Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. R DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA


KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS PADA PASIEN
STROKE NON HEMORAGIK DENGAN PENURUNAN KESADARAN
DI RUANG HCU RSUD PROF.DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

DisusunOleh :
1. Nur Yaya Erani (A11601333)
2. Puji Lestari (A11601338)
3. PuspaDewiSumiasih (A11601339)
4. Riana Safitri (A11601346)
5. RinaRistiani (A11601349)
6. Salitri (A11601361)
7. Shelviana (A11601367)
8. Siti Fatimah (A11601370)
9. UmiSalamah (A11601388)
10. Zakiah Al Muniroh (A11601402)
11. RestuVamila (A11601345)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2019
SKENARIO KASUS
Ny.R datang kerumah sakit pada tanggal 20 Februari 2019, dengan penurunan
kesadaran. Pasien merupakan pasien rujukan dari Rumah Sakit Umum Alam
Medika dengan diagnose stroke Di IGD pasien diberikan terapi O2 10 l/menit,
infusNaCl 0l9% 20tpm, citicolin 2x500mg, ranitidine 2x1amp, terpasang DC dan
NGT. Karena saat dirawat di bangsal mengalami penurunan status hemodimik
maka pasien dipindahkan ke HCU untuk mendapatkan monitoring yang ketat.
Saatini 23 Februari 2019 Ny. R di rawat di HCU karena mengalami penurunan
kesadaran dengan GCS E2V2M4. Dari hasil pengkajian di dapatkan data pasien
terpasang OPA, terdapat secret berlebih di mulut pasien, pasien juga mengalami
hipersaliva. Kesadaran spoor .Pasien mengalami hemiparase dextra, kekuatan otot
tangan kanan 1, tangan kiri 5, kekuatan otot kaki kiri 1, kaki kanan 5. Tekanan darah
180/98 mmHg, nadi 112 x/menit, RR 33x/menit, spO2 90%. Keluarga pasien
mengatakan dari keluarga mempuyai riwayat Hipertensi yaitu Ayahnya.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Tgl. Masuk : 23 Februari 2019
Jam Masuk RS : 08.00 WIB
Tgl. Pengkajian : 23 Februari 2019
Jam Pengkajian : 08.30 WIB

1. DATA SUBJEKTIF
a. IdentitasPasien
Nama : Ny. R
Umur : 75 Tahun
JenisKelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Banyumas
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Dx. Medis : Stroke Non Hemoragik
Ruang : Bangsal HCU
No. RekamMedis : 03XXXXX

b. IdentitasPenanggungJawab
Nama : Tn.P
Umur : 35 Tahun
JenisKelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Banyumas
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
HubungandenganKlien : Anak Kandung
c. KeluhanUtama
Penurunan kesadaran
d. RiwayatKesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny.R mengalami penurunan kesadaran dengan GCS E2V2M4.
pasien terpasang OPA, terdapat secret berlebih di mulut pasien,
pasien juga mengalami hipersaliva. Kesadaran spoor .Pasien
mengalami hemiparase dextra, kekuatan otot tangan kanan 1, tangan
kiri 5, kekuatan otot kaki kiri 1, kaki kanan 5. Tekanan darah 180/98
mmHg, nadi 112x/menit, RR 33x/menit, spO2 90%. Pasien
mendapatka terapi NaCl 0,9% 20 tpm, dan terapi O2 10 lpm
menggunakan NRM. Pasien juga terpasang NGT.

2) Riwayat Kesehatan Dahulu


- Riwayat saat di IGD
Klien rujukan dari Rumah Sakit umum Allam Medika
dengan diagnose stroke. Kondisi penurunan kesadaran di IGD
pasien diberikan terapi O2 10 l/menit, infuse NaCl 0,9% 20tpm,
citicolin 2x500mg, ranitidine 2x1amp, terpasang DC nomor 16
dan NGT.
- Riwayat pengobatan
Riwayat pengobatan pasien tidak rutin, pasien memiliki
hipertesi tetapi tidak terkontrol.
- Riwayat penyakit sebelumnya
6 tahun lalu pasien pernah mengalami pusing sampai
pingsan dan megalami kelemahan gerakan namun masih dapat
sembuh.

3) Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga mengatakan di keluarganya ada yang memiliki
riwayat Hipertensi : Ayahnya.
2. PENGKAJIAN KRITIS B6
a. B1 Breathing
Pasien mampu bernafas sepontan, tetapi harus dibantu dengan terapi
oksigen 10 liter/menit menggunakan Non-Rebriting Mask. Terdapat
pergerakan otot bantu nafas. Terdapat gurgling karena ada akumulasi
secret di mulut pasien. Suara auskultasi nafas wezhing.
RR :33 x/m pernafasan cepat dan dangkal.
Spo2 : 90%

b. B2 blood
TD : 180/100 mmHg
N : 112 x/mnt
CRT : 2 detik
Akral : teraba hangat

c. B3 brain
Kesadaran spoor
GCS : E2V2M4

d. B4 Bowel
Pasien terpasang NGT

e. B5 Bledder
Tidak ada masalah pada system perkemihan dan pasien terpasang DC
ukuran 16. Terdapat 300cc urine di urine bag. Urine tampak kuning
pekat.

f. B6 Bone
Pasien mengalami kelemahan bagian ekstermitas kanan dengan nilai
kekuatan otot tangan kanan/ kiri 1/5 dan otot kaki kanan/ kiri 1/5. Tidak
ada deformitas, tidak ada kekakuan otot.

3. DATA OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1) Kelapa :
Mesocepal ,rambut kotor, tidak ada lesi,
a) Mata
Konjungtiva anemis, seklera non ikterik
b) Hidung
Hidung kotor, terpasang NGT, dan terpasang NRM
c) Telinga
Simetris dan bersih
d) Mulut
Mukosa kering, tidak ada sianosis, terpasang OPA, dan
mulut kotor, hipersaliva dan terdapat akumulasi secret.
Terdengar gurgling.
2) Leher
Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada kaku kuduk.
3) Dada
a) Jantung
- Inspeksi : Iktus ordis tidak nampak.
- Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5 dada bagian kiri
(sinistra)
- Perkusi : pekak
- Auskultasi : S1,S2 (lup dub)
b) Paru-paru
- Inspeksi : simetris antara dada kanan dan kiri
- Palpasi : didak ada masa
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : whezing
4) Abdomen
a) Inspeksi : Datar
b) Auskultasi : Bising usus 10 x/menit.
c) Palpasi : Tidak teraba massa dan tidak teraba adanya
pembesaran hepar.
d) Perkusi : Timpani
5) Genetali : Terpasang DC nomor 16, tidak ada lesi.
6) Ekstremitas
a) Ektremitas atas
Pasien mengalami kelemahan anggota gerak kanan dengan
kekuatan otot tangan kanan/ kiri 1-5, tangan kiri terpasang infus
di vena radialis.
b) Ektremitas bawah
Pasien mengalami kelemahan anggota gerak kanan dengan
kekuatan otot kaki kanan/ kiri 1-5.

b. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksan laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah lengkap
Hemoglobin 15.2 9 /dl 11.7 - 15.5
Leukosit 6720 u/l 2600 – 11.000
Hematrokrit 47 % 25 – 47
Eritosit H.5.5 10^6/ul 2.8 – 5,2
Trombosit 223.000 /ul 150.000 –
440.000
MCV 85.2 Fl 80 – 100
MCH 27.8 Py/cev 26-36
RDW H14.7 % 11.5 -14.5
MPV 9.5 FL 9-4-12.2
Hitungjenis
Basophil 0.6 % 0–1
Fosinofil L. 1.9 % 2–4
Batang L.0 % 3–5
Segmen 59.6 % 5 – 70
Limfosit 33.3 % 25 – 40
Monisit 4.3 % 2–8
Kimia Klinik
Ureumdarah 16.2 Mg/dl 14.99 – 38.52
Krieatinin darah 0.98 Mg/dl 0.55 – 1.02
Glukosa 115 Mg/dl < _= 200
sewaktu

c. Bacaan Hasil ST Scan


Hasil ST scan menunjukan adanya bagian gelap di otak bagian kiri.
Bagian ini menunjukkan bahwa otak tersebut tidak mendapakan cukup
oksigen.

