Anda di halaman 1dari 28

Kemampuan Berpikir Matematis Ditinjau dari Tipe Kepribadian Siswa

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kajian Masalah Pendidikan
Matematika

Dosen Pengampu:
Depi Setialesmana, M.Pd.

Disusun oleh:
Wulan Munawarotul Wandiani 172151036
Anggita Mayang Arum 172151070
Ovi Octafiyani 172151075
Nindita Gita Rohmah 172151144
Ajeng Rahayu 172151161
KRS C

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dengan
judul “Kemampuan Berfikir Matematis Ditinjau dari Tipe Kepribadian Siswa”.
Sebagai tugas akademis, penyusun yang telah berusaha dalam menyusun makalah
sesuai dengan kemampuan dan ilmu yang penyusun miliki. Kemudian, atas dukungan moral
dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Dosen Pengampu Mata Kuliah Kajian Masalah Pendidikan Matematika, Ibu Depi
Setialesmana, M.Pd. yang telah memberikan arahan kepada penyusun.
2. SMAN 5 Tasikmalaya yang telah membantu penyusun dalam mengumpulkan data,
terutama Guru Matematika Ibu Sunsun Sugiani, S.Pd. dan siswa kelas X MIPA 6 dan X
IPS 2.
3. Teman-teman kelas dan semua pihak yang telah memberikan semangat sehingga kami
bisa terus semangat dalam mengerjakan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Tasikmalaya, November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................. 6
A. Kemampuan Berpikir Matematis ............................................................................. 6
B. Definisi Kepribadian ................................................................................................ 7
C. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian ................................................................ 9
D. Perubahan Kepribaddian ........................................................................................ 11
E. Konsep Kepribadian .............................................................................................. 11
F. Tipe Kepribadian ................................................................................................... 12
BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................... 20
A. Kepribadian Siswa ................................................................................................. 20
B. Perbedaan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa ............................................... 21
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 25
A. Simpulan ................................................................................................................ 25
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 28

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan untuk
meningkatkan kualitas dan kemampuan manusia dalam bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Karena dengan adanya pendidikan kehidupan setiap individu akan
lebih terarah dan memiliki tujuan. Pendidikan memiliki berbagai cabang ilmu
pengetahuan dan salah satunya yang sangat penting untuk dipelajari adalah
matematika. Matematika adalah salah satu ilmu pendidikan yang penting dalam
kehidupan sehari-hari dan mendasari berbagai ilmu pengetahuan lainnya.
Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap
jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.
Diberikannya pendidikan matematika sejak dini, diharapkan dapat melatih
kemampuan siswa dalam berpikir, berargumentasi dan bernegoisasi serta
memecahkan suatu masalah baik dalam pelajaran matematika maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan belajar matematika dapat diperoleh di sekolah
yang melibatkan guru dan siswa.
Proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa
bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan serta
sikap disebut pembelajaran. Kunci terpenting dari tercapainya suatu tujuan
pembelajaran adalah terletak pada proses pembelajaran yang berlangsung di kelas.
Ketercapaian tujuan pembelajaran harus didukung oleh peranan guru secara
maksimal. Menurut Anam, guru harus mampu menguasai konsep pembelajaran
suatu materi yang akan diajarkan khususnya pada mata pelajaran matematika.
Selain itu, menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor
20 Tahun 2006 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa pembelajaran matematika
bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan salah satunya yaitu ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah. Ada lima tujuan pembelajaran matematika yang
harus dicapai para siswa selama proses pembelajaran matematika, yaitu:
pemahaman konsep matematika; penggunaan penalaran; pemecahan masalah;
komunikasi; dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan (Shadiq, 2008). Polya mendefinisikan pemecahan masalaha sebagai
usaha untuk mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang
tidak dapat segera dicapai. Menurut Hippocrates tipe kepribadian manusia
digolongkan menjadi empat, yaitu Koleris, Melankolis, Phlegmatis, dan Sanguinis
(Suryabrata, 2011 : 79). Setiap siswa memiliki kepribadian yang berbeda-beda.
Kepribadian merupakan susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan
perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu manusia. Setiap siswa
memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Dalam penelitian ini materi yang akan
digunakan adalah Aljabar. Berdasarkan uraian di atas, peneliti memiliki tujuan

4
untuk mengetahui kemampuan berpikir matematis ditinjau dari tipe kepribadian
siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana Kepribadian Kelas MIPA-6 dan IPS-2 di SMA Negeri 5
TASIKMALAYA setelah diberikan angket ?
2. Bagaimana Kemampuan berpikir IPA dan IPS ditinjau dari tipe
kepribadian?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan kepribadian siswa di MIPA dan IPS
2. Mendeskripsikan kemampuan berpikir matematis MIPA dan IPS

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berpikir Matematis


Kemampuan merupakan hal telah ada dalam diri kita sejak lahir. Kemampuan
yang ada pada diri manusia juga bisa disebut dengan potensi. Potensi yang ada pada
manusia pada dasarnya bisa diasah.
Dalam hal ini banyak para ahli mengartikan kemampuan secara bervariasi akan
tetapi pada dasarnya masih memiliki konteks yang sama. Salah satunya ialah
Mohammad Zain, ia berpendapat bahwa kemampuan merupakan potensi yang ada
berupa kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri.
Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati lebih
mendefinisikan kemampuan lebih pada keefektifan orang tersebut dalam
melakukan segala macam pekerjaan. Yang artinya kemampuan merupakan dasar
dari seseorang tersebut melakukan sebuah pekerjaan secara efektif dan tentunya
efisien.
Hal tersebut didukung oleh pendapat Robbin yang mengartikan bahwa
kemampuan merupakan sebuah kapasitas yang dimiliki oleh tap-tiap individu untuk
melkasanakan tugasnya. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan
merupakan suatu penilaian atau ukuran dari apa yang dilakukan oleh orang tersebut.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan
kecakapan setiap individu untuk menyelesaikan pekerjaannya atau menguasa hal-
hal yang ingin dikerjakan dalam suatu pekerjaan, dan kemampuan juga dapat dilihat
dari tindakan tiap-tiap individu.
Secara umum berfikir berasal dari kata pikir dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2010:767) adalah akal budi, ingatan, angan-angan. berpikir
artinya mempunyai pikiran dan mempunyai akal; Pikiranyaitu hasil berpikir,
dan pemikiran merupakan proses, cara, perbuatan memikir, sedangkan
pemikir adalah orang cerdik, pandai, serta hasil pemikirannya dimanfatkan
oleh orang lain.
Menurut Valentine (Kuswana: 2011), berpikir dalam kajian psikologis
secara tegas menelah proses dan pemeliharan untuk suatu aktivitas yang
berisi mengenai bagaimana yang dihubungkan dengan gagasan-gagasan yang
diarahkan untuk beberapa tujuan yang diharapkan.
Menurut Gilmer (1970), berpikir merupakan suatu pemecahan
masalah dan proses penggunan gagasan atau lambang-lambang pengganti
suatu aktivitas yang tampak secara fisik. Selain itu, ia mendefinisikan bahwa
berpikir merupakan suatu proses dari penyajian suatu peristiwa internal dan
eksternal, kepemilikian masa lalu, masa sekarang, masa depan yang satu sama
lain saling berinteraksi. Menurut Ross (1995) berpikir merupakan aktivitas
mental dalam aspek teori dasar mengenai objek psikologis

