Oleh:
Vika Arilia Leiwakabessy (2010-83-043)
Pembimbing :
dr. Carmila L. Tamtelahitu, Sp.M
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah
kasus dengan judul “OD Trauma Kimia”. Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk
memenuhi persyaratan dalam stase MATA, sekaligus sebagai bahan bacaan yang memberikan
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini tidak luput dari kekurangan, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya. Akhirnya, semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan khususnya dalam dunia
Penulis
2|Page
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3
REFERENSI ........................................................................................................................ 19
3|Page
BAB I
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : An. KZW
Umur : 1 tahun 4 bulan (04 Januari 2017)
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : STAIN
Agama : Islam
Pekerjaan :-
No.RM : 10-97-49
Waktu Pemeriksaan : 11 Mei 2018
Ruang Pemeriksaan : Ruangan Poliklinik Mata RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Mata kanan kena lem korea
2. Anamnesis terpimpin :
Keluhan dirasakan sejak tadi malam, kejadian lem terkena pada pasien tidak diketahui
secara pasti oleh orang tua, pasien diketahui oleh orang tua terkena pada saat pasien
menangis. Ibu pasien menggunakan tisue yang dibasahi dengan air hangat untuk
memisahkan lem dari kelopak mata kanan pasien yang terkena lem.
3. Riwayat penyakit dahulu : penyakit mata lain (-)
4. Riwayat pengobatan : pasien belum pernah berobat untuk keluhan yang dirasakan
sekarang ini
5. Riwayat keluarga : tidak ada
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos Mentis / E4V5M5
Tekanan Darah :-
BB : 8 Kg
Nadi : 72x/menit
4|Page
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5oC
2. Status Oftalmologi
a. Visus ODS : tidak dilakukan
b. Segmen anterior ODS: dengan pen light
Segmen Anterior
OD OS
Bola Mata
Jernih (-),edema (-), ulkus Jernih (+), edema (-), ulkus (-),korpus
alienum (-)
(-),korpus alienum (-) Kornea
FL (+)
hipopion (-), hifema (-) Bilik Mata Depan hipopion (-), hifema (-)
Iris Warna coklat tua, radier, sinekia(-)
Warna coklat tua, radier, sinekia (-)
Pupil Bulat, 3 mm
Bulat, 3 mm
Lensa Jernih,
Jernih,
Gambar Skematik
Gambar Gambar
Skematik Skematik
5|Page
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
FOTO PASIEN
E. DIAGNOSIS KERJA
OD Trauma kimia asam derajat II
F. DIAGNOSIS BANDING
G. PERENCANAAN
H. PROGNOSIS
a. Quo ad Vitam : Bonam
b. Quo ad Functionam : Dubia ed Bonam
c. Quo ad Sanasionam : Dubia ed Bonam
6|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.ANATOMI MATA
2.1.1 Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva berbatasan dengan
kulit pada tepi palpebral dan dengan epitel kornea di limbus.1
2.1.2 Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk
pada mata. Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan
sinar masuk ke dalam bola mata.1
7|Page
2.1.3 Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya dam merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.
Kornea ini disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada
sambungan ini disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal
550 µm di pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar
11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.
Dari anterior ke posterior kornea mempunyai lima lapisan, yaitu:
1) Epitel
Tebal dari epitel ini adalah 50 µm. Epitel kornea mempunyai lima lapis sel epitel
tak bertanduk yang terdiri dari sel basal, sel poligonal, dan sel gepeng
2) Membran Bowman
Membran Bowman terletak di bawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen yang tersususn tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
3) Stroma
Stroma kornea menyusun sekitar 90% ketebalan kornea. Stroma terdiri atas lamel
yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya. Pada
permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer serta kolagen
ini bercabang.
4) Membran Descemet
Membran Descemet merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma kornea.
5) Endotel
Endotel berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, dan
tebalnya 20-40 µm. Lapisan ini berperan dalam mempertahankan deturgesensi
stroma kornea.1,2
2.1.4 Uvea
Uvea adalah lapisan vaskular di dalam bola mata dan dilindungi oleh
kornea dan sklera yang terdiri dari tiga bagian, yaitu:
8|Page
1) Iris
Iris merupakan perpanjangan badan siliar ke anterior mempunyai permukaan yang
relatif datar dengan celah yang berbentuk bulat di tengahnya, yang disebut pupil.
Iris mempunyai kemampuan untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke
dalam bola mata secara otomatis dengan mengecilkan (miosis) atau melebarkan
(midriasis) pupil.
2) Badan siliar
Badan siliar merupakan susunan otot melingkar yang berfungsi mengubah
tegangan kapsul lensa sehingga lensa dapat fokus untuk objek dekat maupun jauh
dalam lapang pandang. Badan siliar terdiri atas zona anterior yang berombak-
ombak, pars plicata (2 mm) yang merupakan pembentuk aqueous humor, dan zona
posterior yang datar, pars plana (4 mm).
3) Koroid
Koroid merupakan segmen posterior uvea terletak di antara retina dan sklera yang
berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah besar, berfungsi untuk memberi
nutrisi pada retina bagian terluar yang terletak di bawahnya.1,2
2.1.5 lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di sebelah
anterior lensa terdapat aqueous humor, di posteriornya terdapat vitreous humor.
Kapsul lensa adalah suatu membran semipermeabel yang akan memperbolehkan
air dan elektrolit masuk. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular.
Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Nukleus dan korteks terbentuk dari
lamela konsentris yang panjang. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum
suspensorium yang dikenal sebagai zonula Zinii, yang tersusun dari banyak fibril
yang berasal dari permukaan badan siliar dan menyisip ke dalam ekuator lensa.2
9|Page
2.1.7 Vitreous Humor
Vitreous humor adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang
membentuk dua pertiga volume dan berat mata. Permukaan luar vitreous humor
normalnya berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior,
serat-serat zonula, pars plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis
vitreous mempertahankan penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel
pars plana dan retina tepat di belakang ora serrata. Vitreous humor mengandung
air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat,
yang memberi bentuk dan konsistensi mirip gel karena kemampuannya mengikat
banyak air.2
2.1.8 Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor
yang menerima rangsangan cahaya. Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar yang
berbatas dengan koroid adalah sebagai berikut:
1) Epitel pigmen retina (Membran Bruch)
2) Fotoreseptor
Lapisan fotoreseptor terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
3) Membran limitan eksterna
4) Lapisan nukleus luar
Lapisan nukleus luar merupakan susunan nukleus sel kerucut dan sel batang.
Keempat lapisan di atas avaskuler dan mendapat nutrisi dari kapiler koroid.
5) Lapisan pleksiform luar
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan
sel bipolar dan sel horizontal.
6) Lapisan nukleus dalam
Lapisan ini terdiri dari tubuh sel bipolar, sel horizontal, dan sel Muller serta
didarahi oleh arteri retina sentral.
7) Lapisan pleksiform dalam
Lapisan ini merupakan lapisan aselular tempat sinaps sel bipolar dan sel
amakrin dengan sel ganglion.
8) Lapisan sel ganglion
Lapisan ini merupakan lapisan badan sel dari neuron kedua.
10 | P a g e
9) Serabut saraf
Lapisan serabut saraf berupa akson sel ganglion yang menuju ke arah saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.
10) Membran limitan interna
Membran limitan interna berupa membran hialin antara retina dan vitreous
humor.1,2
2.3.EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan data CDC tahun 2015 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat
mengalami gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta
pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam
penglihatan setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat
menerima pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari
800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap
tahunnya.4,5
11 | P a g e
dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur
rata-rata 31 tahun.4
2.4.ETIOLOGI
a. Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam
kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH,
sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi.
Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam,
dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti
trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia
asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia
basa.3
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini secara cepat
melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan
memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan
magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi
sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf
dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride
memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada jantung,
pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik.3
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan
presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari
jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya
cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan
presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel
kornea terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di
kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma
basa.6
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel
kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi
tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya
kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada
daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai
jaringan yang lebih dalam.
b. Trauma Basa
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa
memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk
12 | P a g e
penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai
retina. Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari
luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini
mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera
okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.
Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia
basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan
dehidrasi.3
2.5.PATOFISIOLOGI
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase
kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:
Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-
hal sebagai berikut:
1. Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan
oklusi pembuluh darah pada limbus.
2. Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan
konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan
persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih.
3. Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan
dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.
4. Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan
kerusakan iris dan lensa.
5. Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang
dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.
6. Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.