d. Terapi Farmakologi
No NamaObat Dosis Indikasi
1 IVFD NaCl 0,9% 20 tpm Mengembalikan
keseimbangan elektrolit
pada keadaan dehidrasi
dan syok hipovolemik.
2 Oksigen 10 Memperbaiki atau
L/pm mencegah gejala dari
hipoksia
3 Ranitidine 2x1 Obat yang digunakan
amp untuk menangani gejala
atau penyakit yang
berkaitan dengan produksi
asam berlebih dalam
lambung
4 Citicolin 2x500 Meningkatkan daya ingat,
mg mempercepat masa
pemulihan akibat stroke
5 Manitol 30 ml/ Mengurangi tekanan
jam dalam kepala intrakranial
akibat pembengkakan ota.
5 Ventolin 3x3mg Membuka saluran nafas di
paru- paru

B. ANALISA DATA
NamaPasien : Ny. R
No. RM : 037xxx
Bangsal : HCU
Hari/Tgl/ ETIOLOG
No. DATA FOKUS PROBLEM
Jam I
1 Sabtu, 23 Ds: - Ketidakefektifan Mukus
Februari Bersihan Jalan berlebihan
2019 Do: Kesadaransopor, GCS Nafas (00031)
Jam E2V2M4, RR : 33x/menit, TD:
09.00 180/98 mmHg, Nadi 112
WIB x/menit, bunyi auskultasi paru
wheezing, SpO2 90%, pasien
terapasnag OPA, terdapat
akumulasi secret di mulut pasien,
pasien juga mengalami
jipersaliva.

Sabtu, 23 Ds: - Hambatan Penurunan


Februari Do: - pasien mengalami mobilitas fisik kekuatan
2019 kelemahan anggota gerak bagian (00085) otot
Jam kanan, kekuatan otot ekstremitas
09.00 kanan atas/bawah 1, ektremitas
WIB kiri atas/bawah 5
- Pasien mengalami gangguan
neuromuskular, karena
didiagnosa stroke non
hemoragik

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b.d Mukus Berlebih (00031).
2. Hambatan mobilitas fisik b.d Penurunan kekuatan otot (00085).
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Pasien :Ny. R
No. RM : 037xxx
Bangsal : HCU

Hari tanggal No NOC NIC


Dx
Jum’at 27 1 Setelah dilakukan tindakan Maajemen Jalan Nafas
september keperawatan selama 2x 24 (3140)
2019, Jam jam di HCU diharapkan 1. Posisikan pasien
09.00 WIB masalah keperawatan untuk memaksimalkan
ketidakefektifan bersihan ventilasi.
jalan nafas pada pasien 2. Masukkan alat
dengan outcome : oropharyngeal airway
Status pernafasan : kepatenan (OPA),
jalan nafas (0410) sebagaimanamestinya.
Dengan indikator sebagai 3. Auskultasi suara
berikut: nafas, catat area yang
Indikator awal tujuan ventilasinya menurun.
Frekuensi 2 4 4. Kolaborasi pemberian
pernafasan obat bronkodilator dan
(041004) obat nebulizer.
Suara 3 4 5. Lakukan suction.
nafas
tambahan
(041007)
Akumulasi 2 4
sputum
(041020)
Keterangan :
1. Deviasi berat dari kisaran
normal
2. Deviasi yang cukup berat
dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari
kisaran normal
4. Deviasi ringan dari
kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari
kisaran normal

Jum’at 27 2 Setelah dilakukan tindakan Terapi latihan : mobilitas


september keperawatan selama 2x 24 sendi (0224):
2019, jam jam di HCU diharapkan 1. Jelaskan pada
09.00 WIB masalah keperawatan keluarga manfaat
ketidakefektifan bersihan dan tujuan latihan
jalan nafas pada pasien sendi
dengan outcome : 2. Lakukan
Pergerakan sendi : pasif mobilisasi
(0207) progresif level 1
Dengan indicator sebagai 3. Bantu pasien
berikut : untuk
Indikator A T mendapatkan
Jari jari 1 3 posisi tubuh
kanan
Pergelangan 1 3
tangan
kanan
Siku kanan 1 3
Bahu kanan 1 3
Pergelangan 1 3
kaki kanan
Lutut kanan 1 3
Jari jari kaki 1 3
kanan
Keterangan :
1. Deviasi berat dari
kisaran normal
2. Deviasi yang cukup
berat dari kisaran
normal
3. Deviasi sedang dari
kisaran normal
4. Deviasi ringan dari
kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari
kisaran normal
A. Jurnal 1