6
Suryabrata (2012) beranggapan bahwa berpikir adalah proses dinamis
yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Santrock (2004),
menyatakan bahwa berpikir merupakan sebuah proses mengolah informasi.
Dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan suatu aktivitas mental,
yang berkaitan dengan kesadaran dan juga proses dalam memahami, menalar,
menganalisis, mengidentifikasi suatu permasalahan untuk mendapatkan suatu
soaluasi atau pemecahan masalah.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kemampaun berpikir
merupakan kegiatan penalaran yang reflektif, kritis, dan kreatif, yang berorientasi
pada suatu proses intelektual yang melibatkan pembentukan konsep
(conceptualizing), aplikasi, analisis, menilai informasi yang terkumpul (sintesis)
atau dihasilkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai
landasan kepada suatu keyakinan (kepercayaan) dan tindakan.
Sedangkan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Matematis mempunyai
arti bersangkutan dengan Matematika; bersifat Matematika; sangat pasti dan tepat.
Jadi kemampuan berpikir matematis merupakan kemampuan untuk melakukan
penalaran suatu masalah, pemahaman konten matematika, kemampuan
mengembangkan metode atau strategi, dan juga menemukan suatu strategi atau
metode yang dapat digunakan, lalu mengeksperimenkannya dan mendapan
kesimpulan atas penyelesaian tersebut.
B. Definisi Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi, temparmen, ciri-ciri
kas dan prilaku seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan
terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapkan pada situasi tertentu. Setiap
orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau berlaku terus menerus
secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi, sehingga menjadi ciri
khas pribadinya.
Ada beberapa unsur-unsur dari kepribadian. Diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu unsur-unsur yang mengisi akal dan
alam jiwa orang yang sadar. Dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai
hal yang diterimanya melalui panca inderanya yang masuk kedalam
berbagi sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Dan didalam otak
tersebutlah semuanya diproses menjadi susunan yang dipancarkan oleh
individu kealam sekitar, yang dikenal sebagai “persepsi” yaitu; “seluruh
proses akal manusia yang sadar”.
Ada kalanya suatu persepsi yang diproyeksikan kembali menjadi suatu
penggambaran berfokus tentang lingkungan yang mengandung bagian-
bagian. Penggambaran yang terfokus secara lebih intensif yang terjadi
karena pemustan secara lebih intensif di dalam pandangan psikologi
biasanya disebut dengan “Pengamatan”.

7
Penggambaran tentang lingkungan dengan fokus pada bagian-bagian
yang paling menarik perhatianya seringkali diolah oleh sutu proses dalam
aklanya yang menghubungkannya dengan berbagai penggambaran lain
yang sejenisnya yang sebelumnya pernah diterima dan diproyeksikan oleh
akalnya, dan kemudian muncul kembali sebagai kenangan. Dan
penggambaran yang baru dengan pengertian baru dalam istilah psikologi
disebut “Apersepsi”.
Penggabungan dan membandingkan-bandingkan bagian-bagian dari suatu
penggambaran dengan bagian-bagian dari berbagai penggambaran lain
yang sejenis secara konsisten berdasarkan asas-asas tertentu. Dengan proses
kemampuan untuk membentuk suatu penggambaran baru yang abstrak,
yang dalam kenyataanya tidak mirip dengan salah satu dari sekian macam
bahan konkret dari penggambaran yang baru.
Dengan demikian manusia dapat membuat suatu penggambaran tentang
tempat-tempat tertentu di muka bumi, padahal ia belum pernah melihat atau
mempersepsikan tempat-tempat tersebut. Penggambaran abstrak tadi dalam
ilmu-ilmu sosial disebut dengan “Konsep”.
Cara pengamatan yang menyebabkan bahwa penggambaran tentang
lingkungan mungkin ada yang ditambah-tambah atau dibesar-besarkan,
tetapi ada pula yang dikurangi atau diperkecil pada bagian-bagian tertentu.
Dan ada pula yang digabung dengan penggambaran-pengambaran lain
sehingga menjadi penggambaran yang baru sama sekali, yang sebenarnya
tidak nyata. Dan penggambaran baru yang seringkali tidak realistic dalam
Psikologi disebut dengan “Fantasi”.
2. Perasaan
Selain pengetahuan, alam kesadaran manusia juga mengandung
berbagai macam perasaan. Sebaliknya, dapat juga digambarkan seorang
individu yang melihat suatu hal yang buruk atau mendengar suara yang
tidak menyenangkan. Persepsi-persepsi seperti itu dapat menimbulkan
dalam kesadaranya perasaan negatif.
“Perasaan”, disamping segala macam pengetahuan agaknya juga
mengisi alam kesadaran manusia setiap saat dalam hidupnya. “Perasaan”
adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena
pengetahuannya dinilai sebagai keadan yang positif atau negatif.
3. Dorongan Naluri
Kesadaran manusia mengandung berbagi perasaan berbagi perasaan
lain yang tidak ditimbulkan karena diperanguhi oleh pengeathuannya, tetapi
karena memang sudah terkandung di dalam organismenya, khususnya
dalam gennya, sebagai naluri. Dan kemauan yang sudah meruapakan naluri
disebut “Dorongan”.

