Anda di halaman 1dari 12

URGENSI AKIDAH DALAM KEHIDUPAN

A. Pengertian Akidah
1. Secara Etimologi kata “akidah” diambil dari kata dasar “al-aqdu” yaitu ar-
rabth (ikatan), al-ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstuq
(menjadi kokoh,kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-
tamaasuk (pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Diantaranya juga
mempunyai arti al-yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan). Akidah
artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedangkan pengertian akidah dalam agama maksudnya adalah
berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti akidah dengan adanya
Allah dan utusan-Nya para Rasul. Bentuk jamak dalam akidah adalah aqa-id.

Akidah Islam itu sendiri bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah, bukan dari
akal atau pikiran manusia. Akal pikiran itu hanya dikenakan untuk memahami
apa yang terkandung pada kedua sumber akidah tersebut yang mana wajib untuk
diyakini dan diamalkan.

a. Secara Terminology

Akidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa
akan menjadi tentram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh
dan kokoh, yang tidak dicampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

b. Menurut Hasan Al-Banna

“aqa-id” bentuk jamak dari akidah adalah beberapa perkara yang wajib
diyakini kebenarannya oleh hati, dan mendatangkan ketentraman jiwa yang
tidak dicampuri sedikit dengan keragua-raguan.

c. Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy

Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh
manusia di dalam hati serta diyakini kesakhikhannya dan keberadaannya secara
pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
B. Ruang Lingkup akidah
Menurut Hasan Al-Banna, sistematika ruang lingkup pembahasan akidah adalah
sebagai berikut.
1. Ilahiyyat : pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
ilahi seperti wujud Allah dan sifat-sifat Allah
2. Nubuwat : pembahsan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
nabi dan rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mukjizat
dan sebagainya

1
3. Ruhaniyat : pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
alam metafisik seperti malaikat, jin, iblis, syaitan, roh dan lain-lain
4. Sam’iyyat : pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
lewat sam’I (dalil naqli berupa al-quran dan sunnah) seperti alam barzah,
akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surge dan neraka.
C. Tingkatan Akidah
1. Tingkat Taqlid
Tingkatan akidah yang sumber keyakinannya didasarkan atas pendapat
orang yang diikutinya tanpa dipikirkan lagi
2. Tingkatan ilmul yaqin
Tingkatan keyakinan yang didasarkan atas bukti dan dalil yang jelas, tetapi
belum sampai menemukan hubungan yang kuat antara objek keyakianan
dan dalil yang diperolehnya sehingga memungkinkan orang terkecoh oleh
sanggahan-sanggahan / dalil-dalil yang lain yang lebih rasional dan lebih
mendalam
3. Tingkatan ‘ainul Yakin
Tingkat keyakinan, yang didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah, dan
mendalam, sehingga mampu membuktikan hubungan antara objek
keyakinan dan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang
rasional terhadap sanggahan sanggahan yang datang sehingga tidak
mungkin terkecoh oleh argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya.
4. Tingkat Haqqul Yakin
Tingkat keyakinan yang disamping didasarkan pada dalil-dalil rasional,
ilmiah dan mendalam, dan mampu membuktikan hubungan antara objek
keyakian dan dalil-dalil serta mampu memberikan argumentasi yang
rasional dan selanjutnya dapat menemukan dan merasakan keyakinan
tersebut melalui pengalaman agamanya
a. Aliran – aliran dalam akidah

1. Aliran Khawarij

Aliran Khawarij merupakan Aliran teologi tertua yang merupakan Aliran


pertama yang muncul dalam teologi Islam. Menurut Ibnu Abi Bakar Ahmad Al-
Syahrastani, Khawarij adalah setiap orang yang keluar dari imam yang hak dan
telah di sepakati para jema’ah, baik ia keluar pada masa sahabat khulafaur rasyidin,
atau pada masa tabi’in secara baik-baik. Menurut bahasa nama khawarij ini berasal
dari kata “kharaja” yang berarti keluar.

Kelompok khawarij ini merupakan bagian dari kelompok pendukung Ali


yang memisahkan diri, dengan alasan tidak setuju pada sikap Ali bin abi Thalib
yang menerima tahkim (arbitrase) dalam upaya untuk menyelesaikan persilisihan
dan konfliknya dengan mu’awiyah bin abi sofyan, gubernur syam, pada waktu
perang siffin. Mereka beralasan bahwa tahkim itu merupakan penyelesaian masalah
yang tidak di dasarkan pada ajaran Al-Qur’an, tapi ditentukan oleh manusia sendiri,
dan orang yang tidak Memutuskan hukum dengan al-quran adalah kafir.

2
Atas dasar ini, kemudian golongan yang semula mendukung Ali ini selanjutnya
berbalik menentang dan memusuhi Ali beserta tiga orang tokoh pelaku tahkim
lainnya yaitu Abu Musa Al-Asyari, Mu’awiyah bin Abi Sofyan dan Amr Bin Ash.

Secara umum ajaran-ajaran pokok Khawarij adalah:

1. Orang Islam yang melakukan Dosa besar adalah kafir; dan harus di bunuh.
2. Orang-orang yang terlibat dalam perang jamal (perang antara Aisyah,
Talhah, dan zubair, dengan Ali bin abi talib) dan para pelaku tahkim—
termasuk yang menerima dan mambenarkannya – di hukum kafir;
3. Khalifah harus dipilih langsung oleh rakyat.
4. Khalifah tidak harus keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang muslim
berhak menjadi Khalifah apabila sudah memenuhi syarat.
5. Khalifah di pilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
dan menjalankan syari’at islam, dan di jatuhi hukuman mati bila zhalim.
6. Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh dari masa
kekhalifahannya Usman r.a dianggap telah menyeleweng,
7. Khalifah Ali dianggap menyelewang setelah terjadi Tahkim (Arbitrase).

2. Aliran Murji’ah

Aliran Murji’ah ini muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau
terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa
besar, sebagai mana hal itu dilakukan oleh aliran khawarij. Mereka menangguhkan
penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim itu di hadapan
Tuhan, karena hanya Tuhanlah yang mengetahui keadaan iman seseorang.
Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa besar masih di anggap mukmin
di hadapan mereka. Orang mukmin yang melakukan dosa besar itu dianggap tetap
mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad sebagai Rasulnya.
Dengan kata lain bahwa orang mukmin sekalipun melakukan dosa besar masih tetap
mangucapkan dua kalimat syahadat yang menjadi dasar utama dari iman. Oleh
karena itu orang tersebut masih tetap mukmin, bukan kafir. Pandangan mereka itu
terlihat pada kata murji’ah yang barasal dari kata arja-a yang berarti
menangguhkan, mengakhirkan dan memberi pengharapan.

Ajaran-ajaran pokok murji’ah dapat disimpulan sebagai berikut: .

1. Iman Hanya membenarkan (pengakuan) di dalam Hati


2. Orang islam yang melakukan dosa besar tidak dihukumkan kafir. Muslim
tersebut tetap mukmin selama ia mengakui dua kalimat syahadat.
3. Hukum terhadap perbuatan manusia di tangguhkan hingga hari kiamat

3. Aliran Qadariyah

Qadariyah berasal dari kata qadara yang berarti memutuskan dan memiliki
kekuatan atau kemampuan. Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran
yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham qadariyah, manusia di

3
pandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan
bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar dan
qada Tuhan

Mazhab qadariyah muncul sekitar tahun 70 H(689 M). Ajaran-ajaran


tentang Mazhab ini banyak memiliki persamaan dengan ajaran Mu’tazilah sehingga
Aliran Qadariyah ini sering juga disebut dengan aliran Mu’tazilah, kesamaan
keduanya terletak pada kepercayaan keduanya yang menyatakan bahwa manusia
mampu mewujudkan tindakan dan perbuatannya, dan tuhan tidak campur tangan
dalam perbuatan manusia ini, dan mereka menolak segala sesuatu terjadi karena
qada dan qadar Allah SWT.

Aliran ini merupakan aliran yang suka mendahulukan akal dan pikiran dari
pada prinsip ajaran Al-Qur’an dan hadits sendiri. Al-Qur’an dan Hadits mereka
tafsirkan berdasarkan logika semata-mata. Padahal kita tahu bahwa logika itu tidak
bisa menjamin seluruh kebenaran, sebab logika itu hanya jalan pikiran yang
menyerap hasil tangkapan panca indera yang serba terbatas kemampuannya. Jadi
seharusnya logika dan akal pikiranlah yang harus tunduk kepada Al-Qura’n dan
Hadits, bukan sebaliknya.

Pokok-pokok ajaran Qadariyah menurut Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul
Islam halaman 297/298 adalah :

1. Orang yang berdosa besar itu bukanlah kafir, dan bukanlah mukmin, tapi
fasik dan orang fasik itu masuk neraka secara kekal.
2. Allah SWT. Tidak menciptakan amal perbuatan manusia, melainkan
manusia lah yang menciptakannya dan karena itulah maka manusia akan
menerima pembalasan baik (surga) atas segala amal baiknya, dan menerima
balasan buruk (siksa Neraka) atas segala amal perbuatannya yang buruk
3. Kaum Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu Maha Esa dalam arti bahwa,
Allah tidak memiliki sifat-sifat azali, seprti ilmu, Kudrat, hayat, mendengar
dan melihat yang bukan dengan zat nya sendiri. Menurut mereka Allah
SWT, itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengar, dan melihat dengan
zatnya sendiri.
4. Kaum Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia mampu mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk, walaupun Allah tidak menurunkan
agama. Sebab, katanya segala sesuatu ada yang memiliki sifat yang
menyebabkan baik atau buruk.

4. Aliran Jabariyah

Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa.
Sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan
perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada
Allah.Dan dalam bahasa inggris disebut dengan fatalism atau predestination, yaitu
paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia di tentukan sejak semula oleh
qada dan qadar Tuhan.

4
Menurut catatan sejarah, paham jabariyah ini di duga telah ada sejak
sebalum agama Islam datang ke masyarakat arab. Kehidupan bangsa arab yang
diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar terhadap hidup
mereka, dengan keadaan yang sangat tidak bersahabat dengan mereka pada waktu
itu. Hal ini kemudian mendasari mereka untuk tidak bisa berbuat apa-apa, dan
menyebabkan mereka semata-mata tunduk dan patuh kepada kehendak Tuhan.

Pokok-pokok ajaran Aliran Jabariyah adalah sebagai berikut :

1. Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap


perbuatannya baik yang buruk ataupun baik, hanya Allah sematalah yang
menentukannya.
2. Bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.
3. Ilmu Allah bersifat Huduts (baru)
4. Iman cukup dalam hati saja tanpa harus diucapkan .
5. Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaanNya.
6. Bahwa surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah bersama
penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
7. Bahwa Allah tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga.
8. Bahwa Alqur'an adalah makhluk dan bukan kalamullah

5. Aliran Syi’ah

Syi’ah adalah golongan orang yang menyanjung dan memuji sayyidina Ali
secara berlebih-lebihan. Karena mreka beranggapan bahwa Ali yang lebih berhak
menjadi khalifah mengganti nabi Muhammad SAW, berdasarkan wasiatnya.
Sedangkan khalifah-khalifah, seperti Abu bakar as-shiddiq, Umar bin Khatab dan
Utsman bin Affan dianggap sebagai penggasap atau perampas khilafah.

Pokok-Pokok ajaran syi’ah :

1.Keyakinan bahwa imam/khalifah sesudah Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam


adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi ‘shollallohu alaihi wasallam.
Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin
Abi Thalib.

2.Keyakinan bahwa imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa)
3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup
kembali sebelum hari Kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya,
yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.

4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib,
baik yang lalu maupun yang akan datang. Padahal hal ini hanya dimiliki oleh Alloh
Subhanahu wa Ta’ala semata,yaitu mengetahui perkara yang ghaib.

5. Keyakinan mereka yang sesat kalau Ali bin Abi Thalib adalah tuhan,sebagaimana

5
yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba' dan akhirnya mereka
dibakar hidup-hidup oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.

6. Keyakinan mereka dalam mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan
Umar bin Khattab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali
terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut
6. Aliran Karamiyah

Golongan ini perpendapat, bahwa yang diwajibkan kepada setiap muslim


hanyalah pengakuan lisan saja atas kebenaran Rasul. Artinya cukuplah seseorang
dengan mengucapkan dua kalimat syahadat saja, sekalipun tanpa amal dan tashdiq
di hati. Ajaran yang dijelaskan dalam aliran ini ialah bahwasanya yang diwajibkan
pada setiap muslim ialah hanya pengakuan keimanan secara lisan saja, tidak harus
dibarengi dengan keyakinan dan perbuatan. Dan aliran ini menganggap
bahwasanya seorang muslim sudah sempurna imanya hanya dengan ia mengatakan
dua kalimah syahadat saja. Aliran Karamiyah juga meyakini bahwa kalam Ilahi
terdiri dari suara dan huruf-huruf, dan kalam Ilahi itu bersifat hadis dan menyatu
dengan zat Allah Swt, dan mereka mengatakan bahwa tidak ada masalah
menggandengkan sifat hadis pada zat yang qadim.

7. Aliran Mu’tazilah

Aliran ini lahir berawal dari tanggapan Washil bin atha’ salah seorang murid
Hasan basri di Bashrah, atas pemikiran dilontarkan khawarij tentang pelaku dosa
besar. Ketika Hasan Basri bertanya tentang tanggapab Washil bin atha’ terhadap
pemikiran khawarij tersebut , dia menjawab bahwa pelaku dosa besar bukan
mukmin dan juga bukan kafir. Mereka berada dalam posisi antara mukmin dan
kafir(orang fasik). Kemudian Wahil memisahkan diri dari jamaah Hasan Basri, dan
gurunya itu secara spontan berkata “I’tazala ‘anna” (wasil memisahkan diri dari kita
semua). Karena itu kemudian pemikiran yang dikembangkan washil menjadi
sebuah aliran yang oleh anggota jamaah Hasan Basri dinamai dengan Mu’tazilah.

Aliran Mu’tazilah meiliki lima ajaran pokok yaitu:

1. Tauhid ke-Esaan Allah SWT

Terkait hal ini Mu’tazilah berpendapat

 mengingkari sifat-sifat Allah SWT. Menurut kaum mu’tazilah apa yang


dikatakan sifat adalah tak lain dari zatnya sendiri.
 Al-Qur’an menurutnya adalah makhluk baru
 Allah di akhirat kelak tidak dapat dilihat oleh panca indra manusia, karena
Allah tidak akan terjangkau oleh mata.

2. Keadilan Allah SWT

Setiap orang islam harus percaya akan keadilan Allah, tetap Aliran Mu’azilah,
memperdalam arti keadilan serta menunjukkan batas-batasnya, sehingga

6
menimbulkan beberapa masalah. Dasar keadilan yang diyakini oleh kau Mu’tazilah
adalah meletakkan pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatannya. Dalam
menafsirkan keadilan tersebut mereka mengatakan sebagai berikut:

Tuhan tidak menghendaki keburukan, tidak menciptakan perbuatan manusia.


Manusia bisa mengerjakan perintah-perintahnya dan meninggalkan larangannya,
dengan kekuasaan yang diciptakannya terhadap diri manusia.

3. Janji dan Ancaman

Aliran mu’tazilah berpendapat, bahwa Allah SWT tidak akan mengingkari


janjinya, memberi pahala kepada orang muslim yang berbuat baik, dan
menimpakan azab pada yang berbuat dosa.

4. Posisi diantara dua Posisi

Karena prinsip ini, Washil bin atha’ memisahkan diri dari majlis Hasan basri,
seperti yang disebutkan di atas. Menurut pendapatnya, seorang muslim yang
mengerjakan dosa besar ia tergolong bukan mukmin tetapi juga tidak kafir,
melainkan menjadi orang yang fasik. Jadi kefasikan merupakan tempat tersendiri
antara “kufur” dan “iman". Tingkatan seorang fasik berada dibawah orang mukmin
dan diatas orang kafir.