1. Judul Jurnal 1
“Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion (Rom) Terhadap Kemampuan
Motorik Pada Pasien Post Stroke Di Rsud Gambiran”
2. Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi pengaruh latihan Range of Motion terhadap kekuatan otot
pasien post stroke di RSUD Gambiran Kediri.
3. Metode dan Sampel
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan Pre
Ekeperimental Pre-post Test One Group Design, dengan sampel pasien post
stroke yang rawat inap di ruang penyakit dalam di RSUD Gambiran kota Kediri
tahun 2014 dengan jumlah 16 orang. Sampel diambil dengan Purposive Samling.
Variabel Independent pada penelitian ini adalah Memberikan latihan range of
motion (ROM) pasif pada responden sebanyak dua kali sehari
selama tujuh hari dan dilakukan pada pagi dan sore hari, kemudian melakukan
observasi kekuatan otot, sedangkan variabel Dependent adalah Kemampuan
motorik yang diukur mengunakan lembar observasi (Uji Kekuatan Otot Menurut
Lumbantobing, 2006). Skala data yang digunakan adalah skala data Rasio.
Analisis data pada penelitian ini digunakan analisis Deskriptif untuk analisis data
umum responden dan hasil penilaian kemampuam motorik sebalum dan sesudah
dilakukan ROM. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh ROM terhadap
kemampuan motorik pasien post stoke mengunakan uji statistic Paired Sample
Ttest dengan á=0,05.
4. Tempat Penelitian
RSUD Gambiran kota Kediri
5. Isi Penelitian
Stroke sering terjadi pada usia 65 tahun keatas. asil analisa data dengan
menggunakan uji statistik Paired Sample T-Test di peroleh nilai P-Value <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H1 gagal ditolak yang
artinya ada pengaruh pemberian latihan Range Of Motion (ROM) terhadap
kemampuan motorik pada pasien post stroke di RSUD Gambiran Kediri
tahun 2014. Gejala neurologis yang timbul tergantung berat gangguan
pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa
perubahan status mental, gangguan penglihatan, afasia, vertigo, mual-
muntah, nyeri kepala dan penurunan fungsi motoric (Mansjoer, 2007).
Perubahan tersebut mempengaruhi struktur fisik maupun mentalnya
(psikologi).
Sehingga dengan adanya perubahan tersebut mobilisasi penderita
stroke akut akan mengalami kemunduran aktivitas seperti kelemahan
menggerakkan kaki, kelemahan menggerakkan tangan, ketidakmampuan
bicara dan ketidakmampuan fungsi motoric lainnya. Range Of Motion
(ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian
secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot
(Potter & Perry, 2005).

ANALISIS S.W.O.T
Analisis Hasil Analisis

1. Kekuatan Latihan Range of Motion terhadap kekuatan otot


(Strengths) pasien post stroke di RSUD Gambiran Kediri.
2. Kelemahan 1. Gejala neurologis yang timbul tergantung berat
(Weaknesses) gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi
Perubahan tersebut mempengaruhi struktur fisik
maupun mentalnya (psikologi).
2. Kurangnya keteraturan melakukan tindakan ROM
pada pasien stroke atau bahkan tidak sama sekali
dilakukan tindak ROM sehingga pasien mengalami
kelemahan, kekakuan sendi, peredaran darah tidak
lancer dan bahkan menyebabkan kecacatan.
3. Peluang 1. Latihan range of motion (ROM) merupakan salah
(Opportunities) satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang
dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya
kecacatan pada pasien dengan stroke.
2. Latihan ini adalah salah satu bentuk intervensi
fundamental perawat yang dapat dilakukan untuk
keberhasilan regimen terapeutik bagi pasien dan
dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat
permanen pada pasien paska perawatan di rumah sakit
sehingga dapat menurunkan tingkat ketergantungan
pasien pada keluarga.
3. Latihan ROM aktif dan pasif dapat meningkatkan
mobilitas sendi sehingga mencegah terjadinya
berbagai komplikasi.
4. Semakin dini proses rehabilitasi dimulai maka
kemungkinan pasien mengalami defisit kemampuan
akan semakin kecil (National Stroke Association,
2009).
5. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas
dan kekuatan otot, mempertahankan fungsi jantung
dan pernapasan, mencegah kontraktur dan kekakuan
pada sendi.
6. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot
dalam melakukan pergerakan, memperbaiki tonus
otot, memperbaiki toleransi otot untuk
latihan,mencegah terjadinya kekakuan sendi,
memperlancar sirkulasi darah.
4. Ancaman 1. Penyakit stroke telah menjadi masalah kesehatan
(Threats) yang menjadi penyebab utama kecacatan pada usia
dewasa dan merupakan salah satu penyebab terbanyak
di dunia.
2. Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab
utama kematian setelah penyakit jantung koroner dan
kanker di negara berkembang.
3. Jika tidak dilakukan latihan ROM pada pasien
Stroke maka pasien akan menglami kelemahan otot,
kekauan sendi, tidak lancarnya pembuluh darah dan
bahkan menyebabkan kecacatan.