8
Kepribadian Menurut Para Ahli
1. George Hebert Mead
Menurut George Herbert Mead kepribadian ialah tingkah laku pada manusia
yang berkembang melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian dalam
diri seseorang telah berlangsung seumur hidup, menurutnya manusia akan
berkembang dengan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota
masyrakat.
2. Theodore M. Newcomb
Menurut Theodore M. Newcomb kepribadian ialah suatu kelompok sikap yang
dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari perilakunya. Hal ini berarti bahwa
kepribadian itu bertujuan untuk menunjukkan kelompok dari tingkah-tingkah
seorang indivindu untuk dapat berbuat, mengetahui, berfikir dan merasakan
dengan secara khsusu jika ia berhubungan dengan orang lain atau juga pada saat
ia menghadapi suatu masalah/keadaan.
3. Robert Sutherland
Menurut Robert Sutherland kepribadian ialah abstraksi indivindu dan
kelakuannya sebagaimana halnya sama lingkungan masyarakat dan kebudayaan.
Oleh karena itu kepribadian digambarkan sebagai hubungan saling
mempengaruhi antara tiga aspek tersebut.
4. Roucek dan Warren
Menurut Roucek dan Warren kepribadian ialah sebagai kelompok factor-faktor
psiologis, biologis dan sosiologis yang didasari dengan prilaku indivindu itu
sendiri. Factor-faktor biologis tersebut meliputi keadaan fisik, watak, seksual,
system saraf, proses pendewasaan indivindu yang bersangkutan dan juga
kelainan-kelainan biologis lainnya.
5. M.A.W. Brower
Menurut M.A.W.Brower kepribadian ialah corak tingkah laku social indivindu
yaitu meliputi keinginan, opini, dorongan dan kekuatan serat perilaku-perilaku
seseorang.
C. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian
Sjarkawi (2006 : 19) mengungkapkan bahwa kepribadian seseorang dapat
dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
- Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri.
Faktor internal ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan sejak lahir
dan merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah
satu dari kedua orang tuanya atau bisa jadi gabungan atau kombinasi dari sifat
kedua orang tuanya.
- Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar orang tersebut, biasanya
merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari
lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai dengan

9
pengaruh dari berbagai media audiovisual seperti TV dan VCD, atau media
cetak seperti koran, majalah dan lain sebagainya.
Senada dengan pendapat di atas, menurut Purwanto (2007 : 160-166) terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kepribadian, diantaranya :
a. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan
jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik,
pencernaan, pernafasan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan,
berat badan dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap
orang sejak dilahirkan telah menunjukan adanya perbedaanperbedaan. Hal ini
dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-
sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan,
dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing.
Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian
seseorang.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni
manusiamanusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga
kedalam faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan,
bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang
disekitarnya. Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam
perkembangan anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi
pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang
berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap
perkembangan kepribadian anak.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak sejak kecil
adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi anak
selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman
yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas jumlah dan luasnya,
intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta
umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian
semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan
sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.
c. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masingmasing
orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang
itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
Pertama nilai-nilai (value). Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-
nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam

10
kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita
harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di
masyarakat itu.
Kedua adat dan tradisi. Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di
samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggotaanggotanya,
juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan
berdampak pada kepribadian seseorang.
Ketiga pengetahuan dan keterampilan. Tinggi rendahnya pengetahuan
dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi
rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu
masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya.
Keempat bahasa. Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah
diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan
cirri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan
kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat
komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu
bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
Kelima milik kebendaan (material possessions). Semakin maju
kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat
yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat
mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.
D. Perubahan Kepribaddian
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2007 : 11) menyatakan meskipun
kepribadian seseorang itu relatif konstan, namun kenyataan sering ditemukan
adanya perubahan kepribadian. Menurut mereka, perubahan itu terjadi dipengaruhi
oleh faktor gangguan fisik dan lingkungan. Kedua faktor tersebut sebagai berikut :
a. Faktor fisik, seperti : gangguan otak, kurang gizi (mal nutrisi), mengkonsumsi
obat-obatan terlarang (NAPZA), minuman keras, dan gangguan organik (sakit
atau kecelakaan).
b. Faktor lingkungan sosial budaya, seperti : krisis politik, ekonomi, dan
keamanaan yang menyebabkan terjadinya masalah pribadi (stres, depresi) dan
masalah sosisal (pengangguran, premanisme dan kriminalitas).
c. Faktor diri sendiri, seperti : tekanan emosional (frustasi yang berkepanjangan.
E. Konsep Kepribadian
Ada beberapa konsep yang berhubungan erat dengan kepribadian, konsep-
konsep tersebut adalah (Alwisol dalam Kuntjojo, 2009 : 5) :
a. Character (karakter), yaitu penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan
nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit.
b. Temprament (tempramen), yaitu kepribadian yang berkaitan erat dengan
determinan biologis atau fisiologis.
c. Traits (sifat-sifat), yaitu respon yang senada atau sama terhadap sekelompok
stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu (relatif) lama.

11
d. Type attitude (ciri), mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli yang
lebih terbatas.
e. Habit (kebiasaan), merupakan respon yang sama dan cenderung berulang untuk
stimulus yang sama pula.
F. Tipe Kepribadian
Dalam kaitannya dengan kepribadian, kepribadian setiap orang
berbedabeda, tergantung individu itu sendiri bagaimana membawa dirinya untuk
mendapatkan kepribadian yang baik. Kepribadian yang baik itu hanya akan
terwujud apabila diri orang itu yang merubahnya sendiri. Dalam diri seseorang
mempunyai tipe-tipe sanguinis, koleris, melankolis dan phlegmatis. Hal ini sejalan
dengan dengan pendapat dari Hippocrates, bapak ilmu kedokteran yang
berpendapat bahwa di dalam tubuh manusia terdapat sifat-sifat yang didukung oleh
cairan-cairan yang ada di dalam tubuh, yaitu chole, melanchole, phlegma dan
sanguis (Fauzi, 1999 : 124).
Pendapat Hippocrates disempurnakan oleh Galenus (129-200 SM) yang
mengatakan bahwa di dalam tubuh manusia terdapat 4 macam cairan tersebut dalam
proporsi tertentu. Apabila suatu cairan terdapat di dalam tubuh melebihi proporsi
yang seharusnya (dominan) maka akan menimbulkan adanya sifat-sifat kejiwaan
yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai akibat dari
dominannya salah satu cairan tersebut yang oleh Galenus sehingga menggolongkan
manusia menjadi empat tipe berdasarkan temperamennya, yaitu Koleris,
Melankolis, Phlegmatis, dan Sanguinis (Suryabrata, 2011 : 79).
Selain itu, Florence littauer juga mengembangkan lagi tipe kepribadian yang
telah dijelaskan oleh Hipocrates dan Galenus. Dalam bukunya yang berjudul
Personaliy Plus, Littauer menjelaskan lebih rinci mengenai sifat masing-masing
kepribadian tersebut.
a. Sanguinis
Tipe kepribadian sanguinis adalah tipe kepribadian yang dipengaruhi
oleh sanguis (darah). Seorang sanguinis pada dasarnya mempunyai sifat
ekstrovert, membicara dan optimis (Septiarini, 2011:14). Dari segi
penampilan, orang dengan tipe sanguinis biasanya sangat memperhatikan
fashion yang up to date, misalnya mode baju terbaru atau berwarna cerah, atau
rambut yang dicat pada wanita misalnya. Ciri penampilan lain adalah
kegemaran untuk memakai warna-warna pakaian yang cerah, dasi yang
bercorak tidak simetris, dan sebagainya.
(1) Kekuatan
Secara emosi tipe sanguinis adalah orang yang sangat bersemangat
dan lebih banyak memiliki kesenangan dalam hidupnya sehingga mereka
jarang sekali membiarkan hatinya bersedih berlama-lama. Mereka selalu
tampak ceria, hangat, mudah tertawa lepas, bersahabat dan sangat
menikmati hidup. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki sifat yang

