Oleh: Prof.Mr.Dr.S.Gautama
Dalam bidar.g Hukum Perdata Internasional dikenal berbagai konsepsi
ten tang luas bidangnj'a. Seperti diketahui, tiap nc~ara mempunyai sis tim
Hukum Perdata Intcrnasionalnya sendiri. Ada St:orang sarjana yang
mengatakan bahwa demikiar. banyak negara yang berda"lat, demikian
banyak pula sdim·sistim nukum ('erdata Internasional (liP I). Kami
menyttujui pendapat ini karena kami memilih pihak mereka yang
menganut prinsip nasionalistis ten tang HPI. Berlainan adalah pendapat
yang sebaliknya mengatakan bahwa "diatas" negara·negara <lidunia ini
terdapat satu macam sistim HPI yang mengaturnya. Ini adalah pendapatan
"supra nasionalistis" tenta;)g Hukun-.. Perdata Int~ rnasional.Y1.ng waktu
dahulu memang boleh dikatakan banyak penganiJtnya, tetopi klni sudah
ditinggalkan. Ierutama setelah Perang Dunia ke·\1 orang insaf bahwa
secara rill memang sukar untuk diterima hanya satu macam Hukum
Perdata Internasional untuk semua negara <lidunia. Karena pandangan-
pandangan hukum dan orang-orang diberbagai negara berbeda, maka
mereka tidak dapat disatukan, sukar untuk memakai apa yang <linamakan
"uniform i,,,idisch" yang sarna. Ierkenal dalam hubungan ini kutip'lfl
Pascal, bahwa apa yang dianggap repat dan benar disebelall ini dari
Gunung Pyretleen, dianggap sebagai keliru dan salah diseberang sana dari
gtmung tersebul ("verite en deca, des Pyrenees, erreur aux uela".I)
pcrselisihan hukum . Kami lebih con dong pada istilah "choice of law"4),
karena sehcllorny a tida k ada sua!1I perselisihan dian tara sistim-sistim
hukum yang diperfemukoH, melaiflkan honya sualli piliJwll di all lara sistim
hukul1l illi mallakah yang kira1lYQ sebaiknya dip erlakukoll ". Adanya
pendapat bahw. HI'I hanya be.kenaan dengan persoalan tentang hukum
mana' yang harus dipcrJakukan, dapat kita lihat an tara lain secara tegas
dalam buku-buku pelajaran HPI yang lerdapat dinegora Jerman dan juga
dinegara Relanda . PersoaIan-persoalan yang dibahas datam bHku-buku itu
hanya berkenaan dengan persoalan pemilihan hukum wan lara sistim
hukum yang dipertemukan karena suatu persoalan mempunyai hubungan
dengan unsur-unsur asing atau luar negeri (foreign elemenl). J adi mereka
tidak masukkan lain-lain bidang seperti kompetensi hakim, status orang
asing atau masalah kewa rganegaraan didalam sisti:natik mereka ini_ Padahal
diberbagai ne gara ju stru lain-lain bidang yang disebut tadi , dianggap
lermasuk pula dalam konsepsi Hukum Perdata Internasional.
Sejalan dengan konsepsi yang s empil ini maka kita saksikan bahwa
Hukum Perdala Internasional dinamakan orang dengan istilah "hukum
unluk memperlakukan hukum" alau "rechlsloepassingsrechl"S) Menurut
perumusan dari Hymans maka lnternationaal privaatrecht sebenarnya
bukan merupakan istilah lain daripada untuk mengatur diperlakuk annya
sesuatu hukum yang berlainan dari hukum sendi ri. Dengan lain perkataan
disini hanya dikedepankan "rechtstoepassingsrecht" ini untuk menentukan
apa yang dianggap hukum ("wat rechtens is")G).
Kami sendiri tidak menyetujui pendapat yang sempit ini.
.
tentang penanaman modal. yang telah mengalami p.sang surutnya dinegara
kita ini. Dijaman Orla temyata Undang-Undang Penan.man Modal Asing
dianggap kurang cocok lagi dan kemudian kit. saksikan telah mati sarna
sekali. Setelah itu dalarn tahun 1967 dengan Undailg-Undang no. 1
ternyata telah dihidupkan kembali dan diberi berbagai fasilitas serta
prioritasyang maksudnya untuk menaril< sedapat '1lurfgkih modal asing ini.
Alcan tetapi diwaktu akh!r-akltir ini. kita soksikan keadaannya mulai
"surut" lagi. Sekarang modal .sing sucl.h tidlk demikian "",eleome" togi.
seti~ak·tidaknya kalau dilihat daripada berbagai peraturan·peraturan yang
eliadakan untuk mengadakan restriksi tertentu dan membatasi usaha serta
kegiatan ilarl .pihlik asing ~an modal asing didalam dunia business di
ilndonesia. ·5egala ~pasang surut" ini memang dapat kita $aksikan
Apa Saja Yang Termasuk 79
Hukum Perdata Internasional?
Dan dij elaskan pula apa yang dimaksudkan dengan perusahaan milik
negara yaitu adalah Badan Usaha Negara, baik dalam bentuk Perusahaan
Jawatan (Perjanj , Perusahaan Umum (Perumj atau Perusahaan Perseroan
(Persero) dan Perusahaan Daerah. .
Sebagai pelaksanaan dari Un dang-Un dang no. 5, tahu~ 1967 tentang
Ketentuan Pokok Kehutanan, Undang-Undang no. 1.. tahun 1967 ten tang
PMA dan Undang-Undang no. 6 tahun 1968 ten tang PMDN (Penanaman .
Modal Dalam Negeril maka telah dituangkan kebijaksanaan policy disektor
perhutanan dalam suatu Peraturan !'emerintah no . 21/1970 mengenai Hak
Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil HU!:in (P.P. no. 21/1970,
tanggal 23 Mei 1970). Karena telah diundangka!' kembali penan.man
medal asing secara b,sar-besarnya dan · Jl<'rlu dipupuk iklim ur.!uk
mengadakan kegairahan sebesar-besarnya untuk penanaman m0dal dalam
negeri, maka dibuka kesempatan sebesar-besarnya untuk memperoleh hak
pengusahaan hutan. Pada semula memang di tentukan dalam P.P. no. 21,
1970 bahwa HPH dapat diberikan kepada:
a. Perusahaan miIik negara,
b. Perusahaan swasta,
c. Perusahaan campuran, sedangkan hak pemungutan hasil hutan hanya
dapat diberikan kepada warganegara Indonesia dan badan-badan hukum
Indonesia yang seluruh modalnya dimiIiki oleh WNI (pasal 9 dan pasal
11 ).
Penutup
Dengan demikian telah kita saksikan bahwa sesungguhnya ada
peruba han·perubahan antara "pasang surutnya", diperbolehkannya usaha
osing diberbagai bidang usaha llinegeri kita yang tel all diillustrir dongan
dua cCilloh dari bidang perdogangan. distribusi barang serla dibidang
kehutanan (oksp\oitosi kehutanan). "Semua ini lermasuk juga masalalz
Hukur.l Perdata Internasional. karena ilJi adalah sesuai dengan konsepsi
Perancis yang luas, yang menurut hemal komi sebaikllya dianut pula untuk
Indonesia. ..
rOOTNOTES