Kesimpulan :
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada pengaruh pemberian
latihan Range Of Motion (ROM) terhadap kemampuan motorik pada pasien
post stroke di RSUD Gambiran Kediri tahun 2014. Mengingat bahaya dari
penyakit Stroke maka hal yang lebih penting adalah dengan melakukan
pencegahan dengan pengurangan berbagai faktor risiko, seperti hipertensi,
penyakit jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia, merokok, dan obesitas
saat serangan stroke pertama dapat mencegah serangan stroke berulang
demikian diharapkan Rumah Sakit bisa memberikan layanan keperawatan
yang lebih prima dengan meningkatkan pelaksanaan edukasi secara teratur
dengan struktur yang lebih baik terutama dengan menggunakan media yang
bervariasi seperti penggunaan booklet tentang pelaksanaan ROM dengan
demikian kesadaran pasien dan keluarga untuk mau dan mampu melakukan
latihan Range Of Motion (ROM) akan meningkat.

B. Jurnal 2

1. Judul Jurnal 2
“Pengaruh Range Of Motion (Rom) Pasif Terhadap Peningkatan Sudut
Rentang Gerak Ekstremitas Atas Pasien Stroke Di Rsud Tugurejo
Semarang”
2. Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh ROM pasif terhadap peningkatan sudut rentang
gerak pasien stroke di RSUD Tugurejo Semarang.
3. Metode dan Sampel
Rancangan penelitian dengan menggunakan metode pra eksperimental
dengan one group pre-posttest design, jumlah sampel 22 responden dengan
teknik purposive sampling, yang diberikan latihan ROM pasif selama satu
kali dalam 7 hari. Uji statistik dalam penelitian ini menggunankan uji
Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan pada variabel karakteristik
responden terbanyak dialami oleh laki-laki sebanyak 18 (81,8%) responden
dan 4 (18,2%) responden perempuan dengan rentang usia 56 – 65 tahun.
Analisis penelitian uji Wilcoxon didapatkan hasil p value 0,001 dengan
tingkat kemaknaan 95% (α = 0,05).
4. Tempat Penelitian
RSUD Tugurejo Semarang
5. Isi Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara pemberian ROM
pasif dengan peningkatan sudut rentang gerak ekstremitas atas pasien
stroke. Rekomendasi hasil penelitian ini diharapkan latihan ROM pasif
dilakukan minimal satu kali sehari di RS.

ANALISA S.W.O.T
Analisa Hasil Analisa

1. Kekuatan ROM pasif terhadap peningkatan sudut rentang gerak


(Strengths) pasien stroke di RSUD TugurejoSemarang.
2. Kelemahan Belum stabil dilakukan tindakan ROM pada pasien
(Weaknesses) stroke atau bahkan tidak sama sekali dilakukan tindak
ROM sehingga pasienmengalami kelemahan,
kekakuan sendi, peredaran darah tidak lancer dan
bahkan menyebabkan kecacatan.