12
mudah menerima sehingga kesan-kesan dari luar dapat dengan mudah
masuk ke dalam hatinya.
Orang sanguinis suka bicara, suka bercerita, mereka suka bicara apa
saja, yang biasanya diiringi dengan tangan dan badannya yang ikut
bergerak-gerak saat berbicara (Littauer, 1965 : 42), dengan mudah mereka
dapat menularkan perasaan “semangat”-nya kepada orang lain melalui
perkataannya. Gayanya yang gaduh bersuara keras dan ramah membuatnya
tampak percaya diri lebih daripada yang sebenarnya.
Dalam bersosialisasi, sanguinis sebagai teman mempunyai sifat
mencintai orang, berhati tulus, suka dipuji, tampak menyenangkan, bukan
pendendam, dan mencegah suasana membosankan menjadikan mereka
untuk mudah dalam bergaul. Inilah kekuatan utama mereka.
Sementara orang-orang lainnya ragu-ragu atau menahan diri, orang
sanguinis akan memulai percakapan dengan siapa saja yang ditemuinya
(Littauer, 1996 : 52). Seseorang dengan tipe Sanguinis adalah seseorang
yang sangat mengedepankan hubungan dengan orang lain, atau istilahnya
people-oriented.
Dari segi pekerjaan, sifat seorang sanguinis adalah sukarelawan
untuk tugas, karena sanguinis yang populer ingin selalu bisa membantu dan
populer, mereka mengajukan diri secara sukarela tanpa memikirkan
konsekuensinya. Sebagian besar orang tipe ini juga adalah orang yang
kreatif dan inovatif secara alami serta punya rasa ingin tahu yang besar
(Littauer, 1965 : 43&47).
Orang sanguinis memulai pekerjaan dengan cara cemerlang serta
mengilhami dan mempesona orang lain untuk ikut bekerja, karena mereka
mempunyai energi dan antusiasme yang berlimpahlimpah, mereka
cenderung menarik dan mengilhami orang lain. Sanguinis yang efektif
memikirkan gagasan dan mempesona orang lain untuk melaksanakannya
hingga mencapai penyelesaian yang produktif (Littauer, 1996 : 49). Prinsip
kerjanya adalah Let’s Do it the Most Comfortable Way, atau Mari kerjakan
dengan cara yang paling menyenangkan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan utama
dari orang tipe Sanguinis ini adalah kemudahannya untuk bergaul dengan
orang lain. Suka bicara, ceria, antusias dan ekspresif, berhati tulus dan
kekanak-kanakan. Senang kumpul dan berkumpul (untuk bertemu dan
bicara), senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian, menyenangkan
dan dicemburui orang lain, mudah memaafkan (dan tidak menyimpan
dendam). Mengambil inisiatif/menghindar dari hal-hal atau keadaan yang
membosankan dan menyukai hal-hal yang spontan.
(2) Kelemahan
Kelemahannya secara umum dari orang dengan tipe sanguinis ini
adalah cenderung kurang well-organized dan kurang disiplin. Emosinya

13
yang suka berbicara membuat mereka suka mendominasi percakapan, suka
menyela dan susah mendengarkan dengan tuntas. Mereka suka melebih-
lebihkan perkataannya tentang suatu hal / kejadian. Suara dan tertawa yang
keras (terlalu keras) serta cirinya yang ekspresif membuat orang sanguinis
susah untuk diam.
Orang sanguinis cenderung impulsif, berpikir pendek, bertindak
sesuai dengan emosinya atau keinnginannya daripada pemikirannya saat
mereka mengambil keputusan. Orang bertipe ini tidak tetap pendirian
karena sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungannya, kurang bisa
menguasai diri atau penguasaan diri lemah, cenderung mudah jatuh ke
dalam percobaan karena godaan dari luar dapat dengan mudah memikatnya
dan dia bisa masuk terperosok kedalamnya (Sjarkawi, 2008 : 11) .
Orang tipe Sanguinis ini mudah tertekan atau stress apabila terjebak
pada pekerjaan yang monoton karena orang ini sangat membutuhkan
variasi atau dinamika tinggi dalam hidup dan pekerjaannya. Hal lain yang
dapat membuatnya tertekan adalah kurangnya perhatian orang lain
padanya, atau apabila dia sudah tidak menjadi fokus utama lagi dalam
lingkungannya. Untuk melampiaskan rasa stres atau tertekannya adalah
dengan shopping alias pergi berbelanja. Sehingga lebih konsentrasi ke
“How to spend money” daripada “How to earn/save money”
(http://edukasi.kompasiana.com/ 16/02/2014).
b. Koleris
Empedu kuning (chole) adalah cairang yang berpengaruh pada tipe ini.
Dari segi emosi, ciri seorang koleris yaitu ekstrovert, pelaku dan optimis. Ciri-
ciri fisik dan penampilan dari orang tipe koleris biasanya suka memakai baju
yang praktis saja, misalnya lengan pendek dan simple untuk pria, dan pada
wanita mereka biasanya suka berambut pendek dan praktis.
(1) Kekuatan
Tipe koleris adalah seseorang yang sangat berorientasi untuk
memimpin dalam hal apa saja, mereka memiliki jiwa kepemimpinan yang
kuat. Orang koleris memiliki ambisi, gairah dan energi untuk menjadi lebih
dominan di antara orang-orang lain di sekitarnya.
Seorang koleris memiliki kemauan keras dalam mencapai sesuatu.
Mereka seorang yang berapi-api, aktif, praktis, cekatan, mandiri dan sangat
independen. Mereka cenderung bersikap tegas dan berpendirian keras
dalam mengambil keputusan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Pada saat
orang-orang lainnya tidak dapat menetapkan pikiran, orang koleris akan
memutuskan dengan seketika. Mereka memecahkan masalah dengan
menghemat waktu, walaupun tidak semua orang menghargai keputusan
mereka (Littauer, 1996 : 100).
Dari segi pertemanan atau sosialisasi, koleris mempunyai sifat tidak
terlalu perlu teman. Orang korelis tidak memerlukan siapapun di

14
sekelilingnya. Mereka punya proyek dan beranggapan bahwa bergaul
membuang-buang waktu karena hal itu tidak menghasilkan apa pun. Orang
koleris akan bekerja untuk kegiatan kelompok kalau ada tujuannya dan
dengan senang hati akan terjun mengorganisasi kegiatan mengumpulkan
dana, tetapi mereka tidak perlu buang-buang waktu untuk mengobrol
(Littauer, 1996 : 110).
Dalam pekerjaan, orang koleris cenderung berorientasi target pada
pekerjaan dan tugas, mempunyai displin kerja yang sangat tinggi, mampu
melasanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab atas tugas yang
diembannya (Sjarkawi, 2008:12). Prinsip kerjanya adalah Let’s Do It My
Way, atau Mari kerjakan dengan cara saya.
Orang koleris tidak perlu dirangsang oleh ingkungannya, tetapi
justru mereka yang merangsang ingkungannya melalui ide-idenya yang
tidak pernah berakhir, rancangan, sasaran dan ambisinya. Mereka bukan
tipe orang yang mudah menyerah terhadap tekanan dari orang lain. Bahkan
tekanan tersebut justru semakin mendorongnya untuk terus maju.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan utama
dari orang tipe ini adalah goal oriented atau mempunyai tujuan yang jelas
dan kuat, berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran/target.
Mereka juga berani menghadapai tantangan dan masalah karena mereka
terdorong melakukan sesuatu karna tantangan. Selain itu mereka senang
memimpin, membuat keputusan, bebas dan mandiri serta unggul dalam
keadaan daruruat.
(2) Kelemahan
Orang yang bertipe ini memiliki kelemahan antara lain dengan
sifatnya yang kaku dan keras mengakibatkan mereka kurang mampu
merasakan perasaan orang lain, kurang mampu mengembangkan rasa
kasihan pada orang yang sedang menderita (Sjarkawi, 2008 : 12). Orientasi
mereka untuk memimpin dan mendominasi dalam hal apa saja membuat
mereka suka memerintah dan mendominasi serta merasa selalu benar.
Selain itu karena sifatnya yang berkemauan keras membuat mereka akan
melakukan segala cara demi tercapainya tujuan mereka dan mereka terlalu
bergairah sehingga sulit untuk santai.
Orang koleris merasa sulit secara lisan atau fisik memperlihatkan
kasih sayang secara terbuka, keras kepala, tampaknya tidak bisa tahan atau
menerima sikap, pandangan atau cara orang lain (Septiarini, 2011 : 16).
Orang koleris memiliki emosi yang medakledak, mereka tidak mudah
bersimpati kepada orang lain.
Orang dengan tipe ini akan mengalami tekanan atau stress bila
sesuatu menjadi sulit untuk dikontrol atau saat dia harus menjalankan
keputusan orang lain yang tidak sejalan dengan keputusannya. Tekanan
besar juga terjadi padanya apabila dia merasa dilangkahi wewenangnya,

15
atau dispelekan perannya. Dan bila stress, maka dia akan cenderung akan
melampiaskan kemarahannya, bekerja lebih keras lagi, meningkatkan
kendali atau kontrol terhadap orang lain, atau bahkan menyingkirkan
orang-orang yang bersalah atau menghamat dirinya.
c. Melankolis
Cairan yang dominan adalah empedu hitam (melanchole). Seorang
melankolis pada dasarnya intovert, pemikir dan pesimis. Secara penampilan,
orang dengan tipe melankolis ini biasanya memakai baju dengan model yang
konservatif misalnya kemeja dan dasi dengan pola yang teratur, misalnya
kotak-kotak atau garis-garis teratur, dan sebagainya.
(1) Kekuatan
Seseorang dengan tipe Melankolis adalah seseorang yang
berorientasi pada kesempurnaan dan keteraturan. Orang dengan tipe
kepribadian Melankolis ini terobsesi dengan karyanya yang paling bagus
atau paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup, perasaannya
sangat kuat dan sangat sensitif (Sjarkawi, 2008 : 12).
Orang melankolis memiliki sikap yang serius dan tekun. Orang
melankolis adalah orang-orang yang menetapkan tujuan jangka panjang
dan hanya ingin melakukan apa yang mempunyai tujuan abadi (Littauer,
1996 : 63). Mereka adalah orang yang introvert, tapi apabila mereka sedang
berada dalam puncak sukacitanya, mereka bisa saja menjadi ekstrovert.
Dari segi sosialisasi, seorang melankolis mempunya sifat hati-hati
dalam berteman, menetapkan standar tinggi, ingin segalanya dilakukan
dengan benar, mengorbankan keinginan sendiri untuk orang lain,
menghindari perhatian, setia dan berbakti, mau mendengarkan keluhan,
bisa memecahkan masalah orang lain, sangat memperhatikan orang lain
dan mencari teman hidup ideal.
Dari segi pekerjaan, sifat melankolis yaitu berorientasi jadwal,
perfeksionis, standar tinggi, sadar perincian, gigih dan cermat, tertib dan
terorganisir, teratur dan rapi, ekonomis, melihat masalah, mendapat
pemecahan kreatif, perlu menyelesaikan apa yang dimulai dan suka
diagram, grafik, bagan serta daftar. Prinsip kerja dan hidupnya adalah Let’s
Do It the Right Way (Mari kerjakan dengan cara yang benar).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kekuatan utama
dari orang tipe ini adalah standar kesempurnaan yang tinggi, teliti dan
disertai dengan kemampuan analisisnya yang mendalam. Orang ini sangat
well-organized dan konsisten. Selain itu melankolis juga kuat dalam
analitis, mendalam, dan penuh pikiran.
Serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal; artistik, musikal dan
kreatif (filsafat & puitis); sensitif; mau mengorbankan diri dan idealis;
standar tinggi dan perfeksionis; senang perincian/memerinci, tekun, serba
tertib dan teratur (rapi); ekonomis; melihat masalah dan mencari solusi

16
pemecahan kreatif (sering terlalu kreatif); kalau sudah mulai, dituntaskan.;
berteman dengan hati-hati; puas di belakang layar, menghindari perhatian;
mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi; sangat memperhatikan orang
lain. Ini adalah kekuatan dari orang dengan tipe melankolis.
(2) Kelemahan
Pribadinya yang sangat perfeksionis cenderung membuatnya sering
menyalahkan diri sendiri dan menjadi rendah diri. Mereka sangat mudah
dipengaruhi oleh perasaan. Perasaan mereka yang peka dan sensitif juga
dapat membuat mereka jadi pendendam dan sering terlihat murung karena
cenderung melihat masalah dari sisi negatif (Sjarkawi, 2008 : 12).
Orang tipe Melankolis ini akan mudah merasa tertekan apabila dia
diminta untuk mengkompromikan standar atau kesempurnaan-nya.
Kehidupan yang tidak teratur atau tidak semestinya juga cenderung mudah
membuatnya tertekan. Kalau sudah demikian, biasanya mereka akan
cenderung menarik diri, mengingat-ingat masalahnya, atau bahkan
menyalahkan diri sendiri.
Tipe melankolis mempunyai banyak pertimbangan serta lebih
menekankan pada cara daripada tercapainya tujuan, sehingga mereka
melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan Standar
mereka yang terlalu tinggi juga membuat mereka sulit disenangkan. Hidup
mereka berdasarkan definisi, mereka juga sulit bersosialisasi, tukang
kritik, tetapi sensitif terhadap kritik yang menentang dirinya, sulit
mengungkapkan perasaan (cenderung menahan kasih sayang), rasa curiga
yang besar dan memerlukan persetujuan, juga merupakan kelemahan dari
tipe melankolis ini.
d. Phlegmatis
Cairan yang dominan pada tipe kepribadian ini adalah lendis (flegma).
Seorang phlegmatis pada dasarnya mempunyai sifat introvert, pengamat dan
pesimis.
(1) Kekuatan
Seorang phlegmatis merupakan seseorang yang memiliki sifat
alamiah pendamai, tidak suka kekerasan. Orang dengan tipe ini adalah
orang-orang yang punya pembawaan tenang dan santai secara alami,
gejolak emosinya tidak tampak, misalnya dalam kondisi sedih atau senang,
sehingga naik turun emosinya tidak terlihat secara jelas. Merupakan pribadi
yang konsisten, tenang dan jarang sekali terpengaruh dengan
lingkungannya, tidak pernah terlihat gelisah. Orang bertipe ini cenderung
dapat menguasai dirinya dengan cukup baik dan lebih instropektif,
memikirkan ke dalam dan mampu melihat, menatap, dan memikirkan
masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Mereka seorang pengamat
yang kuat, penonton yang tajam dan pengkritik yang berbobot (Sjarkawi,
2008 : 12).

17
Orang phlegmatis yang damai punya banyak teman karena mereka
merupakan orang yang yang mudah diajak bergaul, rileks, tenang, punya
keseimbangan yang baik, sabar, konsisten, tidak ofensif, ramah dan
menyenangkan (Littauer, 1996 : 136). Mereka adalah tipe orang yang bisa
membuat sekelompok orang tertawa terbahak-bahak oleh humor-humor
keringnya meski mereka sendiri tidak tertawa. Orang phlegmatis adalah
orang yang sopan dan mempunyai aturan yang baik dalam pergaulan.
Berbeda dengan orang sanguin yang terbuka dan suka berbicara,
orang phlegmatis tertutup walaupun mereka senang bersosialisasi dan
menyukai keramaian, sejauh keramaian itu tidak berpusat pada diri mereka.
Mereka mempunyai sikap pemalu dan tidak suka menonjolkan diri. Di
balik pribadinya yang dingin dan malu-malu, sesungguhnya mereka
memiliki kemampuan untuk dapat lebih merasakan emosi yang terkandung
pada sesuatu.
Dalam pekerjaan, orang phlegmatis cakap dan mantap, punya
kemampuan administratif, tidak suka dengan konflik dan pertentangan.
Mereka lebih senang memberikan dukungan dan melayani serta setuju
dengan atau akan menerima pendapat orang lain apapun itu, meski belum
tentu dia mengerjakannya. Dalam setiap pertengkaran atau perbedaan
pendapat, orang phlegmatis adalah penengah yang baik, karena mereka
tidak mudah tersinggung. Selain itu, mereka juga baik di bawah tekanan
dan menemukan cara yang mudah dalam bekerja.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kekuatan dari
orang phlegmatis adalah mudah bergaul, santai, tenang dan teguh.
Kepribadian yang baik, sabar, seimbang, dan pendengar yang baik. Tidak
banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana. Simpatik dan baik hati (sering
menyembunyikan emosi). Kuat di bidang administrasi, dan cenderung
ingin segalanya terorganisasi. Penengah masalah yg baik. Cenderung
berusaha menemukan cara termudah. Baik di bawah tekanan.
Menyenangkan dan tidak suka menyinggung perasaan. Rasa humor yang
menggigit. Senang melihat dan mengawasi. Punya belaskasihan dan
perhatian. Mudah diajak rukun dan damai.
(2) Kelemahan
Karena sifatnya yang menyukai perdamaian dan tidak menyukai
pertikaian, orang phlegmatis cenderung menarik diri dari segala macam
keterlibatan. Hal inilah yang sering kali menghambatnya untuk
menunjukan kemampuannya secara total dan cenderung pasif dan pemalas.
Mereka juga mempunyai kecenderungan mengambil mudahnya dan tidak
mau susah. Sehingga, jika melakukan pekerjaan maka orang phlegmatis
akan melakukannya dengan cara yang paling mudah (easy way). Kadang-
kadang dengan menempuh jalan pintas. Dengan kelemahan ini, mereka

18
kurang mau berkorban demi orang lain dan cenderung egois (Sjarkawi,
2008 : 12).
Orang phlegmatis adalah tipe penonton, kurang aktif dan kurang
berinisiatif. Mereka lebih suka diam dan menunggu perintah untuk
mengerjakan sesuatu. Mereka lebih suka tidak mengerjakan apapun
daripada mengerjakan sesuatu. Mereka lebih suka berada di belakang layar
dan tidak senang menjadi pusat perhatian. Selain itu mereka kurang berani
mengambil keputusan, sulit untuk bilang “tidak” kepada orang lain, serta
kurangnya antusiasme dan gairah dalam bekerja yang dapat berakibat
menunda-nunda pekerjaannya.

19
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kepribadian Siswa
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif
yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir ditinjau dari tipe
kepribadian menurut Galenus meliputi sanguinis, koleris, melankolis, dan
plegmatis. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 5 Tasikmalaya dengan sampel
penelitian adalah kelas X MIPA 2 dan X MIPA 6 . Subjek penelitian ini adalah satu
siswa dari MIPA dan IPS yang berkepribadian sanguinis, koleris, melankolis dan
plegmatis. Instrumen yang digunakan terdiri dari instrumen utama dan instrumen
pendukung. Instrumen utama adalah peneliti sendiri sedangkan instrumen
pendukung terdiri dari Angket Tipe Kepribadian, tes Soal dan wawancara. Metode
yang digunakan dalam pengambilan data yaitu metode angket, wawancara dan tes.
Angket Tipe Keribadian digunakan untuk memilih subjek penelitian dan Tes
digunakan untuk memperoleh gambaran profil siswa dalam kemampuan berpikir
berdasarkan tipe kepribadian. Wawancara digunakan untuk menggali lebih dalam
informasi mengenai profil siswa dalam memecahkan masalah yang idak dapat
terlihat dalam tes tertulis. Data hasil tes kepribadian siswa dianalisis dengan cara
mengelompokkan terlebih dahulu pernyataan dalam lembar tes kepribadian
kedalam pernyataan yang mewakili masing-masing tipe kepribadian. Pernyataan
yang paling banyak terpilih menunjukkan tipe kepribadian siswa. Berikut adalah
tabel hasil kepribadian siswa MIPA dan IPS.

