Anda di halaman 1dari 16

POLA DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE

ABBASIYAH

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Oleh

FAKHRIYAH AWALIA RUSTAM


20100117083
ANDI NUR ZAIZAR
20100117079
NUR AISYAH
20100117057

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt., Tuhan yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang sehingga atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat

menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul Pola dan Perkembangan Pendidikan

Islam pada Periode Abbasiyah pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Salawat serta

salam kita hanturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., dimana beliau

merupakan panutan bagi seluruh umatnya.


Terselesaikannya makalah ini tentu tak luput dari bimbingan serta dukungan

dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya.

Sebagaimana makalah ini terselesaikan, saran dan kritik membangun semoga

kiranya kami mengharapkan untuk kedepannya sebagai perbaikan. Serta mudah-

mudahan bermanfaat untuk para pembaca, dan apabila terdapat penulisan yang salah

dan kurang berkenaan di hati mohon maaf, semoga Allah senantiasa meridhoi dan

merahmati kita semua.

Samata-Gowa, 25 Juni 2019

Penyusun
iii

DAFTAR ISI
SAMPUL................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2

A. Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah ....................................................................... 2

B. Perkembangan Pendidikan Islam ............................................................................... 3

C. Sistem Politik, Pemerintahan dan Bentuk Negara ................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 12

KEPUSTAKAAN .................................................................................................................. 13
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak lahirnya agama islam, lahirlah pendidikan dan pengajaran islam,

pendidikan dan pengajaran islam itu terus tumbuh dan berkembang pada masa

khulafaurasyidin dan masa bani Umayyah. Pada permulaan masa Abbasiyah

pendidikan dan pengajaran berkembang dengan sangat hebatnya di seluruh negara

islam. Sehingga lahir sekolah-sekolah yang tidak terhitung banyaknya, tersebar di kota

sampai ke desa-desa. Anak-anak dan pemuda berlomba-lomba untuk menuntut ilmu

pengetahuan, pergi kepusat-pusat pendidika, meninggalkan kampung halamannya

karena cinta akan ilmu pengetahuan. Kerajaan islam di Timur yang berpusat di Bagdad

dan Cordova telah menunjukan dalam segala cabang ilmu pengetahuan sehingga kalau

kita buka lembaran sejarah dunia pada masa keemasan, yang bermula dengan

berdirinya kerajaan Abbasiyah di Bagdad, pada tahun 750 M dan berakhir dengan

kerajaan Abbasiyah pada tahun 1258 Masehi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalahnya

adalah sebagai berikut.

1. Sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah?

2. Bagaimana pendidikan islam pada periode Abbasiyah?


3. Bagaimana pola pendidikan islam pada periode Abbasiyah?

1
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah

Berdirinya Daulah Abbasiyah diawali dengan dua strategi, yaitu: satu dengan

sistem mencari pendukung dan penyebaran ide secara rahasia, hal ini sudah

berlangsung sejak lahir abad pertama hijriah yang bermarkas di Syam dan tempatnya
di Al Hamimah, sistem ini berakhir dengan bergabungnya Abu muslim al-Khurasani

pada jam’iyah yang sepakat atas terbentuk Daulah Abbasiyah. Sedangkan strategi

kedua dilanjutkan dengan terang-terangan dan himbauan-himbauan di forum-forum

resmi untuk mendirikan Daulah Abbasiyah berlanjut dengan peperangan melawan

Daulah Umayyah.1

Masa pemerintahan Abu Al Abbas, pendiri dinsti ini, sangat singkat, yaitu dari

tahu 750 M sampai 754 M. Karena itu, pembinaan sebesarnya dari daulah Abbasiyah

adalah Abu ja’far al Mansyur (754-775 M). Dia dengan keras menghadapi lawan-

lawannyadari Bani Umaiyah, khawarij dan juga syi’ah yang merasa dikucilkan dari

kekuasaan. Untuk mengamankan kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin jadi

saingan bagi satu-persatu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali,
keduanya adalah pamanya sendiri yang ditunjuk sebagi gubernur oleh khalifah

sebelumnyadi Syiria dan Mesir, karena tidak bersedia membaiatnya, dibunih oleh Abu

Muslim Al khursani atas perintah Abu ja’far. Abu Muslim sendiri karena di hawatirkan

akan menjadi pesaing baginya, dihukum mati pada tahun 755 M.