3. Peluang 1. Rehabilitasi stroke terbukti dapatmengoptimalkan


(Opportunities) pemulihan sehingga penyandang stroke mendapat
keluaran fungsional dan kualitas hidup yang lebih
baik.
2. Salah satu terapi rehabilitasi yang sering
dipergunakan adalah program latihan gerak atau
Range of Motion (ROM).
3. Latihan gerak pasif berupa latihan Range of Motion
(ROM) dapat dilakukan sesering mungkin. Kelebihan
dari latihan Range of Motion (ROM) yaitu menjaga
kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot. Tujuan Range of Motion (ROM)
adalah memulihkan kekuatan otot dan kelenturan
sendi sehingga pasien dapat kembali melakukan
aktivitas sehari-hari. Demikian juga setelah pulang
dari Rumah Sakit, pasien pasca stroke tetap harus
menjalani latihan-latihan keterampilan aktivitas
sehari-hari (Widianto, 2009).
4. Latihan gerak secara intensif dibutuhkan oleh
pasien setelah mengalami stroke, untuk
memaksimalkan pemulihan fungsi gerak yang hilang.
Penanganan latihan gerak pasca stroke adalah
kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat
meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya.
Berbagai metode intervensi latihan seperti
pemanfaatan Activity Daily Living (ADL),
hydrotherapy, exercise therapy telah terbukti
memberikan manfaat yang besar dalam
mengembalikan gerak dan fungsi pada pasien pasca
stroke.
4. Ancaman 1. Satu dari enam orang di seluruh dunia akan
(Threats) mengalami stroke, dan setiap 6 detik seseorang akan
meninggal akibat stroke. Sekitar 795.000 stroke
terjadi setiap tahun di Amerika Serikat (Centers for
Disease Control and Prevention, 2012, 1).
2. Peningkatan insiden stroke pada tahun 2007
sebanyak 8,3/ 1000 penduduk menjadi 12,1/1000
penduduk. Prevalensi ini juga diikuti oleh angka
kejadian stroke yang terdiagnosa sebesar57,9% dan
sisanya belum dapatdidokumentasikan karena
beberapa factor seperti jarak antara rumah dan fasilitas
kesehatan yang jauh sehingga masih ada pasien stroke
yang tidak bisa berobat kepelayanan kesehatan.
3. Di Jawa Tengah terdapat 7,7/1000 penduduk yang
terdiagnosa stroke pada tahun 2013.
4. Stroke menyebabkan kematian sebanyak 41,3/ 1000
penduduk pada usia lebih dari 75tahun di
Indonesia(Riskesdas, 2013, ¶ 11). Berdasarkan data
rekam medis Rumah Sakit Tugurejo Semarang pasien
stroke tahun 2014 sebesar 270 pasien. Sedangkan data
stroke non hemoragik pada tahun 2014 November
sebanyak 28 pasien. Pasien dengan Hemiplegi pada
tahun 2014 sebnayak 126 pasien. Kemudian pasien
dengan stroke ulang tahun 2014 bulan November
sebanyak 7 pasien.