X MIPA 6

12%
27% Sanguinis
Koleris
32% Melankolis
Plegmatis
29%

Gambar 1. Hasil Tes Kepribadian Siswa X MIPA 6

20
X IPS 2

17%
26% Sanguinis
Koleris

24% Melankolis
Plegmatis
33%

Gambar 2. Hasil Tes Kepribadian Siswa X IPS 2


Berdasarkan hasil angket yang diisi siswa, baik MIPA dan IPS didominasi
oleh siswa yang berkepribadian Koleris. Dengan perbandingannya Sanguinis,
Koleris, Melankolis dan Plegmatis di X MIPA 6 yaitu 12%:32%:29%:27.
Sedangkan di X IPS 2 yaitu 26%:33%:24%:17% .
B. Perbedaan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa
Setelah sebelumnya siswa mengisi angket kepribadian, siswa dilanjutkan
mengisi soal untuk mengetahui kemampuan berpikir matematisnya.
Soal: Afi membeli 4 buah penggaris dan 2 buah penghapus di sebuah toko alat
tulis dengan harga Rp 10.000,-. Jika Afi kembali membeli 3 buah penghapus
dan 8 buah penggaris di toko yang sama dengan harga Rp 19.000,-. Maka
berapakah harga dari 2 buah penggaris dan 2 buah penghapus jika Afi
membeli kembali di toko tersebut?
Soal ini dikerjakan oleh anak MIPA dan IPS untuk melihat bagaimana
kemampuan berpikir mereka yang ditinjau dari kepribadiannya. Berikut adalah
hasil pengamatan mengenai kemampuan berpikir matematis ditinjau dari tipe
kepribadiannya.
a. Tipe Kepribadian Sanguinis

MIPA IPS

Gambar 3. Jawaban Tertulis Siswa Bertipe Kepribadian Sanguinis

21
Berdasarkan jawaban yang ditunjukkan Gambar 3, baik MIPA dan IPS siswa
tidak mengungkapkan pemahaman masalah secara tertulis ditanyakan dan
diketahui, tetapi siswa dapat memahami masalah dengan baik. Berdasarkan
wawancara dengan salah satu siswa IPS bertipe kepribadian sanguinis yang
menunjukkan bahwa siswa dapat memahami masalah tetapi tidak bisa
mengungkapkannya dalam model matematika. Tetapi untuk MIPA bisa
mengubahnya ke model matematika, namun tidak suka menggunakan diketahui dan
ditanyakan. Namun secara lisan, mereka menjelaskan dengan baik pemahamannya
terhadap soal.
Jadi, siswa dengan keprirbadian sanguinis cenderung tidak menuliskan diketahui
dan ditanyakan, mereka juga cenderung mengerjakan tanpa banyak menuliskan
pekerjaannya.
b. Tipe Kepribadian Koleris

MIPA IPS
Gambar 4. Jawaban Tertulis Siswa Bertipe Kepribadian Koleris
Siswa Dalam memahami masalah, siswa dengan sangat lengkap dalam
menuliskan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan terhadap permasalahan dalam
soal. Siswa yang memliki kepribadian koleris adalah seseorang yang hebat dan bisa
mencapai prestasi melebihi orang lain, tetapi sisi negatifnya mereka tidak bisa rileks
(Littauer, 2011). Berdasarkan wawancara dengan salah satu siswa koleris, dia tidak
mengalami kesulitan apapun dalam menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan
karena dia telah memastikan dan membaca berulang soal berulang, namun dia tidak
mampu menjelaskan lagi secara detail pada saat wawancara berlangsung. Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memahami masalah siswa perlu
membaca masalah, dapat menuliskan secara lengkap informasi yang diketahui dan
ditanyakan namun kurang bisa menceritakana kembali masalah dengan
menggunakan bahasanya sendiri. Kemudian, siswa menyelesaikan secara berurutan
dan menuliskan jawaban secara detail dan rapi. Walaupun dalam menyusun rencana
penyelesaian siswa tidak menyebutkannya dengan lancar. Hal ini sesuai dengan teori
tipologi hippocrates-Galenus (dalam Littauer, 1996:23) yang menyatakan bahwa
tipe kepribadian koleris dalam pekerjaan harus memperbaiki kesalahan, berkemauan
kuat dan kerass, tidak emosional dalam bertindak, berorientasi target, melihat
seluruh Gambaran, mencari pemecahan praktis, bergerak cepat untuk bertindak,

22
mendelegasikan pekerjaan, menekankan pada hasil, membuat target, dan
berkembang karena saingan.
Jadi, siswa dengan kepribadian koleris cenderung mengerjakan dengan
menuliskan diketahui dan ditanyakan, kemudian mereka menuliskan pekerjaannya
dengan rinci.
c. Tipe Kepribadian Melankolis

MIPA IPS
Gambar 5. Jawaban Tertulis Siswa Bertipe Kepribadian Sanguinis
Siswa cenderung memisahkan informasi pada soal, menjadi hal-hal apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan. Siswa dapat menjelaskan tentang bagaimana
cara menyelesaikan soal ini dengan lancar. Kemudian, pada awalnya subjek tidak
melakukan pemisalan harga Penggaris atau Penghapus dengan variabel tertentu,
namun cenderung menjelaskan proses penyelesaian masalah dilengkapi dengan
penggunaan metode eliminasi dan substitusi untukk menentukan harga sebuah
Penggaris dan harga sebuah Penghapus. Subjek menyusun dua buah persamaan
linear yang memuat variabel x dan y. Kemudian siswa MIPA menggunakan metode
eliminasi yang dilanjutkan dengan substitusi untuk menentukan nilai dari variabel
x dan variabel y, namun untuk IPS tidak demikian.
Jadi, siswa dengan kepribadian melankolis cenderung menuliskan diketahui dan
ditanyakan dengan bahasa nya sendiri.
d. Tipe Kepribadian Plegmatis

MIPA IPS

23
Gambar 6. Jawaban Tertulis Siswa Bertipe Kepribadian Plegmatis
Siswa cenderung menguraikan informasi pada soal menjadi hal-hal yang
diketahui dan ditanyakan. Siswa juga dapat menceritakan kembali masalah pada
soal dengan bahasanya sendiri. Kemudian siswa cenderung menggunakan simbol-
simbol aljabar untuk memisalkan harga Penggaris dan harga Penghapus pada soal
dan menjelaskan proses penyusunan kedua persamaan linear berdasarkan situasi
soal. Untuk menentukan nilai-nilai variabel dari persamaan yang ada, subjek
menerapkan metode eliminasi dan substitusi. Kemudian siswa cenderung
menjelaskan secara umum langkah-langkah penggunaan metode eliminasi dan
substitusi dalam menentukan nilai kedua variabel.
Jadi, siswa dengan kepribadian plegmatis cenderung menuliskan diketahui
dan ditanyakan kemudian memisalkannya menggunakan simbol, misal: x dan y.

