Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI 2018


UNIVERSITAS PATTIMURA

OD TRAUMA KIMIA ASAM DERAJAT II

Oleh:
Vika Arilia Leiwakabessy (2010-83-043)

Pembimbing :
dr. Carmila L. Tamtelahitu, Sp.M

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah

mengaruniakan kasih dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

kasus dengan judul “OD Trauma Kimia”. Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk

memenuhi persyaratan dalam stase MATA, sekaligus sebagai bahan bacaan yang memberikan

kontribusi positif bagi koass dalam menambah pengetahuan.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini tidak luput dari kekurangan, untuk itu penulis

mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya. Akhirnya, semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan khususnya dalam dunia

kedokteran dan bermanfaat bagi pembaca.

Ambon, Juni 2018

Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3

BAB I LAPORAN KASUS ................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 7

1. Anatomi Mata ............................................................................................................ 7


2. Definisi ..................................................................................................................... 11
3. Epidemiologi ............................................................................................................ 11
4. Etiologi ..................................................................................................................... 12
5. Patofisiologi ............................................................................................................. 14
6. Klasifikasi ................................................................................................................ 14
7. Diagnosis.................................................................................................................. 15
8. Diagnosis Banding ................................................................................................... 15
9. Prognosis .................................................................................................................. 17

BAB III DISKUSI................................................................................................................ 18

REFERENSI ........................................................................................................................ 19

3|Page
BAB I
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : An. KZW
Umur : 1 tahun 4 bulan (04 Januari 2017)
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : STAIN
Agama : Islam
Pekerjaan :-
No.RM : 10-97-49
Waktu Pemeriksaan : 11 Mei 2018
Ruang Pemeriksaan : Ruangan Poliklinik Mata RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Mata kanan kena lem korea
2. Anamnesis terpimpin :
Keluhan dirasakan sejak tadi malam, kejadian lem terkena pada pasien tidak diketahui
secara pasti oleh orang tua, pasien diketahui oleh orang tua terkena pada saat pasien
menangis. Ibu pasien menggunakan tisue yang dibasahi dengan air hangat untuk
memisahkan lem dari kelopak mata kanan pasien yang terkena lem.
3. Riwayat penyakit dahulu : penyakit mata lain (-)
4. Riwayat pengobatan : pasien belum pernah berobat untuk keluhan yang dirasakan
sekarang ini
5. Riwayat keluarga : tidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos Mentis / E4V5M5
Tekanan Darah :-
BB : 8 Kg
Nadi : 72x/menit

4|Page
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
2. Status Oftalmologi
a. Visus ODS : tidak dilakukan
b. Segmen anterior ODS: dengan pen light

Segmen Anterior
OD OS
Bola Mata

Edema (-), blefarospasme (-), Edema (-), blefarospasme (-), eritema


eritema (-), ektropion (-), entropion Palpebra (-), ektropion (-), entropion (-), sekret
(-), sekret (-), hematom (-) (-), hematom (-)

Kemosis (-), subconjunctival Kemosis (-), Subconjunctival


bleeding (-), hiperemis (+) Konjungtiva bleeding (-), hiperemis(-)
Lem korea (+)

Jernih (-),edema (-), ulkus Jernih (+), edema (-), ulkus (-),korpus
alienum (-)
(-),korpus alienum (-) Kornea
FL (+)

hipopion (-), hifema (-) Bilik Mata Depan hipopion (-), hifema (-)
Iris Warna coklat tua, radier, sinekia(-)
Warna coklat tua, radier, sinekia (-)
Pupil Bulat, 3 mm
Bulat, 3 mm
Lensa Jernih,
Jernih,

Gambar Skematik

Gambar Gambar
Skematik Skematik

Lem korea (+) fluoresein (+)

c. Tekanan Intra Okuli : tidak dilakukan


d. Pergerakan Bola Mata : tidak dilakukan
e. Funduskopi ODS : Tidak dilakukan

5|Page
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

FOTO PASIEN

Fluoresein test : (+)

