Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian terdahulu


Penelitian – penelitian sejenis ini telah dilakukan sebelumnya,sebab
penelitian-penelitian terdahulu dirasa sangat penting dalam sebuah penelitian yang
akan dilakukan. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Dini Arfian pada tahun 2015 dengan judul
penelitian “Manajemen Anggaran Pembiayaan Pendidikan di SMP NU 07
Brangsong Kendal”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pertama, proses penganggaran
pembiayaan yang dilakukan di SMP NU 07 Brangsong Kendal melalui beberapa
tahap yaitu mulai dari mengadakan rapat pleno sekolah, mengidentifikasi rencana
penerimaan sekolah, mengidentifikasi rencana pengeluaran sekolah,
mengkonsultasikan RAPBS dengan komite sekolah sampai dengan pengesahan
RAPBS. Dalam penganggaran pembiayaan juga sudah menganut prinsip efektif
dan efisien dikatakan efektif karena Dilihat dari RAPBS tahun ajaran 2013/2014
SMP NU 07 Brangsong telah menganggarkan pengeluaran untuk
programpendidikan sebesar Rp. 322.361.000. atau 49 % jumlah itu lebih besar
dari pengeluaran untuk non program sekolah yang sebesar 42 %dan belanja lain-
lain sebesar 9 %. Penganggaran itu sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin
dicapai oleh sekolahyang fokus untuk mengembangkanpendidikan didalamnya.
Dikatakan efisien karena dengan mengalokasikan dana sebesar 49 % bagi
programpendidikan sekolah dapat menekan biaya pendidikan yang dibebankan
kepada orang tua siswa untuk menyelenggarakanpendidikan yang terjangkau dan
berkualitas yang dibuktikan dengan akreditasi sekolah berpredikat A dan juga
pemberian keterampilandalam programekstrakurikuler yang telah mendapat
piagam penghargaan dalam lomba-lomba yang diikuti. Kedua, proses pencatatan
keuangan di SMP NU 07 Brangsong Kendal dilakukan dengan menggunakan
beberapa catatan keuangan seperti buku kas umum, buku pembantu kas, buku
penerimaan gaji, buku penerimaan gaji ekstrakurikuler, buku pembantu bank,
serta laporan keuangan.Pembukuan tersebut juga menjadi penting karena setiap
pembukuan yang dilakukan mempunyai fungsi akuntansi sendiri dalam proses
keuangan sekolah. Ketiga, pengawasan keuangan yang dilakukan di SMP NU 07
Brangsong Kendal berasal dari pengawas internal yang dilaksanakan oleh kepala
sekolah dan bendahara sekolah dan pengawas eksternal yang dilaksanakan oleh
komite sekolah dan masyarakat juga pemerintah dalam hal ini adalah dinas
pendidikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Endah Dwi Hayati dengan judul penelitian
“Manajemen Pembiayaan Berbasis Sekolah di RSBI SMPN 3 Mranggen Demak”.
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa pertama, perencanaan pembiayaan/
budgeting di SMPN 3 Mranggen dilaksanakan dengan menyusun RAPBS. Dana
penyelenggaraan pendidikan di SMP tersebut meliputi block grant dan BOS dari
serta dana komite dari orang tua siswa. Dana tersebut digunakan untuk mem-
biayai kegiatan pendidikan yang diarahkan untuk penjaminan mutu RSBI yang
dikelompokan berdasarkan 8 standar nasional pendidikan. Kedua,
Pelaksanaan/pencatatanpembiayaan di SMPN 3 Mranggen terdiri dari dua
kegiatan, yaitu pelaksanaan anggaran dan pencatatan anggaran. Pelaksanaan ang-
garan merupakan tanggungjawab masing-masing koordinator standar pendidikan,
sedangkan pencatatan anggaran merupakan tanggungjawab bendahara yang dalam
melaksanakan tugasnya menggunakan sistem akuntansi sederhana. Ketiga,
pertanggungjawaban/pengawasan pembiayaan dilaksanakan dengan menyusun
laporan pertanggungjawaban, sedangkan pengawasan dilakukan secara internal
dan ekster- nal dari inspektorat pendidikan, BPKP dan BPK, juga pengawasan
melekat oleh kepala sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Ainul Mardiyah Usman, Cut Zahri Harun,
dan Nasir Usman, dengan judul penelitian “Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan
Pada Smp Negeri 19 Percontohan Banda Aceh”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa, pertama sumber pembiayaan pendidikan berasal dari APBN, APBK,
