Reklamasi Lahan Tambang Intan
Reklamasi Lahan Tambang Intan
A. Latar Belakang
Bahan tambang merupakan salah satu sumber daya alam yang dikuasai oleh
negara dan harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (amanat UUD 1945 Pasal 33 ayat 3). Oleh karena itu, sektor
pertambangan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam
menunjang pembangunan nasional. Indonesia mempunyai potensi berbagai jenis
bahan tambang, baik logam, non logam, batuan bahan konstruksi dan industri, batu
bara, panas bumi maupun minyak dan gas bumi yang cukup melimpah.
Pendayagunaan secara bijak segala jenis bahan tambang tersebut dapat
meningkatkan pendapatan dan perekonomian nasional ataupun daerah.
Setiap kegiatan penambangan hampir dipastikan akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan, baik bersifat positif maupun bersifat negatif. Dampak
positif kegiatan penambangan antara lain meningkatkan kesempatan kerja,
meningkatkan roda perekonomian sektor dan sub sektor lain di sekitarnya, dan
menambah penghasilan negara maupun daerah dalam bentuk pajak, retribusi
ataupun royalti. Namun demikian, kegiatan penambangan yang tidak berwawasan
atau tidak mempertimbangkan keseimbangan dan daya dukung lingkungan serta
tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan. Dampak negatif tersebut antara lain terjadinya gerakan tanah yang
dapat menelan korban baik harta benda maupun nyawa, hilangnya daerah resapan
air di daerah perbukitan, rusaknya bentang alam, pelumpuran ke dalam sungai yang
dampaknya bisa sampai ke hilir, meningkatkan intensitas erosi di daerah
perbukitan, jalan-jalan yang dilalui kendaraan pengangkut bahan tambang menjadi
rusak, mengganggu kondisi air tanah, dan terjadinya kubangan-kubangan besar
yang terisi air, terutama bila penggalian di daerah pedataran, serta mempengaruhi
kehidupan social penduduk di sekitar lokasi penambangan.
Penambangan intan merupakan sektor andalan dalam bidang perekonomian
Kalimantan Selatan, dimana daerah Banjarmasin adalah daerah yang paling kaya
akan intan, khususnya di daerah Cempaka yang merupakan daerah yang paling
banyak ditemukan intan.
B. Tujuan:
1. Mengetahui Pengertian Intan
2. Mengetahui Profil Intan yang Berhasil ditemukan
3. Mengetahui Dampak Eksploitasi Penambangan Intan
C. Manfaat Pembahasan:
Memperkaya pengetahuan kita tentang intan, penambangan intan, transaksi
jual beli, serta dampak yang ditimbulkan dari aktivitas penambangan intan tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Batu Intan
Intan / berlian adalah mineral yang secara kimia merupakan bentuk Kristal
atau alotrop dari karbon. Intan terkenal karena memiliki sifat-sifat fisika yang
istimewa, terutama factor kekerasannya dan kemampuannya mendispersikan
cahaya. Sifat-sifat ini yang membuat intan digunakan dalam perhiasan dan berbagai
penerapan di dalam dunia industry.
Carat intan / berlian dapat didefinisikan sebagai satuan untuk mengukur
berat sebuah batu intan / berlian. Dalam satuan metrik, satu carat sama dengan 0.2
gram. Satu carat, dibagi lagi dalam satuan point. 1 carat sama dengan 100 point.
Dengan pembagian menjadi 100 point ini, perhitungan berat batu berlian menjadi
sangat presisi.
Harga batu berlian meningkat secara eksponensial seiring dengan naiknya
karat berlian. Hal tersebut dikarenakan batu berlian dengan ukuran besar, sangat
sulit untuk ditemukan di alam. Sebagi contoh, dengan kondisi Cut, Clarity dan
Color yang sama, 1 batu berlian dengan ukuran 1.00 carat memiliki nilai atau harga
yang lebih tinggi daripada 2 batu berlian dengan ukuran 0.50 carat.
Sedangkan untuk perhiasan yang terdiri dari 2 atau lebih berlian, carat dapat
dituliskan dalam bentuk total berat carat. Jadi misal ada cincin berlian yang terdiri
dari 3 buah berlian, maka carat cincin berlian tersebut dihitung sesuai penjumlahan
carat 3 berlian yang ada di cincin.
