Genangan air ini dapat timbul disebabkan oleh masalah :
1. Adanya talud atau guludan yang berbentuk seperti kantung sehingga
membendung;
2. Kapasitas saluran pembuang yang tidak memadai sehingga tingginya aras
air disaluran menyebabkan terjadinya pengempangan dan arus balik
apabila aliran bertambah besar;
3. Keadaan mulut saluran yang tidak memadai, terdapatnya pengaruh pasang
surut muka air laut.
2. Drainase Bawah Tanah/permukaan (tertutup)
Suatu system pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.
Hal ini dibuat untuk mengendalikan atau mengalirkan air, baik yang berasal dari
hujan lokal maupun air kiriman dalam waktu yang cepat. Sistem ini juga
dimanfaatkan pada musim kering untuk meningkatkan kondisi tanah yaitu
menekan derajat keasaman (silinitas dan keasinan) di daerah yang bersangkutan.
Pipa berkualitas diperlukan jika sistem drainase untuk dipakai pada periode
waktu yang panjang. Pipa harus sangat tahan sekali terhadap kerusakan akibat
pembekuan dan pencairan, tahan terhadap asam-asam dan sulfut dan cukup rapat
supaya relatif kedap air. Proses pembuatan secara modern dan ketersedian
material baru yang berkualitas tinggi yang menggantikan pipa yang berkwalitas
kurang.
Masalah drainase bawah permukaan terjadi apabila air berlebih terdapat
dibagian areal perakaran, masalahnya dapat ditumbulkan oleh beberapa sebab,
misalnya :
a. Permeabilitas lapisan tanah bawah permukaan yang kecil dilahan datar,
sehingga sukar untuk didrain (biasanya daerah pantai);

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
63
b. Dilahan sawah yang mempunyai air permukaan bertengger, air permukaan
yang perkolasi kebawah menyebabkan naiknya aras muka air tanah akibat
lapisan tanah bawah permkaan yang kedap;
c. Lahan dengan perkolasi air tanah horizontal yang buruk.Kasus ini terjadi
apabila gerakan air tanah kearah mendatar terhambat akibatnya aras muka air
tanh akan naik kearah areal perakaran.
Tingkat system drainase, yaitu:
1. Tersier drainage;
2. Secondary drainage;
3. Main drainage;
4. Sea drainage.
Desain kriteria harus disusuaikan dengan:
1. Kebutuhan;
2. Pertimbangan ekonomis;
3. Kondisi alam.
Kondisi alam meliputi:
1. Segi Hidrologis;
Tergantung dari data curah hujan di daerah tersebut dengan intensitas 3-5 hari
berturut-turut dan harus habis mengalirkan air.
2. Segi Topografi;
Dalam membuat drainase ini sangant diperlukan bentuk topografis yang
mempunyai ketinggian yang berbeda. Sehingga selalu memungkinkan adanya
beda tinggi yang akan menyababkan air tetap mengalir.
3. Segi Geologis.
Drainase kecil tidak perlu meninjau geologi tetapi untuk drainase besar perlu
diadakan peninjauangeologi misalnya pada bidang mekanika tanah terutama untuk
mendapatkan kontruksi pelengkap dari system drainase yang stabil, untuk
mendapatkan hal-hal itu maka dalam merencanakan kita harus kita harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
64
a. Kemiringan tanah;
Harus memperhatikan dan disesuaikan dengan sudut geser dalam tanah dan
besarnya kohesi tanah yang bersangkutan. Saluran drainase makin curam maka air
yang mengalir makin deras, sehinggs dinding aus karena terkikis.
b. Kecepatan air alir;
c. Drainase modul.
Drainase modul adalah jumlah air yang harus di drainase karena apabila tidak,
akan menimbulkan genangan,. Hal ini tergantung dari curah hujan data dan tahun
dengan data hujan per 1 hari , 2 hari atau 3 hari.

5.4.3 Kegunaan Drainase


Adapun kegunaan drainase adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengurangi kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga
lahan dapat berfungsi secara optimal;
2. Sebagai pengendalian air ke permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki
daerah becek, genangan air atau banjir;
3. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal;
4. Mengendalikan erosi tanah, kemudian jalan dan bangunan yang ada;
5. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana
banjir.
5.4.4 Jenis-Jenis Drainase
a. Menurut sejarah terbentuknya :
1. Drainase alamiah (natural drainage)
Drainase yang terbentuknya secara alami dan tidak terdapat bangunan –
bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, dipasang batu atau dipasang
beton gorong – gorong dan lain – lain. Saluran ini terbentuk oleh goresan iar yang
bergerak karena gravitasi yang lambat laun membentuk jalan air

Gambar 15. Saluran Alami


Sumber: ftsl.itb.ac.id

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
65
2. Draianse buatan (artifical drainage)
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga
memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti selokan pasangan batu atau
beton, gorong – gorong, pipa dan sebagainya. Dibuat dengan memiliki tujuan
tertentu dan memerlukan bangunan yang khusus.

Gambar 16. Saluran Buatan


Sumber: ftsl.itb.ac.id
b. Menurut letak bangunannya :
1. Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Drainase permukaan tanah adalah saluran darinase yang berada di atas
permukaan tanah yang berfungsi mengalurkan air limpahan permukaan. Analisa
aliran merupakan analisa open chanel flow. Merupakan sistem pembuangan air
untuk menyalurkan air dipermukaan tanah, hal ini berguna untuk mencegah
terjadinya genangan air.

Gambar 17. Drainase Permukaan Tanah


Sumber: ftsl.itb.ac.id
2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainge)
Merupakan suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air
dibawah permukaan tanah dan pada tumbuhan tertentu drainase berguna untuk
mengurangi ketinggian muka air tanah sehingga tanaman bisa tumbuh dengan
baik.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
66

Gambar 18. Drainase Bawah Permukaan Tanah


Sumber: ftsl.itb.ac.id
c. Menurut fungsinya :
1. Single purpose
Merupakan suatu jenis air buangan yang terdiri dari air hujan, limbah
domestik, limbah industri, dan lainnya

Gambar 19. single purpose


Sumber :http:citilianz.blogspot.com
2. Multy purpose
Merupakan beberapa jenis air buangan yang tercampur

Gambar 20. Multi Purpose


Sumber :http:citilianz.blogspot.com

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
67
d. Menurut konstruksinya :
1. Saluran terbuka
Saluran terbuka yaitu saluran yang paling sering dan umumnya digunakan
dibidang pertanian. Lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di
daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-
hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu lingkungan .