E. DIAGNOSIS KERJA
OD Trauma kimia asam derajat II

F. DIAGNOSIS BANDING

G. PERENCANAAN

a. Medikamentosa : Floxa (tiap ml mengandung Ofloxacin) 4 dd 1 gth OD


b. Non medikamentosa : Ekstrasi lem korea
c. Edukasi
 Penjelasan mengenai kondisi mata pasien saat ini
 Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien

H. PROGNOSIS
a. Quo ad Vitam : Bonam
b. Quo ad Functionam : Dubia ed Bonam
c. Quo ad Sanasionam : Dubia ed Bonam

6|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.ANATOMI MATA

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian


anterior bola mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung sehingga
terdapat bentuk dengan dua kelengkungan berbeda. Bola mata dibungkus oleh tiga
lapisan jaringan, yaitu lapisan sklera yang bagian terdepannya disebut kornea,
lapisan uvea, dan lapisan retina. Di dalam bola mata terdapat cairan aqueous
humor, lensa dan vitreous humor.1

Gambar : anatomi mata

2.1.1 Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva berbatasan dengan
kulit pada tepi palpebral dan dengan epitel kornea di limbus.1

2.1.2 Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk
pada mata. Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan
sinar masuk ke dalam bola mata.1

7|Page
2.1.3 Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.
Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada
sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal
550 µm di pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar
11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.
Dari anterior ke posterior kornea mempunyai lima lapisan, yaitu:
1) Epitel
Tebal dari epitel ini adalah 50 µm. Epitel kornea mempunyai lima lapis sel epitel
tak bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng

2) Membran Bowman
Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
3) Stroma
Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Stroma terdiri atas lamel
yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya. Pada
permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen
ini bercabang.
4) Membran Descemet
Membran Descemet merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma kornea.
5) Endotel
Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, dan
tebalnya 20-40 µm. Lapisan ini berperan dalam mempertahankan deturgesensi
stroma kornea.1,2
2.1.4 Uvea

Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh
kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:

8|Page
1) Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai permukaan yang
relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil.
Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke
dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan
(midriasis) pupil.

2) Badan siliar
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi mengubah
tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat maupun jauh
dalam lapang pandang. Badan siliar terdiri atas zona anterior yang berombak-
ombak, pars plicata (2 mm) yang merupakan pembentuk aqueous humor, dan zona
posterior yang datar, pars plana (4 mm).

3) Koroid
Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan sklera yang
berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar, berfungsi untuk memberi
nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya.1,2

2.1.5 lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di sebelah
anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya terdapat vitreous humor.
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang akan memperbolehkan
air dan elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular.
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan korteks terbentuk dari
lamela konsentris yang panjang. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum
suspensorium yang dikenal sebagai zonula Zinii, yang tersusun dari banyak fibril
yang berasal dari permukaan badan siliar dan menyisip ke dalam ekuator lensa.2

2.1.6 Aqueous Humor


Aqueous humor diproduksi oleh badan siliar. Setelah memasuki bilik mata
belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian
ke perifer menuju sudut bilik mata depan.1

9|Page
2.1.7 Vitreous Humor
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar vitreous humor
normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior,
serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis
vitreous mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel
pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata. Vitreous humor mengandung
air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat,
yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel karena kemampuannya mengikat
banyak air.2

2.1.8 Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar yang
berbatas dengan koroid adalah sebagai berikut:
1) Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
2) Fotoreseptor
Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
3) Membran limitan eksterna
4) Lapisan nukleus luar
Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus sel kerucut dan sel batang.
Keempat lapisan di atas avaskuler dan mendapat nutrisi dari kapiler koroid.
5) Lapisan pleksiform luar
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan
sel bipolar dan sel horizontal.
6) Lapisan nukleus dalam
Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel Muller serta
didarahi oleh arteri retina sentral.
7) Lapisan pleksiform dalam
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinaps sel bipolar dan sel
amakrin dengan sel ganglion.
8) Lapisan sel ganglion
Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.

