Laporan Akhir Praktikum Teknik Irigasi D PDF
Laporan Akhir Praktikum Teknik Irigasi D PDF
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoletti;
2. Mengukur debit dengan pelampung;
3. Mengukur debit dengan current meter.
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
2
1.3 Manfaat
Setelah melakukan praktikum kali ini manfaat yang dapat diperoleh oleh
praktikan adalah :
1. Bisa menentukan hubungan head dengan debit pada bangunan ukur cipoletti;
2. Praktikan bisa mengetahui pengukuran debit dengan menggunakan pelampung;
3. Praktikan juga dapat mengukur debit dengan current meter.
1.4 Tinjauan pustaka
1.4.1 Pengetian debit
Debit merupakan satuan besaran air yang keluar dari daerah sungai. Satuan
debit yang digunakan dalam satuan SI adalah meter kubik per detik (m3/s).
Menurut Asdak, debit aliran merupakan laju aliran air dalam bentuk volume air
yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam
satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik.
Keterangan :
V : Kecepatang aliran
A : Luas penampang
Dengan demikian dalam pengukuran tersebut disamping harus mengukur
kecepatan aliran, diukur pula luas penampangnya. Distribusi kecepatan untuk tiap
bagian pada saluran tidak sama, distribusi kecepatan tergantung pada :
a. Bentuk saluran
b. Kekasaran saluran dan
c. Kondisi kelurusan saluran
b : Lebar
Keterangan :
Q : debit air
H : head
K dan n : konstanta
Besarnya nilai k dan n ditentukan dari turunan pertama persamaan energi
dari penampung saluran yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan pengukuran debit
air secara langsung dengan bangunan Cipoletti biasanya lebih mudah dengan
memperhatikan daftar debit air yang tersedia.
a. ukur terlebih dahulu lebar permukaan atas air dan lebar dasar permukaan
air kemudian tentukan titik pengamatan sebanyak 5 meter dengan tiap
titik dengan jarak 1 m;
b. Ukur tinggi air dengan rambu ukur dalam satuan sentimeter;
c. Jika tinggi air memiliki 0,0 – 0,6 m maka titik yang diambil sebanyak 1
titik dan jika tinggi air memiliki 0,6 – 3,0 m maka titik yang diambil
sebanyak 2 titik;
d. Pemasangan propeller pada stik ukur sesuai hasil perkalian antara tinggia
air pada suatu titik terhadap kriteria titik yang ditentukan;
e. rangkai komponen current meter, atur waktu di CDU, yang diambil dari
kiri atau kanan tepi saluran. Kemudian pasangkan propeller terhadap stik
ukur yang telah terhubung dengan CDU yang terlebih dahulu dipasang
baterai sebagai sumber arusnya. Warna hitam bernilai 1 cm, warna kuning
bernilai 5 cm dan warna merah bernilai 10 cm;
f. Kemudian hidupkan current meter dan baca nilai yang teretra pada layar
display dengan nilai kecepatan yang diambil yaitu nilai real dan nilai
average serta waktu yang dipakai yakni 45 detik.
0,66 0,6745
0,64
0,62
1. 0,215 0,74
Sekunder 2. 0,214 0,72 0,6529
3. 0,214 0,69
Sumber : Analisis Data Praktikum
1.6.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum pengukuran debit disaluran primer menggunakan
current meter, pelampung dan cipoletti terlihat ada perbedaan data yang didapat
pada meskipun salurannya sama. Nilai debit rata-rata yang didapatkan secara
berurutan adalah sebesar 1,0796 m3/s , 1,1764 m3/s , dan 1,1761 m3/s.
Berdasarkan data yang didapatkan, pengukuran dengan menggunakan current
meter nilai yang didapatkan lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya. Hal
ini mungkin saja dikarenakan faktor human error pada saat pengukuran laju aliran
dan kedalaman.
Pada saluran sekunder juga diukur besarnya debit yang mengalir
menggunakan current meter, pelampung dan cipoletti. Nilai rata-rata debit yang
didapat secara berurutan sebesar 0,6618 m3/s, 0,7232 m3/s dan 0,5682 m3/s . Dari
data yang didapatkan terlihat bahwasanya laju aliran atau debit air yang terbesar
terdapat saat pengukuran dengan menggunakan pelampung. Hal ini disebabkan
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran debit seperti dipengaruhi oleh
permukaan air irigasi yang mengalir.