Kesimpulan :
Hasil penelitian karakteristik responden, usia penderita yang paling banyak
terserang stroke yaitu lansia akhir 17 responden (77,3%). Sedangkan
karakteristik penderita berdasarkan jenis kelamin laki-laki 18 responden
(81,8%). Sudut rentang gerak ekstremitas atas pada pasien stroke sebelum
dilakukan ROM pasif sebesar 0,006. Sudut rentang gerak ekstremitas atas
pada pasien stroke sesudah dilakukan ROM pasif sebesar 0,000. Terdapat
pengaruh antara latihan ROM pasif terhadap peningkatan sudut rentang
gerak ekstremitas atas pasien stroke dengan p value 0,001 (<0,05).
Kesimpulan Analisis Jurnal
Dari hasil analisis jurnal 1 (satu) dan jurnal 2 (dua) dapat disimpulkan
bahwa penyakit stroke merupakan penyakit yang mengincar usia lebih dari 65 tahun
keatas, dimana pada usia tersebut mengalami penurunan sendi, dan kelemahan otot.
Stroke merupakan penyakit dengan rentan Peningkatan insiden stroke pada tahun
2007 sebanyak 8,3/ 1000 penduduk menjadi 12,1/ 1000 penduduk. Prevalensi ini
juga diikuti oleh angka kejadian stroke yang terdiagnosa sebesar 57,9% dan sisanya
belum dapat didokumentasikan karena beberapa factor seperti jarak antara rumah
dan fasilitas kesehatan yang jauh sehingga masih ada pasien stroke yang tidak bisa
berobat ke pelayanan kesehatan. Satu dari enam orang di seluruh dunia akan
mengalami stroke, dan setiap 6 detik seseorang akan meninggal akibat stroke.
Sekitar 795.000 stroke terjadi setiap tahun di Amerika Serikat (Centers for Disease
Control and Prevention, 2012, 1).Di Jawa Tengah terdapat 7,7/1000 penduduk
yang terdiagnosa stroke pada tahun 2013. Stroke menyebabkan kematian sebanyak
41,3/ 1000 penduduk pada usia lebih dari 75 tahun di Indonesia (Riskesdas, 2013,
11).
Sehingga perlu adanya dilakukan tindakan Latihan gerak pasif berupa
latihan Range of Motion (ROM) yang bertujuan proses rehabilitasi yang dinilai
masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan
stroke. ROM dapat dilakukan sesering mungkin. Kelebihan dari latihan Range of
Motion (ROM) yaitu menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot. Tujuan Range of Motion (ROM) adalah memulihkan kekuatan
otot dan kelenturan sendi sehingga pasien dapat kembali melakukan aktivitas
sehari-hari. Demikian juga setelah pulang dari Rumah Sakit, pasien pasca stroke
tetap harus menjalani latihan-latihan keterampilan aktivitas sehari-hari (Widianto,
2009).
Latihan gerak secara intensif dibutuhkan oleh pasien setelah mengalami
stroke, untuk memaksimalkan pemulihan fungsi gerak yang hilang. Penanganan
latihan gerak pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat
meningkatkan kemampuan gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi
latihan seperti pemanfaatan Activity Daily Living (ADL),hydrotherapy, exercise
herapy telah terbukti memberikan manfaat yang besar dalam mengembalikan gerak
dan fungsi pada pasien pasca stroke.

C. SOP ROM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


RANGE OF MOTION (ROM)

NO. DOKUMEN NO. REVISI

TANGGAL TERBIT Ditetapkan


STANDAR
26 SEPTEMBER 2019 Direktur Utama
PROSEDUR
OPERASIONAL

(…………………………)
NIP
PENGERTIAN Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau
persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas
sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma.
TUJUAN Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada
otot yang dapat dilakukan aktif maupun pasif tergantung
dengan keadaan pasien.
PERSIAPAN 1. Memberikan salam, memperkenalkan diri, dan
PASIEN mengidentifikasi pasiendengan memeriksa identitas
pasien secara cermat.
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan,memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya dan menjawabseluruh pertanyaan pasien.
3. Meminta pengunjung untuk meninggalkan ruangan,
memberi privasi pasien.
4. Mengatur posisi pasien sehingga merasa aman dan
nyaman

ALAT 1. Wwz dan sarungnya


2. Selimut
3. Minyak penghangat (Bila perlu)

PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi


1. Melakukan verifikasi program terapi
2. Cuci tangan
3. Membawa alat didekat pasien

B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menanyakan kesiapan pasien
4. Jaga privasi klien

C. Tahap Kerja
1. Mambaca tasmiyah
2. Mangatur posisi pasien
3. Melatih sendi secara bergantian :
a. Leher, Spina, Serfikal
1) Fleksi : Menggerakan dagu
menempel ke dada rentang 45°
2) Ekstensi : Mengembalikan kepala ke
posisi tegak rentang 45°
3) Hiperektensi : Menekuk kepala ke
belakang sejauh mungkin rentang 40-45°
4) Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh
mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu
rentang 40-45°
5) Rotasi : Memutar kepala sejauh
mungkin dalam gerakan sirkuler rentang
1800

b. Bahu
1) Fleksi : Menaikan lengan dari posisi
di samping tubuh ke depan ke posisi di atas
kepala rentang 1800
2) Ekstensi : Mengembalikan lengan ke
posisi di samping tubuh rentang 180°
3) Hiperektensi : Mengerkan lengan
kebelakang tubuh, siku tetap lurus rentang
45-60°
4) Abduksi : Menaikan lengan ke
posisi samping di atas kepala dengan telapak
tangan jauh dari kepala rentang 180°
5) Adduksi : Menurunkan lengan
ke samping dan menyilang tubuh sejauh
mungkin rentang 320°
6) Rotasi dalam : Dengan siku pleksi,
memutar bahu dengan menggerakan lengan
sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke
belakang rentang 90°
7) Rotasi luar : Dengan siku fleksi,
menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas
dan samping kepala rentang 90°
8) Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan
lingkaran penuh rentang 360°

