A. Pengertian Akidah
1. Secara Etimologi kata “akidah” diambil dari kata dasar “al-aqdu” yaitu ar-
rabth (ikatan), al-ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstuq
(menjadi kokoh,kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-
tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Diantaranya juga
mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan). Akidah
artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedangkan pengertian akidah dalam agama maksudnya adalah
berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti akidah dengan adanya
Allah dan utusan-Nya para Rasul. Bentuk jamak dalam akidah adalah aqa-id.
Akidah Islam itu sendiri bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah, bukan dari
akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya dikenakan untuk memahami
apa yang terkandung pada kedua sumber akidah tersebut yang mana wajib untuk
diyakini dan diamalkan.
a. Secara Terminology
Akidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa
akan menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh
dan kokoh, yang tidak dicampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
“aqa-id” bentuk jamak dari akidah adalah beberapa perkara yang wajib
diyakini kebenarannya oleh hati, dan mendatangkan ketentraman jiwa yang
tidak dicampuri sedikit dengan keragua-raguan.
Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh
manusia di dalam hati serta diyakini kesakhikhannya dan keberadaannya secara
pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
B. Ruang Lingkup akidah
Menurut Hasan Al-Banna, sistematika ruang lingkup pembahasan akidah adalah
sebagai berikut.
1. Ilahiyyat : pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
ilahi seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah
2. Nubuwat : pembahsan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
nabi dan rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mukjizat
dan sebagainya
1
3. Ruhaniyat : pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis, syaitan, roh dan lain-lain
4. Sam’iyyat : pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
lewat sam’I (dalil naqli berupa al-quran dan sunnah) seperti alam barzah,
akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surge dan neraka.
C. Tingkatan Akidah
1. Tingkat Taqlid
Tingkatan akidah yang sumber keyakinannya didasarkan atas pendapat
orang yang diikutinya tanpa dipikirkan lagi
2. Tingkatan ilmul yaqin
Tingkatan keyakinan yang didasarkan atas bukti dan dalil yang jelas, tetapi
belum sampai menemukan hubungan yang kuat antara objek keyakianan
dan dalil yang diperolehnya sehingga memungkinkan orang terkecoh oleh
sanggahan-sanggahan / dalil-dalil yang lain yang lebih rasional dan lebih
mendalam
3. Tingkatan ‘ainul Yakin
Tingkat keyakinan, yang didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah, dan
mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan antara objek
keyakinan dan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang
rasional terhadap sanggahan sanggahan yang datang sehingga tidak
mungkin terkecoh oleh argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya.
4. Tingkat Haqqul Yakin
Tingkat keyakinan yang disamping didasarkan pada dalil-dalil rasional,
ilmiah dan mendalam, dan mampu membuktikan hubungan antara objek
keyakian dan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang
rasional dan selanjutnya dapat menemukan dan merasakan keyakinan
tersebut melalui pengalaman agamanya
a. Aliran – aliran dalam akidah
1. Aliran Khawarij
2
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini selanjutnya
berbalik menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim
lainnya yaitu Abu Musa Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Amr Bin Ash.
1. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan harus di bunuh.
2. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah,
Talhah, dan zubair, dengan Ali bin abi talib) dan para pelaku tahkim—
termasuk yang menerima dan mambenarkannya – di hukum kafir;
3. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
4. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim
berhak menjadi Khalifah apabila sudah memenuhi syarat.
5. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman mati bila zhalim.
6. Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari masa
kekhalifahannya Usman r.a dianggap telah menyeleweng,
7. Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim (Arbitrase).
2. Aliran Murji’ah
Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau
terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa
besar, sebagai mana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij. Mereka menangguhkan
penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu di hadapan
Tuhan, karena hanya Tuhanlah yang mengetahui keadaan iman seseorang.
Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa besar masih di anggap mukmin
di hadapan mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap
mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasulnya.
Dengan kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap
mangucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh
karena itu orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir. Pandangan mereka itu
terlihat pada kata murji’ah yang barasal dari kata arja-a yang berarti
menangguhkan, mengakhirkan dan memberi pengharapan.
3. Aliran Qadariyah
Qadariyah berasal dari kata qadara yang berarti memutuskan dan memiliki
kekuatan atau kemampuan. Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran
yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham qadariyah, manusia di
3
pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan
bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar dan
qada Tuhan
Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari
pada prinsip ajaran Al-Qur’an dan hadits sendiri. Al-Qur’an dan Hadits mereka
tafsirkan berdasarkan logika semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu tidak
bisa menjamin seluruh kebenaran, sebab logika itu hanya jalan pikiran yang
menyerap hasil tangkapan panca indera yang serba terbatas kemampuannya. Jadi
seharusnya logika dan akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Qura’n dan
Hadits, bukan sebaliknya.
Pokok-pokok ajaran Qadariyah menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul
Islam halaman 297/298 adalah :
1. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlah mukmin, tapi
fasik dan orang fasik itu masuk neraka secara kekal.
2. Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan
manusia lah yang menciptakannya dan karena itulah maka manusia akan
menerima pembalasan baik (surga) atas segala amal baiknya, dan menerima
balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal perbuatannya yang buruk
3. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu Maha Esa dalam arti bahwa,
Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar
dan melihat yang bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka Allah
SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan melihat dengan
zatnya sendiri.
4. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan
agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang
menyebabkan baik atau buruk.
4. Aliran Jabariyah
Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa.
Sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan
perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada
Allah.Dan dalam bahasa inggris disebut dengan fatalism atau predestination, yaitu
paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia di tentukan sejak semula oleh
qada dan qadar Tuhan.
4
Menurut catatan sejarah, paham jabariyah ini di duga telah ada sejak
sebalum agama Islam datang ke masyarakat arab. Kehidupan bangsa arab yang
diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar terhadap hidup
mereka, dengan keadaan yang sangat tidak bersahabat dengan mereka pada waktu
itu. Hal ini kemudian mendasari mereka untuk tidak bisa berbuat apa-apa, dan
menyebabkan mereka semata-mata tunduk dan patuh kepada kehendak Tuhan.
5. Aliran Syi’ah
Syi’ah adalah golongan orang yang menyanjung dan memuji sayyidina Ali
secara berlebih-lebihan. Karena mreka beranggapan bahwa Ali yang lebih berhak
menjadi khalifah mengganti nabi Muhammad SAW, berdasarkan wasiatnya.
Sedangkan khalifah-khalifah, seperti Abu bakar as-shiddiq, Umar bin Khatab dan
Utsman bin Affan dianggap sebagai penggasap atau perampas khilafah.
2.Keyakinan bahwa imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa)
3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup
kembali sebelum hari Kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya,
yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.
4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib,
baik yang lalu maupun yang akan datang. Padahal hal ini hanya dimiliki oleh Alloh
Subhanahu wa Ta’ala semata,yaitu mengetahui perkara yang ghaib.
5. Keyakinan mereka yang sesat kalau Ali bin Abi Thalib adalah tuhan,sebagaimana
5
yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba' dan akhirnya mereka
dibakar hidup-hidup oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.
6. Keyakinan mereka dalam mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan
Umar bin Khattab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali
terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut
6. Aliran Karamiyah
7. Aliran Mu’tazilah
Aliran ini lahir berawal dari tanggapan Washil bin atha’ salah seorang murid
Hasan basri di Bashrah, atas pemikiran dilontarkan khawarij tentang pelaku dosa
besar. Ketika Hasan Basri bertanya tentang tanggapab Washil bin atha’ terhadap
pemikiran khawarij tersebut , dia menjawab bahwa pelaku dosa besar bukan
mukmin dan juga bukan kafir. Mereka berada dalam posisi antara mukmin dan
kafir(orang fasik). Kemudian Wahil memisahkan diri dari jamaah Hasan Basri, dan
gurunya itu secara spontan berkata “I’tazala ‘anna” (wasil memisahkan diri dari kita
semua). Karena itu kemudian pemikiran yang dikembangkan washil menjadi
sebuah aliran yang oleh anggota jamaah Hasan Basri dinamai dengan Mu’tazilah.
Setiap orang islam harus percaya akan keadilan Allah, tetap Aliran Mu’azilah,
memperdalam arti keadilan serta menunjukkan batas-batasnya, sehingga
6
menimbulkan beberapa masalah. Dasar keadilan yang diyakini oleh kau Mu’tazilah
adalah meletakkan pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatannya. Dalam
menafsirkan keadilan tersebut mereka mengatakan sebagai berikut:
Karena prinsip ini, Washil bin atha’ memisahkan diri dari majlis Hasan basri,
seperti yang disebutkan di atas. Menurut pendapatnya, seorang muslim yang
mengerjakan dosa besar ia tergolong bukan mukmin tetapi juga tidak kafir,
melainkan menjadi orang yang fasik. Jadi kefasikan merupakan tempat tersendiri
antara “kufur” dan “iman". Tingkatan seorang fasik berada dibawah orang mukmin
dan diatas orang kafir.
Ajaran mu’tazilah mengenal tuntutan untuk berbuat baik dan mencegah segala
perbuatan yang tercela, ini lebih banyak berkaitan dengan fiqh
Adapun pokok-pokok pikiran golongan ahlus sunnah wal jamaah adalah sebagai
berikut :
1. Megimani dan mengamalkan semuaq yang datang dari Rosulillah saw. Baik
yang tercantum di al-Qur’an ataupun di Hadits sebagai bukti dari sikap
‘ubudiyyah pada Allah SWT.
7
2. Tidak mencaci makai para Sahabat Nabi, tetapi menghormati dan memintakan
ampunan untuk mereka.
3. Bersedia untuk taqlid pada Ijtihad para Ulama’ Madzahib dalam berbagai
masa’il diniyah fiqhiyyah, disamping mempelajari dalil-dalilnya
4. Mengimani ayat-ayat mutasyabihat tanpa berusaha untuk mena’wil yang
sampai pada batas mentasybihan maupun penta’thilan (menafikan sifat-sifat
Allah)
5. Meyakini bahwa al-Qur’an adalah Kalamullah al-Qadim, tidak makhluk dan
tidak mengalami perubahan.
6. Tidak beranggapan bahwa Imamah adalah rukum Iman, namun sebagai
kewajiban / dlarurah ‘aammah demi kemashlahatan ummat untuk
menjalankan syari’at Islam.
7. Mengakui kekhilafan Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan
Ali).
8. Mencintai ahlul bait Rasulullah SAWdengan tanpa lewat jalur Syi’ah
(dibatasi pada 12 imam dan mengkafir-kafirkan sahabat).
9. Mempercayai bahwa besok di Akhirat orang mu’min dapat melihat Allah
SWT sebagaimana dalam firman-firmanNya.
10. Tidak mengingkari pada bolehnya tawassul dan adanya karomah Auliya’.
11. Tidak membenarkan ajaran taqiyyah, yakni melahirkan sesuatu yang
bertentangan dengan nurani hanya untuk menipu ummat Islam.
12. Percaya bahwa sebaik-baik periode adalah masa Rasulullah SAW setelah itu
adalah Sahabatnya, setelahnya adalah Tabi’in…Tabi’it Tabi’in dst.
9. Aliran Salafiyah
Secara bahasa salafiyah berasal dari kata “salaf” yang berarti terdahulu,
yang dimaksud terdahulu disini adalah orang-orang terdahulu yang semasa Rasul
SAW, para sahabat, para tabi’in, dan tabitt tabi’in. sedangakan salafiyah berarti
orang-orang yang mengikuti salaf.
Istilah salaf mulai dikenal dan muncul beberapa abad abad sesudah Rasul
SAW wafat, yaitu sejak ada orang atau golongan yang tidak puas memahami al
Qur’an dan hadits tanpa ta’wil, terutama untuk menjelaskan maksud-maksud
tersirat dari ayat-ayat al-Qur’an sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak
layak bagi Allah SWT. Orang yang termasuk dalam kategori salaf adalah orang
yang hidup sebelum tahun 300 hijriah, orang yang hidup sesudah tahun 300 H
termasuk dalam kategori khalaf.
a. Masalah Aqidah
Aliran Salaf mengakui ke-Esa-an Tuhan, mereka berusaha untuk mensucikan
Tuhan dari segala sesuatu yang menyerupai-Nya tanpa menghilangkan sifat-sifat
yang dimiliki-Nya. Tuhan tetap mempunyai beberapa sifat dan nama tanpa
mempermasalahkan lebih jauh. Begitu pula tentang keyakinan sepenuhnya terhadap
8
kerasulan Muhammad saw dan syafa’atnya bagi orang-orang yang beriman
dikemudian hari. Selanjutnya mereka juga meyakini adanya hari kebangkitan
sebagaimana yang diberitahukan oleh Al Qur’an dan hadis-hadis Nabi tanpa
mempertanyakan lebih jauh. Begitu pula terhadap rukun Iman yang lain, mereka
yakini sepenuhnya.
b. Masalah Muamalat
Hukum mengenai masyarakat yang di bawa oleh Nabi Muhammad saw.
berdasarkan pada :
4. Al Qur’an dan Sunnah berusaha memperbaiki nasib kaum wanita dan orang-
orang yang miskin.
c. Masalah Ilmu
b. Rukun Iman
Rukun Iman (bahasa Arab: )اإليمان أركانyaitu pilar keimanan dalam Islam yang
harus dimiliki seorang muslim. Jumlahnya ada enam. Enam rukun iman ini
didasarkan dari ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits Jibril yang terdapat dalam
kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim yang diriwayatkan dari Umar bin
Khathab.
Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah
syar’i, iman adalah keyakinan dalam hati, perkataan dilisan, amalan dengan anggota
badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.
9
Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter, keyakinan hati, perkataan
lisan, dan amal perbuatan bisa bertambah bisa berkurang.
Rukun iman ada 6, yaitu :
1. Iman Kepada Allah
Seorang tidak dikatakan beriman pada Allah hingga dia mengimani 4 hal:
mengimani adanya Allah. Mengimani rububiah Allah, bahwa tdak ada yang
mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah.
Mengimani uluhiyah Allah. Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah SWT.
Mengimani semua nama dan sifat Allah(asmaul husna) yang Allah telah tetapkan
untuk dirinya dan nabinya tetapkan untuk Allah, serta menjauh sikap
menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan
menyerupaknnya.
2. Iman kepada malaikat Allah
Dengan iman kita mempercayai wujudnya makhluk ghaib bernama malaikat yang
melaksanakan tugasnya menurut perintah Allah. Wajib kita mempercayai alam
ghaib seperti yang diberitakan Allah dan menolak segala bentuk benda ghaib yang
tidak diberitakan Allah.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah ucapan-nya dan bukanlah
ciptaannya. Karena ucapan merupakan sifat Allah dan sifat Allah bukanlah
makhluk. Muslim wajib mengimani bahwa alquran merupakan penghapus hukum
dari semua kitab suci sebelumnya.
4. Iman kepada rasul Allah
Mengimani bahwa ada diantara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah ta’ala
pilih sebagai perantara antara dirinya dengan para makhluknya. Akan tetapi
mereka semua tetap merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai
sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul
adalah kebatilan yang nyata.kita wajib mengimani bahwa semua wahyu pada
nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah SWT. Juga wajib
mengakui setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita
ketahui namanya.
5. Iman kepada hari akhir
Mengimani semua yang terjadi dialam barsakh (di antara dunia dan akhirat)
berupa fitnah kubur (nikmat kubur atau siksa kubur). Mengimani tanda-tanda hari
kiamat. Mengimani hari kebangkitan dipadang mahsyar hingga berakhir di surge
atau neraka.
10
c. Urgensi akidah bagi setiap muslim
Ada beberapa arti penting pembahasan aqidah bagi setiap muslim, yaitu :
1. Akidah adalah latar belakang dari diciptakannya alam semesta beserta isinya
2. Akidah adalah misi utama diutusnya para nabi dan rasul.
3. Akidah adalah fokus dakwah para nabi dan rasul.
4. Akidah adalah wasiat para orang-orang soleh.
5. Akidah khususnya Tauhid, adalah ilmu yang paling mulia.
6. Akidah adalah pilar tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan.
7. Akidah adalah asas tarbiyah islamiyah.
Dari uraian diatas jelas bagi kita semua bahwa tauhid adalah kewajiban asasi bagi
setiap muslim. Dengannya, seorang muslim memulai kehidupan dan meninggalkan
kehidupan. Tugas dari seorang muslim adalah merealisasikan, menegakkan, dan
mendakwahkan kalimat tauhid karena tauhid adalah pangkal kebahagiaan hidup
yang hakiki dan satu-satunya wadah pemersatu kaum mukminin dibawah keridhoan
Allah.
PENUTUP
Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa akidah dalam kehidupan manusia
sangatlah penting. Akidah yang memeperkuat iman kita. Akidah adalah ketetapan
yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan, atau sebuah
keyakinan. Keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT dimana tidak ada keraguan
di dalam dirinya. Yakin bahwa Allah itu Esa/ satu, dan tidak berbuat kafir atau
menyekutukan Allah.
Dengan akidah yang baik maka kita pun akan menjadi manusia muslim yang
baik, begitu juga sebaliknya dengan akidah yang buruk maka kita akan menjadi
manusia muslim yang buruk. Akidah adalah penyempurna agama kita, karena
akidah selalu bersumber dari Al-Quran dan Hadis. Dengan begitu tidak akan ada
keragu-raguan lagi dalam hidup kita. Walaupun ada perbedaan dalam aliran – aliran
akidah, kita tetap bisa mengambil pelajaran atau hikmah dari adanya aliran-aliran
itu. untuk ajaran yang baik dapat diamalkan dan meninggalkan yang buruk.
Terlepas dari itu semua, mempelajari ilmu akidah adalah suatu kewajiban bagi
orang-orang muslim melihat begitu banyaknya manfaat yang bisa didapat dari
mempelajari akidah.
11
DAFTAR PUSTAKA
12