Norm Ide
Jenis Ideal Norm
Underweig al Ide al Overweig
Kelam Bawa al
ht Bawa al Ata ht
in h Atas
h s
Berat badan normal anak 1 tahun berbeda antara anak laki-laki dan perempuan.
Anak yang berada antara batas normal bawah dan batas normal atas (Laki-laki: 7.7 s/d 10.8
kg / Perempuan: 7 s/d 10.8 kg) termasuk dalam berat badan normal sesuai usianya.
Anak yang beratnya berada di bawah batas normal bawah (Laki-laki: < 7.7 kg /
Perempuan: < 7 kg) termasuk underweight (berat badan kurang)
Anak yang beratnya berada di bawah nilai underweight (Laki-laki: < 6.9 kg / Perempuan: <
6.3 kg) harus memperoleh penanganan dari dokter (kemungkinan besar terjadi gizi buruk)
Anak yang beratnya berada di atas batas atas normal termasuk overweight (Laki-laki: > 12
kg / Perempuan: > 11.5 kg) (kelebihan berat badan). Lakukanlah diet untuk menurunkan
berat badan.
Anak yang beratnya berada di atas nilai overweight (Laki-laki: > 13.3 kg / Perempuan: >
13.1 kg) harus diwaspadai sebagai gejala obesitas
Tinggi Badan
1 – 6 bulan 30 – 50
6 – 12 bulan 24 – 46
1 – 4 tahun 20 – 30
4 – 6 tahun 20 – 25
6 – 12 tahun 16 – 20
Ø 12 tahun 12 - 20
2. Apakah ada hubungan riwayat pemberian makan, diare serta demam berulang dengan
keluhan susi?
Adapun energi dan protein yang diperoleh dari makanan kurang, padahal untuk
kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang didapat, dipengaruhi
oleh makanan yang diberikan sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga
cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.
Kekurangan energi protein dalam makanan yang dikonsumsi akan menimbulkan
kekurangan berbagai asam amino essensial yang dibutuhkan untuk sintesis, oleh
karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat
dan sebagai asam amino di dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan
disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab
kurangnya pembentukan alkomin oleh heper, sehingga kemudian timbul edema
perlemahan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipo protein beta sehingga
transport lemak dari hati ke hati dapat lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi
akumuasi lemak dalam heper
3. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan susi?
4. Pemeriksaan apa yg dapat dilakukan?
Antropometri
Pengukuran antropometri untuk menilai ukuran dan bentuk badan dan bagian
badan khusus dapat membantu mengenai masalah nutrisi. Pengukuran ini
meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengas atas dan
lipatan kulit. Berat badan merupakan indicator untuk menilai keadaan gizi dan
tumbuh kembang anak. Tinggi badan dipakai sebagai dasar perbandingan
terhadap perubahan relatif pertumbuhan. Lingkar kepala untuk menilai
pertumbuhan otak. Lingkar lengan atas mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot. Lipatan kulit di daerah triseps dan sub scapula
merupakan relfkesi kulit tumbuh kembang jaringan lemak bawah kulit dan
mencerminkan kecukupan gizi (FKUI, 1993).
Pemeriksaan laboratorium. Terutama mencakup pemeiksasan darah rutin
seperti kadar haemoglobn dan protein serum (albumin, globulin) serta
pemeriksasan kimia darah lain bila diperlukan dengan non esensial, kadar
lipid, kadar kolesterol (Markum dkk, 1991).
5. Tatalaksana?
PRINSIP DASAR PELAYANAN RUTIN KEP BERAT/GIZI BURUK
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati/cegah infeksi
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase
transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana
yang sesuai untuk setiap fase.
Mata cekung
Nadi lemah
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam
sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan tindakan
rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3 sendok makan) setiap
30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk KEP disebut
ReSoMal (lampiran 4).
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 %
dan NaCL dengan perbandingan 1:1.
2. Bayi kuning
Pemberian sentikan imunisasi Hepatitis B segera pada bayi baru lahir yang
keadaan umumnya baik dan berat badan lahir normal sangat besar kegunaanya
untuk melindungi bayi tesebut dari penyakit Hepatitis B dibandingkan jika
diberikan lewat dari 7 hari. Untuk itu mintalah imunisasi Hepatitis B ke tempat
pelayanan kesehatan segera setelah bayi lahir.
Ibu yang terinfeksi oleh virus hepatitis B yang ditandai dengan hasil laboratorium HbsAg +,
dapat menularkan virus hepatitis B ke bayinya. Oleh karena itu, bayi yang lahir dari ibu
dengan status HbsAg + harus segera diberikan imunisasi pasif maupun aktif untuk
mencegah tertularnya si bayi oleh virus hepatitis B. Imunisasi pasif (imunoglobulin hepatitis
B) adalah pemberian antibodi jadi (siap pakai) untuk memberikan imunitas secara langsung
terhadap virus hepatitis B tanpa harus memproduksi sendiri zat aktif tersebut untuk kekebalan
tubuhnya. Imunisasi aktif (vaksin hepatitis B) adalah pemberian vaksinasi untuk merangsang
sistem kekebalan tubuh supaya secara aktif dapat membentuk sendiri antibodi terhadap virus
hepatitis B.