Laju aliran atau debit yang diukur dengan current meter, pelampung dan
cipoletti pada saluran primer lebih besar dari pada saluran sekunder. Hal ini
disebabkan saluran primer lebih besar daripada saluran sekunder, selain itu karena
1.7 Penutup
1.7.1 Kesimpulan
Praktikum pengukuran debit disaluran terbuka dilakukan pada irigasi gunung nago
dimana untuk menentukan debit air pada irigasi tersebut menggunakan 3 metoda yaitu
pelampung, cipoletti dan current meter. Pengukuran ini dilakukan pada saluran sekunder
maupun primer. Hasil yang didapatkan berbeda dalam pengukuran debit meskipun
dilakukan pada area dan luasan yang sama pada masing-masing metode ini dikarenakan
pengaruh saluran antara primer dan sekunder berbeda karena ukuran, luasan dan aliran air
yang mengalir pada primer lebih besar dari sekunder
Besar debit yang didapat dari saluran primer dan sekunder. Nilai debit yang besar
didapatkan pada saluran primer, faktor yang mempengaruhi pengukuran debit yaitu
dipengaruhi oleh luasan penampang saluran itu sendiri, besar aliran, kegiatan masyarakat
pada kegiatan sore hari sedangkan pada pagi hari hanya pengaruh alam seperti angin serta
intesitas hujan, radiasi matahari dan lainnya. Dapat dilihat bahwa pengukuran debit yang
paling efektif pada pagi hari karena masih pengaruh alam yang menjadi penghalang.
1.7.2 Saran
Adapun saran yang harus diperhatikan dalam melakukan praktikum
pengukuran debit aliran yaitu :
1. Pahami semua literatur yang ada tentang pengukuran debit aliran terkhusunya
dengan metoda-metoda yang akan digunakan;
2. Perhatikan keadaan lingkungan yang dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi nilai debit yang didapatkan;
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
14
3. Jangan bercanda ketika melakukan pengukuran debit karena dapat berdampak
kepada kesalahan dalam menghitung nilai yang ditunjukkan oleh alat yang
digunakan yang akan berdampk kepada human error;
4. Hendaknya lakukan beberapa kali pengulangan untuk mendapatkan hasil yang
akurat.
2.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh setelah melakukan praktikum ini adalah:
1. Mengetahui bangunan yang ada pada suatu jaringan irigasi sehingga
mampu untuk mengelolanya;
2. Bisa membaca kode serta pembuatan nama bangunan irigasi dengan
mudah;
3. Mampu mengaplikasikan jaringan irigasi pada suatu wilayah tertentu.
Gambar 1. Bendung
Sumber : pustaka.pu.go.id
Gambar 2. Bendungan
Sumber : http://www.panoramio.com
2.4.6 Bangunan-bangunan Irigasi
1. Bangunan utama
Dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk dialirkan ke
seluruh daerah irigasi yang dilayani. Bangunan utama ini diklasifikasikan ke
dalam beberapa kategori yaitu bendungan, pengambilan bebas, pengambilan dari
waduk, stasiun pompa.
2. Bangunan pembawa
Mempunyai fungsi membawa atau mengalirkan air dari sumbernya menuju
petak irigasi. Bangunan pembawa meliputi saluran primer, sekunder, saluran
tersier serta saluran kuarter.
3. Bangunan bagi dan sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran
primer,sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh
saluran yangbersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan kuarter bangunan
bagi ini masingmasingdisebut boks tersier dan boks kuarter. Bangunan sadap
tersier mengalirkan airdari saluran primer atau sekunder menuju saluran tersier
penerima. Dalam rangka penghematan bangunan bagi dan sadap dapat digabung
menjadi satu rangkaian bangunan.
Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3
(tiga) bagian utama, yaitu :
2.7.2 Saran
Sebagai saran dalam melakukan praktikum untuk kedepannya yaitu :
1. hendaknya pratikan lebih serius dalam menjalani pratikum;
2. untuk masayarakat hendaknya tidak lagi melakukan kegiatan yang dapat
mengurangi kualitas air irigasi tersebut, seperti pada kegiatan mencuci dan
pembuangan sampah ke saluran tersebut;
3. hendaknya juga masyarakat menjaga keadaan saluran irigasi dengan
membersihkannya dalam beberapa waktu serta melakukan renovasi pada
saluran yang mulai mengalami kerusakan;
4. Praktikan harus membawa sketsa symbol-sombol bangunan irigasi agar lebih
mengerti;
5. Asisten dapat menjelaskan pengertian dan fungsi masing-masing dari bangunan
irigasi yang ada;
6. Memberikan keterangan yang baik dan mudah dimengerti pada praktikan.
3.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
a. Menentukan besarnya nilai kebutuhan air tanaman;
b. Menentukan evaporasi yang terjadi perhari;
c. Menentukan curah hujan yang terjadi perhari.
Dimana :
ET0 = Evapotranspirasi acuan (mm/hari)
Rn = Radiasi netto pada permukaan tanaman (MJ/m2/hari)
G = Kerapatan panas terus-menerus pada tanah (MJ/m2/hari)
T = Temperatur harian rata-rata pada ketinggian 2 m (oC)
V2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m (m/s)
Cs = Tekanan uap jenuh (Kpa)
Ca = Tekanan uap aktual (Kpa)
D = Kurva kemiringan tekanan uap (Kpa/ oC)
g = Konstanta Psychometric (KPa/ oC)
Kebutuhan air tanaman dinyatakan dengan rumus :
. ............................................................................ (7)
3.7 Penutup
3.7.1 Kesimpulan
Dengan menggunakan software cropwat output data yang dihasilkan pada
tanaman cotton pada stasiun Koto Tuo dapat diketahui kapan mulai menanam dan
serta dapat memprediksi masa panen. Terlihat bahwa jumlah Eff rain jumlah
curah hujan tidaklah begitu tinggi sedangkan ETc atau evapotranspirasi tinggi
sehingga dibutuhkan air tambahan dari irigasi untuk memenuhikebutuhan air
tanaman.
Efisiensi curah hujan yang terjadi cukup rendah sedangkan Irr. Req yang
didapatkan nol. Berarti curah hujan tidak mencukupi karena kebutuhan air
irigasinya cukup banyak diperlukan atau irigasi tambahan diperlukan. Dengan
demikian tanaman cotton ini cocok ditanam didaerah tersebut namun harus ada
tambahan air dari saluran irigasi karena curah hujan tidak mencukupi untuk
keadaan tanahnya.
3.7.2 Saran
Adapun saran yang dapat diperhatikan oleh praktikan selanjutnya adalah :
1. Sebaiknya data yang di input sesuai yang sebenarnya, agar output yang
dihasilkan sesuai perencanaan yang terjadi di lapangan, seperti jenis tanah yang
di input di software cropwat sesuai dengan jenis tanah pada daerah Koto Tuo
agar perencanaannya tepat sasaran;
2. Untuk praktikan selanjutnya lebih teliti lagi dalam pelaksanaan praktikum dan
mengikuti sesuai prosedur kerja yang telah ditentukan sehingga hasil yang di
dapatkan dapat menjadi acuan ilmu khusus dalam bidang irigasi pada suatu
tanaman;
3. Harap sungguh-sungguh dalam melakukan praktikum agar tidak terjadi
kesalahan-kesalan yang tidak diinginkan.
4.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah praktikum adalah :
1. Praktikan dapat mengetahui kebutuhan air tanaman;
2. Praktikan dapat mengetahui besarnya terjadi evaporasi perhari;
3. Praktikan dapat menentukan curah hujan perhari.
Keterangan :
R rata-rata = curah hujan rata-rata wilayah
Rn = curah hujan pada stasiun n
Dimana :
Rrata-rata = curah hujan rata-rata (mm)
A1,A2,An = luas daerah polygon 1,2,...,n (km2)
R1,R2,Rn = curah hujan maksimum pada stasiun 1,2,...,n (mm)
3. Metode isohyet
Metode isohyet adalah metode penentuan curah hujan wilayah berdasarkan
kontur curah hujan berdasarkan data curah hujan yang ada di dalam DAS dan di
sekitar wilayah. Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang.
