Anda di halaman 1dari 5

Bahan Sharing (pokok-pokok pikiran)

AHLUL BAIT DI INDONESIA: Historisitas, Kontinuitas, dan Kontekstualitas


Oleh: Dr. Halid, M.Ag.*
=======================================================================

TERMINOLOGI DAN KONTEKS KESEJARAHAN


✓ Istilah Ahl al-Bayt (selanjutnya ditulis “Ahlul Bait”) setidaknya disebutkan di dua

ّ ۡ ۡ ۡ ۡ ُ ۡ ْ ُ
surah dalam Al-Qur'an:
ّ ُ ۡ ّ ۡ ۡ
َِ ‫للَِوبرك َٰ ُت َُهۥَعليكمَأهلَٱۡلي‬
َ‫تَإِن َُهۥ‬ َ ‫تَٱ‬ ‫للِهَرۡح‬ َ ‫قَال ٓواَأت ۡعجبِنيَمِنَأمرَِٱ‬ -
ٞ ّ ٞ
.)73َ:‫يدَ(هود‬ َ ‫ََّم‬
ِ ‫ۡحِيد‬
ُۡ ّ ۡ ُّ ُ ُُ
َٰ ّ ۡ
َ‫ولىَوأق ِمنَٱلصلوةََوءاَت ِني‬ َ ‫َبجَٱلجَٰ ِهلِي َةَِٱۡل‬
َٰ ‫َب ۡجنَت‬ ّ ‫ِك ّنَوَلَت‬ ‫وق ۡرنََ ِِفَبيوت‬ -
ۡ ُ ُۡ ُّ ُ ُ ّ ُٓ ُ ّ
َ‫لر ۡجسَ َأهل‬ ِ ‫ٱ‬َ ُ ‫نك‬
‫م‬ ‫َع‬ ‫ِب‬ ‫ه‬ ‫ذ‬ ‫ِل‬
ِ َ َ
‫لل‬ ‫ٱ‬َ ‫يد‬ ‫ر‬
ِ ‫اَي‬‫م‬ ‫ن‬ِ ‫إ‬ َ َ
‫ۥ‬ َ
‫ول‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫و‬ َ َ
‫لل‬ ‫ٱ ّلزك َٰوةَ َوأ ِط ۡعن َٱ‬
ٗ ۡ ۡ ُ ُ ۡ ۡ
.)33َ:‫تَويط ِهركمَتط َِهرياَ(اۡلحزاب‬ َِ ‫ٱۡلي‬
✓ Terminologi Ahlul Bait lebih general dan cenderung normatif-doktrinal. Secara
historis, penggunaan istilah Ahlul Bait lebih soft dan inklusif, karena bisa diterima
oleh dunia Islam, baik Sunnah maupun Syi’ah. Istilah Ahlul Bait sudah ada jauh
sebelum dua peristiwa sejarah: 1) al-fitnah al-kubrā (terbunuhnya khalifah Utsman
bin Affan RA) dan 2) tahkīm (persitiwa politik antara Muawiyah bin Abu Sufyan yang
membangkang terhadap kekhalifahan Imam Ali RA).
✓ Sementara istilah Syi’ah sebagai sebuah sekte keagamaan, cenderung ekslusif dan
politis, karena muncul setelah kedua peristiwa kelam sejarah umat Islam tersebut.
Istilah Syi’ah cenderung dimaknai secara pejoratif, khususnya oleh kelompok yang
berseberangan dan memiliki agenda ideologi-politik tertentu. Beberapa kitab
seperti al-Fashl fī al-Milal wa al-Ahwā’ karya Ibnu Hazm, al-Farq bain al-Firaq karya
Abdul Qadir Al-Baghdadi, Minhāj as-Sunnah an-Nabawiyyah karya Ibnu Taimiyyah,
dan Kitāb al-Milal wa an-Nihal karya Al-Syahrastani; menjelaskan realitas historis
tersebut. Sementara dalam pandangan Allamah Murtadha Al-Askari dalam dua
karya monunmentalnya: Abdullah bin Saba’: Bahts haula Mā Katabahu al-
Mu’arrikhūn wa al-Mustasyriqūn Ibtidā’an min al-Qarn al-Tsānī al-Hijrī dan Abdullah
bin Saba’ wa Asāthīr al-Ukhrā dan 2) Jawad Mughniyyah dalam Kitāb al-Tasyayyu’,
menegaskan bahwa Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif. Terlepas dari pro-kontra
tersebut, penyematan istilah Syi’ah (termasuk di Indonesia), memang lebih sensitif
dan cenderung provokatif di kalangan penentangnya.
✓ Sejarah Ahlul Bait tidak hanya berbicara sejarah Islam Iran, melainkan juga sejarah
Islam Hadhramaut (Yaman), Islam Irak, Islam Hijaz, dan lainnya yang memiliki jejak
historis Ahlul Bait.