keluarga, dan masyarakat. Kedua, perencanaan pembiayaan pendidikan atau
RAPBS dilakukan dengan menggunakan: a) Logika, proses setapak demi setapak
untuk menuju perubahan yang diharapkan, b) Menetapkan mekanisme feed back
yang memberitahukan kemajuan peserta didik, dan menunjukkan perubahan-
perubahan yang diperlukan, c) Menggunakan langkah yang jelas, mudah
dikomunikasikan dan dipahami oleh orang lain, d) Mengidentifikasi masalah
berdasarkan kebutuhan, e) Menentukan syarat-syarat dan alternatif
pemecahannya, f) Melaksanakan strategi yang telah dipilih, g) Menentukan
efektivitas hasilnya dengan jalan mengadakan evaluasi, h) Mengadakan revisi
setiap langkah dan proses yang dilakukan. Ketiga, pelaksanaan pembiayaan
pendidikan meliputi: pembiayaan siswa kurang mampu, membayar honor GTT,
pengembangan profesi (pelatihan), perawatan gedung, membeli alat-alat
pelajaran, olahraga, kesenian, membiayai ulangan harian/umum dan sekolah,
remedial, pengayaan dan pengadaan mobiler; dan keempat, pengawasan
pembiayaan dilakukan secara melekat oleh Tim Inspektorat Kota Banda Aceh,
Komite Sekolah dan pengawasan fungsional oleh Bawasda. Kelemahan dalam
perencanaan pembiayaan pendidikan adalah belum dapat mengakomodasi
berbagai kondisi dan latar belakang siswa, tidak semua guru, donatur dilibatkan,
dan masyarakat kurang peduli terhadap pembiayaan pendidikan yang telah
dipaparkan di papan pengumuman.
Penelitian yang dilakukan oleh Irsan Habsyi dengan judul penelitian
Manajemen Pembiayaan Pendidikan pada Smp Negeri 13 Kota Ternate. Hasil
penelitian ini adalah pertama, kegiatan perencanaan pembiayaan pendidikan tidak
lepas dari program-program yang akan dikembangkan di sekolah dengan
melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: (a) pengumpulan data yang bertujuan
untuk mengindentifikasi dan mengakomodasi daya dukung penyelenggaraan
pendidikan melalui penyediaan data yang akurat dari berbagai sumber antara lain
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah guru, tenaga administrasi;
(b) Penyusunan rencana program didasarkan pada visi, misi, tujuan dan sasaran
yang ditetapkan. Kedua, pembiayaan pendidikan di sekolah ini dilaksanakan
untuk membiayai berbagai program yang menjadi prioritas, akan tetapi dalam
pelaksanaannya tidak semua program dan sub program bisa didanai karena alasan
kekurangan dana namun menurut para guru dana yang ada sebenarnya cukup tapi
kepala sekolah kurang transparan dalam pengelolaan keuangan sekolah. Ketiga,
pengawasan Pembiayaan Pendidikan dilaksanakan oleh kepala sekolah secara
berkala setiap bulan bagi bendahara dan panitia yang ditunjuk untuk mengelola
dana, tim monitoring dari sumber dana yang masuk. Keempat,
pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan di laksanakan secara berjenjang
yaitu bendahara, atau panitia program ke kepala sekolah dan kepala sekolah ke
instansi vertikal di atasnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Agus Yulianto dengan judul penelitian


Analisis Pembiayaan Pendidikan di SMP Firdaus (Boarding School) Jembrana.
Hasil penelitaian ini adalah pertama, kebijakan yang dilakukan oleh SMP Firdaus
dalam mengelola pembiayaan pendidikan tercantum dalam buku “Aturan
Kepegawaian dan Penggajian”, diantaranya mengenai tunjangan gaji guru untuk
anak dan atau istri, serta subsidi biaya bagi guru atau pegawai yang sakit atau
melahirkan. Kedua, tata pembiayaan di SMP Firdaus meliputi: a) Terdapat 5
komponen sumber dana, yaitu: iuran siswa, dana masyarakat, amal usaha yayasan,
bantuan pemerintah, dan sumber lain-lain, b) Terdapat 10 komponen biaya dalam
penyelenggaraan pendidikan di SMP Firdaus, yaitu: kesejahteraan, pengembangan
SDM, Proses PBM, Kesiswaan, Evaluasi, daya/jasa, pemeliharaan, rumah tangga,
investasi, dan lain-lain; dan c) Besaran satuan biaya pendidikan pada SMP Firdaus
adalah sebesar Rp 1.083.144.050,-/sekolah/tahun. Ketiga, unit cost siswa SMP
Firdaus sebesar Rp 11.798.003,-/siswa/tahun atau Rp 983.167,-/siswa/bulan.