4. Metode Blaney-Criddle
6. Metode Penmant
Metode Penmant membutuhkan data metereologi berupa suhu udara,
kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran dan intsitas radiasi. Persamaan
yang digunakan adalah :
. ....................................... (15)
Keterangan :
ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
c = faktor koreksi akibat kondisi siang dan malam
W = faktor tertimbang yang dipengaruhioleh suhu udara
Rn = radiasi netto (mm/hari)
……………………………………… (17)
Keterangan :
IG = kebutuhan air irigasi (m3),
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari),
RW = kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (mm/hari),
P = perkolasi (mm/hari),
ER = hujan efektif (mm/hari),
EI = efisiensi irigasi (-),
A = luas areal irigasi (m2).
Kebutuhan air konsumtif atau kebutuhan air konsumsi memiliki makna
bahwa setiap tanaman akan memiliki kebutuhan tertentu terhadap air sehingga
antara tanaman satu dengan lainnya akan memiliki kebutuhan yang berbeda dalam
menggunakan air. Dengan menggunakan standar yang sudah ada maka besarnya
kebutuhan air konsumtif dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
. .............................................................................. (18)
Keterangan :
Etc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari),
Eto = evapotranspirasi (mm/hari),
kc = koefisien tanaman.
………………………………………………... (20)
keterangan :
Etc : kebutuhan air untuk tanaman (mm/hari)
Kc : koefisien tanaman
Eto : Evapotranspirasi rujukan
T : suhu rata-rata harian selama 1 bulan
b. Metode radiasi
Metode radiasi membutuhkan data metereologi berupa suhu udara dan
panjang hari, persamaan yang digunakan adalah :
………………………………….......……...(21)
……………………………………….......…(22)
Keterangan :
ETo = Evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C = Faktor koreksi yang tergantung kelembaban dan kecepatan angin
W = Faktor tertimbang yang bergantung pada suhu udara dan altitude
Rs = Radiasi gelombang pendek yang diterima bumi(mm/hari)
n = Lama penyinaran actual
N = Lama penyinaran maksimum
Ra = Radiasi teresterial
c. Metode Penmant
Metode ini memerlukan data temperatur, kelembaban udara, persentase
penyinaran dan kecepatan angin.
Persamaan yang digunakan adalah :
………………………….(23)
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
50
Keterangan :
ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
c = faktor koreksi akibat kondisi siang dan malam
W = faktor tertimbang yang dipengaruhioleh suhu udara
Rn = radiasinetto (mm/hari)
…………………………………………………………. (24)
)…………………………….(27)
Keterangan :
P = tebal hujan (mm)
n = jumlah stasiun pengamatan
CH = Curah hujan rata-rata wilayah
Chi = Curah hujan pada stasiun i
N = Jumlah stasiun penakar hujan
f. Metode Thiessen
Metode ini memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan
untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Meskipun belum dapat
memberikan bobot yang tepat sebagai sumbangan suatu stasiun hujan untuk hujan
daerah.
Metode poligon Theissen didasarkan pada anggapan bahwa sebuah stasiun
hujan dapat mewakili pengamatan tebal hujan pada wilayah dengan unit luasan
tertentu dan dibatasi oleh garis tegak lurus yang menghubungkan stasiun hujanlain
yang berada di dekatnya. Persamaan yang digunakan adalah :
Keterangan:
CH = curah hujan (mm)
A = luas wilayah polygon theissen (km2)
………………………………………………………(28)
c. Evapotranspirasi
e. Limpasan permukaan
Limpasan permukaan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah dan mengakut partikel-partikel tanah. Limpasan terjadi karena
intesitas hujan yang jatuh disuatu daerah melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju
infiltrasi terpenuhi air akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah.