*
Dr. Halid, M.Ag. (Halid Alkaf) adalah dosen tetap Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Disampaikan sebagai bahan banding sekaligus sebagai responden dari hasil
penelitian tentang Sejarah Ahlul Bait di Indonesia, di Shadra International Institute, 28 September 2015.
Bahan Sharing (pokok-pokok pikiran)

JEJAK HISTORIS AHLUL BAIT DI INDONESIA


✓ Jejak penyebaran Islam dari jalur Alawiyyin bisa dilacak dari penyebar Islam
pertama dari keturunan Nabi Muhammad SAW yang bernama Ahmad bin Isa Al-
Muhajir (orang pertama yang hijrah ke Hadhramaut, Yaman). Ahmad bin Isa adalah
putra Isa bin Ali Al-Uraidhi (putra keempat Imam Ja’far As-Shadiq), dilahirkan di
Bashrah, Irak. Dari sinilah penyebaran Islam (sekali lagi dari jalur Alawiyin) ke
berbagai negeri mulai berkembang, termasuk ke negeri Indonesia.
✓ Dalam makna umum, golongan Ahlul Bait (baik dari golongan Alawiyyin dari jalur
Imam Husein RA, maupun dari jalur Imam Hasan RA) masuk dan menyebarkan Islam
di Indonesia (baca: Indonesia) bisa dilacak sekitar awal abad ke-12 hingga
penyebaran dakwah oleh Wali Songo pada abad ke-15 – 16 M. Misalnya Maulana
Malik Ibrahim dalam beberapa babad Tanah Jawi/Jawa, juga tulisan Raffles, The
History of Java), termasuk penutur lokal, menyebutkan bahwa Maulana Malik
Ibrahim adalah putra Syaikh Jumadil Kubro yang dalam silsilahnya adalah keturunan
ke-10 dari Nabi Muhammad SAAW. Begitu juga dengan sejarah kerajaan Perlak di
Aceh.
✓ Unsur-unsur kesejarahan Ahlul Bait di Indonesia juga bisa dilacak dari tradisi
pembacaan Barzanji Jejak-jejak Ahlul Bait di Indonesia juga bisa dicermati dalam
tradisi keagamaan yang biasanya sering dilaksanakan oleh komunitas Nahdlatul
Ulama (NU), seperti dalam kutipan nazham Maulid Diba’ (disandarkan pada
pengarangnya yang bernama Abdurrahman Ad-Daibaghi [ada yang menulis Ad-
Dībaghi atau Ad-Dība’i]) berikut ini:

ِ‫َاد ِكر‬
َّ ‫أَهْ ُل الْبَْيتِ الْ ُمسْ َطفَى الطُّ ُهرِ ۞ هُمْ َأمَانُ األَرْضِ ف‬
ِ‫شُبِّهُوْا بِالْأَنْجُمِ الزُّ ُهرِ ۞ مِثْ َل مَا قَدْ جَاءَ فِي السُّنَن‬
‫ت مِنْ طُوْفَانِ كُلِّ أَذَى‬ َ ‫وَ َسفِيْنٌ لِلنَّجَاةِ ِاذَا ۞ ِخ ْف‬
ِ‫فَاْنجُ فِيْهَا الَ تَكُوْنُ كَذَا ۞ وَاعْتَصِمْ بِاهللِ وَاسْتَعِن‬
ْ‫حسْنَى بِحُ ْرمَتِهِم‬ ُ ْ‫رَبِّ فَاْن َفعْنَا بَِب ْركَتِهِم ۞ وَاهْدِنَا ال‬
ِ‫وََأمِتْنَا ِفيْ َطرِْيقَتِهِمْ ۞ َو ُمعَافَا ٍة مِنَ اْلفِتَن‬
(Terjemahan bebas):
Ingatlah Ahlul Bait (Nabi) pilihan nan suci
Mereka adalah (pembawa) aman di muka bumi
Mereka (ibarat) gemerlap bintang seperti termaktub dalam sunnah
dan (ibarat) bahtera pembawa keselamatan di kala engkau takut topan
menerjang
Maka selamatlah mereka di dalamnya
Pegang eratlah (agama) Allah dan mintalah pertolongan dari-Nya
Bahan Sharing (pokok-pokok pikiran)