24
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan pada
bab IV, maka dapat diambil simpulan bahwa kepribadian seseorang dapat
mempengaruhi kemampuan berpikirnya, dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Siswa berkepribadian sanguinis tidak mengungkapkan pemahaman masalah
secara tertulis ditanyakan dan diketahui, tetapi siswa dapat memahami
masalah dengan baik. Berdasarkan wawancara dengan salah satu siswa IPS
bertipe kepribadian sanguinis yang menunjukkan bahwa siswa dapat
memahami masalah tetapi tidak bisa mengungkapkannya dalam model
matematika. Tetapi untuk MIPA bisa mengubahnya ke model matematika,
namun tidak suka menggunakan diketahui dan ditanyakan. Namun secara
lisan, mereka menjelaskan dengan baik pemahamannya terhadap soal.
2. Siswa berkepribadian koleris sangat lengkap dalam menuliskan hal-hal yang
diketahui dan ditanyakan terhadap permasalahan dalam soal. Siswa yang
memliki kepribadian koleris adalah seseorang yang hebat dan bisa mencapai
prestasi melebihi orang lain, tetapi sisi negatifnya mereka tidak bisa rileks
(Littauer, 2011). Berdasarkan wawancara dengan salah satu siswa koleris, dia
tidak mengalami kesulitan apapun dalam menentukan apa yang diketahui dan
ditanyakan karena dia telah memastikan dan membaca berulang soal berulang,
namun dia tidak mampu menjelaskan lagi secara detail pada saat wawancara
berlangsung. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam memahami
masalah siswa perlu membaca masalah, dapat menuliskan secara lengkap
informasi yang diketahui dan ditanyakan namun kurang bisa menceritakana
kembali masalah dengan menggunakan bahasanya sendiri. Kemudian, siswa
menyelesaikan secara berurutan dan menuliskan jawaban secara detail dan
rapi. Walaupun dalam menyusun rencana penyelesaian siswa tidak
menyebutkannya dengan lancar. Hal ini sesuai dengan teori tipologi
hippocrates-Galenus (dalam Littauer, 1996:23) yang menyatakan bahwa tipe
kepribadian koleris dalam pekerjaan harus memperbaiki kesalahan,
berkemauan kuat dan kerass, tidak emosional dalam bertindak, berorientasi
target, melihat seluruh Gambaran, mencari pemecahan praktis, bergerak cepat
untuk bertindak, mendelegasikan pekerjaan, menekankan pada hasil,
membuat target, dan berkembang karena saingan.
3. Siswa berkepribadian melankolis cenderung memisahkan informasi pada soal,
menjadi hal-hal apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Siswa dapat
menjelaskan tentang bagaimana cara menyelesaikan soal ini dengan lancar.
Kemudian, pada awalnya subjek tidak melakukan pemisalan harga Penggaris
atau Penghapus dengan variabel tertentu, namun cenderung menjelaskan
proses penyelesaian masalah dilengkapi dengan penggunaan metode eliminasi
dan substitusi untukk menentukan harga sebuah Penggaris dan harga sebuah

25
Penghapus. Subjek menyusun dua buah persamaan linear yang memuat
variabel x dan y. Kemudian siswa MIPA menggunakan metode eliminasi yang
dilanjutkan dengan substitusi untuk menentukan nilai dari variabel x dan
variabel y, namun untuk IPS tidak demikian.
4. Siswa berkepribadian plegmatis cenderung menguraikan informasi pada soal
menjadi hal-hal yang diketahui dan ditanyakan. Siswa juga dapat
menceritakan kembali masalah pada soal dengan bahasanya sendiri.
Kemudian siswa cenderung menggunakan simbol-simbol aljabar untuk
memisalkan harga Penggaris dan harga Penghapus pada soal dan menjelaskan
proses penyusunan kedua persamaan linear berdasarkan situasi soal. Untuk
menentukan nilai-nilai variabel dari persamaan yang ada, subjek menerapkan
metode eliminasi dan substitusi. Kemudian siswa cenderung menjelaskan
secara umum langkah-langkah penggunaan metode eliminasi dan substitusi
dalam menentukan nilai kedua variabel.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran
sebagai berikut.
1. Bagi guru
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kemampuan berpikir matematis
siswa berbeda salah satu faktornya adalah tipe kepribadian siswa yang
berbeda. Oleh karena itu, guru disarankan untuk lebih mengenali dan
memperhatikan kepribadian siswa agar mereka mampu mengembangkan
kreatifitas mereka dengan lebih optimal.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti lebih mendalam tentang
profil siswa ditinjau dari tipe kepribadian siswa misalnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam lagi pada saat wawancara dan
melakukan triangulasi data.

26
LAMPIRAN
A. Data Sekolah
1. Profil Sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 5 Tasikmalaya
NPSN : 20224507
Jenjang Pendidikan : SMA
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Jalan Tentara Pelajar No.58
Kode Pos : 46113
Kelurahan : Empangsari
Kecamatan : Tawang
Kota : Tasikmalaya
Provinsi : Jawa Barat
2. Profil Guru Mata Pelajaran
Nama : Dra. Sunsun Sugiani
Alamat : Perum Winayajaya Blok E.72
Nomor Telepon : 085315001263
B. Pelaksanaan Observasi
Hari : Kamis dan Jumat
Tanggal : 7 dan 8 November 2019
Waktu : 10.20 s.d 11.05 dan 13.00 s.d 13.45 WIB
Nama Guru : Dra. Sunsun Sugiani
Populasi : SMA Negeri 5 Tasikmalaya
Sampel : X MIPA 6 dan X IPS 2
Instrumen Pelaksanaan : Angket, tes dan wawancara.

27
DAFTAR PUSTAKA
Aryanto Eko Wahyu, Suharto, Hobri. (2018). Profil Kemampuan Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian Menurut
David Keirsey. Kadikma Volume 9, Nomor 2, 2018. Hal 185-193.
Fatmawati, I. (2019). Profil Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah Matematika
Ditinjau dari Tipe Kepribadian. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Volume 2, Nomor 2 Tahun 2019. ISSN: 2301-9085. Hal 331-335.
Khamidah Khusnul, Suherman. (2016). Proses Berpikir Matematis Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Tipe Kepribadian Keirse.
Jurnal Pendidikan Matematka Volume 7, Nomor 2, 2016. Hal 231-248.
Wafida Annisa. (2018). Analisis Proses Berpikir Refraktif Siswa dalam
menyelesaikan Soal Berstandar Pisa Ditinjau dari Tipe Kepribadian
Extrovert-Introvert. Skripsi. Hal 9-12.

28

Anda mungkin juga menyukai