Intan terutama ditambang di Afrika Tengah dan Selatan, walaupun
kandungan intan yang signifikan juga telah ditemukan di Kanada, Rusia, Brasil, dan
Australia. Sekitar 130 juta “karat” (26.000 kg) intan ditambang setiap tahun, yang
berjumlah kira-kira $9 miliar dolar Amerika. Selain itu, hamper empat kali berat
intan dibuat di dalam makmal sebagai intan sintetik (synthetic diamond).
Seperti yang kita ketahui harga intan dipasaran sangat mahal karena dalam
proses pencarian sangat sulit dan barang tersebut bisa dibilang barang yang langka.
Tidak seperti barang tambang yang lain misalnya emas yang bisa dibilang masih
mudah ditemukan bila dibandingkan dengan intan. Juga tidak semua daerah di
Indonesia dapat ditemukan sebagai tempat pertambangan intan yang sudah cukup
dikenal oleh masyarakat adalah Kalimantan Selatan. Proses pencarian dilakukan
baik yang secara tradisional ataupun cara modern dengan menggunakan mesin-
mesin yang canggih.
B. Kondisi Umum Penambangan Intan Kecamatan Cempaka
Kecamatan Cempaka adalah kawasan penambangan intan dan emas yang
terletak 47 km dari Kota Banjarmasin dan 7 km dari Kota Banjarbaru. Di tempat ini
pengunjung dapat melihat langsung bagaimana para pekerja mencari Intan atau
Emas di lobang-lobang penuh galian dan penuh lumpur.
Kecamatan Cempaka kota Banjarbaru, didominasi oleh karakteristik
geografis dataran tinggi dengan rata-rata ketinggian topografi antara 50 sampai 150
meter di atas permukaan laut (Pusat Statistik Provinsi Kalimatan Selatan: 1993 ).
Sehingga praktis, kawasan pendulangan intan, di Pumpung atau Ujung Murung
misalnya, juga dikelilingi oleh bukit-bukit yang menyembul.
Kawasan pendulangan intan tradisional di Kecamatan Cempaka, paling
banyak tersebar di Kelurahan Sungai Tiung. Kelurahan seluas 21,50 Km2 dengan
jumlah kepadatan 306 jiwa per Km2, ini memiliki dua kawasan pendulangan intan
tradisional yang telah dikenal di mata dunia, yaitu Desa Pumpung. Desa Pumpung,
terkenal karena temuan intan sebesar telur ayam dengan berat 166,7 kerat, pada 30-
an tahun silam. Belakangan intan tersebut dinamai Trisakti.
Di Kecamatan ini, area tanahnya merupakan tanah pendulangan. Sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian sebagai pendulangan intan (M.
Syafruddin Saleh, 1983). Untuk menuju kawasan wisata pendulangan intan
tradisional ini, banyak akses transportasi darat yang bisa kita pilih, tentunya relatif
cepat, mudah dan murah. Pendulangan intan Pumpung misalnya, berada di sisi
tenggara kota Banjarbaru, 40 Km dari Banjarmasin, ibukota Provinsi Kalsel. Dari
Banjarmasin menuju Kota Banjarbaru dapat dituju menggunakan kendaraan
bermotor, baik roda dua maupun empat, dengan waktu tempuh selama 1 jam.
Kemudian, dari kota Banjarbaru menuju Kecamatan Cempaka bisa dicapai selama
15 menit, langsung menuju kawasan tersebut.
5. Sedimentasi Sungai
Sedimentasi dari longsoran dan erosi tanah dapat terbawa oleh aliran air larian
yang masuk ke dalam sungai. Meskipun longsoran dan erosi tanah merupakan
dampak yang signifikan, tetapi sedimentasi belum tentu mempunyai dampak
yang signifikan.
1. Tajuknya yang lebar dan daunnya yang lebat ditambah dengan jaringan
akarnya yang luas sehingga mampu menyerap air dengan maksimal
2. Satu batang Pohon Trembesi mampu menyerap 28.442 kg karbondioksida
(CO2) setiap tahunnya., berdasarkan penelitian oleh Dr. Ir. Endes N. Dahlan,
Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bandingkan dengan –
bambu yang menyerap karbondioksida 12 ton per tahun atau beringin yang
“hanya” menyerap 500 kg karbondioksida per tahunnya.
3. Trembesi memiliki sistem perakaran yang mampu bersimbiosis dengan bakteri
Rhizobium untuk mengikat nitrogen dari udara.