Wahai Tuhanku, berilah kami manfaat dengan berkah mereka


Dan berilah kami kebaikan dengan kehormatan mereka
Matikan kami di jalan mereka
dan terhindar dari segala fitnah

✓ Bahkan, pada empat bait syair sebelumnya, secara eksplisit disebutkan sebagian
imam dari Ahlul Bait tersebut, di antaranya: Ali Zaenal Abidin (putra Imam Husein
RA), (Muhammad) Al-Baqir (putra Ali Zaenal Abidin), dan Al-Imam (Ja’far) Ash-
Shadiq (putra Al-Baqir).

✓ Muhammad Asad Syahab dalam karyanya ‫إندونيسيا‬ ‫( الشيعة يف‬Syi’ah di Indonesia,


terbitan The Open School, Chicago, tanpa tahun) menyebutkan bahwa awal mula
masuknya ajaran Ahlul Bait (baca: Syi’ah) sudah ada dan berkembang sejak abad ke-
3 Hijriyah (sekitar abad ke-10 Masehi), jauh sebelum masuknya Belanda ke
Indonesia. Salah satunya jejak kesejarahan itu ditandai dengan simbol-simbol
kepahlawanan yang digunakan oleh para petinggi kerajaan di Banten Lama dengan
tulisan ‫الفقار‬ ‫( ال فىت إال علي و ال سيف إال ذو‬Tidak ada pemuda [sejati] kecuali
[seperti Ali] dan tidak ada pedang [yang hebat] kecuali Dzul Fiqar).
✓ Tharick Chebab juga mengisyaratkan bahwa sejarah masuknya kaum Alawiyin ke
Indonesia memiliki mata rantai yang cukup lama, dimulai dari hijrahnya keturunan
Alawi bin Ubaidhillah bin Ahmad Al-Muhajir ke berbagai negeri di Asia Tengah dan
Tenggara. Khusus di Indonesia, juga hampir bersamaan dengan kedatangan bangsa
Portugis dalam misi dagang. Di antaranya melalui wilayah Ternate (pulau Gapi) di
mana kerajaan pertama Ternate dipimpin oleh Mansor Malamo (1257 – 1272).
✓ Beberapa data lain yang mungkin menarik untuk dilacak lebih lanjut adalah leluhur
dari Ajengan Syarif Aonillah dari Pesantren Cirangkong yang menganut Ahlul Bait
sekitar tahun 1980-an. Menurut informasi, kakeknya bernama Aki Hijaiyah,
keturunan Eyang Wijayakusumah, putra dari Sunan Rahmat Suci Godok Garut yang
tidak lain dikenal dengan sebutan Prabu Kean Santang. Menurut tutur-pinutur
dalam sejarah lokal (local history), Kean Santang bertemu dan masuk Islam di
tangan Imam Ali bin Abu Thalib RA (ada yang menyebut Ali Al-Uraidhi). Jika dirunut
dari tahun berdirinya kerajaan Tarumanagara yang berlangsung (358 – 669 Masehi),
maka pertemuan itu terjadi pada akhir-akhir masa kerajaan Tarumanagara.
✓ Pada era modern, Ahlul Bait kemudian dikaitkan dengan Islam Syi’ah, khususnya
pasca Revolusi Islam Iran pada tahun 1979. Di Indonesia, beberapa tokoh yang
masuk kategori generasi awal antara lain: Ustadz Husein Al-Habsyi (pendiri YAPI
Bangil), Ustadz Ahmad Al-Habsyi (pesantren Ar-Riyadh, Palembang), dan Ustadz Ali
Syauqi (Palembang).

DINAMIKA DAN KONTEKSTUALISASI


✓ Praktik ritual-keagamaan Ahlul Bait mampu berinteraksi dengan komunitas
masyarakat muslim lokal. Bahkan, pada batasan-batasan tertentu, kemasan Ahlul
Bahan Sharing (pokok-pokok pikiran)

Bait (dalam arti Syi’ah) kemudian ‘dileburkan’ menjadi ritual-keagamaan Ahlus


Sunnah wal Jama’ah (Sunnah).
✓ Fakta-fakta sosial keberadaan Ahlul Bait di Indonesia perlu dikaji lebih lanjut,
khususnya dalam membangun “kontekstualisasi data”. Misalnya, dari sejarah
konvensional yang bertumpu pada data-data kesejarahan (baik tulis maupun lisan)
menuju model “sejarah intelektual”.
✓ Posisi Ahlul Bait sebagai salah satu penyebar awal Islam di Indonesia yang kemudian
menjadi ‘minoritas’ secara kuantitatif dan dalam formalitas keagamaan, perlu dicari
konteks pergumulannya dengan kelompok Islam Sunnah.