Gambar 21. Saluran Terbuka


Sumber: ftsl.itb.ac.id
2. Saluran tertutup
Saluran tertutup sangat jarang digunakan dibidang pertanian biasanya ada dan
terletak di wilayah perkotaan atau pemukiman yang padat. Saluran yang pada
umumnya sering dipakai untuk aliran kotor (air yang mengganggu
kesehatan/lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di kota atau
permukiman.

Gambar 22. Saluran Tertutup


Sumber: ftsl.itb.ac.id
Sistem saluran draianse terbagi atas :
1. Tersier drainage;
2. Secondary drainage;
3. Main drainage;
4. Sea drainage

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
68
5.4.5 Bentuk-Bentuk Penampang Saluran Drainase
1. Trapesium

Gambar 23. Penampang Trapesium


Sumber : sistem drainase Teknik Sipil. Unikom
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan
debit yang besar. Sifat alirannya terus-menerus dengan fluktuasi yang kecil.
Bentuk saluran ini cocok untuk daerah yang masih tersedia cukup lahan. Saluran
terbuka yang mempunyai penampangtrapesium adalah yang banyak digunakan
didalam praktek. Hal ini karena kemiringan tebing dapatdisesuaikan dengan
kemiringan lereng alam tanahyang ditempatinya. Untuk saluran buatan, faktor
ekonomis juga menjadi pertimbangan, olehkarena itu juga perlu dicari penampang
hidrolikterbaiknya dengan cara sebagai berikut :
Luas penampang :A=(B+Z)y
B=
2
Keliling basah : P = B + 2y
Kedalaman hidraulik :D=

Faktor penampang untuk aliran kritis : Z = y 2.5

Volume trapezium : xpxl

2. Persegi panjang

Gambar 24. Penampang Persegi Panjang


Sumber : sistem drainase Teknik Sipil. Unikom

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
69
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan
debit yang besar. Sifat alirannya terus menerus.
3. Setengah Lingkaran

Gambar 25. Penampang Setengah Lingkaran


Sumber : sistem drainase Teknik Sipil. Unikom
Berfungsi untuk menyalurkan limpasan air hujan dengan debit yang kecil.
Bentuk saluran ini umumnya digunakan untuk saluran rumah penduduk.
4. Segitiga
Merupakan saluran yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
limpasan air hujan untukdebit yang kecil. Bentuk saluran ini digunakan pada
lahan yang cukup terbatas.

Gambar 26. Penampang Segitiga


Sumber : http://lorenskambuaya.blogspot.com/2014/05/bentuk-dan-dimensi-saluran-terbuka_18.html
5. Kombinase trapesium dengan segi empat
Bergungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan
debit yang besar dan kecil. Sifat alirannya berfluktuasi besar dan terus-menerus
tetap, debit minimumnya cukup besar.
6. Kombinasi trapesium dengan setengah lingkaran
Sifat alirannya sam dengan kombinasi segi empat, tetapi memiliki debit
minimum yang kecil. Fungsi bentuk setengah lingkaran adalah untuk menampung
dan mengalirkan debit minimumnya.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
70
7. Segi empat
Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan dengan
debit yang besar. Sifat alirannya terus-menerus dengan fluktuasi yang kecil.
Saluran terbuka berpenampang persegiempat pada umumnya merupakan saluran
buatan terutama banyak digunakan untuk saluran drainase di perkotaan atau untuk
flume (talang untuk jaringan irigasi). Dibanding dengan penampang trapesium,
penggunaan saluran berpenampang persegi empat cenderung dihindari karena
tebingnya yang tegak (vertikal). Dinding tegak memerlukan konstruksi yang lebih
mahal daripada dinding yang mengikuti garis-garis kemiringan lereng alam tanah
dimana saluran ditempatkan. Untuk keperluan saluran drainase perkotaan bentuk
penampang persegi empat ini makin dipertimbangkan penggunaannya karena dua
hal berikut ini :
a. Terbatasnya lahan.
b. Estetika

Gambar 27. Penampang persegi empat


Sumber : perencanaan saluran drainase.pdf.ipb
Luas penampang : A = By
Keliling Basah : P = B + 2y
Jari-jari hidrolik :R
2/3
Debit Aliran : i1/2 Manning

f Chezy

5.4.6 Pola Jaringan Drainase


1. Siku
Dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada
sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah
kota.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
71

Gambar 28. Pola Jaringan Drainase Siku


Sumber : sistem drainase Teknik Sipil. Unikom
2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

Gambar 29. Pola Jaringan Drainase Pararel


Sumber : sistem drainase Teknik Sipil. Unikom
3. Grid iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran -
saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

Gambar 30. Pola Jaringan Drainase Grid Iron


Sumber : sistem drainase Teknik Sipil. Unikom
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
72

Gambar 31. Pola Jaringan Drainase Alamiah


Sumber : sistem drainase Teknik Sipil. Unikom
5. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