13 | P a g e
2.6. KLASIFIKASI
Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat
keparahan yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma. Klasifikasi
ini juga bertujuan untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan yang
muncul serta indikasi penentuan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan
tingkat kejernihan kornea dan keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi
ini juga untuk menilai patensi dari pembuluh darah limbus (superfisial dan
profunda).8
1. Derajat 1 : kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)
2. Derajat 2 : kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan
terdapat kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik
3. Derajat 3 : epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris
tidak jelas dan sudah terdapat ½ iskemik limbus (prognosis kurang baik)
4. Derajat 4 : kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari ½ limbus
(prognosis sangat buruk)
2.7.DIAGNOSIS
a. Gejala klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,
blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam
biasanya dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial
kornea. Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering
bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan
yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.7
b. Anamnesis
Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau
tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu
diketahuiapa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut
(misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta
kapan terjadinya trauma tersebut.9,10
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera
terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi
secara tiba tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran
umum trauma. Dan harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila
terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan.7
c. Pemeriksaan fisik
14 | P a g e
nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan
irigasi, pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa
kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik limbus,tekanan intra okular,
konjungtivalisasi pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek
epitel yang menetap dan berulang.6,10
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH
bola mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus
dilakukan sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan
lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan
oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula
dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraocular.6,10
2.8.DIAGNOSIS BANDING
Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada mata,
terutama yang disebabkan oleh basa atau alkali antara lain konjungtivitis,
konjugtivitis hemoragik akut, keratokunjugtivitis sicca, ulkus kornea, dan lain-
lain.
2.9.PENATALAKSANAAN
a. Emergency
Irigasi merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata
dengan bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang
harus dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus
digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi
normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling
sedikit 2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat
diberikan anastesi topikal, larutannatrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi
dalam waktu yang lama lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa
15 | P a g e
(lensa yang terhubung dengan sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran
yang konstan.
Ekstrasi dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata.
Selain itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara
konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.
Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat
terjadi re-epitelisasi pada kornea.
Selanjutnya diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek dan
artificial tear (air mata buatan).
b. Medikamentosa
c. Pembedahan8
16 | P a g e
1) Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk
mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan
ulkus kornea.
2) Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau
dar donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea
menjadi normal.
3) Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan
fibrosis
Pembedahan Lanjut pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:
2.10. PROGNOSIS
17 | P a g e
BAB III
DISKUSI
Pasien perempuan, usia 1 tahun 4bulan datang ke poliklinik mata RSUD Dr. M.
Haulussy dengan Keluhan dirasakan sejak tadi malam, kejadian lem terkena pada
pasien tidak diketahui secara pasti oleh orang tua, pasien diketahui oleh orang tua
terkena pada saat pasien menangis. Ibu pasien menggunakan tisue yang dibasahi
dengan air hangat untuk memisahkan lem dari kelopak mata kanan pasien yang terkena
lem.
Dari anamnesis pada pasien sesuai dengan kepustakaan tanda dan gejala trauma
kimia yaitu pasien sering sekali menceritakan telah tersiram cairan atau tersemprot gas
pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata, dimana dalam kasus ini hasil
anamnesis di dapatkan dari orang tua pasien.
Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan adanya lem korea yang masih
tertinggal di palpebra superior dan juga di eye brown
18 | P a g e
REFERENSI
1. Whitcher jp, paul RE. vaughan dan Asbury oftalmology umum. Jakarta: EGC. 2009;
20;392-393.
2. American academy of opthamology, presbyopia. USA. 2010. Diunduh pada April 29,
2018. www.Aao.org
3. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2015.
6. Eye Teachers of American Foundation. Eye Trauma. Diunduh pada tanggal 2 Agustus
2015 http://www.ophthobook.com/videos/eye-trauma-video
7. Gerhard K. Lang. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas 2nd. Stuttgart · New York.
2016.
8. Kanski, JJ. Chemical Injuries. Clinical Opthalmology. Edisi keenam. Philadelphia:
Elseiver Limited. 2014.
9. American College of Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints.
Diunduh tanggal 4 Agustus 2014.http://www.acep.org/content.aspx?id=26712
10. Cohlmia Eye Center. Chemical Eye Burns Emergency Care. Diunduh pada tanggal 2
Agustus 2014.http://www.samcohlmia.com/wichita-chemical-eye-burns.php
11.
19 | P a g e