Keempat, persepsi orang tua siswa SMP Firdaus tentang besaran biaya yang
dikeluarkan orang tua, yaitu 76,00% menjawab biasa, 4,00% menyatakan sangat
mahal dan 16,00% menyatakan mahal.

2.2. Landasan Teori


2.2.6. Pengertian Biaya
Menurut Supriyono (2000:16), Biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau
revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Henry
Simamora (2002:36) berpendapat bahwa biaya adalah kas atau nilai setara
kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi
manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi. Menurut
Mulyadi (2001;8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan
akan terjadi untuk tujuan tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa
yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan
laba di masa mendatang.
2.2.6. Pengertian Pendidikan
Ki Hajar Dewantara Pendidikan mengemukakan bahwa pendidikan
adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani
anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
Kamus Bahasa Indonesia (1991:232), mendefinisikan bahwa pendidikan
berasal dari kata didik, Lalu kata ini mendapat awalan kata me sehingga
menjadi mendidik artinya memelihara dan memberi latihan, dalam
memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan
pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut UU No.20
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah sebuah upaya yang dilakukan secara sadar dan
direncanakan guna mewujudkan peserta didik yang memiliki kecerdasan
dan berakhlak mulia sehingga berguna bagi masyarakat, bangsa dan
negara.
2.2.6. Manajemen Pengelolaan Anggaran Sekolah
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa manajemen adalah suatu
kegiatan atau rangkaian yang berupa proses pengelolaan usaha kerjasama
kelompok manusia yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar
efektif dan efisien. Pengertian tersebut mengandung hal-hal sebagai
berikut (1) Manajemen merupakan kegiatan atau rangkaian yang dilakukan
dari, oleh dan manusia, (2) Meningkatkan kegiatan itu merupakan suatu
proses pengelolaan dari suatu rangkaian kegiatan pendidikan yang sifatnya
kompleks dan unik dengan tujuan yang ditetapkan oleh suatu bangsa, (3)
Proses pengelolaannya dilakukan bersama oleh sekelompok manusia yang
tergabung dalam suatu organisasi sehingga kegiatannya harus dijaga agar
tercipta kondisi kerja yang harmonis. (Suharsimi, 2008)
Pelaksanaan fungsi manajemen diperlukan seorang pemimpin yang
baik. Seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai wewenang
untuk meminta orang lain, yang ada di dalam pekerjaannya untuk
mencapai tujuan organisasi.( Anoraga,2001). Sedangkan pengertian
menajemen yang lain mendefinisikan sebagai “kemampuan atau
ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian
tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”. Dari definisi itu dapat
dikatakan bahwa menejemen merupakan alat utama administrasi. (Siagian,
2000). Begitu pula yang dijelaskan oleh Stoner yang dikutip oleh T. Hani
Handoko bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Menurut George R.Terry dalam prinsip menajemen
terdapat empat fungsi manajemen dengan singgkatan POAC, yaitu
planing, organizing, actuating dan controling. (Handoko,1995).
H Malayu S.P yang dikutip oleh Samino (2011) menyatakan bahwa
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tertentu. Fattah (2004) menyatakan terkait proses
pelaksanaan manajemen, mengemukakan bahwa : “Dalam proses
manajemen terlihat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang
manajer yaitu : Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing),
Kepemimpinan (Leading), dan Pengawasan (Controlling). Oleh karena itu,
Manajemen adalah Proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin
dan mengendalikan organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan
organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan. Pengelolaan
atau manajemen adalah suatu proses kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, pengendalian serta
pengawasan terhadap penggunaan sumber daya organisasi yang terdiri
sumber daya manusia, sarana prasarana, dana dan sumber daya lainnya
untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
Kegiatan manajemen haruslah transparansi dan akuntabilitas.
Menurut Andrianto (2007 ) menyatakan bahwa transparansi adalah sebagai
berikut :“Keterbukaan secara sungguh -sungguh, menyeluruh,dan memberi
tempat bagi partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses
pengelolaan sumber daya publik”. Menurut Hafiz (2008) menyatakan
bahwa transparansi adalah sebagai berikut:“Keterbukaan dan kejujuran
kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki
hak untuk mengetahui sec ara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban pemerintahan dalam sumber daya yang di percayakan
kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan ”.