4. Trembesi bisa hidup di lahan-lahan marjinal, juga lahan-lahan kritis, seperti
bekas tambang, bahkan mampu bertahan pada keasaman tanah yang tinggi,
juga tahan kekeringan, serta tahan genangan.
PEMBAHASAN
untuk Waktu
Harga Satuan
No Komponen Biaya Satuan luas Yang Total Harga
(Rp)
20 Ha dibutuhkan
I Penataan
permukaan Lahan
1.1 Sewa Buldozer Unit 15 187,5 jam 1.250.000 Rp 3.515.625.000
1.2 Gaji Operator Orang 15 187,5 jam 7.000.000 Rp 105.000.000
II Pemindahan Tanah
Pucuk
2.1 Sewa Excavator Unit 50 339 jam 600.000 Rp 10.170.000.000
2.2 Gaji Operator Orang 50 339 jam 12.543.000 Rp 627.150.000
III Penebaran Tanah
Pucuk
3.1 Sewa Dump Truck Unit 100 339 jam 300.0000 Rp 101.700.000
3.2 Gaji Operator Orang 100 339 jam 12.543.000 Rp 1.254.300.000
IV Penataan Tanah
Pucuk
4.1 Sewa Buldozer Unit 15 178,5 jam 1.250.000 Rp 223.125.000
4.2 Gaji Operator Orang 15 178,5 jam 6.600.000 Rp 99.000.000
V Pembuatan saluran
Drainase
5.1 Sewa Excavator Unit 1 156,25 jam 600.000 Rp 93.750.000
5.2 Gaji Operator Orang 1 156,25 jam 37.000 Rp 5.781.000
VI Pembuatan Kolam
Pengendap
6.1 Sewa Excavator Unit 1 125 jam 600.000 Rp 75.000.000
6.2 Gaji Operator Orang 1 125 jam 37.000 Rp 4.625.000
VII Penanaman
Tanaman Pioner
7.1 Pengadaan Bibit Bibit 880 - 25.000 Rp 22.000.000
Pohon Trembesi
7.2 Pemupukan Kg 28 1 hari 15.000 Rp 420.000
7.3 Penyemprotan Liter 20 1 hari 10.000 Rp 200.000
Insektisida
7.4 Tenaga kerja Orang 140 1 hari 100.000 Rp 14.000.000
VII Penanaman pohon
tanaman sisipan
8.1 Pengadaan Bibit Bibit 3.760 - 10.000 Rp 37 600.000
8.2 Pemupukan Kg 100 1 hari 5.000 Rp 500.000
8.3 Penyemprotan Liter 20 1 hari 10.000 Rp 200.000
Insektisida
8.4 Tenaga kerja Orang 260 1 hari 100.000 Rp 26.000.000
IX Perawatan Tahun-1
9.1 Pemupukan Kg 100 1 hari 5.000 Rp 500.000
9.2 Bibit Sulam Pohon Bibit 20 1 hari 25.000 Rp 500.000
Pioner
9.3 Biji Cover Crop Kg 20 1 hari 45.000 Rp 900.000
9.4 Tenaga Kerja Orang 100 1 hari 100.000 Rp 10.000.000
X Perawatan Tahun-2
10.1 Pemupukan Kg 200 1 hari 5.000 Rp 1.000.000
10.2 Bibit Sulam Pohon Bibit 15 1 hari 25.000 Rp 375.000
Pioner
10.3 Tenaga Kerja Orang 100 1 hari 100.000 Rp 10.000.000
XI Perawatan Tahun-3
11.1 Pemupukan Kg 200 1 hari 25.000 Rp 1.000.000
11.2 Bibit Sulam Bibit 63 1 hari 10.000 Rp 630.000
Tanaman Sisipan
11.3 Tenaga Kerja Orang 100 1 hari 100.000 Rp 10.000.000
TOTAL Rp 16.408.681.000
Pembahasan:
1. Luas lahan pasca tambang Intan yang akan direklamasi yaitu seluas 20 Ha (400
m x 500 m), dengan kedalaman lubang 15 m dan lebar permukaan bawah 350
m. Maka didapatkan volume tanah sebanyak 2.812.500 m³.