10 | P a g e
9) Serabut saraf
Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang menuju ke arah saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.
10) Membran limitan interna
Membran limitan interna berupa membran hialin antara retina dan vitreous
humor.1,2

2.2.DEFENISI TRAUMA KIMIA


Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan
kedaruratan oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan,
berat bahkan sampai kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan
trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat
asam atau basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut.3
Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH
> 7 yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola mata. Tingkat keparahan
trauma dikaitkan dengan jenis, volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat
penetrasi dari zat kimia tersebut.3
Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam
laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian,
dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat
rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.3

2.3.EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan data CDC tahun 2015 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat
mengalami gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta
pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam
penglihatan setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat
menerima pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari
800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap
tahunnya.4,5

Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4


kali lebih besar. Dari data WHO tahun 2016 trauma okular berakibat kebutaan
unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan
1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%)
merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi bervariasi trauma asam:basa antara 1:1
sampai 1:4. Secara international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh
pajanan karena pekerjaan. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR),
frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja

11 | P a g e
dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur
rata-rata 31 tahun.4

2.4.ETIOLOGI
a. Trauma Asam

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam
kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH,
sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi.
Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam,
dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti
trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia
asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia
basa.3

Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat
melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan
memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan
magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi
sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf
dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride
memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada jantung,
pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik.3

Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan
presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari
jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya
cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan
presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel
kornea terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di
kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma
basa.6

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel
kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi
tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya
kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada
daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai
jaringan yang lebih dalam.

b. Trauma Basa

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa
memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk

12 | P a g e
penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai
retina. Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari
luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini
mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera
okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.
Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia
basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan
dehidrasi.3

Gambar Trauma pada Mata Akibat Bahan Kimia Basa7

2.5.PATOFISIOLOGI

Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase
kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:

 Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-
hal sebagai berikut:
1. Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan
oklusi pembuluh darah pada limbus.
2. Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan
konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan
persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih.
3. Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan
dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.
4. Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan
kerusakan iris dan lensa.
5. Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang
dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.
6. Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.

 Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:


1. Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran
dari sel-sel epitelial yang berasal dari stem cell limbus
2. Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis
kolagen yang baru.8

13 | P a g e
2.6. KLASIFIKASI
Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat
keparahan yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma. Klasifikasi
ini juga bertujuan untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang
muncul serta indikasi penentuan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan
tingkat kejernihan kornea dan keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi
ini juga untuk menilai patensi dari pembuluh darah limbus (superfisial dan
profunda).8

1. Derajat 1 : kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)
2. Derajat 2 : kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan
terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik
3. Derajat 3 : epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris
tidak jelas dan sudah terdapat ½ iskemik limbus (prognosis kurang baik)
4. Derajat 4 : kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari ½ limbus
(prognosis sangat buruk)

2.7.DIAGNOSIS
a. Gejala klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam
biasanya dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial
kornea. Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering
bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan
yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.7

b. Anamnesis
Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau
tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu
diketahuiapa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut
(misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta
kapan terjadinya trauma tersebut.9,10
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera
terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi
secara tiba tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran
umum trauma. Dan harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila
terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan.7

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena


zat kimia sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral.
Obat anestesi topikal atau lokal sangat membantu agar pasien tenang,lebih

14 | P a g e
nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan
irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa
kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus,tekanan intra okular,
konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek
epitel yang menetap dan berulang.6,10

d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH
bola mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus
dilakukan sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan
lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan
oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula
dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraocular.6,10

Gambar 2. Kertas Lakmus untuk Pemeriksaan pH7

2.8.DIAGNOSIS BANDING

Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata,
terutama yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjungtivitis,
konjugtivitis hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan lain-
lain.