Keterangan :
Tabel 7. Infiltrasi
No F(mm) Fo fc F Vf Vt
(mm) (mm) (mm) (mm/jam) (m3)
10 10 10 10 10 10
1 8 9 10 10 10 10 8 1 5.933 6.906 34669.315
2 6 7 8 8 8 8 6 1 4.523 5.219 2619808.2
3 5 6 7 7 7 7 5 1 3.819 4.375 21962.466
4 8 11 13 13 13 13 8 2 6.228 7.0625 35453.699
5 9 10 12 12 12 12 9 2 6.933 7.906 39689.315
6 8 10 11 11 11 11 8 1 5.933 6.906 34669.315
7 8.5 11 12 12 12 11 8.5 1 6.285 7.328 36787.124
Sumber : Hasil Analisis Data Praktikum
Keterangan :
F = Infiltrasi setiap 10 menit
Fo = Ruang kosong 10 menit pertama
f = Infiltrasi
FC = Tinggi ruang kososng setelah jenuh
Vf = Volume Infiltrasi
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
57
Vt = Volume total infiltrasi
4.6.2 Pembahasan
Berdasarkan data hasil pengukuran curah hujan, evaporasi dan infiltrasi.
Didapatkan nilai curah hujan tertinggi pada pengamatan pertama dengan
menggunakan kaleng pada hari pertama, yaitu sebesar 11.938 mm, dan nilai curah
hujan terendah yaitu pada hari ke dua, tiga, lima, enam, dan hari ketujuh sebesar 0
mm. Sedangkan pada ombrometer, data curah hujan tertinggi adalah pada hari
pertama dengan nilai sebesar 11.303 mm dan yang terendah pada hari ke empat
hingga ke tujuh dengan nilai sebesar 0 mm. data 0 didapatkan karena pada hari
pengukuran tidak terjadi hujan, atau hanya terjadi hujan sedikit saja dan juga
karna faktor human error.
Berdasarkan data evaporasi, Evaporasi tertingggi terjadi pada hari pertama
dengan nilai 6,938 mm, sedangka yang terendah adalah pada pengamatan hari ke
enam dan ketujuh dengan nilai 1 mm. nilai evaporasi pada hari perama cukup
tinggi dikarenakan pada paginya hingga siang penyinaran matahari cukup tinggi
walaupun mlmnya terjadi turun hujan. Jika curah hujan tinggi biasanya evaporasi
yang terjadi biasanya rendah. Namun pada data, terdapat evaporasi yang tinggi
disaat curah hujan juga tinggi. Hal ini terjadi karena pada siang harinya
penyinaran matahari cukup terik, namun pada malam hari turun hujanyang lebat.
Berdasarkan data infiltrasi yang didapatkan, infiltrasi yang tertinggi pada
hari ke 5 dengan nilai 7,90 mm. Infiltrasi yang terendah terjadi pada hari ke tiga dengan
nilai 4,37 mm. Pada saat pengukuran data infiltrasi beberapa kali mengalami
masalah. Masalahnya seperti terdapatya tanah bekas galian yang membuat tekstur
tanah menjadi lunak dan membuat air langsung masuk kedasar tanah dengan
cepat. Selain itu terdapatnya batu-batu kecil dan besar dalam tanah yang
mengganggu pengambilan data. Pada saat hari hujan biasanya daya serap tanah
akan berkurang atau infiltrasi juga berkurang. Karena air hujan membuat tanah
menjadi jenuh akan air. Lamanya penyinaran matahari mempegaruhi infiltrasi
dan biasanya semakin lama penyinaran matahari akan semakin tinggi infiltrasi
pada tanah. Hal ini dikarenakan tanah akan mengalami evapotranspirasi
sehinggatanah menjadi kering dan berongga.
4.7 Penutup
4.7.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan
bahwa nilai evaporasi ditentukan oleh lamanya penyinaran matahari. Jika
penyinaran matahari lama terjadi maka akan meningkatkan nilai evaporasi.
Infiltrasi akan bernilai tinggi jika penyinaran matahari terjadi lama. Apabila curah
hujan tinggi maka infiltrasi akan semakin lambat, hal ini dikarenakan tanah sudah
jenuh untuk menyerap air. Namun apabila curah hujan rendah infiltrasi akan
tinggi karena air yang terkandung dalam pori-pori tanah tidaklah banyak atau
tanah tidak lengas dan juga ditentukan oleh tekstur tanah.
4.7.2 Saran
Adapun saran yang dapat diperhatikan untuk praktikum selanjutnya adalah
1. Diharapkan agar pengambilan data dilakukan benar-benar sebelum jam 7 pagi
agar didapatkan nilai yang lebih akurat karena belum terjadi penguapan;
2. Sedangkan untuk pengambilan data infiltasi diharapkan kepada praktikannya
agar tidak sembarangan dalam menentukan tanah yang akan diukur
infiltrasinya;
3. Praktikan diharapkan agar melengkapi alat yang akan digunakan saat
praktikum ini.
4. Asisten dapat memberikan penjelasan secara rinci dan mudah dimengerti oleh
praktikan;
5. Asisten dapat menjelaskan kembali hal-hal yang diragukan oleh praktikan.
5.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengenal macam-macam saluran drainase dan kegunaannya;
2. Mengenal tipe-tipe penampang saluran drainase;
3. Mengukur volume saluran drainase;
4. Menghitung volume curah hujan.
5.3 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah :
1. Dapat mengenal macam-macam saluran drainase dan kegunaannya;
2. Praktikan dapat Mengenal tipe-tipe penampang saluran drainase;
3. Praktikan dapat mengetahui cara mengukur volume saluran drainase;
4. Praktikan dapat mengukur volume curah hujan;
5. Praktikan dapat mengetahui aplikasi dari praktikum ini untuk keteknikan
pertanian.
5.4 Tinjauan Pustaka
5.4.1 Pengertian Drainase
Drianase merupakan suatu sistem saluran yang berfungsi sebagai saluran
yang mengalirkan kelebihan air dipermukaan tanah maupun dibawah tanah.
Drainase juga disebut sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam
kaitannya dengan salinitas. Drainase merupakan salah satu faktor pengenbangsn
irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir.
Menurut Suripin (2004), drainase untuk mengalirkan, menguras,
membuang ataupun mengalihkan air. Secara umum, drainase didefenisikan
sebagai bangunan air yang bertujuan untuk mengurangi atau membuang kelebihan
air dari suatu lahan atau kawasan, sehingga lahan dapat berfungsi secara optimal.
Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan
dengan mengolah banjir (floot protection), sedangkan irigasi bertujuan
ntukmmemberikan suplai air pada tanaman. Drainase merupakan suatu system
2. Persegi panjang
f Chezy
5.4.8 Pengertian Curah Hujan Efektif dan Curah Hujan Rata - Rata
Curah Hujan Efektif (He, Efectif Rain Fall), adalah curah hujan yang
menjadi aliran permukaan (surface run off). Dalam pengertian irigasi, curah hujan
efektif adalah curah hujan yang meresap dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan
air tanaman.
Data jumlah curah hujan (CH) rata - rata untuk suatu daerah tangkapan air
(catchment area) atau daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang
sangat diperlukan oleh pakar bidang hidrologi. Dalam bidang pertanian data CH
sangat berguna, misalnya untuk pengaturan air irigasi , mengetahui neraca air
lahan, mengetahui besarnya aliran permukaan (run off).
5.6.2 Pembahasan
Pada saat praktikum saluran yang digunakan adalah saluran drainase
belakang jurusan agribisnis fakultas pertanian. Sedangkan saluran yang digunakan
ketika praktikum mandiri adalah saluran drainase gedung D. Saluran drainase
yang digunakan saat praktikum sama bentuknya dengan saluran drainase yang
digunakan saat praktikum mandiri aitu sama-sama berbentuk trapesium. Terdapat
perbedaan dari dua tempat yang dilakukan pengukuran tersebut. Hal ini
NAMA : MARA HAKIM NASUTION KELOMPOK: I (SATU)
NO.BP : 1311111039
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN – UNIVERSITAS ANDALAS
Land and Water Resources Engineering Laboratory
Kampus Unand Limau Manis – Padang
77
disebabkan ukuran yang berbeda. Kemudian volume dari kedua saluran bebeda
dikarenakan panjang , lebar dan tinggi dari saluran drainase yang di ukur tidak
sama, hal ini dikarenakan volume air yang dilewati pada masing-masing saluran
drainase berbeda, arah saluran dan topografi pada saluran drainase ini juga
mempengaruhi.