Gambar 32. Pola Jaringan Drainase Radial


Sumber : sistem drainase Teknik Sipil. Unikom
5.4.7 Pengertian, Fungsi dan Masalah Drainase Perkotaan
1. Pengertian Saluran Drainase Perkotaan
Sistem Drainase Perkotaan adalah prasarana yang terdiri dari kumpulan
sistem saluran didalam kota yang berfungsi mengeringkan lahan perkotaan dari
banjir/genangan akibat hujan dengan cara mengalirkan kelebihan air permukaan
ke badan air melalui sistem saluran-saluran tersebut.
Drainase Perkotaanmerupakan kumpulan sistem jaringan saluran drainase,
situ-situ dan sumur-sumur resapan yang berada sepenuhnya didalam batas
administrasi pemerintahan kota atau didalam batas ibu kota pemerintahan
Kabupaten.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
73
2. Fungsi Saluran Drainase Perkotaan
a. Mengeringkan bagian wilayah kota yang permukaan lahannya rendah dari
genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan
infrastruktur kota dan harta benda milik masyarakat.
b. Mengalirkan kelebihan air permukaan ke badan air terdekat secepatnya agar
tidak membanjiri/ menggenangi kota yang dapat merusak selain harta benda
masyarakat juga infrastruktur perkotaan.
c. Mengendalikan sebagian air permukaan akibat hujan yang dapat
dimanfaatkan untuk persediaan air dan kehidupan akuatik.
d. Meresapkan air permukaan untuk menjaga kelestarian air tanah.
3. Masalah Saluran Drainase Perkotaan
Kendala yang harus dihadapi sesudah era krisis ekonomi tahun 1998
sampai dengan saat ini pada drainase porkotaan antara lain:
1. Krisis ekonomi nasional berdampak kondisi keuangan pemerintah, swasta
dan masyarakat sangat menurun;
2. Lemahnya institusi pengelola prasarana dan sarana drainase terutama
dalam penyusunan program yang aplikable;
3. Perhatian terhadap operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana
drainase sangat penting;
4. Terbatasnya kemampuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan
dasarnya, kesadaran akan lingkungan hidup yang bersih dan sehat.

5.4.8 Pengertian Curah Hujan Efektif dan Curah Hujan Rata - Rata
Curah Hujan Efektif (He, Efectif Rain Fall), adalah curah hujan yang
menjadi aliran permukaan (surface run off). Dalam pengertian irigasi, curah hujan
efektif adalah curah hujan yang meresap dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan
air tanaman.
Data jumlah curah hujan (CH) rata - rata untuk suatu daerah tangkapan air
(catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang
sangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bidang pertanian data CH
sangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi , mengetahui neraca air
lahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off).

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
74
5.5 Metodologi Praktikum
5.5.1 Waktu dan Tempat
Praktikum objek drainase ini dilakukan dua kali, yaitu pada waktu
praktikum tanggal 17 Oktober 2015 dan pada praktikum mandiri tanggal 18
Oktober 2015. Praktikum berlokasi di saluran drainase Fakultas Pertanian dan
praktikum mandiri disaluran drainase gedung kuliah D.
5.5.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang diguanakan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :
1. Data curah hujan 10 tahun terakhir;
2. Meteran;
3. Alat – alat tulis.
5.5.3 Metode Praktikum
Adapun prosedur kerja yang akan dilakukan pada praktikum kali ini
adalah sebagi berikut :
1. Menentukan saluran drainase yang akan diukur volumenya;
2. Mengukur panjang saluran drainase yang akan di ukur yaitu 100 meter;
3. Mengukur volume saluran drainase berdasarkan per plot bentuk
penampangnya;
4. Mencatat hasil pengukuran dengan meteran yang dilakukan per plot;
5. Mencari volume saluran dengan memasukkan data pengukuran dengan
memasukkan ke persamaan mencari volume sesuai bentuk
penampangnya;
6. Menghitung volume curah hujan yang didapat dari data diameter
ombrometer dan data curah hujan 10 tahun terakhir;
7. Membandingkan volume saluran drainase dengan volume curah hujan
untuk mengetahui kelayakan dari saluran darinase tersebut.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
75
5.6 Hasil dan Pembahasan
5.6.1 Hasil
Tabel 8. Data Luas Penampang dan Volume Drainase Pada Praktikum

Plot P1 (m) P2 (m) L1 (m) L2 (m) S1 (m) S2 (m) V (m³)


1 1 1,1 0,47 0,55 0,40 0,47 0,2329
2 3,65 3,80 0,55 0,53 0,47 0,60 10,935
3 1,23 1,62 0,53 0,56 0,60 0,34 0,3650
4 8,05 7,55 0,56 0,56 0,34 0,56 19,656
5 1,56 1,67 0,56 0,55 0,56 0,33 0,8989
6 4,39 4,28 0,55 0,53 0,33 0,45 0,9129
7 1,77 2,05 0,53 0,50 0,45 0,23 0,3344
8 7,30 7,06 0,50 0,48 0,23 0,40 1,082
9 1,80 2,36 0,48 0,51 0,40 0,18 0,2986
10 7,30 6,64 0,51 0,47 0,18 0,54 1,2295
11 1,17 1,60 0,47 0,49 0,54 0,34 0,2986
12 5,09 4,50 0,49 0,52 0,34 0,56 1,08896
13 1,30 1,56 0,52 0,51 0,56 0,3 0,3167
14 4,73 4,94 0,51 0,53 0,3 0,38 0,823
15 1,62 1,74 0,53 0,5 0,38 0,33 0,3071
16 4,37 3,74 0,5 0,49 0,33 0,44 0,7728
17 1,17 2,06 0,49 0,48 0,44 0,3 0,2898
18 4,43 3,34 0,48 0,47 0,3 0,37 0,6182
19 4,23 3,73 0,47 0,41 0,37 0,57 0,8231
20 1,12 1,42 0,41 0,44 0,57 0,39 0,2999
21 0,38 0,50 0,41 0,44 0,39 0,38 0,07199
22 0,32 0,84 0,44 0,4 0,38 0,37 0,09135
23 1,88 1,66 0,4 0,48 0,37 0,19 0,2181
24 7 7,23 0,48 0,47 0,19 0,31 0,8449
25 2,50 2,15 0,47 0,41 0,31 0,62 0,4757
26 1,65 2,18 0,41 0,44 0,62 0,39 0,411
27 1,13 0,95 0,44 0,41 0,39 0,68 0,23647
28 0,46 2,10 0,41 0,41 0,68 0,84 0,3988
29 21,30 9,45 0,41 0,31 0,84 0,35 4,364
30 21,35 22,9 0,31 0,32 0,35 0,52 0,3179
Rata-rata 0,6986
Sumber: Hasil Analisis Data Praktikum