2. Penataan permukaan lahan mengggunakan alat berat jenis buldozer dengan
produksi normal 15.000 m³ per jam. Jadi untuk menata permukaan lahan seluas
20 Ha dengan volume 2.812.500 m³ membutuhkan waktu yaitu: 2.812.500 m³
÷ 15.000 m³ = 187,5 jam kerja, atau 19 hari. Oleh karena itu Buldozer
berkapasitas 425 HP dibutuhkan sebanyak 15 unit dengan harga sewa
Rp 1.250.000,- per jam. Maka totalnya adalah Rp 3.515.625.000,- untuk sewa
15 unit selama 19 hari. Pengoperasian buldozer tersebut membutuhkan
operartor sebanyak 15 orang, dengan gaji Rp 7.000.000,- per orang. Maka total
gaji 15 operator buldozer selama 19 hari adalah Rp 105.000.000,-
3. Proses pemindahan tanah pucuk membutuhkan alat berat jenis Excavator
dengan tingkat produksi 8.300 m³/jam. Jadi waktu yang dibutuhkan untuk
pemindahan tanah pucuk yaitu: 2.812.500 m³ ÷ 8.300 m³/jam = 339 jam kerja
atau 34 hari. Oleh karena itu Excavator dengan kapasitas 2,0 m³ dibutuhkan
sebanyak 50 unit dengan harga sewa Rp 600.000,- per jam. Maka totalnya
adalah Rp 10.170.000.000,- untuk sewa 50 unit selama 34 hari. Pengoperasian
Excavator tersebut membutuhkan operator sebanyak 50 orang, dengan gaji
Rp 12.543.000,- per orang. Maka total gaji 50 operator Excavator selama 34
hari adalah Rp 627.150.000,-
4. Proses penebaran tanah pucuk membutuhkan Dump Truck berkapasitas 20 ton
dibutuhkan sebanyak 100 unit untuk mengangkut tanah tersebut dengan harga
sewa Rp300.000,- per jam. Waktu yang dibutuhkan Truck Dump sama dengan
waktu kerja Excavator. Maka totalnya adalah Rp101.700.000,- untuk sewa 100
unit Truck Dump selama 34 hari. Pengoperasian Truck Dump membutuhkan
Operator sebanyak 100 orang, dengan gaji Rp 12.543.000,- per orang. Maka
total gaji 100 operator Truck Dump selama 34 hari adalah Rp 1.254.300.000,-
5. Proses penataan Tanah pucuk agar siap tanam dilakukan menggunakan
Buldozer kembali. Sehingga membutuhkan waktu selama 178,5 jam kerja atau
18 hari. Oleh karena itu Buldozer berkapasitas 425 HP dibutuhkan sebanyak
15 unit dengan harga sewa Rp 1.250.000,- per jam. Maka totalnya adalah
Rp223.125.000,- untuk sewa 15 unit selama 18 hari. Pengoperasian buldozer
tersebut membutuhkan operartor sebanyak 15 orang, dengan gaji
Rp6.600.000,- per orang. Maka total gaji 15 operator buldozer selama 19 hari
adalah Rp 99.000.000,-
6. Untuk pengendalian erosi dan pengelolaan air di butuhkannya pembuatan
saluran drainase dan kolam pengendap. Pembuatan saluran drainase
menggunakan Excavator untuk memindahkan volume tanah sebanyak 5000 m³
dengan tingkat produksi 32 m³/jam, sehingga membutuhkan waktu 156,25 jam.
Harga sewa Excavator adalah Rp 600.000,- per jam, sehingga biaya total sewa
excavator selama 156,25 jam adalah sebesar Rp 93.750.000,- dan gaji operator
sebesar Rp 37.000,- per jam, sehinggga gaji total operator selama 156,25 jam
adalah sebesar Rp 5.781.000,-
Jadi biaya total pembuatan saluran drainase pada lahan reklamasi pasca
tambang Intan adalah sebesar Rp 99.531.000,-
7. Pembuatan kolam pengendap juga menggunakan Excavator untuk
memindahkan volume tanah sebanyak 4.000 m³ dengan tingkat produksi
32 m³/jam, sehingga membutuhkan waktu selama 125 jam. Harga sewa
Excavator adalah Rp 600.000,- per jam, sehingga biaya total sewa excavator
selama 125 jam adalah Rp 75.000.000,- dan gaji operator sebesar Rp 37.000,-
per jam, sehinggga gaji total operator selama 125 jam adalah Rp 4.625.000,-
Jadi biaya total pembuatan kolam pengendap pada lahan reklamasi pasca
tambang Intan adalah sebesar Rp 79.625.000,-
8. Persermaian pengadaan bibit tanaman Trembesi untuk revegetasi dengan jarak
tanam 15cm x 15cm. Banyak bibit yang ditanam sebanyak 44 bibit pohon/Ha,
dengan harga satuan bibit pohon Trembesi Rp 25.000,-
Jadi biaya pengadaan bibit pohon untuk luasan 20 Ha membutuhkan 880 pohon
trembesi dengan harga Rp 22.000.000,-
9. Pupuk yang digunakan pada penanaman sebanyak 1,4 kg/Ha. Dengan harga
pupuk Rp 15.000,- /kg. Sehingga biaya kebutuhan pupuk = Rp 21.000,- /Ha
Jadi, biaya pemupukan untuk luasan 20 Ha = Rp 420.000,-
Untuk penggunaan insektisida membutuhkan 20 liter untuk luasan 20 hektar
dengan harga Rp 10.000,- per liter, sehingga membutuhkan total biaya
Rp 200.000,- untuk insektisida pada tanaman Trembesi.
10. Penanaman bibit pohon Trembesi membutuhkan 7 orang pekerja untuk
menanam bibit tersebut sebanyak 44 bibit pohon/Ha. Maka untuk luasan 20 Ha
membutuhkan 140 pekerja untuk penanaman tersebut. Biaya upah pekerja
adalah Rp 100.000,-
Jadi biaya upah pekerja sebanyak 140 orang untuk penanaman bibit pohon
trembesi adalah Rp 100.000 x 140 orang = Rp 14.000.000,-
11. Penanaman pohon tanaman sisipan lokal daur panjang membutuhkan 188 bibit
pohon/hektar dengan harga satuan bibit Rp 10.000,- sehingga membutuhkan
3.760 bibit pohon untuk luasan 20 Ha dengan total harga bibit Rp 37.600.000,-
12. Pupuk yang digunakan pada penanaman tanaman sisipan lokal daur panjang
sebanyak 5 kg/Ha. Dengan harga pupuk Rp 5.000,- /kg. Sehingga biaya
kebutuhan pupuk = Rp 25.000,- /Ha
Jadi, biaya pemupukan untuk luasan 20 Ha adalah Rp 500.000,-
Untuk penggunaan insektisida membutuhkan 20 liter untuk luasan 20 hektar
dengan harga Rp 10.000,- per liter, sehingga membutuhkan total biaya
Rp 200.000,- untuk pestisida pada tanaman sisipan lokal daur panjang.
13. Penanaman bibit pohon tanaman sisipan lokal daur panjang membutuhkan 13
orang pekerja untuk menanam bibit tersebut sebanyak 188 bibit pohon/Ha.
Maka untuk luasan 20 Ha membutuhkan 260 pekerja untuk penanaman bibit.
Biaya upah pekerja adalah Rp 100.000,-
Jadi biaya upah pekerja sebanyak 260 orang untuk Penanaman bibit pohon
tanaman sisipan lokal daur panjang seluas 20 Ha adalah Rp 100.000 x 260
orang = Rp 26.000.000,-
14. Untuk perawatan tahun pertama membutuhkan pupuk sebanyak 100 kg, bibit
sulam pohon pioner sebanyak 20 bibit, biji cover crop sebanyak 20 kg, dan
tenaga kerja sebanyak 100 orang pada lahan seluas 20 Ha tersebut. Jadi biaya
total yang dibutuhkan untuk perawatan tahun pertama adalah Rp 11.900.000,-
15. Untuk perawatan tahun kedua membutuhkan pupuk sebanyak 200 kg, bibit
sulam pohon pioner sebanyak 15 bibit, dan tenaga kerja sebanyak 100 orang
pada lahan seluas 20 Ha tersebut. Jadi biaya total yang dibutuhkan untuk
perawatan tahun kedua adalah Rp 9.375.000,-
16. Untuk perawatan tahun ketiga membutuhkan pupuk sebanyak 200 kg, bibit
sulam pohon tanaman sisipan lokal daur panjang sebanyak 63 bibit, dan tenaga
kerja sebanyak 100 orang pada lahan seluas 20 Ha tersebut. Jadi biaya total
yang dibutuhkan untuk perawatan tahun ketiga adalah Rp 11.630.000,-
KESIMPULAN