Akuntabilitas menurut Suherman (2007) yaitu berfungsinya
seluruh komponen penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai tugas
dan kewenangannya masing-masing. Akuntabilitas menurut Mardiasmo
(2004), menerangkan bahwa pengertian akuntabilitas adalah:
“Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk
memberikan pertanggung jawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya kepada pihak pemberi amanah (prinscipal) yang memiliki hak
dan kewenangan untuk meminta pertanggung jawaban tersebut.”
2.2.6. Pembiayaan Pendidikan
Biaya pendidikan adalah biaya yang mencakup semua jenis
pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan (M.
Asrori Ardiansyah: 2008). Dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
disebutkan bahwa biaya pendidikan meliputi:
a. Biaya satuan pendidikan.
b. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan.
c. Biaya pribadi peserta didik.
Biaya satuan pendidikan seperti yang dijelaskan pada pasal 3 meliputi
biaya investasi yang terdiri dari biaya investasi lahan dan non lahan
pendidikan, biaya operasi yang terdiri atas biaya personalia dan non
personalia, bantuan biaya pendidikan, dan beasiswa.
Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan terdiri
dari biaya investasi dan operasi. Sedangkan biaya personalia
meliputi(Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48
Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan):
a. Biaya personalia satuan pendidikan, yang terdiri atas:
1) Gaji pokok bagi pegawai pada satuan pendidikan
2) Tunjangan yang melekat pada gaji pegawai pada satuan pendidikan
3) Tunjangan struktural bagi pejabat struktural pada satuan
pendidikan
4) Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional di luar guru dan
dosen
5) Tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional bagi guru
dan dosen
6) Tunjangan profesi bagi guru dan dosen
7) Tunjangan khusus bagi guru dan dosen
8) Maslahat tambahan bagi guru dan dosen
9) Tunjangan kehormatan bagi dosen yang memiliki jabatan profesor
atau guru besar
b. Biaya personalia penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan,
yang terdiri atas:
1) Gaji pokok
2) Tunjangan yang melekat pada gaji
3) Tunjangan struktural bagi pejabat structural
4) Tunjangan fungsional bagi pejabat fungsional
Dalam teori maupun praktik pembiayaan pendidikan, dikenal
beberapa kategori biaya pendidikan. Pertama biaya langsung (direct cost)
dan biaya tidak langsung (indirect cost) (Dedi Supriadi, 2004: 4). Biaya
langsung adalah segala bentuk pengeluaran yang secara langsung
menunjang dalam penyelenggaraan pendidikan. Nanang Fattah (2002:23)
menyebutkan bahwa biaya langsung terdiri dari biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan kegiatan belajar
mengajar siswa, berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana belajar, biaya
transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah, orang tua,
maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya tidak langsung adalah
pengeluaran yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan
akan tetapi memungkinkan proses pendidikan tersebut terjadi di Sekolah.
Atau bisa berupa keuntungan yang hilang (earning forgone) dalam bentuk
biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) yang dikorbankan oleh
siswa selama belajar.
Kategori yang kedua menurut Dedi Supriadi (2004: 4) adalah biaya
pribadi (private cost) dan biaya sosial (social cost). Biaya pribadi adalah
pengeluaran keluarga untuk pendidikan atau dikenal juga pengeluaran
rumah tangga (household expenditure). Biaya sosial adalah biaya yang
dikeluarkan oleh masyarakat untuk pendidikan, baik melalui Sekolah
maupun melalui pajak yang dihimpun oleh pemerintah yang kemudian
digunakan untuk membiayai pendidikan. Biaya yang dikeluarkan oleh
pemerintah pada dasarnya termasuk biaya sosial. Ketiga, biaya dalam
bentuk uang (monetary cost) dan bukan uang (non monetary cost).
Dalam pengelolaan biaya pendidikan ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu penyusunan anggaran (budgeting), pembukuan
(accounting), pemeriksaan (acounting) (Hartati Sukirman, dkk, 2008: 31).
Nanang Fattah (2002: 47) memaparkan lebih lanjut mengenai anggaran
atau budget sebagai rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif
dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu.
Dengan demikian penyusunan anggaran dapat diartikan sebagai
perundingan atau kesepakatan dalam menentukan besarnya alokasi biaya
dalam suatu lembaga.
Anggaran sendiri terdiri dari dua sisi, penerimaan dan pengeluaran.
Sisi penerimaan berisi besarnya dana yang diterima dari setiap sumber
dana, sedangkan sisi pengeluaran berisi alokasi besarnya biaya pendidikan
yang harus dibiayai. Menurut Nanang Fattah (2002: 49) dilihat dari
perkembangannya, anggaran mempunyai manfaat yang dapat digolongkan
ke dalam tiga jenis yaitu:
a. Sebagai alat penaksir
b. Sebagai alat otorisasi pengeluaran dana
c. Sebagai alat efisiensi
Selain berfungsi sebagai alat pengendalian, anggaran juga
berfungsi sebagai alat perencanaan. Untuk itu, anggaran juga harus
disusun berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut (Nanang Fattah, 2002:
49):
a. Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas dalam
sistem manajemen dan organisasi.
b. Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam melaksanakan
anggaran.
c. Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi.
d. Adanya dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai yang
paling bawah.
Menurut Nanang Fattah (2002: 50) persoalan penting dalam
penyusunan anggaran adalah bagaimana memanfaatkan dana secara
efisien, mengalokasikan secara tepat, sesuai dengan skala prioritas. Untuk
itu, dalam prosedur penyusunan memerlukan tahapan yang sistematik
yaitu (Nanang Fattah, 2002: 50):
a. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama
periode anggaran.
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dinyatakan dalam uang, jasa,
dan barang.
c. Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang, sebab pada dasarnya
anggaran merupakan pernyataan finansial.
d. Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah disetujui
dan dipergunakan oleh instansi tertentu.
e. Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari pihak
yang berwenang.
f. Melakukan revisi usulan anggaran.
g. Persetujuan revisi usulan anggaran.
h. Pengesahan anggaran.
2.2.5. Standar Pembiayaan Pendidikan
Standar pembiayaan berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 pasal 62 terdiri atas :
1. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan
sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.
2. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
3. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas
meliputi: Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan
habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya,
air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
Dengan berpandangan pada korelasi mutu dengan pembiayaan maka
untuk menjaga mutu pendidikan yang baik maka standar pembiayaan
minimal dirumuskan dengan memperhitungkan seluruh biaya personil
(gaji, tunjangan dan faktor yang melekat pada gaji), biaya alat tulis
sekolah, biaya rapat, biaya penilaian, biaya pemeliharaan,biaya
pembinaan serta daya dan jasa yang diperkirakan terpakai. Standar
yang dirumuskan terbatas pada sekolah pendidikan umum (SD, SMP
dan SMA), sementara sekolah kejuruan belum dapat distandarkan
dikarenakan keberagaman yang demikian luas dan waktu pengkajian
yang terbatas. Asumsi yang dipergunakan dalam menghitung biaya
rata-rata per murid menyesuaikan dengan standar proses, sehingga
untuk SD ditetapkan minimal ada 6 rombongan belajar dan setiap
rombongan belajar terdapat jumlah siswa 28 orang. Untuk SMP dan
SMA masing-masing dengan minimal ada 3nrombongan belajar
dengan jumlah siswa 32 orang setiap rombongan belajar.
Menurut Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang standar
sarana dan prasarana disusun untuk lingkup pendidikan formal, jenis
pendidikan umum, jenjang pendidikan dasar dan menengah yaitu : Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Standar sarana dan prasarana ini
mencakup :
1. Kriteria minimum sarana yang terdiri dari prabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya,
teknologi informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang
wajib dimiliki oleh sekolah/madrasah.
2. Kriteria minimum prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan, ruang-
ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap
sekolah/ madrasah.
2.2.6. Sumber Dana Pembiayaan Pendidikan
Menurut Supriadi (2006 : 57) bahwa Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) mencerminkan kekuatan dalam
membiayai penyelenggaraan pendidikannya dan sekaligus
menggambarkan rata-rata status sosial ekonomi keluarga para siswa.
RAPBS terdiri atas rencana pendapatan dan rencana pengeluaran atau
belanja sekolah. Dalam rencana pendapatan, terdapat komponen sumber
dana yang berasal dari pemerintah, siswa, dan sumbangan masyarakat
lainnya, baik dalam bentuk uang maupun barang. Sementara itu untuk
pengeluaran terdapat komponen gaji guru (pegawai) yang biasanya paling
dominan dan non gaji (pemeliharaan, pengadaan sarana prasarana
penunjang seperti alat peraga, penyelenggaraan proses belajaran-mengajar,
dan kegiatan ekstrakurikuler).
Berdasarkan Peraturan Mendiknas Nomor 19 Tahun 2007, sekolah
dewasa ini diharuskan untuk menyusun pedoman pengelolaan dana
(investasi dan operasional) yang mengacu pada standar pembiayaan.
Pedoman ini mengatur: Sumber pemasukan, pengeluaran, dan jumlah yang
dikelolah Penyusunan dan pencairan anggaran serta penggalangan dana di
luar dana investasi dan operasional. Kewenangan dan tanggung jawab
kepala sekolah dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan
peruntukannya Pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta
penggunaan anggaran untuk dilaporkan kepada komite sekolah serta
institusi di atasnya. Pedoman tersebut diputuskan oleh komite sekolah dan
ditetapkan oleh kepala sekolah dan harus disetujui oleh institusi di atasnya.
Pedoman ini juga harus disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah
untuk menjamin tercapainya pengelolaan dana secara transparan dan
akuntabel. Sumber dana sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
kategori utama: pemerintah (pusat dan daerah), orang tua peserta didik,
dan kelompokkelompok masyarakat.
1. Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat membantu keuangan sekolah melalui beberapa
cara, antara lain mencakup yang berikut:
a. Hibah (grant) dan dana bantuan biaya operasional kepada sekolah.
b. Membayar gaji guru.
c. Membantu sekolah untuk mengadakan proyek penggalangan dana
dengan menyediakan bantuan teknis termasuk bahan dan
perlengkapan, serta
d. Ikut mendanai pembangunan dan rehabilitasi bangunan sekolah.
Pemerintah juga melakukan kontribusi tidak langsung kepada
sekolah. Misalnya, melalui pelatihan kepala sekolah dan guru,
menyiapkan silabus dan bahan, serta melakukan pengawasan.
2. Pemerintah Daerah
Di negara kita, urusan pendidikan dasar dan menengah
dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Pemerintah daerah bertanggung
jawab untuk membangun sekolah, membayar gaji guru, menyediakan
sarana fisik, fasilitas ruang kelas, dan peralatan kantor sekolah dengan
dana yang berasal dari APBD dan APBN. Daerah yang memiliki
pendapatan asli daerah yang tinggi, akan memiliki peluang lebih besar
untuk membantu pemenuhan kebutuhan dana penyelenggaraan sekolah.
3. Orang Tua Peserta didik
Kontribusi orang tua kemungkinan merupakan keharusan karena
pemerintah belum mampu mendanai seluruh kebutuhan dasar dana
sekolah. Hal ini umumnya terjadi di negara-negara berkembang seperti
negara kita. Namun, di negara maju yang pemerintahnya dapat
membangun fasilitas pendidikan yang baik, menyediakan guru yang
cakap, dan menyediakan dana untuk berbagai program sekolah; orang tua
peserta didik masih berkehendak untuk menyumbang dana atau berbagai
peralatan yang diperlukan sekolah. Mereka ingin agar anakanak mereka
memasuki dunia nyata dengan bekal pendidikan terbaik yang dapat
mereka peroleh. Mereka ingin anak-anak mereka memiliki keunggulan
ketika memasuki dunia kerja. Cara orang tua berkontribusi kemungkinan
mencakup yang berikut :
a. Membayar biaya pendidikan yang ditentukan secara resmi.
b. Memberi kontribusi kepada komite sekolah.
c. Membayar sumbangan untuk membangun fasilitas tertentu, seperti
perumahan bagi guru.
d. Orang tua kemungkinan menyumbangkan tenaga dan keterampilan
tertentu dalam berbagai kegiatan seperti pekerjaan bangunan atau
membantu dalam pelatihan olah raga, atau bahkan mungkin dapat
menggantikan guru yang tidak hadir.
e. Membayar guru atas tambahan pelajaran di luar jam sekolah.
f. Membayar pembelian buku pelajaran, alat tulis, sepatu dan seragam
sekolah, meja dan kursi, perpustakaan, dan dana kegiatan olah raga.
g. Mendanai kesejahteraan anak-anak mereka, seperti uang transpor, uang
makan, dan sebagainya.
Tingkat penghasilan orang tua di daerah perkotaan dan daerah
pedesaan tampaknya cukup berbeda, seperti halnya juga ukuran keluarga.
Diperlukan pendekatan yang sensitif oleh kepala sekolah. Kepala sekolah
harus mampu mengetahui perbedaan keadaan orang tua peserta didik dan
kemudian memberi kelonggaran bagi peserta didik yang orang tuanya
kurang beruntung secara ekonomi. Jika di satu pihak kepala sekolah harus
menetapkan target yang cukup ambisius untuk menggalang dana bagi
sekolah, di lain pihak kepala sekolah juga perlu menerima keadaan bahwa
tidak semua orang dapat berkontribusi dalam kadar yang sama.
4. Kelompok Masyarakat
Kelompok-kelompok masyarakat seringkali termasuk sebagai
sumber penting pendanaan sekolah. Kelompok-kelompok ini dimobilisasi
untuk melaksanakan tugas dari para tokohnya (utamanya informal) di
masyarakat, seperti kaum ulama. Di Indonesia, banyak sekolah (swasta)
yang dibangun dan diselenggarakan oleh kelompok-kelompok masyarakat.
Cara yang Anda identifikasi dalam memobilisasi dana kemungkinan
mencakup yang berikut :
a. Memobilisasi kelompok-kelompok masyarakat dalam proyek
pengembangan sekolah.
b. Melibatkan tokoh masyarakat dalam memobilisasi massa untuk
berpartisipasi secara efektif dalam proyek-proyek sekolah.
c. Mengumpulkan dana untuk sekolah-sekolah di suatu wilayah.
d. Melibatkan kelompok-kelompok masyarakat dan mantan peserta didik
dalam proyek swakarsa penggalangan dana.
e. Memungut pajak khusus pendidikan dari warga masyarakat. Di dalam
masyarakat kemungkinan ada orang-orang yang juga memutuskan
untuk membantu satu atau beberapa sekolah dengan dana dalam
jumlah cukup besar. Adakalanya ada saja pengusaha yang ingin
mendermakan sesuatu bagi satu atau lebih sekolah. Kontribusi seperti
ini hendaknya disambut dengan baik dan bahkan sebaiknya didorong.
Namun, pemerintah seyogianya perlu bersikap tegas terhadap yayasan
yang menyelenggarakan sekolah semata-mata untuk memperoleh
keuntungan finansial. Dewasa ini kecenderungan seperti itu telah
semakin menggejala. Fungsi sosial pendidikan telah mulai memudar
berganti dengan penekanan pada fungsi keuntungan ekonominya,
khusus bagi para pengelolanya.
5. Peserta didik
Para peserta didik kemungkinan merupakan sumber penggalangan
dana sekolah yang baik, jika mereka tahu manfaatnya bagi diri mereka
sendiri dan bagi sekolah. Berikut adalah cara-cara pelibatan peserta didik
Anda yang dapat dipertimbangkan:
a. Pengumpulan dana melalui kegiatan seperti pertanian, memelihara
ayam petelur, membuat kerajinan tangan, dan lain-lain.
b. Kegiatan pengumpulan dana; misalnya melalui konser musik, tari,
olahraga, pameran, bazar, atau turnamen.
6. Yayasan

Terdapat sekolah yang didirikan oleh lembaga keagamaan atau


lembaga lain yang bukan berdasarkan ideologi tertentu yang merupakan
organisasi non pemerintah. Masing-masing memiliki tujuan spesifik dalam
mendirikan dan mengoperasikan sekolahnya yang juga bertujuan untuk
menghasilkan lulusan yang cerdas dan beradab. Yayasan ini memberikan
dukungan finansial kepada sekolah dalam berbagai bentuk, seperti
bangunan, peralatan, dan sumber daya manusia. Kemungkinan yayasan ini
menyimpan dana di bank, yang kemudian diinvestasikan dalam bentuk
saham, dan lain-lain. Hasil yang diperoleh digunakan untuk menyediakan
dana pengoperasian sekolah.

2.2.7. Anggaran Keuangan Sekolah


Setiap kegiatan perlu diatur agar kegiatan berjalan dengan tertib,
lancar, efektif dan efisien. Dalam pengelolaan dana pendidikan, ada
beberapa prinsip yang harus diperhatikan (Permendikbud RI No 80 Tahun
2017 Pasal 6) antara lain: (1) Efisien,. (2) Efektif (3) Transparan (4)
Akuntabel (5) Kepatutan (6) Manfaat. (Depdiknas, 2017)
Sumber keuangan pada suatu sekolah / madrasah secara garis besar
dapat dikelompokkan atas tiga sumber yaitu (1)Pemerintah, baik
pemerintah pusat, daerah maupun kedua- duanya. (2) orang tua atau
peserta didik, (3)masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat. .
Adapun dimensi pengeluaran meliputi biaya rutin dan biaya pembangunan
(Mulyasa, 2002). Oleh sebab itu, perlu disusun RKAS atau RAPBS. M.
Ichwan mengungkapkan bahwa dalam perencanaan anggaran keuangan
sekolah, rencana dituangkan dalam bentuk Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah (RAPBS) atau Rencana Kegiatan dan Anggaran
Sekolah (RKAS). (Ichwan,1989). RAPBS atau RKAS mempunyai tiga
kegunaan pokok, yaitu : (1) Sebagai pedoman kerja. (2) Sebagai alat
pengawasan kerja. (3) Sebagai alat evaluasi kerja. (Fattah, 2006)
Menurut M. Munandar yang dimaksud “Business Budget” atau
budget (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi keseluruhan kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit
(kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu
yang akan datang”.(Munandar, 2004)
Azas-azas dalam anggaran, terdiri dari, (1) Azas plafond, Bahwa
anggaran belanja yang diminta tidak melebihi jumlah tertinggi yang telah
ditentukan. (2) Azas pengeluaran, berdasarkan mata anggaran artinya
bahwa anggaran pembelanjaan harus didasarkan atas mata anggaran yang
telah ditetapkan. (3) Azas tidak langsung, yaitu suatu ketentuan bahwa
setiap penerima uang tidak boleh digunakan secara langsung untuk sesuatu
keperluan pengeluaran. (Nanang Fattah, 2000)

Pengalokasian adalah suatu rencana penetapan jumlah dan prioritas


uang yang akan digunakan dalam pelaksanaan pendidikan disekolah.
Alokasi keuangan Sekolah Negeri dan Swasta terdiri dari: (1) Alokasi
pembangunan fisik dan non fisik. (2)Alokasi kegiatan rutin, seperti belanja
pegawai, kegiatan belajar mengajar pembinaan kesiswaan, dan kebutuhan
rumah tangga. (Depdiknas, 2017).

2.2.8 Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah


Dijelaskan dalam UUD Negara RI pasal 31 ayat (2) bahwa “setiap
warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya”. Pada akhirnya membawa konsekuensi alokasi belanja
negara di bidang pendidikan sebesar 20% dari APBN. Dalam
perkembangannya adalah, muncul kebijakan pemerintah dalam alokasi
dana Bantuan Operasional Sekolah (kemenkeu.go.id). Pasal 34 ayat 2 juga
menyebutkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin
terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar
tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa
wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan
oleh lembaga pendidikan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Konsekuensi dari amanat Undang-undang tersebut adalah
pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan
bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP),
SMU serta satuan pendidikan lain yang sederajat. Dalam penggunaan dana
BOS, harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara
Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru, dan Komite Sekolah. Dana
BOS bagi sekolah Negeri dianggarkan melalui belanja langsung dalam
bentuk program kegiatan, yang uraiannya dialokasikan dalam 3 (tiga) jenis
belanja, yaitu belanja pegawai, belanja barang/jasa, dan belanja modal
pada SKPD Pendidikan yang dituangkan dalam Dokumen RKAS/
RAPBS.
Dari seluruh dana BOS yang diterima oleh sekolah, sekolah wajib
menggunakan dana tersebut untuk membeli buku teks pelajaran yang hak
ciptanya telah dibeli oleh pemerintah. Penggunaan dana BOS di sekolah
prioritas utama penggunaan dana BOS adalah untuk kegiatan operasional
sekolah. Maksimum penggunaan dana BOS untuk belanja pegawai bagi
Sekolah Negeri sebesar 20%.
Pembelian barang atau jasa per belanja tidak melebihi Rp
10.000.000. Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi
guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan suatu
kegiatan sekolah di luar kewajiban jam mengajar. Prioritas utama dalam
program BOS adalah pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota kepada sekolah. Pengawasan fungsional internal
dilakukan oleh Inspektorat Jendral Depdiknas serta Inspektorat Daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Instansi pengawas eksternal yang
melakukan pengawasan program BOS adalah: Badan Pengawas Keuangan
dan Pembangunan dan Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam rangka
transparansi pelaksanaan program BOS . Unsur Masyarakat dan Unit-unit
pengaduan masyarakat yang terdapat di sekolah juga dapat mengawasi
program BOS namun tidak melakukan audit (Depdiknas,2017)

Anda mungkin juga menyukai