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
76
Tabel 9. Data Luas Penampang dan Volume Drainase Pada Praktikum Mandiri

Plot P1 (m) P2 (m) L1(m) L2(m) S1(m) S2(m) V(m3)


1 4.43 3.36 0.50 0.56 0.45 0.73 1.2180
2 25.23 26.47 0.56 0.56 0.73 0.35 7.8306
3 4 3.4 0.56 0.59 0.35 0.36 0.7553
4 27.85 26.9 0.59 0.57 0.36 0.5 6.827
5 11.79 12.47 0.57 0.6 0.5 0.73 4.486
6 25.05 25.5 0.60 0.46 0.73 0.4 7.569
7 4.9 4.76 0.46 0.65 0.4 0.27 0.898
8 4.1 3.7 0.65 0.48 0.27 0.24 0.561
9 23.1 23.99 0.48 0.57 0.24 0.46 0.2961
Rata-rata 3.382333
Sumber: Hasil Analisis Data Praktikum

Tabel 10. Data Curah Hujan


OMBRO METER
NILAI CH VOLUME
NO TAHUN CH (m) t
(mm) (m3)
d (m) (m) A (m2 )
1 2005 32.92132103 0.032921321 0.145 0.2 0.016512996 0.00054363
2 2006 31.55400542 0.031554005 0.145 0.2 0.016512996 0.000521051
3 2007 28.73155907 0.028731559 0.145 0.2 0.016512996 0.000474444
4 2008 31.15238847 0.031152388 0.145 0.2 0.016512996 0.000514419
5 2009 24.80883108 0.024808831 0.145 0.2 0.016512996 0.000409668
6 2010 23.59082786 0.023590828 0.145 0.2 0.016512996 0.000389555
7 2011 23.7062585 0.023706258 0.145 0.2 0.016512996 0.000391461
8 2012 25.38906114 0.025389061 0.145 0.2 0.016512996 0.000419249
9 2013 26.06427077 0.026064271 0.145 0.2 0.016512996 0.000430399
10 2014 26.00643058 0.026006431 0.145 0.2 0.016512996 0.000429444
Sumber: Hasil Analisis data curah hujan

5.6.2 Pembahasan
Pada saat praktikum saluran yang digunakan adalah saluran drainase
belakang jurusan agribisnis fakultas pertanian. Sedangkan saluran yang digunakan
ketika praktikum mandiri adalah saluran drainase gedung D. Saluran drainase
yang digunakan saat praktikum sama bentuknya dengan saluran drainase yang
digunakan saat praktikum mandiri aitu sama-sama berbentuk trapesium. Terdapat
perbedaan dari dua tempat yang dilakukan pengukuran tersebut. Hal ini
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
77
disebabkan ukuran yang berbeda. Kemudian volume dari kedua saluran bebeda
dikarenakan panjang , lebar dan tinggi dari saluran drainase yang di ukur tidak
sama, hal ini dikarenakan volume air yang dilewati pada masing-masing saluran
drainase berbeda, arah saluran dan topografi pada saluran drainase ini juga
mempengaruhi.
Volume rata-rata drainase yang di ukur saat praktikum rata-ratanya adalah
sebesar 0,698915525 m3 sedangkan volume saluran drainase praktikum mandiri di
gedung D rata-ratanya sebesar 3,161186134 m3. Ditinjau dari data curah hujan
yang ada yaitu data curah hujan Gunung Nago yang volume curah hujannya
sebesar 0,000514419, saluran tersebut masih dapat menampung kelebihan air
apabila terjadi hujan lebat. Hal ini dilihat dari pengukuran saluran drainase yang
diukur oleh kelompok tiga yang rata-rata volume drainase saat praktikumnya
sebesar 0,660306571 m3 dan volume saluran drainase saat praktikum mandirinya
sebesar 3,029852898. Saluran drainase yang ada di kampus UNAND masih layak
pakai karena curah hujan yang ada masih dalam toleransi volum batas yang dapat
ditampung saluran drainase tersebut.
Namun, terdapat beberapa permasalahan dari seleruh drainase yang ada di
kampus UNAND yaitu banyaknya saluran yang tertimbun oleh sampah serta
masih banyak saluran tersebut yang kurang mendapat perawatan. Akibatnya
banyak saluran drainase yang tersumbat dan bocor. Apabila keadaan ini tidak
diperhatikan, lambat laun saluran tersebut tidak akan layak pakai lagi karena tidak
dapat lagi manempung air yang ada.

5.7 Penutup
5.7.1 Kesimpulan
Dapat disumpulkan dari hasil praktikum yanng dilakukan di dua saluran
drainase di kampus UNAND yang berbeda namun memiliki bentuk yang sama
dan ukuran yang berbeda serta dapat dikatakan layak pakai. Bentuk saluran
drainase harus sesuai dengan keadaan daerah sekitar serta dengan curah hujan
yang ada disuatu daerah tersebut. Dari data curah hujan yang ada, saluran drainase
di kampus UNAND ini masih dapat menampung volume air hujan yang ada dan
dapat mencegah terjadinya banjir. Dibandingkan dengan volume yang didapatkan
oleh kelompok tiga. Hasil yang didapatka tidak begitu jauh hanya berbeda eberapa

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
78
saja. Hal ini mungkin dikarenakan human error saat melakukan pengukuran.
Kapsitas saluran yang terdapat pada saluran draenase Universitas Andalas mampu
menampung curah hujan yang terdapat pada daerah itu. Hal itu dikarenakan
kapasitas drainase lebih besar dari nilai curah hujan yang ada.
Namun, saluran drainase di kampus ini sudah mengkhawatirkan karena
banyak saluran yang tertimbun sampah dan retak-retak karena kurang mendapat
perbaikan. Lambat laun saluran draianse yang ada di kampus ini akan rusak dan
tidak layak lagi untuk dipakai.

5.8 Saran
Adapun saran yang dapat diperhatikan saat praktikum selanjutnya adalah :
1. Sebelum praktikum harap terlebih dahulu memahami materi yang akan
dipraktikumkan;
2. Lebih hati-hati dalam melakukan pengukuran dan teliti dalam membaca
skala dari hasil pengukuran;
3. Dalam melakukan perancangan saluran drainase seharusnya
mempertimbangkan curah hujan yang terjadi dengan mengambil data
minimal 10 tahun terakhir, sehingga data yang diperoleh itu lebih akurat;

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
79
BAB VI
IRIGASI TETES
6.1 Latar Belakang
Air merupakan faktor atau implemen penting bagi makhluk hidup,
terkhususnya tumbuhan. Subur atau tidaknya dan baik atau tidaknya pertumbuhan
dari suatu tanaman tergantung kepada air. Untuk memenuhi kebutuhan air untuk
tanaman perlu dilakukan hal-hal seperti kegiatan memasukkan air atau irigasi.
Pada lahan yang kering atau jarang terjadi hujan, pemberin irigasi perlu dilakukan
dengan cara yang lain. Cara yang digunakan dapat berupa pemberian air dengan
menggunakan metoda irigasi tetes
Irigasi tetes merupakan sebuah metoda yang cukup baru. Pemikiran akan hal
ini terjadi dikarenakan air tidak selalu tersedia di bawah permukaan tanah dan
terkadang air di dalam tanah tersebut habis maka kegiatan irigasi sangat perlu
dilakukan. Irigasi tetes sangat bagus untuk diterapkan karena dapat
mengefisiensikan air yang ada dengan pemberian air tanaman diberikan sesuai
kebutuhan air tanaman.
Seorang teknik pertanian diharapkan mengerti dan faham tentang irigasi
termasuk didalamnya irigasi tetes. Lulusan teknik pertanian dapat merancang
sistem irigasi tetes yang mudah digunakan dan tidak memerlukan tempat yang
begitu luas sehingga dapat meningkatkan produktifitas pertanian dalam lahan
budidaya yang kecil. Menggunakan prinsip irigasi tetes dalam budidaya pertanian
akan mengehemat pemakaian air serta meningkatkan produktifitas lahan
pertanian yang bersifat perkarangan.

6.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum kali ini adalah :
1. Mengenal sistem irigasi tetes;
2. Mempelajari dan memahami kinerja dari sistem irigasi tetes;
3. Menentukan tanaman yang cocok untuk sistem irigasi tetes;
4. Menentukan tanah yang cocok untuk sisitem irigasi tetes.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
80
6.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh setelah melakukan praktikum ini adalah :
1. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat mengetahui prinsip dari irigasi
tetes;
2. Setelah melakukan praktikum, praktikan dapat memahami kinerja dari sistem
irigasi tetes;
3. Setelah melakukan praktikum, mengetahui jenis tanah apa yang paling tepat
untuk sistem irigasi tetes;
4. Setelah melakukan praktikum, mampu menentukan tanaman yang tepat untuk
sisitem irigasi tetes;
5. Setelah melakukan praktikum, mampu melakukan perancangan debit untuk
sisitem irigasi bagi suatu tanaman.

6.4 Tinjauan Pustaka


6.4.1 Pengertian Irigasi Tetes
Sistem irigasi tetes merupakan suatu sistem irigasi yang menggunakan
tabung dan drippers untuk menghantarkan air pada tekanan rendah langsung ke
akar tanaman. Hal ini dilakukan untuk mencegah tanaman digenangi air. Air pada
irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes dengan sangat pelan dan
mempertahankan tanah dan udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk
pertumbuhan yang sehat.
Prinsip dari sistem irigasi tetes adalah pemberian air pada tanaman yang
dilakukan dengan menggunakan pipa bertekanan rendah yang dipasangi dengan
penetes dan ditempatkan sepanjang garis-garis tanaman. Dasar operasi sistem
irigasi tetes adalah memberikan air ketanaman dengan menggunakan jaringan pipa
yang memiliki tekanan rendah dan dialiri oleh air. Salah satu ciri khas dari irigasi
tetes adalah air yang dialirkan dari sumber ketanaman yang akan dialiri melalui
jaringan pipa yang ekstensif.
Irigasi tetes pertama kali dilakukan dikawasan gurun dimana air sangat
langka dan berharga. Untuk pertanian berskala besar, sistem irigasi tetes cocok
untuk tanaman yang berjajar, untuk buah-buahan dan juga irigasi di dalam
greenhouse. Bagi negara-negara maju, irigasi tetes menjadi sarana penting dalam

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
81
mensiasati pasokan air yang terbatas. Sistem irigasi tetes mudah dan cepat dalam
perakitannya.
Sistem irigasi tetes biasanya diterapkan didaerah sebagai berikut :
a. Air tersedia sangat terbatas dan mahal
b. Tanah berpasir, berbatu atau sukar didatarkan
c. Tanaman dengan nilai ekonomis tinggi
Metode pemberian air pada irigasi tetes :
1. Irigasi tetes (drip irrigation)
pada metode ini, air irigasi diberikan dalam bentuk tetesan yang hampir terus-
menerus dipermukaan tanah sekitar daerah perakaran dengan menggunakan
emitter
2. Irigasi bawah permukaan
air irigasi diberikan dibawah permukaan dengan menggunakan emitter
3. Bubbler irigation
air irigasi diberikan dipermukaan tanah seperti aliran kecil menggunakan pipa
kecil dengan bebit sampai dengan 225/jam
4. Irigasi percik
air irigasi diberikan dengan menggunakan penyemprot kecil kepermukaan
tanah
Sistem irigasi tetes umumnya didesain dan dioperasikan untuk memberikan
air irigasi dengan debit rendah dan kerap serta membasahi sebagian dari
permukaan atanah. Desain irigasi tetes merupakan integrasi dari komponen-
komponen emitter, pipa, katub, filter dll menjadi satu susunan sistem, pada
kondisi tanah air, dan peralatan yang terbatas. Beberapa faktor ekonomis seperti
kesesuaian, invertasi awal, tenaga kerja menjadi kendala desain. Ditambah lagi
dengan peralatan yang mahal serta faktor ekonomi.