2.9.PENATALAKSANAAN
a. Emergency

Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata
dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang
harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus
digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi
normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling
sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat
diberikan anastesi topikal, larutannatrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi
dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa

15 | P a g e
(lensa yang terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran
yang konstan.

Ekstrasi dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata.
Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara
konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat
terjadi re-epitelisasi pada kornea.

Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan
artificial tear (air mata buatan).

b. Medikamentosa

Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun


pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan
menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu
steroid hanya diberikan secara inisial dan di tappering offsetelah 7-10
hari. Dexametason 0,1% ED dan Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam.
Bila diperlukan dapat diberikan Prednisolon IV 50-200 mg

Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior.


Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.

Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan


penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh
fibroblas kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk
dosis sitemik dapat diberikan sampai dosis 2 gr.

Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra


okular dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara
oral asetazolamid (diamox) 500 mg.

Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.


Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas
netrofil dan mengurangi pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara
topikal dan sistemik (doksisiklin 100 mg).

c. Pembedahan8

Pembedahan Segera yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi


limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan
forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan:

16 | P a g e
1) Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk
mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan
ulkus kornea.
2) Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau
dar donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea
menjadi normal.
3) Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan
fibrosis
Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:

1) Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasusconjungtival


bands dan simblefaron.
2) Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
3) Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.
4) Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal
ini untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
5) Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat
dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.

2.10. PROGNOSIS

Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan


penyebab trauma tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan
konjungtiva merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan prognosis
penyembuhan. Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan
konjungtiva memberikan prognosa yang buruk7

17 | P a g e
BAB III

DISKUSI

Pasien perempuan, usia 1 tahun 4bulan datang ke poliklinik mata RSUD Dr. M.
Haulussy dengan Keluhan dirasakan sejak tadi malam, kejadian lem terkena pada
pasien tidak diketahui secara pasti oleh orang tua, pasien diketahui oleh orang tua
terkena pada saat pasien menangis. Ibu pasien menggunakan tisue yang dibasahi
dengan air hangat untuk memisahkan lem dari kelopak mata kanan pasien yang terkena
lem.

Dari anamnesis pada pasien sesuai dengan kepustakaan tanda dan gejala trauma
kimia yaitu pasien sering sekali menceritakan telah tersiram cairan atau tersemprot gas
pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata, dimana dalam kasus ini hasil
anamnesis di dapatkan dari orang tua pasien.

Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan adanya lem korea yang masih
tertinggal di palpebra superior dan juga di eye brown

Penatalaksanaan pada pasien yaitu dilakukan ekstrasi lem korea. Berdasarakan


teori, ekstrasi dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata.
Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva
palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

18 | P a g e
REFERENSI

1. Whitcher jp, paul RE. vaughan dan Asbury oftalmology umum. Jakarta: EGC. 2009;
20;392-393.
2. American academy of opthamology, presbyopia. USA. 2010. Diunduh pada April 29,
2018. www.Aao.org
3. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2015.

4. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.


Jakarta. 2016.
5. Centers for Disease Control and Prevention. Work-related Eye Injuries diunduh
pada tanggal 2 Agustus 2015.http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/

6. Eye Teachers of American Foundation. Eye Trauma. Diunduh pada tanggal 2 Agustus
2015 http://www.ophthobook.com/videos/eye-trauma-video
7. Gerhard K. Lang. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd. Stuttgart · New York.
2016.
8. Kanski, JJ. Chemical Injuries. Clinical Opthalmology. Edisi keenam. Philadelphia:
Elseiver Limited. 2014.
9. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints.
Diunduh tanggal 4 Agustus 2014.http://www.acep.org/content.aspx?id=26712

10. Cohlmia Eye Center. Chemical Eye Burns Emergency Care. Diunduh pada tanggal 2
Agustus 2014.http://www.samcohlmia.com/wichita-chemical-eye-burns.php
11.

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai