Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN PARTUS NORMAL

1.1 Konsep Anatomi Fisiologi


1.1.1 Anatomi

1.1.1.1 Uterus (Rahim)


Rahim (uterus) adalah Organ Reproduksi Wanita yang
paling utama dengan salah satu ujungnya adalah tabung
falopian (tuba fallopi) dan ujung yang lainnya adalah leher
rahim (serviks). Rahim terletak di pelvis dan dorsal ke
kandung kemih dan ventral ke rectum. Alat Reproduksi ini
ditahan oleh beberapa ligament. Di dalam rahim banyak
terdapat otot dan lapisan permanen jaringan otot yang paling
dalam disebut endometrium. Ketika wanita tidak dalam
kondisi hamil, rahim hanya berukuran beberapa centimeter.
1.1.1.2 Tuba Fallupi
Tuba fallopi (tabung falopi) adalah dua buah saluran halus
yang menghubungkan ovarium dengan rahim. Tuba falopi
pada manusia adalah memiliki panjang antara 7 hingga 14
cm. Ketika sel telur berkembang di dalam ovarium, ia akan
diselimuti oleh folikel ovarium. Dan Apabila sel telur
matang, maka folikel dan dinding ovarium akan runtuh dan
menyebabkan sel telur pindah memasuki tuba fallopi dan
berlanjut ke dalam rahim dengan bantuan cilia.
1.1.1.3 Fimbrae
Fimbrai penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur
kemudian disalurkan kedalam tuba. Bagian tuba yang
diliputi oleh pelitoneum visceral yang merupakan bagian
dari ligamentum latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari
luar kedalam) otot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih
kedalam leagi didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan
sel-sel dan bersilia ynang khas, berfungsi menyalurkan telur
atau hasil konsepsi kea rah kavum uteri dengan arus yang
ditimbulkan oleh getaran silia tersebut.
1.1.1.4 Ovarium
Organ Reproduksi ini berupa kelenjar kelamin yang dimiliki
oleh wanita dan berjumlah dua buah. Ovarium kurang lebih
sebesar ibu jari tangan dengan ukyran panjanng sekitar 4 cm,
lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. setiap bulan 1-2 folikel
keluar yang dalam perkembangannya menjadi folikel der
groat.

1.1.2 Fisiologi
1.1.2.1 Uterus (Rahim)
Rahim berfungsi menerima pembuahan ovum yang tertanam
ke dalam endometrium dan mendapatkan makanan dari
pembuluh darah. Ovum yang dibuahi tersebut akan
berkembang menjadi embrio dan selanjutnya menjadi fetus
dan terus berkembang hingga kelahiran setelah berusia
Sembilan bulan. Pemasangan KB Spiral untuk mencegah
kehamilan juga didalam rahim.
Uterus rnempunyai tiga fungsi yaitu dalam siklus menstruasi
sebagai peremajaan endometrium, dalam kehamilan sebagai
tempat tumbuh dan berkembang janin, dan dalam persalinan
berkontraksi sewaktu melahirkan dan sesudah melahirkan.
Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri; dan (3)
serviks uteri.Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal; di
situ kedua tuba Falloppii masuk ke uterus. Korpus uteri
adalah bagian uterus yang terbesar.Pada kehamilan bagian
ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang, Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut
kavum uteri (rongga rahim). Serviks uteri terdiri atas (1) pars
vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio; (2) pars
supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada
di atas vagina.
1.1.2.2 Tuba Fallupi
Fungsi tuba fallufi yaitu untuk menangkap ovum yang
dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoaovum dan konsepsi, tempat terjadinya konsepsi
dan tempat pertumbuhan dan perkembangan sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
1.1.2.3 Fimbrae
Berfungsi menangkap sel ovum yang telah matang yang
telahb dikeluarkan oleh ovarium
1.1.2.4 Ovarium
Fungsi Ovarium adalah memproduksi sel telur dan
mengeluarkan hormon peptide dan steroid seperti
progesteron dan estrogen. Kedua hormon tersebut akan
mempersiapkan dinding rahim untuk implantasi telur yang
telah dibuahi sel sperma. Hormon progesteron dan estrogen
juga berperan memberikan sinyal pada kelenjar hipotalamus
dan pituari untuk mengatur siklus menstruasi. Sel telur yang
telah berovulasi akan masuk ke tuba fallopi dan bergerak
menuju rahim. Dan apabila ada sperma yang masuk, sel telur
akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan
terjadilah proses kehamilan.
1.2 Konsep Penyakit Partus Normal
1.2.1 Definisi/deskripsi Partus
Partus adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini mulai dari kontraksi persalinan
sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan
diakhiri dengan persalinan plasenta ( Varney, 2004).
Partus atau persalinan adalah proses alamiah yang akan berlangsung
dengan sendirinya, tetapi persalinan atau partus pada manusia setiap
saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya
sehingga memrlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan
dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 2009).
Partus atau persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau hamper cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Harianto, 2010).
1.2.2 Etiologi
Apa yang menyebakan terjadinya persalinan atau partus belum
diketahui benar, yang ada hanya merupakan teori-teori kompleks
antara lain :
1.2.2.1 Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan
hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone
sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul
his bila progesterone turun.
1.2.2.2 Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang
menimbulkan kontraksi rahim.
1.2.2.3 Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
utero-plasenta.
1.2.2.4 Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan
misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
1.2.2.5 Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan
merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan
ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut
tetesan perinfus

1.2.3 Tanda dan gejala (manifestasi klinik)


Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling
atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar,
fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-
kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek,
mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah
(bloody show) (Haffieva, 2011).
1.2.3.1 Tanda-Tanda In Partu :
a. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering
dan teratur.
b. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak,
robekan kecil pada bagian servik.
c. Kadang-kadang ketuban pecah
d. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar
1.2.4 Patofisiologi
Menurut Manuaba (1998), tanda – tanda permulaan persalinan :
1.2.4.1 Lightening atau settling atau dropping Yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
Pada multipara tidak begitu kentara.
1.2.4.2 Perut kelihatan lebih melebar, fundus uterus turun.
1.2.4.3 Perasaan sering – sering atau susah kencing (polakisuria)
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
1.2.4.4 Perasaan sakit di perut dan di pegang oleh adanya kontraksi.
Kontraksi lemah di uterus, kadang – kadag di sebut “ traise
labor pains”.
1.2.4.5 Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah juga bercampur darah (bloody show)
1.2.4.6 Tanda – tanda inpartu.
a. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering
dan teratur.
b. Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak
karena robekan – robekan kecil pada serviks.
c. Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan
pembukaan telah ada.
1.2.5 Patway (diagram)

1.2.6 6 Langkah Asuhan Persalinan Normal


1. Melihat tanda dan gejala persalinàn kala dua
– Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
– Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum
dan vagina
– Perineum menonjol
– Vulva vagina dan sfingter ani membuka
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial
siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril)
dan meletakkan kembali di partus set/wadah desinfeksi tingkat
tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika
mulut vagina, perieneum, atau anus terkontaminasi oleh
kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara
menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa
yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti
sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung
tangsn tersebut dengan benar di dalam larutan terkontaminasi)
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan yang kotor ke
dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya
dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) Setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(120 - 160 ×/menit).
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman
sesuai dengan keinginannya.
– Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan dekontaminasikan temuan-temuan.
– Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat
ibu mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
– Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
– Mendukung dan memberi semangan atas usaha ibu untuk
meneran.
– Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
dengan pilihannya
– Manganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
– Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu.
– Menilai DJJ setiap lima menit
– Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan
terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran
untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam ) untuk ibu
multipara, merujuk segera. Jika ibu tidak mempunyai
keinginan untuk meneran
– Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin
meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai
meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
– Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan
terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu
dengan segera.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 -6
cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah
bokong ibu
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi,
letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekana
yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
mwmbiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu
unutk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala
lahir.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi
dengan kain atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan talu pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, kemuadian meneruskan segera
proses kelahiran bayi.
– Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi
– Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat,
mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan outaran paksi luar
secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hungga bahu
anterior muncul di bawah arcus pubis dan kemudian dengan
lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan
bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangam
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat
melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk
menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi
saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangannyang
ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi dengan
hati-hati membantu kelahiran kaki.
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian
meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan) Bila
bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk
dan biarkan kontak kulit ibu -bayi. Lakukan penyuntikan
oksitosin /i.m
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem
ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan
kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat
terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil
tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkna ibu untuk
memeluk bayinya dengan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi
kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntuk.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntukan
oksitosin 10 unit i.m di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
34. Memindahkan klem pada tali pusat.
35. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat
di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk
melakukan palpasi kontraksi dan menstabilakn uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus ke atas dan belakang
(dorsokranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 -
40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
– Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seotang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting
susu.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
– Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 -10 c, dari vulva.
– Jika plasenya tidak lepas setelah melakukan penegangan
tali pusat selama 15 menit :
 Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit i.m
 Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi
kanding kemih dengan menggunakan teknik aseptik
jika perlu
 Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
 Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya
 Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam wakti 30
menit sejak kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran
plaenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang
plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut
perlahah melahirkan selaput ketuban tersebut.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, melakukan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi.
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
sgera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan
baik
43. Mencelupkan kedua tangann yang memakai sarung tangan ke
larutan klorin 0,5 % membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi tingkat tinggi
dan mengeringkan dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau mengikatkan tali desinfeksi tingkat tinggi dengan
simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikatkan satu lagi simpul mati di bagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5%.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepala.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam.
– 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
– Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
– Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
– Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
– Jika ditemukannlaserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anastesi lokal dan
menggunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah
52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
– Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
dua jam pertama pasca persalinan.
– Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi selama 10 menit. Mencuci dan membilas
peralatan setelah dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir,ndan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman
dan makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tanganbkotor ke dalam larutan klorin
0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
60. Melengkapi partograf.
1.2.7 Proses Persalinan
Tahap-Tahap Persalinan
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006)
yaitu:
1. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah
berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis
servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a. Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
b. Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase :
1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam,
pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2
jam pembukaan menjadi 10 cm.
2. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum
sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka.
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka
dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin
akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.
3. Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus
teraba keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta
menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul
his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas,
terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau
dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh
proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200
cc.
4. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir,
mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan
post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi
uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat
dibantu dengan obat-obat oksitosin.
1.2.8 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah:
1.2.8.1 Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan
persalinan kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila
pemeriksa tidak memperhatikan teknik aseptik.
1.2.8.2 Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar
akan terjadi ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk
melakukan episiotomi.
1.2.8.3 Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa
berkontraksi setelah janin lahir sehingga menyebabkan
perdarahan hebat.
1.2.8.4 Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir
selama 1 jam setelah janin lahir sedangkan retensi sisa
plasenta adalah tyerdapat sebagian plasenta yang masih
tertinggal setelah plasenta lahir.
1.2.8.5 Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah
dalam dinding lateral vagina bagian bawah waktu
melahirkan.
1.2.8.6 Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada
bagian atas vagina sehingga sebagian uterus dan serviksnya
terlepas dari vagina. Hal ini dapat terjadi pada persalinan
dengan disproporsi kepala panggul.
1.2.8.7 Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
1.2.8.8 Ruptur Uteri
Ruptur uteri atau rtobekan uterus merupakan kondisi yang
sangat berbahaya dalam persalinan karena dapat
menyebabkan perdarahan hebat.
1.2.8.9 Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul
mendadak akibat air ketuban masuk ke dalam peredaran
darah ibu melalui sinus vena yang terbuka pada daerah
plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler dalam
paru-paru.
1.2.9 Prognosis
Prognosis pada persalinan normal baik
1.2.10 Penganan Medis
Diagnosis dan Penanganan Persalinan
1) Kala I
a. Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks
kurang dari 4 cm dan kontraksi terjadi tertur minimal 2 kali
dalam 10 menit selama 40 detik.
b. Penanganan
– Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah
,ketakutan dan kesakitan
– Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang
dapat diberikan; lakukan perubahan posisi,sarankan ia
untuk berjalan , dll.
– Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
– Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang
terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-
hasil pemeriksaan
– Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar
kemaluannya setelah buang air besar/.kecil.
– Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat
atasi dengan cara : gunakan kipas angin/AC,Kipas biasa
dan menganjurkan ibu mandi sebelumnya.
– Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah
dehidrasi berikan cukup minum
– Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
c. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama
kala I pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah.
Gambarkan temuan-temuan yang ada pada partogram.
Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai
berikut:
– Warna cairan amnion
– Dilatasi serviks
– Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan
pemeriksaan luar)
Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam
pertama mungkin diagnosis in partu belum dapat ditegakkan
. Jika terdapat kontraksi yang menetap periksa ulang wanita
tsb setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks. Pada
tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita
tersebut dalam keadaan in partu jika tidak terdapat perubahan
maka diagnosanya adalah persalinan palsu. Pada kala II
lakukan pemriksaan dalam setiap jam
d. Kemajuan Persalinan dalam Kala I
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik
pada persalinan
1) Kala I :
– Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan
frekwensi dan durasi
– Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm
perjam selama persalinan
– Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang
baik pada persalinan kala I :
– Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah
fase laten
– Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm
perjam selama persalinan fase aktif
– Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
e. Kemajuan pada kondisi janin
Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari
100 atau lebih dari 180 denyut permenit) curigai adanya
gawat janin
Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks
fleksi sempurna digolongkan kedalam malposisi atau
malpresentasi
Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya
persalinan lama tangani penyebab tersebut.
f. Kemajuan pada kondisi Ibu
Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu :
– Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam
keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang
cukup melalui oral atau I.V. dan berikan anlgesia
secukupnya.
– Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya
perdarahan
– Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan
nutrisi yang kurang segera berikan dektrose I.V.
2) Kala II
a. Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5 – 6 cm.
b. Penanganan
– Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu
dengan: mendampingi ibu agar merasa nyaman,
menawarkan minum, mengipasi dan meijat ibu
– Menjaga kebersihan diri
– Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan
bagi ibu
– Memberikan dukungan mental untuk mengurangi
kecemasan atau ketakutan ibu
– Mengatur posisi ibu
– Menjaga kandung kemih tetap kosong
– Memberikan cukup minum
c. Posisi saat meneran
– Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman
– Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan
kepada ibu untuk mengambik nafas
– Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap
kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami
bradikardi ( < 120 )
d. Kemajuan persalinan dalam Kala II
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik
pada persalinan kala II:
– Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir
– Dimulainya fase pengeluaran
Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat
persalinan tahap kedua
– Tidak turunnya janin dijalan lahir
– Gagalnya pengeluaran pada fase akhir
e. Kelahiran kepala Bayi
– Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit
dorongan saat kepala bayi lahir
– Letakkan satu tangan kekepala bayi agar defleksi tidak
terlalu cepat
– Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika
diperlukan
– Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari
kotoran lendir/darah
– Periksa tali pusat:
1) Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat
longgar selipkan tali pusat melalui kepala bayi
2) Jika lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada
dua tempat kemudian digunting diantara kedua
klem tersebut sambil melindungi leher bayi.

f. Kelahiran Bahu dan anggota seluruhnya


– Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
– Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
– Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan
bahu depan
– Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu
belakang
– Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian
belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan
satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk
mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
– Letakkan bayi tersebut diatas perut ibunya
– Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya
dan nilai pernafasan bayi
– Jika bayi menangis atau bernafas (dada bayi terlihat naik
turun paling sedikit 30x/m) tinggalkan bayi tersebut
bersama ibunya
– Jika bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah
bantuan dan segera mulai resusitasi bayi
– Klem dan potong tali pusat
– Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak
kulit dengan kulit dada siibu.
– Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup
dengan selimut dan pastikan kepala bayi terlindung
dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh.
3) Kala III
a. Manajemen Aktif Kala III
– Pemberian oksitosin dengan segera
– Pengendalian tarikan tali pusat
– Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
b. Penanganan
– Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus
berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta
:
– Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah
kelahiran bayi
– Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara
ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin
alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg. IM.
Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :
 Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas
simpisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong
korpus uteri dengan gerakan dorso kranial – kearah
belakang dan kearah kepala ibu.
 Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6
cm didepan vulva.
 Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya
kontraksi kuat ( 2-3 menit )
 Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali
pusat yang terus-menerus dalam tegangan yang sama
dengan tangan ke uterus.
 PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
 Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan
menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat
mendekati plasenta lepas, keluarkan dengan gerakan ke
bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua
tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar
plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput
ketuban.
 Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya
dikeluarkan masase fundus agar menimbulkan
kontraksi.
 Jika menggunkan manajemen aktif dan plasenta belum
juga lahir dalam waktu 15 menit berikan oksitosin 10
unit Im. Dosis kedua dalam jarak waktu 15 menit dari
pemberian oksitosin dosis pertama.
 Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua
robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki
episotomi.
4) Kala IV
a. Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang
kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami
perubahan fisik yang luar biasa – sio ibu melahirkan bayi
dari perutnya dan bayi sedanmg menyesuaikan diri dari
dalam perut ibu ke dunia luar.
b. Penanganan
– Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan
setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi
tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras.
Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit
pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan .
– Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan
perdarahan setiap 15 menit pada jam I dan setiap 30
menit selama jam II
– Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi.
Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.
– Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang
bersih dan kering
– Biarkan ibu beristirahat
– Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan
hubungan ibu dan bayi
– Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
– Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh
bangun,pastikan ibu dibantu karena masih dalam
keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
– Ajari ibu atau keluarga tentang :
– Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan
kontraksi
– Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi

1.3 Rencana asuhan klien dengan Penyakit Partus Normal


1.3.1 Pengkajian
 Identitas
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medical record dan lain – lain
 Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan dahulu: riwayat penyakit jantung,
hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre
eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh
darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
b. Riwayat kesehatan sekarang: keluhan yang dirasakan saat ini
yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi
lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual.
c. Riwayat kesehatan keluarga: adanya riwayat keluarga yang
pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan
pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit
menular.
 Pemeriksaan fisik: Head To too
– Keadaan umum
– Kesadaran
– TTV : TD, N, R, T
– BB sebelum hamil
– BB saat ini
– TB
– LILA
– Rambut
– Muka
– Mata
– Hidung
– Telinga
– Mulut
– Dada dan Axilla
– Payudara

 Pemeriksaan penunjang
– Pemeriksaan laboraturium rutin
– Pemeriksaan laboratorium khusus
– Pemeriksaan ultrasonografi
– Pemantauan gerak janin dengan kardiofotografi

1.3.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Nyeri persalinan
 Definisi
Pengalaman sensorik dan emosional yang bervariasi dari yang
menyenangkan sampai tidak menyenangkan, yang dikaitkan
dengan persalinan normal
 Batasan karakteristik
– depresi
– Muntah
– Kontraksi uterin
– Nyeri
– Perubahan tekanan darah
– Tekanan parineal
 Faktor yang berhubungan
Dilatasi serviks
Ekspulsi fetal

Diagnosa 2: Risiko kekurangan volume cairan


 Definisi
Kerentanan mengalami penurunan cairan intravaskuler,
intertistial, dan intraselular yang dapat mengganggu kesehatan
 Batasan karakteristik
– Agens farmaseutikal
– Barrier kelebihan cairan
– Berat badan ekstrem
– Faktor mempengaruhi kebutuhan cairan
– Kehilangan volume cairan aktif
 Faktor yang berhubungan
– peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari
– atonia uteri
– laserasi jalan lahir
– tertahannya fragmen plasenta

2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: nyeri persalinan
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
(lihat daftar rujukan)
Tujuan : Dapat melakukan manajemen nyeri secara tepat sehingga
dapat menurunkan derajat nyeri.
Kriteria :
- Mengungkapkan penurunan nyeri.
- Menggunakan teknik yang tepat untuk mempertahankan kontrol
istirahat diantara waktu kontraksi.
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar
rujukan)
1) INTERVENSI
a. Identifikasi derajat ketidaknyamanan dan sumbernya
b. Pantau dan catat aktifitas uterus pada setiap kontraksi
c. Berikan informasi dan dukungan yang berhubungan
dengan kemajuan persalinan
d. Bantu klien dalam posisi optimal
e. Bantu klien untuk mengatur pola nafas
2) RASIONAL
a. Mengklarifikasi kebutuhan memungkinkan intervensi yang
tepat
b. Membentu mengidentifikasi pola kontraksi abnormal
sehingga memungkinkan pengkajian dan intervensi segera.
c. Supaya klien tetap mendapatkan informasi sehingga
mendukung upaya-upaya yang dilakukan.
d. Posisi yang tepat akan mengoptimalkan upaya mengejan,
memudahkan kemajuan persalinan dan menurunkan
ketidaknyamanan
e. Mengarahkan kembali dan memfokuskan perhatian,
membantu menurunkan persepsi nyeri dalam korteks
serebral

Diagnosa 2: Resiko kekurangan volume cairan


2.3.3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan NOC
(lihat daftar rujukan)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…, diharapkan cairan
seimbang dengan kriterian hasil:
1. TTV dbn
2. Input dan output cairan seimbang
3. Turgor kulit baik
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat daftar
rujukan)
1) INTERVENSI
a. Pantau masukan dan haluaran.
b. Pantau suhu setiap 4 jam atau lebih sering bila suhu tinggi,
pantau tanda-tanda vital. DJJ sesuai indikasi.
c. Kaji produksi mucus dan turgor kulit.
d. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
e. Pantau kadar hematokrit.

2) RASIONAL
a. Memantau masukan dan haluaran
b. Memantau suhu setiap 4 jam atau lebih
c. Mengkaji produksi mocus
d. Memverikan cairan parenteral
e. Memantau kadar hematokrit
1.4 Daftar Pustaka
Hacher/moore, 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates , Jakarta

Manuaba,Ida Bagus Gede, 1998, Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan


keluarga berencana,EGC, Jakarta

NANDA International. 2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

Saifuddin.A ,.2002. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal


dan neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo, Jakarta

Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


Jakarta

Saifuddin.A , 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal


dan neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo, Jakarta

Sarwono, 1989, Ilmu Bedah kebidanan, Yayasan sarwono, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai