MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Al-Qur’an Jurusan
Ilmu Hukum
Oleh:
10400119094
10400119093
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengkaji Al-Qur’an, memang sangat jarang kita lakukan dan mungkin belum
pernah kita lakukan karena kita lebih sering “mengaji” yang mana kita artikan sebagai
membaca saja tanpa memahami makna. Memang membaca saja pun sudah
mengandung nilai ibadah, namun hanya dengan membaca tanpa memahami kita belum
bisa mengerti berbagai keajaiban yang ada di dalam Al-Qur’an. Seperti kita ketahui
bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat yang diberikan kepada nabi Muhammad SAW yang
merupakan mukjizat terdahsyat yang tidak akan termakan zaman. Baginda Nabi pun
berpesan bahwa kita sebagai umatnya harus selalu berpegang pada Al-Qur’an agar
selamat dunia dan akhirat. Maka tentunya sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk
Wahyu Allah dalam Al-Qur’an menyangkut berbagai hal yang dapat dijadikan
diturunkan kepada Rasulullah SAW melalui Malaikat Jibril. Meskipun kalimat yang
digunakan adalah berbahasa Arab, namun orang Arab sekalipun tidak bisa seutuhnya
memahami bahasa dan makna di dalamnya. Itulah salah satu bukti kemukjizatan Al-
Qur’an yang tidak mungkin merupakan karya manusia. Sampai sekarang pun tidak
akan pernah habis untuk dikaji isi dalam Al-Qur’an dan tidak akan pernah termakan
zaman.
Kisah atau cerita dalam Al-Qur’an sangat sering disebutkan meskipun masih
jarang yang mengkajinya dibandingkan dengan petunjuk tentang perintah atau hukum-
hukum. Dalam makalah ini akan menyebutkan kajian kisah menurut beberapa
ilmuwan, diantaranya karya dari Ahmad Khalafullah dengan judul Al fann al qashashi
berupa kisah-kisah baik berupa kisah tokoh, ajaran, sejarah, dan lain-lain. Oleh karena
itu makalah ini akan mencoba membahas tentang beberapa kisah yang ada dalam Al-
Qur’an secara umum.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Kata "kissah" adalah bentuk masdar dari qassa, kata kerja dasar dengan akar
kata q, s, s, yang berarti ceritera, atau riwayat, atau menelusuri jejak. Orang Arab kuno
kata ini dalam banyak arti. Salah satu di antaranya ialah nama bagi salah satu cabang
seni sastra. Kisah yang paling pertama terkodifikasi di kalangan orang Arab adalah
kisah yang dikemukakan oleh Alquran terhadap umat-umat terdahulu. Kisah dalam arti
leksikal dapat bermakna ( الحـديثcerita) yaitu salah satu bagian dari kesusasteraan dan
Dalam pada itu, kisah Alquran dalam pengertian istilah berarti “Pemberitaan
Alquran tentang hal-ihwal umat yang telah lalu, nubuwwat (berita kenabian) yang
terdahulu, dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, yang disampaikan dengan cara
Dalam Alquran dijumpai berbagai macam kisah. Jika diteliti dari 6236 ayat,
terdapat sekitar 1600 ayat yang berisi kisah atau cerita. Jumlah 1600 ayat tersebut
hanyalah ayatayat yang berisi kisah sejarah, seperti kisah nabi-nabi dan rasul-rasul
Allah serta umat-umat terdahulu. Apabila dimasukkan juga kisah-kisah tamsiliyah atau
perumpamaan dan kisah-kisah ust}u>rah (legenda) tentu akan lebih banyak lagi
jumlahnya.34 Yang paling banyak jumlahnya di antara kisah tersebut adalah kisah
nabi-nabi dan rasul-rasul Allah. Dari segi pengungkapannya, maka kisah-kisah dalam
berbeda tanpa memberi kesan yang membosankan. Bentuk yang seperti ini
dipetik dari kisah tersebut. Hal ini sesuai dengan fitrah manusia yang kadang-
kadang tidak dapat menerima sesuatu jika hanya satu kali diajak.
2. Kadang-kadang pula Allah menyebut suatu kisah nabi dalam satu surah
tertentu, seperti kisah Nabi Yusuf yang hanya disebut dalam Surah Yusuf (12).
"Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-
senang dan (dapat) bermainmain, dan Sesungguhnya kami pasti menjaganya."
Di samping itu, masih ada lagi bentuk-bentuk lain pengungkapan kisah dalam
atau ringkasan kisah. Setelah itu, diuraikan perinciannya dari awal sampai akhir
cara yang seperti ini dapat dilihat dalam kisah Ashab al-Kahfi.
2. Pengungkapan kisah dimulai dari akhir cerita dan pelajaran yang dapat diambil.
Kemudian, kisah itu kembali diulangi dari awal hingga akhirnya secara rinci
sesuai dengan urutan peristiwanya. Cara seperti ini dijumpai dalam kisah Nabi
oleh pendahuluan dan kesimpulan. Metode seperti ini dapat dilihat dalam kisah
suatu kisah dengan beberapa kata. Setelah itu, kisah tersebut berbicara sendiri
melalui tokoh-tokohnya. Contoh ini dapat dilihat dalam kisah Nabi Ibrahim
dengan Ismail ketika membangun Ka'bah. Pada tempat yang lain, Sayid
C. Unsur-Unsur
Kisah Alquran, seperti juga kisah sastra murni atau cerita rekaan memiliki
dalam cerita rekaan sama dengan unsur-unsur yang terdapat dalam kisah Alquran,
tokoh cerita dan peristiwa dalam rekaan memang kadang-kadang ada tetapi juga
terdapat di dalamnya memang benar-benar ada dan pernah terjadi. Jika diteliti pendapat
para ahli menyangkut unsurunsur kisah Alquran, maka pada umumnya ada tiga unsur
yang terdapat dalam suatu kisah Alquran, yaitu: (1) peristiwa, (2) tokoh, dan (3)
dialog44 Pada umumnya, mereka tidak menjadikan tema dan amanat sebagai satu
unsur dalam kisah Alquran. Hal tersebut memang wajar mengingat bahwa tema dan
amanat itu bukanlah suatu hal yang berdiri sendiri, seperti ketiga unsur yang disebut
terdahulu, tetapi tema dan amanat merupakan unsur inti dalam satu kisah. Tema dan
Dalam suatu cerita atau kisah, peristiwa merupakan unsur yang harus ada.
Tanpa peristiwa, kisah tidak mungkin akan terbangun. Peristiwa-peristiwa dalam suatu
alur cerita. Alur inilah yang menjadi tulang punggung yang membangun cerita. Oleh
karena itu, pembahasan menyangkut alur dalam suatu kisah atau cerita merupakan hal
yang tidak dapat ditinggalkan, termasuk dalam membicarakan kisah Alquran. Rene
penceritaan. Menurut Muchtar Lubis, plot (alur) adalah cara menulis atau menyusun
cerita.
Tokoh dalam suatu kisah atau cerita adalah individu yang mengalami
peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Dengan demikian, suatu
cerita berkisah tentang seorang tokoh atau beberapa tokoh. Hal tersebut dapat dilihat
dalam kisah sastra maupun kisah Alquran. Tokoh dalam suatu cerita pada umumnya
adalah manusia, apakah itu seorang atau beberapa orang. Namun, kadang-kadang juga
yang menjadi tokoh bukan hanya manusia. Adakalanya, tokoh dalam suatu cerita
adalah binatang atau benda lain yang dimanusiakan. Dalam kisah sastra maupun kisah
Alquran, manusialah yang merupakan tokoh dominan. Dalam kisah Alquran, tokoh
cerita kadang-kadang manusia, kadang ruh atau makhluk halus, kadang binatang,
bahkan kadang setan dan iblis. Sehubungan dengan penokohan selain manusia dalam
3. Latar
Suatu cerita tidak hanya mamadai dengan tokoh dan masalah tetapi juga
memerlukan ruang yang terdiri atas waktu dan tempat. Waktu dan tempat ini disebut
latar atau setting. Dalam bahasa Arab latar disebut dengan al-zama>n wa al-maka>n
(( المكــان و الزمــانLatar menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abram,
l981:175). Latar memberikan pijakan cerita secara kongkret dan jelas. Hal ini penting
untuk mermberikan kesan realistis kepada pembaca. Karena memberikan pijakan pada
cerita, maka dalam suatu cerita pada awalnya biasanya diperkenalkan kepada pembaca
lukisan latar. Latar pada garis berasnya dibagi atas tiga macam, yaitu: latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial. 64 Latar tempat menunjukkan lokasi terjadinya suatu cerita.
Tempat bisa saja dilukiskan dengan nama jelas, bisa juga dengan nama tertentu, bisa
Gaya bahasa dalam bahasa Arab disebut uslu>b (( أسـلوبyang berarti t}ari>qah
(66(. طريقـةDalam bahasa Indonesia hal itu disebut juga dengan plastik bahasa. Hal
"Menggunakan bahasa itu sedemikian rupa sehingga tiap-tiap lukisan dan tiap-tiap
uraian berbentuk dan tidak samar-samar. Tenaga pembangun tersebut disebut plastik
bahasa. Kata plastik artinya bentuk atau lebih tempat kesanggupan memberi bentuk
tiap-tiap uraian."67 Gaya bahasa adalah alat bagi sastrawan untuk mengungkapkan
perasaannya dan menggambarkan sesuatu atau peristiwa sehingga menjadi indah, baik
dan jelas agar dapat mempengaruhi jiwa dan perasaan pembaca atau pendengar.
Dengan demikian, pembahasan atas gaya bahasa atau uslub akan membawa kepada
menentukan nilai suatu karya sastra adalah bahwa isi dan kandungannya memiliki
nilai-nilai yang baik dan bermanfaat.84 Nilai itu dapat dilihat pada tema dan amanat
kisah tersebut.
pelajaran terutama bila yang membacanya adalah dari kalangan orang-orang yang
yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
bukalah ceritera yang dibuat-buat sebagaimana dituduhkan oleh mereka yang tidak
dalam bentuk prinsip-prinsip yang kaya akan hikmah dan pelajaran dalam hidup
manusia terutama yang berhubungan dengan segala yang dibutuhkan umat manusia
menyangkut kemaslahatan dunia dan akhirat mereka, di samping itu ia juga menjadi
seorang nabi yang tidak tahu menulis dan membaca. Kedatangannya dalam kisah
dinashkan sendiri oleh Alquran pada awal atau akhir kisah. Hal tersebut dapat dilihat
pada permulaan beberapa kisah, seperti kisah Yusuf pada Surah Yusuf (12), kisah
Sebagai keterangan bahwa sesungguhnya semua agama berasal dari Allah. Mulai dari
masa Nabi Nuh sampai Muhammad, agama yang menjadi anutan mereka semuanya
berasal dari Allah. Oleh karena itu, orang-orang yang beriman dari masa Nuh sampai
masa sekarang ini merupakan satu umat yang menyembah hanya satu tuhan yaitu
Allah. Hal ini dapat kita lihat pada Surah al-Anbiya' (2l): 48, 49, 50, 51, 52 dan ayat-
Sebagai keterangan bahwa semua agama mempunyai kesatuan asas atau dasar. Hal
tersebut banyak digambarkan melalui kesamaan akidah para rasul Allah, yaitu konsep
keimanan kepada Allah. Hal ini dapat dilihat pada Surah al-A'raf (7): 59, 65, 73, dan
dakwahnya adalah satu atau sama. Hal ini dapat dilihat pada Surah Hud (11):25, 26,
Nabi Ibrahim lebih dekat dan lebih khusus jika dibandingkan dengan agama-
agama yang dibawa oleh nabi-nabi yang lain. Hal ini dapat disaksikan secara
berulang-ulang pada kisah Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa.
pilihannya. Hal ini dapat dilihat pada kisah Sulaiman, kisah Daud, kisah Ayyub,
5. Untuk memberi peringatan kepada anak cucu Adam akan bahaya pengaruh
PENUTUP
A. Kesimpulan
lain:
1. Kisah-kisah yang ada di dalam Al-Qur’an adalah murni datangnya dari Allah
2. Kisah-kisah dari orang terdahulu yang ada dalam Al-Qur’an bertujuan untuk
3. Tidak penting dan tidak layak bagi kita menambah-nambahi kisah yang Allah
memberi penjelasannya melalui hadits karena itu artinya tidak perlu untuk
diketahui.
4. Setiap kajian keilmuan, dalam hal ini tentang kisah dalam Al-Qur’an merupakan
hazanah keilmuan yang dapat kita ambil manfaat jika itu baik dan dapat kita
5. Yang terpenting dari semua kisah yang ada adalah dapat diambil hikmah dari
setiap kisah yang telah terjadi, bukan lagi tentang identitas atau asal-usul pelaku
kebaikan dan kita tidak tiru jika merupakan contoh dari yang dimurkai Allah.