c. Siku
1) Fleksi : Menggerakkan siku
sehingga lengan bahu bergerak ke depan
sendi bahu dan tangan sejajar bahu rentang
150°
2) Ektensi : Meluruskan siku dengan
menurunkan tangan rentang 150°

d. Lengan bawah
1) Supinasi : Memutar lengan bawah dan
tangan sehingga telapak tangan menghadap
ke atas rentang 70-90°
2) Pronasi : Memutar lengan bawah
sehingga telapak tangan menghadap ke
bawah rentang 70-90°

e. Pergelangan tangan
1) Fleksi : Menggerakan telapak tangan
ke sisi bagian dalam lengan bawah rentang
80-90°
2) Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan
sehingga jari-jari, tangan, lengan bawah
berada dalam arah yang sama rentang 80-90°
3) Hiper ekstensi : Membawa permukaan
tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin
rentang 89-90°
4) Abduksi : Menekuk
pergelangan tangan miring ke ibu jari
rentang 30°
5) Adduksi : Menekuk
pergelangan tangan miring ke arah lima jari
rentang 30-50°

f. Jari-jari tangan
1) Fleksi : Membuat genggaman
rentang 90°
2) Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan
rentang 90°
3) Hiper ekstensi : Menggerakan jari-jari tangan
ke belakang sejauh mungkin rentang 30-60°
4) Abduksi : Mereggangkan jari-
jari tangan yang satu dengan yang lain
rentang 30°
5) Adduksi : Merapatkan kembali
jari-jari tangan rentang 30°

g. Ibu jari
1) Fleksi : Mengerakan ibu jari
menyilang permukaan telapak tangan rentang
90°
2) Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus
menjauh dari tangan rentang 90°
3) Abduksi : Menjauhkan ibu jari
ke samping rentang 30°
4) Adduksi : Mengerakan ibu jari
ke depan tangan rentang 30°
5) Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke
setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama

h. Pinggul
1) Fleksi : Mengerakan tungkai ke
depan dan atas rentang 90-120°
2) Ekstensi : Menggerakan kembali ke
samping tungkai yang lain rentang 90-120°
3) Hiper ekstensi : Mengerakan tungkai ke
belakang tubuh rentang 30-50° Abduksi
: Menggerakan tungkai ke samping menjauhi
tubuh rentang 30-50°
4) Adduksi : Tungkai kembali ke
posisi media dan melebihi jika mungkin
rentang 30-50°
5) Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai
ke arah tungkai lain rentang 90° Rotasi luar
: Memutar kaki dan tungkai menjauhi
tungkai lain rentang 90°
6) Sirkum duksi : Menggerakan tungkai
melingkar

i. Lutut
1) Fleksi : Mengerakan tumit ke arah
belakang paha rentang 120-130°
2) Ekstensi : Mengembalikan tungkai
kelantai rentang 120-130°

j. Kaki
1) Inversi : Memutar telapak kaki ke
samping dalam rentang 10°
2) Eversi : Memutar telapak kaki ke
samping luar rentang 10°

k. Jari-jari kaki
1) Fleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke
bawah rentang 30-60°
2) Ekstensi : Meluruskan jari-jari kaki
rentang 30-60°
3) Abduksi : Menggerakan jari-
jari kaki satu dengan yang lain rentang 15°
4) Adduksi : Merapatkan kembali
bersamasama rentang 15°

D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan

BIDANG 1. D3 KEPERAWAAN
TERKAIT 2. S1 KEPERAWATAN
3. DOKTER
4. FISIOTERAPI
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu Kun Ika Nur. 2015.Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion (Rom)
Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien Post Stroke Di Rsud
Gambiran.Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri. Jurnal
Keperawatan, P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

Dinanti Elisa Ling , Mugi Hartoyo, Wulandari M. 2015. Pengaruh Range Of


Motion (Rom) Pasif Terhadap Peningkatan Sudut Rentang Gerak
Ekstremitas Atas Pasien Stroke Di Rsud Tugurejo Semarang.
ejournal.stikestelogorejo. Semarang. ISSN: 2252-6854.

Anda mungkin juga menyukai