6.4.2 Komponen-Komponen Sistem Irigasi Tetes


Komponen-komponen yang digunakan dalam irigasi tetes meliputi :
1. Pipa : pipa merupakan saluran air pada sistem irigasi tetes yang berfungsi
mengalirkan air dari sumbernya ke unit penetes.
2. Nozzle : berfungsi sebagai penetes air ke tanaman.
3. Kran : berfungsi sebagai pengatur aliran air.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
82
4. Pompa : berfungsi untuk menaikkan atau menghisap air dari sumber air
kemudian membuat tekanan dan debit yang diperlukan untuk irigasi tetes
sehingga air dapat terdistribusi dengan baik.
5. Filter : digunakan untuk menyaring debu-debu yang halus, bahan organik,
lendir-lendir yang halus dan bakteri agar tidak terjadi penyumbatan.
6. Pipa lateral : berguna menyalurkan nutrisi dari setiap titik pengaliran pipa sub
utama melalui selang mikro ke setiap emitter dan selanjutnya ke masing-
masing tanaman.
7. Tabung Marihot
Tabung marihot merupakan tabung untuk mengalirkan air dengan head sesuai
dengan rancangan (20 cm-250 cm). Menurut Tussi (2006), tabung marihot
digunakan sebagai wadah atau tangki air irigasi dan larutan nutrisi yang
dapat mengalirkan aliran debit tetap dan debit akan berubah pada elevasi yang
berbeda. Bagian dari tangki dilengkapi dengan selang seling untuk saluran
pemasukan udara dan aliran pengairan.
8. Kran
Kran berfungsi sebagai pengatur aliran air.
9. Tanah Inceptisol
Kata Inceptisol berasal dari kata inceptum yang artinya permukaan yang
memiliki horizon belum berkembang dan cukup subur.

Sarana utama dari perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi yang baik
adalah memperoleh kapasitas sistem yang bisa mencukupi kebutuhan air diseluruh
tanaman. Hubungan anatara debit penetes minimum dan rata-rata merupakan
faktor terpenting dalam pemakaian sistem irigasi tetes. Tingkat keseragaman
sistem irigasi tetes ini dinyatakan sebagai keseragaman tetes.

6.4.3 Manfaat Irigasi Tetes


Adapun manfaat dari penggunaan irigasi tetes adalah :
1. Pemberian air pada tanaman bersamaan dengan nutrisi atau zat hara yang
telah dicampur akan lebih efektif;
2. Irigasi tetes tidak memerlukan lahan yang luas untuk pemasangan sarana;
3. Tidak memerlukan tenaga yang banyak;
4. Menyediakan air selama musim kemarau;
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
83
5. Membantu penyimpanan air dan menghemat persediaan air selama seminggu;
6. Menyalurkan air ke tempat yang kami inginkan; dan yang terpenting;
7. Mengusahakan tanah tempat media tumbuh tanaman selalu basah terairi
tetesan air dan cukup untuk mengairi tanaman buah atau tanaman lain di
halaman belakang rumah kami yang ada di dalam pot.

6.4.4 Kelebihan Irigasi Tetes


Irigasi tetes memiliki kelebihan, yaitu :
1. Tingkat perkolasi dan evaporasi lebih rendah dengan cara pengelolaan yang
tepat
2. Kebutuhan tenaga kerja lebih rendah serta sistem irigasi tetes dapat
dioperasikan secara otomatis
3. Pengontrolan laju air lebih mudah dikendalikan sehingga tidak terjadi
pemborosan dalam penggunaan air
4. Bakteri dan hama penyakit yang tergantung pada lingkungan lembab dapat
dikurangi
5. Air langsung dapat diserap oleh akar tanaman

6. Gulma lebih mudah dikendalikan, terutama pada daerah lahan yang tidak diairi.

6.4.5 Kekurangan Irigasi Tetes


Irigasi tetes memiliki kekurangan, yaitu :
1. Biaya investasi yang tinggi sehingga banyak para petani kalangan menengah
kebawah yang mengeluh
2. Terjadinya penyumbatan pada komponen sistem
3. Emitter tidak bekerja tidak begitu baik untuk tanaman tertentu karena masalah
salinitas.
4. Garam-garam cenderung tertumpuk disekitar tepian permukaan yang basah.
Karena sistem ini biasanya hanya membasahi bagian dari volume potensial
tanah-akar, perakaran tanaman bisa terbatas hanya pada volume tanah di dekat
tiap emitter (Schwab, 1992).

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
84
6.4.6 Tanaman yang Cocok Dengan Irigasi Tetes adalah :
Tidak semua tanaman yang cocok dengan irigasi tetes. Hal ini dikarenakan
dengan adanya perbedaan kebutuhan air tanaman pada setiap tanaman. Berikut
contoh tanaman yang cocok untuk irigasi tetes :
1. Cabai merah
Cabai merah dalam pertumbuhan tidak terlalu banyak memerlukan air, untuk
itu irigasi yang dalam penggunaan air yang sedikit seperti irigasi tetes sangat
cocok diterapkan.
2. Sawi putih
Sama halnya dengan cabai merah, sawi putih juga tidak membutuhkan air yang
banyak. Sehingga air yang berlebih dapat dimanfaatkan ke tanaman lainnya.
3. Jagung
Jagung merupakan tanaman yang tergolong sedikit dalam penggunaan air.
Dalam budidaya jagung, air yang sedikit dapat dimanfaatkan.
4. Kedelai
Kedelai termasuk tanaman yang cocok untuk menerapkan sistem irigasi tetes
karena kedelai tidak terlalu banyak dalam penggunaan air.

6.4.7 Negara yang Menggunakan Sistem Irigasi Tetes


Adapun beberapa negara yang menggunakan irigasi tetes yaitu:
1. Jerman
Salah satu tanaman yang dibudidayakan menggunakan irigasi tetes di negara
Jerman yaitu salah satunya mentimun. Sedangkan tiap tanahnya yaitu tanah
gambut ( jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tumbuhan yang
setengah membusuk).
2. Indonesia
Tanaman yang dibudidayakan menggunakn irigasi tetes di Indonesi cukup
banyak yaitu, cabai, tomat, durian dan lain lain. Selain itu ada tanaman cendana
yang terdapat di Nusa Tenggara timur. Jenis tanah yang digunakan adalah
tanah marginal.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
85
3. India
Tanaman yang dibudidayakan di negara ini yaitu tanaman tebu dan tanaman
pisang, jenis tanahnya yang digunakn untuk irigasi tetes yaitu kebanyakan
tanah gembur.
4. Amerika Serikat
Tanaman yang dibudidayakan menggunakan irirgasi tetes di negara ini adalah
tanaman tembakau, jenis tanahnya tanah regosol ( tanah yang berbutir kasar
dan berasal dari material gunung berapi).

6.4.8 Literatur Tanah yang Digunakan Pada Praktikum


1. Tanah gembur
Tanah gembur merupakan jenis tanah yang paling baik untuk tanaman.
Pasalnya, tanah gembur memiliki rongga-rongga yang cukup untuk menyimpan
air dan udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Tata udara yang baik
dan kandungan air cukup akan menciptakan struktur yang baik bagi tanah. Karena
kondisi ini menguntungkan bagi mikroorganisme tanah yang berperan dalam
proses dekomposisi mineral dan zat organik tanah, sehingga zat h hara yang
dibutuhkan tanaman mudah diserap oleh akar tanaman. Tingkat evaporasinya
sedang, dikarenakan ruang pori jenis tanah ini cukup baik dibandingkan tanah
padat.
2. Tanah pasir
Tanah pasir juga berstuktur kurang baik, sehingga hampir semua tanaman
yang tumbuh diatasnya tidak akan subur. Partikel-partikel tanah pasir sangat kasar
dan memiliki banyak rongga, sehingga air sangat mudah masuk kedalam pori-pori
tanah. Sayangnya partikel pasir tidak saling melekat satu sama lain, Akibatnya air
dan zat hara yang masuk sulit tersimpan. Memiliki laju perkolasi sebesar 13 mm/
hari. Tingkat evaporasi tanah ini termasuk rendah, dikarenakan tekstur tanah nya
tidak mudah dilewati air.
3. Tanah padat
Tanah bertekstur padat atau gumpal memiliki tingkat kesuburan yang rendah.
Karena partikel-partikel tanah padat tersusun sangat rapat, bahkan saling merekat
erat satu sama lain. Dengan merapatnya partikel-partikel tanah tersebut, maka
hampir tidak ada lagi celah atau rongga yang tersisa untuk sirkulasi air dan udara

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
86
didalamnya. Akibatnya, udara, air dan unsur hara yang terlarut didalamnya sulit
diserap akar tanaman kareana terjerat partikel tanah. Sedangkan tingkat evaporasi
tanah berpasir termasuk tinggi, dikarenakan tekstur tanah yang mudah dilewati
air.

6.5 Metodologi Praktikum

6.5.1 Lokasi dan Waktu


Praktikum irigasi tetes ini dilakukan pada hari minggu tangal 24 Oktober
2015 pukul 06.30 sampai selesai. Praktikum dilakukan di belakang bengkel
Teknik Pertanian, Universitas Andalas.

6.5.2 Alat dan Bahan


a. Alat
1. Selang infus;
2. Manometer air;
3. Gelas ukur;
4. Penampung air;
5. Stopwatch;
6. Kran pengatur debit;
10. Unit penetes;
11. Tabung infus;
12. Polibek;
13. Tali raffia;
14. Penggaris;
15. Pisau carter.
16. Gelas aqua
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum irigasi tetes, yaitu:
1. Tanah gembur 4 polibek;
2. Tanah padat 2 polibek;
3. Tanah pasir 1 polibek;
4. Tali raffia.
5. air

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
87
6.5.3 Metode Praktikum

Gambar 33. irigasi tetes


Sumber : ftsl.itb.ac.id
1. Siapkan semua alat dan bahan;
2. Semua tanah sudah dalam keadaan kering;
3. Letakkan masing-masing tanah dengan jarak yang sesuai dengan emitternya;
4. Letakkan tanah yang ada di dalam polibek tepat berada di tengah-tengah
penetes;
5. Pasang penetes dengan jarak seragam pada lateral. Atur jarak antara emitter
dengan permukaan tanah;
6. Alirkan air melalui lateral dengan tekanan air yang diatur dengan kran
pengatur debit;
7. Atur waktu air yang jatuh ke tanah dan ke gelas aqua yaitu 1 tetes/detik;
8. Tunggu selama 1 jam.dengan waktu air menetes dari emitter ke gelas dan
aqua yaitu 1 tetes/detik;
9. Gunting polibek yang berisi tanah tersebut;
10. Ukur diameter dan tinggi tanah yang terkena air;
11. Catat hasil pengukuran tersebut.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
88
6.6 Hasil dan Pembahasan
6.6.1 Hasil
Tabel 11. Data Infus
Diameter Tinggi Volume Debit
Jenis tanah
(cm) (cm) (m3) (m3/s)
Tanah berpasir 11,6 8,8 9,295 x 10-4 1. 2,582 x 10-7
Tanah padat 1 10,3 14,1 1,174 x 10-3 3,261 x 10-7
Tanah Gembur 14,9 14,4 2,509 x 10-3 6,971 x 10-7
kapalo koto
Tanah gembur 14 910,6 1,631 x 10-3 4,530 x 10-7
pasar baru
Sumber : Hasil Analisis Praktikum

Tabel 12. Data Volume Infus


V (ml) V (m3) t (s) Q (m3/s)
185 185 x 10-6 3600 5,138 x 10-8
Sumber : Hasil Analisis Praktikum

Tabel 13. Pipa Bertekanan Rendah


Diameter Tinggi V Volume Debit
Jenis tanah
(cm) (cm) (m3) (m3/s)
Debit 190 x 10-6 5,278 x 10-8
Tanah padat 2 8,9 15,6 9,700 x 10-4 2,694 x 10-7
Tanah gembur 9,5 10,6 7,509 x 10-3 2,086 x 10-7
kuranji
Sumber : Hasil Analisis Praktikum

Tabel 14. Data Volume Pipa Bertekanan Rendah


V (ml) V (m3) t (s) Q (m3/s)
-6
190 190 x 10 190 x 10-6 5,278 x 10-8
Sumber : Hasil Analisis Praktikum

6.6.2 Pembahasan
Pada saat praktikum irigasi tetes ini menggunakan infus dan pipa bertekanan
rendah serta menggunakan lima jenis tanah yang digunakan, tanah-tanah tersebut
adalah tanah berapsir, tanah padat, tanah gembur kapalo koto, pasar baru, dan
kuranji. Pemilihan berbagai jenis tanah ini dimaksud untuk menilai jenis tanah apa
yang bagus untuk irigasi tetes dan juga menilai tingkat lengas tanah sehingga bisa
di jadikan sebagai perbandingan . Tanah yang digunakan sebelumnya dkeringkan
terlebih dahulu agar tanah tidak jenuh dengan air dan tidak mengganggu pada saat
pengambilan data.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
89
Setelah praktikum dilaksanakan dilakukan perhitungan diameter basah dari
masing-masing tanah. diameter basah yang paling tinggi pada alat tabung inpus
adalah Tanah gembur kapalo koto dengan nilai 14,9 cm. Hal ini mungkin saja
karena memiliki postur yang gembur dengan porositas yang tinggi. Sedangkan
diameter yang paling kecil adalah tanah padat dengan nilai 10,3 cm, hal ini
dikarenakan tanah padat mempunyai tekstur yang berbongkah-bongkah dan sulit
untuk menyerap air. Urutan tingkatan diameter basah tanah pecobaan yang
terbesar hingga terkecil berurut dimulai dari tanah gembur kapalo koto 14,9 cm,
pasar baru 14 cm, tanah berapsir11,6 cm, dan terakhir tanah padat 10,3 cm.
Dilihat dari data hasil praktikum dengan menggunakan pipa bertekanan
rendah, dapat dilihat jenis tanah yang memiliki diameter terbesar adalah tanah
gembur kuranji dengan nilai 9,5 cm dan yang terkecil adalah tanah padat dengan
nilai 8,9. Tanah yang digunakan untuk pipa bertekanan rendah ini digunakan dua
jenis tanah yaitu padat dan gembur yang diambil diwilayah kuranji.
Dilihat dari ketinggian tanah yang basah pada percobaan menggunakan
tabung infus dan pipa bertekanan rendah jika dirata-ratakan tanah padat memiliki
ketinggian yang paling tinggi dengan nilai 14,85 cm. Hal ini dikarenakan tanah
padat memiliki banyak rongga-rongga kosong yang terdapat didalamnya, sehingga
jika terkena air akan langsung meloloskan air kebawah permukaan. Sedangakn
menurut data yang didapatkan, tanah yang memiliki ketinggian basah yang
terkecil adalah tanah berpasir dengan nilai 8,8 cm. Hal ini dikarenakan pada tanah
berpasir terdapat partikel-partikel tanah yang sangat halus dan bisa dianggap debu
yang membuat rongga-rongga pada permukaan tanah menjadi tertutup dan
membuat air susah mengalir kebawah permukaan tanah.
Berdasarkan data yang didapatkan dari praktikum debit yang mengalir pada
tabung infus lebih kecil dari pipa bertekanan rendah.namun perbedaan debitnya
tidak begitu besar hanya 0,13889 m3/s dan dapat dikategorikan sama. Perbedaan
ini mungkin saja terjadi kekurangan cermatan dalam mengukur tetesan air yang
keluar dari slang. Pada saat praktikum terdapat beberapa faktor-faktor yang
mempengaruhi perhitungan irigasi tetes seperti permukaan tanah yang tidak rata,
keceatan angin, tanah yang kurang kering sehingga sulit untuk melihat diameter
basah pada tanah percobaan.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
90
6.7 Penutup
6.7.1 Kesimpulan
Pada praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa diameter
basah tanah ditentukan oleh postur tanah dan tingakt porositas tanah. Kedalaman
basah tanah ditentukan tingkat banyak atau tidaknya rongga yang terdapat pada
tanah untuk meloloskan air kebawah permukaan. Dimameter tanah terbesar yabg
didapatkan saat praktikum adalah tanah gembur kapalo koto dengan nilai 14,9 cm
dan yang terkecil adalah tanah padat dengan nilai 10,3 cm. Dalam pemberian air
pada sistem irigasi tetes dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti human error,
dan arah angin serta kedataran permukaan tanah. Untuk sistem irigasi tetes,
metode yang paling cocok digunakan adalah metode infus karena volume air yang
diberikan dapat diatur dengan baik dan mudah.
Jumlah volume air yang dikeluarkan oleh tabung infus lebih kecil jika
dibandingkan dengan pipa bertekanan rendah. Hal ini mungkin saja karena factor
human error pada saat pengukuran jumlah tetesan dalam satuan detik.
6.7.2 Saran
Adapun saran yang dapat diperhatikan untuk praktikum selanjutnya yaitu :
1. Sebelum melakukan praktikum, harap terlebih dahulu menyediakan alat dan
bahan;
2. Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu pahami prosedur kerja serta
literatur yang menjelaskan tentang sistem irigasi tetes;
3. Harap tidak bermain-main saat melakukan praktikum agar tidak terjadi
kesalahan/ human error yang dapat berakibat data yang didapatkan tidak
akurat;
4. Hindari melakukan kesalahan-kesalahan dan perhatikan pendistribusian air
yang dilakukan;
5. Diharapkan asisten pendamping agar lebih mejelaskan tentang irigasi tetes
dan menjelaskan cara penerapan yang baik;
6. Asisten bersedia menjelaskan kembali disaat praktikan kurang memahami;
7. Jika alat dan bahan tidak lengkap, maka praktikan akan gagal dalam objek
tersebut.

NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)


NO.BP : 1311111039

Anda mungkin juga menyukai