5. Amar makruf dan nahi mungkar

Ajaran mu’tazilah mengenal tuntutan untuk berbuat baik dan mencegah segala
perbuatan yang tercela, ini lebih banyak berkaitan dengan fiqh

8. Aliran Ahlus sunnah Wal jamaah

Kelompok ini biasa menyebut dirinya sebagai islami Aswaja. Pemahaman


mereka ialah bahwa yang dihukumkan dengan orang islam adalah orang yang
memenuhi tiga syarat: menuturkan dua kalimat syahadat dengan lisan, dan diikuti
dengan kepercayaan hati dan dibuktikan dengan amal. Menurut Ahlus sunnah wal
jamaah, bahwa orang yang mengerjakan dosa besar atau mengingkari kewajiban-
kewajiban yang diperintahkan Allah sampai mati belum sempat tobat, dihukumkan
sebagai mukmin yang melakukan maksiat. Hukumnya diakhirat kelak, bila tidak
memperoleh ampunan oleh Allah SWT akan masuk neraka untuk menjalani
hukumannya. Sesudah menjalani azab dan hukumannya itu, ada harapan mendapat
kebebasan dan masuk surga.

Adapun pokok-pokok pikiran golongan ahlus sunnah wal jamaah adalah sebagai
berikut :

1. Megimani dan mengamalkan semuaq yang datang dari Rosulillah saw. Baik
yang tercantum di al-Qur’an ataupun di Hadits sebagai bukti dari sikap
‘ubudiyyah pada Allah SWT.

7
2. Tidak mencaci makai para Sahabat Nabi, tetapi menghormati dan memintakan
ampunan untuk mereka.
3. Bersedia untuk taqlid pada Ijtihad para Ulama’ Madzahib dalam berbagai
masa’il diniyah fiqhiyyah, disamping mempelajari dalil-dalilnya
4. Mengimani ayat-ayat mutasyabihat tanpa berusaha untuk mena’wil yang
sampai pada batas mentasybihan maupun penta’thilan (menafikan sifat-sifat
Allah)
5. Meyakini bahwa al-Qur’an adalah Kalamullah al-Qadim, tidak makhluk dan
tidak mengalami perubahan.
6. Tidak beranggapan bahwa Imamah adalah rukum Iman, namun sebagai
kewajiban / dlarurah ‘aammah demi kemashlahatan ummat untuk
menjalankan syari’at Islam.
7. Mengakui kekhilafan Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan
Ali).
8. Mencintai ahlul bait Rasulullah SAWdengan tanpa lewat jalur Syi’ah
(dibatasi pada 12 imam dan mengkafir-kafirkan sahabat).
9. Mempercayai bahwa besok di Akhirat orang mu’min dapat melihat Allah
SWT sebagaimana dalam firman-firmanNya.
10. Tidak mengingkari pada bolehnya tawassul dan adanya karomah Auliya’.
11. Tidak membenarkan ajaran taqiyyah, yakni melahirkan sesuatu yang
bertentangan dengan nurani hanya untuk menipu ummat Islam.
12. Percaya bahwa sebaik-baik periode adalah masa Rasulullah SAW setelah itu
adalah Sahabatnya, setelahnya adalah Tabi’in…Tabi’it Tabi’in dst.

9. Aliran Salafiyah

Secara bahasa salafiyah berasal dari kata “salaf” yang berarti terdahulu,
yang dimaksud terdahulu disini adalah orang-orang terdahulu yang semasa Rasul
SAW, para sahabat, para tabi’in, dan tabitt tabi’in. sedangakan salafiyah berarti
orang-orang yang mengikuti salaf.

Istilah salaf mulai dikenal dan muncul beberapa abad abad sesudah Rasul
SAW wafat, yaitu sejak ada orang atau golongan yang tidak puas memahami al
Qur’an dan hadits tanpa ta’wil, terutama untuk menjelaskan maksud-maksud
tersirat dari ayat-ayat al-Qur’an sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak
layak bagi Allah SWT. Orang yang termasuk dalam kategori salaf adalah orang
yang hidup sebelum tahun 300 hijriah, orang yang hidup sesudah tahun 300 H
termasuk dalam kategori khalaf.

Berikut ini adalah pokok-pokok ajaran aliran Salafiyah :

a. Masalah Aqidah
Aliran Salaf mengakui ke-Esa-an Tuhan, mereka berusaha untuk mensucikan
Tuhan dari segala sesuatu yang menyerupai-Nya tanpa menghilangkan sifat-sifat
yang dimiliki-Nya. Tuhan tetap mempunyai beberapa sifat dan nama tanpa
mempermasalahkan lebih jauh. Begitu pula tentang keyakinan sepenuhnya terhadap

8
kerasulan Muhammad saw dan syafa’atnya bagi orang-orang yang beriman
dikemudian hari. Selanjutnya mereka juga meyakini adanya hari kebangkitan
sebagaimana yang diberitahukan oleh Al Qur’an dan hadis-hadis Nabi tanpa
mempertanyakan lebih jauh. Begitu pula terhadap rukun Iman yang lain, mereka
yakini sepenuhnya.

b. Masalah Muamalat
Hukum mengenai masyarakat yang di bawa oleh Nabi Muhammad saw.
berdasarkan pada :

1. Al Qur’an dan Sunnah mewajibkan permusyawaratan dalam menetapkan hukum


2. Al Qur’an memerintahkan berbuat adil, kebajikan, menciptakan rasa persamaan
dan persaudaraan dengan memperhatikan prikemanusiaan.

3. Al Qur’an dan Sunnah mencegah peperangan yang bersifat permusuhan antara


satu golongan dengan yang lain

4. Al Qur’an dan Sunnah berusaha memperbaiki nasib kaum wanita dan orang-
orang yang miskin.

5. Al Qur’an dan Sunnah sudah menjelaskan perbedaan hak dalam masyarakat.


Adapun praktek dasar tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah, sahabat-
sahabat dan tabi’in serta tabi’ tabi’in, dan dapat disesuaikan dengan perkembangan
masyarakat tanpa menyalahi prinsip tersebut di atas

c. Masalah Ilmu

1. Orang-orang Salaf hanya mempelajari dan mengamalkan ilmu yang bermanfaat


2. Mereka menjauhkan diri dari ilmu pengetahuan yang memberi mudharat yang
tidak ada sumbernya dari Al Qur’an dan Sunnah
3. Mereka hanya menunjukkan ilmu yang bersumber dari al Qur’an dan Hadis
4. Mereka menghindari tentang hal mempersoalkan masalah qadar
Oleh karena itu, menurut mereka hanya ada tiga macam ilmu yaitu: Al Qur’an,
hadis dan apa yang telah disepakati oleh orang-orang Islam.

b. Rukun Iman
Rukun Iman (bahasa Arab: ‫ )اإليمان أركان‬yaitu pilar keimanan dalam Islam yang
harus dimiliki seorang muslim. Jumlahnya ada enam. Enam rukun iman ini
didasarkan dari ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits Jibril yang terdapat dalam
kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim yang diriwayatkan dari Umar bin
Khathab.
Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah
syar’i, iman adalah keyakinan dalam hati, perkataan dilisan, amalan dengan anggota
badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat.

9
Dengan demikian definisi iman memiliki 5 karakter, keyakinan hati, perkataan
lisan, dan amal perbuatan bisa bertambah bisa berkurang.
Rukun iman ada 6, yaitu :
1. Iman Kepada Allah
Seorang tidak dikatakan beriman pada Allah hingga dia mengimani 4 hal:
mengimani adanya Allah. Mengimani rububiah Allah, bahwa tdak ada yang
mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah.
Mengimani uluhiyah Allah. Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah
selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah SWT.
Mengimani semua nama dan sifat Allah(asmaul husna) yang Allah telah tetapkan
untuk dirinya dan nabinya tetapkan untuk Allah, serta menjauh sikap
menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan
menyerupaknnya.
2. Iman kepada malaikat Allah
Dengan iman kita mempercayai wujudnya makhluk ghaib bernama malaikat yang
melaksanakan tugasnya menurut perintah Allah. Wajib kita mempercayai alam
ghaib seperti yang diberitakan Allah dan menolak segala bentuk benda ghaib yang
tidak diberitakan Allah.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah ucapan-nya dan bukanlah
ciptaannya. Karena ucapan merupakan sifat Allah dan sifat Allah bukanlah
makhluk. Muslim wajib mengimani bahwa alquran merupakan penghapus hukum
dari semua kitab suci sebelumnya.
4. Iman kepada rasul Allah
Mengimani bahwa ada diantara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah ta’ala
pilih sebagai perantara antara dirinya dengan para makhluknya. Akan tetapi
mereka semua tetap merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai
sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul
adalah kebatilan yang nyata.kita wajib mengimani bahwa semua wahyu pada
nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah SWT. Juga wajib
mengakui setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita
ketahui namanya.
5. Iman kepada hari akhir
Mengimani semua yang terjadi dialam barsakh (di antara dunia dan akhirat)
berupa fitnah kubur (nikmat kubur atau siksa kubur). Mengimani tanda-tanda hari
kiamat. Mengimani hari kebangkitan dipadang mahsyar hingga berakhir di surge
atau neraka.

6. Iman kepada Qada’ dan Qadar


Mengimani kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu berasal dari Allah
ta’ala. Karena seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat dan sifat mereka begitu pula
perbuatan mereka adalah ciptaan Allah.

10
c. Urgensi akidah bagi setiap muslim
Ada beberapa arti penting pembahasan aqidah bagi setiap muslim, yaitu :
1. Akidah adalah latar belakang dari diciptakannya alam semesta beserta isinya
2. Akidah adalah misi utama diutusnya para nabi dan rasul.
3. Akidah adalah fokus dakwah para nabi dan rasul.
4. Akidah adalah wasiat para orang-orang soleh.
5. Akidah khususnya Tauhid, adalah ilmu yang paling mulia.
6. Akidah adalah pilar tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan.
7. Akidah adalah asas tarbiyah islamiyah.
Dari uraian diatas jelas bagi kita semua bahwa tauhid adalah kewajiban asasi bagi
setiap muslim. Dengannya, seorang muslim memulai kehidupan dan meninggalkan
kehidupan. Tugas dari seorang muslim adalah merealisasikan, menegakkan, dan
mendakwahkan kalimat tauhid karena tauhid adalah pangkal kebahagiaan hidup
yang hakiki dan satu-satunya wadah pemersatu kaum mukminin dibawah keridhoan
Allah.

PENUTUP
Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa akidah dalam kehidupan manusia
sangatlah penting. Akidah yang memeperkuat iman kita. Akidah adalah ketetapan
yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan, atau sebuah
keyakinan. Keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT dimana tidak ada keraguan
di dalam dirinya. Yakin bahwa Allah itu Esa/ satu, dan tidak berbuat kafir atau
menyekutukan Allah.
Dengan akidah yang baik maka kita pun akan menjadi manusia muslim yang
baik, begitu juga sebaliknya dengan akidah yang buruk maka kita akan menjadi
manusia muslim yang buruk. Akidah adalah penyempurna agama kita, karena
akidah selalu bersumber dari Al-Quran dan Hadis. Dengan begitu tidak akan ada
keragu-raguan lagi dalam hidup kita. Walaupun ada perbedaan dalam aliran – aliran
akidah, kita tetap bisa mengambil pelajaran atau hikmah dari adanya aliran-aliran
itu. untuk ajaran yang baik dapat diamalkan dan meninggalkan yang buruk.
Terlepas dari itu semua, mempelajari ilmu akidah adalah suatu kewajiban bagi
orang-orang muslim melihat begitu banyaknya manfaat yang bisa didapat dari
mempelajari akidah.

11
DAFTAR PUSTAKA

No Name. 2008. Akidah Akhlak. Jakarta : Akika Pusaka


Afdil. “Aliran-aliran dalam akidah” . 22 November 2019.
http://mufdil.wordpress.com/2009/08/03/aliaran-aliran-dalam-ilmu-kalam/
Fathan, Mulia. “Akidah dan Ruang lingkupnya”. 22 November 2019 .
http://makalahruanglingkuppembahasanaqidah.blogspot.com/
Ardhi. “Makalah Akidah Islam”. 22 November 2019
http://ardhi21.blogspot.com/2012/10/makalah-aqidah-islam_260.html
Almustaghrak, Ilham. “Arti dan Ruang Lingkup Akidah”. 22 November 2019.
http://digitalreferensi.blogspot.com/2012/11/arti-dan-ruang-lingkup-aqidah.html
,Dr. Nashir bin Abdul Karim Al-Aql.” Dirasat fil Ahwaa' wal Firaq wal Bida' wa
Mauqifus Salaf minhaa” diakses dari http://koepas.org/index.php/2013-07-30-03-
42-10/akidah/310-ppas pada tanggal 22 November 2019 pukul 20.47 wita

12

Anda mungkin juga menyukai