Pada bayi cukup bulan atau berat lahir ³ 2000 gram, dari ibu dengan status HbsAg +, harus
segera diberikan Imunoglobulin hepatitis B (HBIg) dan vaksin hepatitis B pada 12 jam
pertama usia bayi. HBIg diberikan dengan dosis 0,5 mL secara intramuskular (IM) pada paha
sisi lain dari pemberian vaksin hepatitis B yang pertama. Vaksin hepatitis B yang diberikan
merupakan bagian dari 3 dosis vaksin yang harus diberikan serial usia 0, 1 dan 6 bulan.
Pada bayi berat lahir < 2000 gram, dari ibu dengan status HbsAg +, HBIg diberikan dalam 12
jam pertama usia bayi, dengan dosis 0,5 mL secara IM pada paha sisi lain dari pemberian
vaksin Hepatitis B. Vaksin hepatitis B yang diberikan segera setelah lahir merupakan dosis
tambahan, tidak termasuk dalam 3 dosis serial vaksin hepatitis B pada jadwal pemberian
vaksin hepatitis B yang diwajibkan.
Setelah bayi menyelesaikan jadwal imunisasi hepatitis B yang diwajibkan, maka dilakukan
pemeriksaan laboratorium HbsAg dan titer antibodi anti HbsAg pada 3 bulan setelah jadwal
imunisasi selesai. Bila tidak terbentuk antibodi, maka perlu dilakukan ulangan pemberian
vaksin hepatitis B (reimunisasi) sebanyak 3 dosis dengan interval 2 bulan.
Apabila bayi berisiko diberikan imunisasi pasif dan aktif dengan baik sesuai prosedur dan
jadwal yang dianjurkan, maka dapat memberikan perlindungan yang efektif hingga 95%
dalam mencegah infeksi virus hepatitis B dari ibu ke bayinya. Namun, bila hanya diberikan
vaksin hepatitis B saja, tanpa HBIg, maka efektivitas perlindungannya sekitar 75%.
Ibu yang menderita hepatitis akut atau test serologis HBsAg positif, dapat
menularkan hepatitis B pada bayinya :
Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml segera setelah lahir, seyogyanya
dalam 12 jam sesudah lahir disusul dosis ke-2, dan ke-3 sesuai dengan jadwal
imunisasi hepatitis.
Bila tersedia pada saat yang sama beri Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU IM (0,5 ml)
disuntikkan pada paha yang lainnya, dalam waktu 24 jam sesudah lahir (sebaiknya
dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir).
Mengingat mahalnya harga immunoglobulin hepatitis B, maka bila orang tua tidak
mempunyai biaya, dilandaskan pada beberapa penelitian, pembelian HBIg tersebut
tidak dipaksakan. Dengan catatan, imunisai aktif hepatitis B tetap diberikan
secepatnya.
Yakinkan ibu untuk tetap menyusui dengan ASI, apabila vaksin diatas sudah
diberikan (Rekomendasi CDC), tapi apabila ada luka pada puting susu dan ibu
mengalami Hepatitis Akut, sebaiknya tidak diberikan ASI.
a. Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HbaAg berkala pada usia 7 bulan (satu
bulan setelah penyuntikan vaksin hepatitis B ketiga) 1, 3, 5 tahun dan selanjutnya
setiap 1 tahun. (7,9)
1. Bila pada usia 7 bulan tersebut anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan ulang anti
HBs dan HBsAg pada usia 1, 3, 5 dan 10 tahun. (7,9)
2. Bila anti HBs dan HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis vaksinasi dan
satu bulan kemudian diulang pemeriksaan anti HBs. Bila anti HBs positif, dilakukan
pemeriksaan yang sama pada usia 1, 3, dan 5 tahun seperti pada butir a. (8,9)
3. Bila pasca vaksinasi tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap negatif, bayi
dinyatakan sebagai non responders dan memerlukan pemeriksaan lanjutan yang tidak
akan dibahas pada makalah ini karena terlalu teknis. (10)
4. Bila pada usia 7 bulan anti HBs negatif dan HBsAg positif, dilakukan pemeriksaan
HBsAg ulangan 6 bulan kemudian. Bila masih positif, dianggap sebagai hepatitis
kronis dan dilakukan pemeriksaan SGOT/PT, USG hati, alfa feto protein, dan HBsAg,
idealnya disertai dengan pemeriksaan HBV-DNA setiap 1-2 tahun. (1,4,5)
Tatalaksana umum