MEMBANGUN HARMONI
✓ Pada dasarnya karakteristik Islam Syiah (baca: Ahlul Bait) di Indonesia tidak memiliki
akar konflik kultural dan ideologis yang tajam seperti di Timur Tengah. Ini bisa
menjadi modal sosial (social capital) yang baik dalam membangun interaksi sosial
yang sinergis dan harmonis, khususnya antara Sunnah dan Syi’ah.
✓ Ada banyak fakta historis yang bisa mendukung ke arah tersebut:
1- Terdapat beberapa hadits (baik di kalangan Sunnah maupun Syiah) yang sama-
sama menyebut terminologi Ahlul Bait. Misalnya hadits riwayat Imam Muslim
seperti dimuat dalam kitab Al-Iqtishād fī Al-I’tiqād (subtema “Keutamaan Imam
Ali RA”) karya Abu Muhammad Taqiyuddin, disebutkan hadits dengan redaksi
sebagai berikut:
‫ قام فينا رسول هللا صلى هللا‬:‫وروى زيد بن أرقم قال‬
‫ ووعظ وذكر ثم‬،‫عليه وسلم خطيبا ً فحمد هللا وأثنى عليه‬
‫ فإنما أنا بشر [مثلكم] يوشك أن‬،‫ أيها الناس‬،‫ "أما بعد‬:‫قال‬
‫ وأنا تارك فيكم‬،‫يأتيني رسول ربي عز وجل فأجيبه‬
‫ من استمسك‬،‫ فيه الهدى والنور‬،‫الثقلين أولهما كتاب هللا‬
‫ ومن تركه وأخطأه كان على‬،‫به وأخذ به كان على الهدى‬
‫ [أذكركم] هللا في أهل بيتي ثالث‬،‫ وأهل بيتي‬،‫الضاللة‬
.)‫مرات" (رواه مسلم‬
Zaid bin Arqam RA berkata, “Rasulullah SAW sedang berkhutbah di
hadapan kami, memuji kepada Allah, dan memberi nasehat. Lalu beliau
bersabda, “Wahai umat manusia, sesungguhnya aku adalah manusia
biasa [seperti kalian]. Sebentar lagi seorang utusan Tuhanku [Jibril AS—
pen] akan mendatangiku, aku pun menyambutnya. Aku meninggalkan
(mewariskan) ats-tsaqalain (dua pusaka ajaran luhur) untuk kalian; yang
pertama adalah Kitab Allah (Al-Qur'an) yang di dalamnya ada petunjuk
dan cahaya; siapa yang berpegang teguh dengannya, berarti dia dalam
naungan hidayat, dan siapa yang meninggalkan dan menyalahkannya,
berarti dia dalam kesesatan, dan [kedua] adalah keluargaku [Ahli Baiti],
Bahan Sharing (pokok-pokok pikiran)

[aku ingatkan kalian] atas nama Allah tentang Ahli Baiti [Nabi SAW
mengucapkan sebanyak tiga kali]”.

2- Pernyataan Imam Ali RA dalam kitab Nahjul Balangah (disusun oleh Syaikh
Muhammad Abduh) tentang kekhalifahan Utsman bin Affan RA. Dalam khutbah
itu, Imam Ali RA (meskipun mengklaim sebagai orang yang paling berhak
menggantikan Rasulullah SAW) tetap mendukung kekhalifah Utsman RA demi
kemaslahatan dan keutuhan umat Islam.
3- Mengaca pada sejarah umat Islam, baik pada masa Rasulullah SAW dan sahabat,
maupun pada era keemasan ilmu pengetahuan di tangan para ilmuwan muslim
abad pertengahan.
4- Ada fakta sejarah menarik di mana Imam Zaid bin Ali (pendiri Syi’ah Zaidiyah)
berguru kepada Imam Abu Hanifah (sebagai imam mazhab Hanafi). Begitu juga
Imam Abu Hanifah yang sempat menjadi murid sekaligus sahabat Imam Jafar
AshShadiq (imam ke-6 dalam Syi’ah Imamiyah).

Anda mungkin juga menyukai