1
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh Al-Islam Jilid II Cet.9, Maktabah Syaksiyah Misriyah, 1980, hal. 12
3

Faktor-faktor pendorong berdirinya Daulah Abbasiyah dan penyebab

suksesnya.

1. Banyak terjadi perselisihan antara intern bani Umaiyah pada dekade

terakhir pemerintahannya hal ini di antara penyebabnya: memperebutkan

kursi kekhalifahan dan harta.

2. Pendeknya masa jabatan khalifah di akhir-akhir pemerintahan bani

Umaiyah, seperti khalifah Yazid bin al-Walid kurang lebih memerintah


sekitar 6 bulan.

3. Dijadikan putra mahkota lebih dari jumlah satu orang seperti yang

dikerjakan oleh Marwan bin Muhammad yang menjadikan anaknya

Abdullah dan Ubaidillah sebagai putra mahkota

4. Bergabungnya sebagian afrad keluarga Umawi kepada mazhab-mazhab

agama yang tidak benar menurut syariah, seperti Al-Qadariyah.

5. Hilangnya kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan Umaiyah.

6. Kesombongan pembesar-pembesar bani Umaiyah pada akhir

pemerintahannya.2

7. Timbulnya dukungan dari Al-Mawali (non Arab).

B. Perkembangan Pendidikan Islam

Pada masa bani Abbasiyah, kebudayaan dan peradaban sudah lebih maju

biladibandingkan dengan bani Umaiyah. Pendidikan baik ilmu naqli (agama) seperti

2
Ahmad Syam, Daulah Al-Islamiyah fi Al-Arsy Al-Awal, Maktabah Al-Jalu Al Misriyah, 1986, hal.

17.
4

munculnya ilmu tauhid, hadis,dan ilmu-ilmu agama lainnya. Demikian pula

pengetahuan umum (ilmu naqli) berkembang pula dengan pesatnya seperti filsafat

yunani telah diterima oleh umat. Pada permulan bani Abbasiyah ilmu pengetahuan dan

pendidikan berkembang dengan sangat pesat, sehingga terlahir sekolah-sekolah yang

tidak terhitung banyaknya. Tersebar dari kota sampai ke desa-desa. Anak-anak dan

pemuda-pemuda berlomba-lomba menuntut ilmu pengetahuan, melawat kepusat

pendidikan, meniggalkan kampung halamanya karena cinta akan ilmu pengetahuan.


Pada masa nabi Muhammad, masa Khulafaurrasyidin, dan bani Umaiyah

tujuan pendidikan hanya satu saja, keagamaan semata. Mengajar dan belajar karena

Allah dan mengharapkan keridhaanya. Sedangkan pada masa bani Abbasiyah itu telah

bermacam-macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu.

Al- Ma’mun pengganti Al- Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta

kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakan,

untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia mengkaji penerjemah-penerjemah dari

golongan kristen dan penganut golongan lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan

sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait Al-

Hikmah, pusat penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan


perpustakaan yang besar dan menjadi perpustakaan umum dan diberi nama ”Darul

Ilmi” yang berisi buku-buku yang tidak terdapat di perpustakaan lainnya. Pada masa

Al-Ma’mun inilah Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan,

kekota inilah para pencari datang berduyun-duyun, dan pada masa ini pula kota Bagdad

dapat memancarkan sinar kebudayaan dan peradaban islam keberbagai penjuru dunia.

Diantara bangunan-bangunan atau sarana untuk pendidikan pada masa

Abbasiyah yaitu:
5

a. Madrasah yang terkenal ketika itu adalah madrasah Annidzamiyah, yang

didirikan oleh seorang perdana menteri bernama Nidzamul Muluk (456-486

M). Bangunan madrasah tersebut tersebar luas di kota Bagdad, Balkan, Muro,

Tabaristan, Naisabur dan lain-lain.

b. Kuttab, yakni tempat belajar bagi para siswa sekolah dasar dan menengah.

c. Majlis Munadharah, tempat pertemuan para pujangga, ilmuan, para ulama,

cendikiawan dan para filosof dalam menyeminarkan dan mengkaji ilmu yang
mereka geluti.

d. Darul Hikmah, gedung perpustakaan pusat.3

1. Perkembangan Ilmu-ilmu Non Keislaman

a. Kedokteran

Seiring dengan ilmu-ilmu lain, ilmu kedokteran juga sempat mencapai masa

keemasannya, daulah Abbasiyah telah melahirkan banyak dokter ternama. Sekolah-

sekolah tinggi kedokteran banyak didirikan diberbagai tempat, begitulah rumah-rumah

sakit besar yang berfungsiselain sebagai perawatan para pasien,juga sebagai ajang

peraktek para dokter dan calon dokter. Diantaranya sekolah tinggi kedokteran yang
terkenal:

Adapun para dokter yang populer pada masa itu antara lain:

1) Abu Zakaria Yuhana bin Miskawaih, seorang ahli formasi di rumah

sakit Yunde Shafur.

2) Sabur bin sahal, direktur rumah sakit Yunde Shafur.

3
Mahrus As’ad, Sejarah Kebudayaan Islam, (Bandung: CV Amirco, 1994), h. 25-26
6

3) Hunain bin Ishak (194-264 H/ 810-878 M) seoranng ahli penyakit mata

ternama.

4) Abu Zakaria Ar-Razy kepala rumah sakit di Bagdad dan seorang dokter ahli

penyakit campak dan cacar, dan dia juga orang pertam yang menyusun buku

mengenai kedokteran anak.

5) Ibnu Sina (370-428 H/ 980-1037 M). Ia seorang ilmuan yang multi dimensi,

yakni selain mengasai ilmu kedokteran, juga ilmu-ilmu lai, seperti filsafat dan
sosiologi. Ibnu Sina berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia

diantara karyanya adalah Al- Qur’an fi al rhibb yang merupakan ensiklopedi

kedokteran paling besar dalam sejarah.4

b. Filsafat

Melalui proses penerjemahan buku-buku filsafat yang berbahasa Yunani para

ulama muslim banyak mendalami dan mengkaji filsafat serta mengadakan perubahan

serta perbaikan sesuai dengan ajaran islam. Sebab itulah lahirla filsafat islam yang

akhirnya menjadi bintangnya dunia filsafat diantara para ahli filsafat yang terkenal

pada waktu itu adalah:

1) Abu Ishak Al-Kindi (1994-260 H/809-873 M). ia adalah satu-satunya filosof

berkebangsaan asli arab, yakni dari suku kindah, karya-karyanya tidak kurang

dari 236 buah buku.

2) Abu Nasr Al-Faraby (390 H/961 M), Al Farabi banyak menulis buku tentang

filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat

Aristoteles dan karyanya tak kurang dari 12 buah buku.

4
Mahrus As’ad, Op.cit, h. 26
7

3) Al-Ghazali (450-505 H/1058-1101 M), beliau dijuluki sebagai hujjatul islam,

karyanya tidak kurang dari 70 buah diantaranya:

a) Al Munqidz Minadlalal

b) Tahafutul Falasifah

c) Mizanul Amal

d) Ihyaulumuddin

e) Mahkun Nazar
f) Miyazul Ilmi, dan

g) Maqashidul Falasifah

4) Ibnu Rusyd di barat lebih dikenal dengan nama Averoes, banyak berpengaruh

di barat dalam bidang filsafat, sehingga disana terdapat aliran yang disebut

averroisme.5

c. Ilmu Astronomi

Ilmu astronomi atau perbintangan berkembang dengan baik, bahkan sampai

mencapai puncaknya, kaum muslimin pada masa bani Abbasiyah mempunyai modal

yang terbesar dalam mengembanngkan ilmu perhitungan.Mereka menggodok dan

mempersatukan aliran-aliran ilmu bintang yang berasal atau dianut oleh Yunani,
Persia, India, Kaldan. Dan ilmu falak arab jahiliyah. Ilmu bintang memegang peranan

penting dalam menentukan garis politik para khalifah dan amir.

Diantara para ahli ilmu astronomi pada masa ini adalah:

Al-battani atau Albatagnius, seorang ahli astronomi yang terkenal dimasanya.

5
Ibid, h. 26-27
8

Al-Fazzari, seorang pencipta atrolobe, yakni alat pengukur tinggi dan jarak

bintang.

Abul Wafak, seorang menemukan jalan ketiga dari bulan, jalan kesatu dan

kedua telah ditemukan oleh ilmuan yang berkebangsaan Yunani.

Rahyan Al Bairuny, seorang astronomi.

Abu Mansyur Al Falaky, seorang ahli ilmu falaq.

Untuk mendukung perkembangan ilmu ini, para khalifah telah banyak


membangun observatorium diberbagai kota, disamping observatorium milik pribadi

ilmuan.

d. Ilmu Matematika

Bidang ilmu matematika juga mengalami kemajuan pesat, diantara para

tokohnya yaitu:

1) Umar Al Farukhan, seorang insinyur dan arsitek kota Bagdad.

2) Al-Khawarizmi, seorang pakar matematika muslim yang mengarang buku Al-

Gebra (Al-jabar). Dan dia juga yang menemukan angka nol.

e. Ilmu Farmasi dan Kimia

Pakar ilmu farmasi dan kimia pada masa dinasti Abbasiyah sebenarnya sangat
banyak, tetapi yang paling terkenal adalah ibnu Baithar.Ia adalah seorang ilmuan

farmasi yang produktif menulis, karyanya adalah Almughni (memuat tentang obat-

obatan) dan lain-lain.

Kurikulum pendidikan pada zaman Bani Abbasiyah dari segi muatannya telah

mengalami perkembangan, sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan

kebudayaan. Namun dari segi susunan atau konsepnya belum seperti yang dijumpai di
9

masa sekarang. Kurikulum pendidikan ini terlihat dalam pembagian ilmu yang

dikemukakan para tokoh sebagai berikut.

1. Kurikulum Menurut Al-Ghazali

Ia membagi ilmu dalam tiga pendekatan. Pertama, pembagian ilmu dari segi

sumbernya. Kedua, pembagian ilmu dilihat dari segi jauh dekatnya dengan Tuhan. Dan

yang ketiga, pembagian ilmu dari segi hukumnya.


2. Kurikulum Menurut Ibn Khaldun

Ibn Khaldun menyusun kurikulum sesuai dengan akal dan kejiwaan peserta dididk,

dengan tujuan agar pesrta didik menyukainya dan bersungguh-sungguh

mempelajarinya. Ibn Khaldun membagi ilmu menjadi 3 macam, yakni Kelompok ilmu

lisan (bahasa), kelompok naqli dan kelompok aqli.

Tradisi ilmiah dan atmosfer akademik yang terjadi pada zaman Abbasiyah

dan masa sebelumnya adalah sebagai berikut, Tukar Menukar Informasi (Muzakarah),

Berdebat, Rihlah Ilmiah, Penerjemahan, Mengoleksi Buku dan Mendirikan

Perpustakaan, Membangun Lembaga Pendidikan, Melakukan Penelitian Ilmiah,

Menulis Buku, Memberikan Wakaf.


Sarana prasarana pendidikan seperti lembaga pendidikan, peralatan

kegiatan penelitian dan percobaan, tersedia lebih lengkap dibanding dengan masa

sebelumnya. Hal ini sejalan dengan terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan yang

memerlukan peralatan khusus dalam mengajarkannya. Terjadinya kemajuan dalam

sistem pendidikan Islam tidak terlepas dari adanya manajemen pengelolaan pendidikan

yang rapi dan tertib.


10

C. Sistem Politik, Pemerintahan dan Bentuk Negara

1. Sistem Politik

Adapun sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah antara lain:

a. Para khalifah tetap dari turunan Arab murni, sementara para menteri,

gubernur, panglima, dan pegawai lainnya banyak diangkat dari

golongan Mawali turunan Persia.

b. Kota Baghdad sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan dijadikan kota pintu terbuka,

sehingga segala bangsa yang menganut berbagai keyakinan diizinkan

bermukim di dalamnya.

c. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan

mulia. Para khalifah dan pembesar lainnya membuka kemungkinan

seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

d. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia sepenuhnya.

e. Para menteri turunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan

pemerintahan, sehingga mereka memegang peranan penting dalam

membina Tamandun Islam.6

2. Sistem Pemerintahan dan Bentuk Negara

Dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah diletakkan oleh khalifah kedua, Abu

Ja’far Al-Mansyur yang dikenal sebagai pembangun khalifah tersebut, sedangkan

6
Musyrifah Sumanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta:

Kencana, 2003, hal. 15.


11

pendiri Abbasiyah adalah Abdul Abbas Al-Saffah. Sistem pemerintahan kekhalifahan

diambil dari nilai-nilai Persia. Para khalifah Abbasiyah memperoleh kekuasaan untuk

mengatur negara langsung dari Allah bukan dari rakyat, yang berbeda dari sistem

kekhalifahan yang dipilih oleh rakyat.

Kekuasaan mereka yang tertinggi diletakkan pada ulama sehingga

pemerintahannya merupakan sistem teokrasi. Khalifah bukan saja berkuasa di bidang

pemerintahan duniawi juga berhak memimpin agama yang berdasarkan


pemerintahannya pada agama. Khalifah Abbasiyah juga memakai gelar imam untuk

menunjukkan aspek keagamaannya. Namun dalam hal pengangkatan mahkota,

Abbasiyah meniru sistem yang dilaksanakan Umaiyah, yakni menetapkan 2 orang

putra mahkota sebagai pengganti pendahulunya yang berakibat fatal karena dapat

menimbulkan pertikaian antara putra mahkota. Tetapi tradisi mengangkat dua putra
mahkota tidak berjalan selama masa Abbasiyah.7

7
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2007, h.72
12

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dinasti Bani Abbassiyah terbentuk melalui proses perebutan kekuasaan dari

Bani Umayyah. Banyak sekali faktor pendorong yang memicu dalam terbentuknya

dinasti bani abbasiyah. Dinasti Abbasiyah tergolong yang paling lama berkuasa, yaitu
mulai dari Abu al-Abbas Assafah di tahun 750 M sampai dengn Al-Mu’tashim di tahun

1258 M. Dalam waktu selama lebih dari lima abad tersebut kepemimpinan dinasti

Abbasiyah dipegang oleh lebih dari 37 khalifah.

Masa pemerintahan bani Abbasyiyah merupakan puncak perkembangan

pendidikan Islam di dunia. Popularitas daulah Abbasyiyah mencapai puncaknya di

zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mum (813-833

M).

Pada masa Nabi, masa khoilfah rasyidin dan umayah, tujuan pendidikan satu

saja, yaitu keagamaan semata. Mengajar dan belajar karena Allah dan mengharap

keridhoan-Nya. Namun pada masa abbasiyah tujuan pendidikan itu telah bermacam-

macam karena pengaruh masyarakat pada masa itu.

Selama pemerintahan bani Abbasiyah, banyak bidang pendidikan Agama

maupun bidang pendidikan umum yang muncul beserta tokoh-tokoh yang berperan

dalam perkembangan pendidikan tersebut. Seperti Al-Razi, Al-Battani, Al Ya’qubi, Al

Buzjani, Ibn Sina, dan masih banyak yang lainnya.


13

KEPUSTAKAAN
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh Al-Islam Jilid II Cet.9, Maktabah Syaksiyah Misriyah,
1980
Ahmad Syam, Daulah Al-Islamiyah fi Al-Arsy Al-Awal, Maktabah Al-Jalu Al
Misriyah, 1986
Mahrus As’ad, Sejarah Kebudayaan Islam, (Bandung: CV Amirco, 1994)
Musyrifah Sumanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam.
(Jakarta: Kencana, 2003)
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2007)

Anda mungkin juga menyukai