Volume rata-rata drainase yang di ukur saat praktikum rata-ratanya adalah
sebesar 0,698915525 m3 sedangkan volume saluran drainase praktikum mandiri di
gedung D rata-ratanya sebesar 3,161186134 m3. Ditinjau dari data curah hujan
yang ada yaitu data curah hujan Gunung Nago yang volume curah hujannya
sebesar 0,000514419, saluran tersebut masih dapat menampung kelebihan air
apabila terjadi hujan lebat. Hal ini dilihat dari pengukuran saluran drainase yang
diukur oleh kelompok tiga yang rata-rata volume drainase saat praktikumnya
sebesar 0,660306571 m3 dan volume saluran drainase saat praktikum mandirinya
sebesar 3,029852898. Saluran drainase yang ada di kampus UNAND masih layak
pakai karena curah hujan yang ada masih dalam toleransi volum batas yang dapat
ditampung saluran drainase tersebut.
Namun, terdapat beberapa permasalahan dari seleruh drainase yang ada di
kampus UNAND yaitu banyaknya saluran yang tertimbun oleh sampah serta
masih banyak saluran tersebut yang kurang mendapat perawatan. Akibatnya
banyak saluran drainase yang tersumbat dan bocor. Apabila keadaan ini tidak
diperhatikan, lambat laun saluran tersebut tidak akan layak pakai lagi karena tidak
dapat lagi manempung air yang ada.
5.7 Penutup
5.7.1 Kesimpulan
Dapat disumpulkan dari hasil praktikum yanng dilakukan di dua saluran
drainase di kampus UNAND yang berbeda namun memiliki bentuk yang sama
dan ukuran yang berbeda serta dapat dikatakan layak pakai. Bentuk saluran
drainase harus sesuai dengan keadaan daerah sekitar serta dengan curah hujan
yang ada disuatu daerah tersebut. Dari data curah hujan yang ada, saluran drainase
di kampus UNAND ini masih dapat menampung volume air hujan yang ada dan
dapat mencegah terjadinya banjir. Dibandingkan dengan volume yang didapatkan
oleh kelompok tiga. Hasil yang didapatka tidak begitu jauh hanya berbeda eberapa
5.8 Saran
Adapun saran yang dapat diperhatikan saat praktikum selanjutnya adalah :
1. Sebelum praktikum harap terlebih dahulu memahami materi yang akan
dipraktikumkan;
2. Lebih hati-hati dalam melakukan pengukuran dan teliti dalam membaca
skala dari hasil pengukuran;
3. Dalam melakukan perancangan saluran drainase seharusnya
mempertimbangkan curah hujan yang terjadi dengan mengambil data
minimal 10 tahun terakhir, sehingga data yang diperoleh itu lebih akurat;
6.2 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum kali ini adalah :
1. Mengenal sistem irigasi tetes;
2. Mempelajari dan memahami kinerja dari sistem irigasi tetes;
3. Menentukan tanaman yang cocok untuk sistem irigasi tetes;
4. Menentukan tanah yang cocok untuk sisitem irigasi tetes.
Sarana utama dari perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi yang baik
adalah memperoleh kapasitas sistem yang bisa mencukupi kebutuhan air diseluruh
tanaman. Hubungan anatara debit penetes minimum dan rata-rata merupakan
faktor terpenting dalam pemakaian sistem irigasi tetes. Tingkat keseragaman
sistem irigasi tetes ini dinyatakan sebagai keseragaman tetes.
6. Gulma lebih mudah dikendalikan, terutama pada daerah lahan yang tidak diairi.
6.6.2 Pembahasan
Pada saat praktikum irigasi tetes ini menggunakan infus dan pipa bertekanan
rendah serta menggunakan lima jenis tanah yang digunakan, tanah-tanah tersebut
adalah tanah berapsir, tanah padat, tanah gembur kapalo koto, pasar baru, dan
kuranji. Pemilihan berbagai jenis tanah ini dimaksud untuk menilai jenis tanah apa
yang bagus untuk irigasi tetes dan juga menilai tingkat lengas tanah sehingga bisa
di jadikan sebagai perbandingan . Tanah yang digunakan sebelumnya dkeringkan
terlebih dahulu agar tanah tidak jenuh dengan air dan tidak mengganggu pada saat
pengambilan data.